Anda di halaman 1dari 6

PAPER

TRANFORMASI / TRANSISI EPIDEMIOLOGI PADA BIDANG KESEHATAN


REPRODUKSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi

Dosen pengampu : Diani Aliansy, S.S.T.,M.Kes

Disusum Oleh :

6120013 Tiara Amelia Putri

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2022
A. Pengertian Transformasi / Transisi Epidemiologi
Transisi Epidemiologi adalah keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan dari
mortalitas dan morbiditas yang dulunya lebih disebabkan oleh penyakit infeksi
(infectious disease) atau penyakit menular (communicable disease) sekarang lebih
sering disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sifatnya kronis atau tidak menular
(non-communicable disease) dan penyakit-penyakit degeneratif.
Dunia medis mengenal penyakit degeneratif sebagai satu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan penyakit yang muncul akibat kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari
keadaan normal menjadi lebih buruk. Adapun beberapa jenis penyakit yang masuk
dalam kelompok penyakit degeneratif diantaranya adalah Diabetes melitus, Jantung
koroner, Kardiovaskuler, Dislipidemia/kelainan kolesterol, dan sebagainya.
B. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kespro didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
C. Komponen Prioritas Kesehatan Reproduksi diIndonesia
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Kespro remaja
4. PMS dan HIV/AIDS

Pelayanan yang mencakup empat komponen prioritas itu disebut Pelayanan


Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi bagi usia lanjut maka pelayanan yang diberikan disebut
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).

D. Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun
perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas, sosial, suku, umur, agama, dan lain-
lain) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak
serta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan di mana akan melahirkannya.
Secara praktis, hak reproduksi dijabarkan sebagai berikut.
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik.
2. Perempuan dan laki-laki sebagai pasangan atau individu yang berhak
memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kespro.
3. Hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau dan
dapat diterima sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing
dan dilakukan dalam situasi kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
paksaan, ancaman dan kekerasan.
6. Remaja laki-laki dan perempuan berhak memperoleh informasi yang tepat dan
benar tentang reproduksi remaja sehingga dapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh,
lengkap dan akurat mengenai IMS dan HIV/AIDS.
E. Siklus Hidup Reproduksi
Ruang lingkup kespro mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga
mati. Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kespro adalah
pendekatan siklus hidup yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar
fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kespro pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan dan apabila tidak ditangani dengan baik maka hal ini
dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, yaitu :
1. konsepsi,
2. bayi dan anak,
3. remaja,
4. usia subur,
5. usia lanjut, Berikut digambarkan pendekatan siklus hidup kespro untuk laki-
laki dan perempuan.
perempuan mempunyai kebutuhan khusus dibandingkan laki-laki karena
kodratnya untuk haid, hamil,melahirkan,menyusui dan mengalami menapouse
sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan yang lebih intensif selama
hidupnya. Ini berarti bahwa pada masa-masa kritis, seperti pada saat kehamilan,
terutama sekitar persalinan diperlukan perhatian khusus terhadap perempuan.

F. Berfikir Kritis dalam Pengambilan Keputusan pada Masalah Epidemiologi terkait


Kesehatan Reproduksi
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung
jawab bersama laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu baik laki-laki maupun
perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai berbagai aspek Kesehatan
reproduksi. Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan reproduksi lebih banyak
menjadi tanggung jawab perempuan. Gangguan kesehatan reproduksi yang lebih
sering terjadi pada wanita, misalnya anemia. Anemia (HB <12 gr%) sangat terkait erat
dengan masalah reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami
anemia akan sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan
yang mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah
(kurang dari 2,9 kg). Di samping itu, naemia dapat menyebabkan kematian baik ibu
maupun bayi pada waktu proses melahirkan. Epidemiologi kesehatan reproduksi
adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit
atau masalah kesehatan reproduksi pada populasi atau kelompok. Distribusi dalam
kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang terkait dengan masalah
kesehatan reproduksi, epidemiologi menggambarkan kejadian menurut karakter
orang, tempat dan waktu. Karakter orang berupa umur saat hamil dan bersalin, status
perkawinan, paritas, pekerjaan, ras, kelas sosial, dan sebagainya. Karakter tempat
berupa meliputi kota, desa, provinsi, batas wilayah, letak geografis
(penggunungan/pantai). Misalnya persalinan dengan dukun di desa lebih tinggi (63%)
dibandingkan dikota (32%) atau angka kejadian penyakit HIV/AIDS lebih tinggi
terjadi di Provinsi Papua. Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, bulan,
tahun, dan sebgainya. Misalnya, setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan
200.000 kematian di dunia atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu di indonesia.
Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya menguantifikasi kejadian atau
mengatur besarnya masalah. Misalanya, persalinan dengan dukun 63%, KI mencapai
87%, dan KA 70%. Determinan dalam kesehatan reproduksi adalah mencari faktor
penyebab yang mempengaruhi suatu kejadian atau faktor yang memberi resiko.
Misalnya. Salah salah satu penyebab terjadinya hemoragi post-partum (HPP) adalah
anemia pada ibu. Manfaat epidemiologi dalam kesehatan reproduksi :
1. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana, dan
bagaimana
2. Sebagai metode/pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi
Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan mordibitas
3. Melihat resiko individu, dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok
kejadian.
Tujuan digunakan metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi:

1. Menentukan besarnya masalah kesehatan reproduksi. Langkah yang di ambil


dalam menentukan besarnya masalah dengan menggunakan pertanyaan
sebagai berikut:
a. Pada populasi spesifik mana masalah tersebut terjadi?
b. Apa penyebabnya?
c. Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?
d. Bagaimana peran survilans?
e. Reduksi faktor resiko berdasarkan intervensi yang aman dan efektif
2. Mengenal faktor penyebab transmisi. Untuk mengenal terjadinya penyebab
masalah perlu dipikirkan bahwa:
a. Penyakit merupakan salah satu gangguan dalam kehidupan manusia
dan kejadian sakit tidak terjadi secara acak
b. Penelusuran sistematik dan cermat kelompok penduduk yang
berbeda dapat mengenal foktor-faktor penyebab dan pencegahan
terjadinya penyakit.
3. Menjadi dasar untuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
4. Uji intervensi
Daftar Pustaka

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC
Rajab, wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC
Kepmenkes RI, 2008.”Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
kabupaten/Kota”.Jakarta Kreutner, A.K., Del Bene, V.E., Delamar, D., Bodden, J.L. and
Loadholt, C.B.: Perioperative Cephalosporin Prophylaxis in Cesarean section: Effect on
endometritis in the high risk patient, AM. J. OBSTET. GYNECOL. 134:925, 1979. Larsen,
B., and Galask, R.P.: Vaginal microbial flora:Practical and

Anda mungkin juga menyukai