Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam


pembangunan kesehatan pada khususnya, karena tidak akan dapat diselesaikan
dengan jalan kuratif saja, namun justru yang lebih penting adalah dengan
melakukan upaya preventif. Kespro menjadi perhatian pemerintah, karena hal ini
menjadi masalah yang serius sepanjang hidup. Pemerintah tetap melihat
penanganan persoalan kespro remaja dalam konteks perundangundangan yang
berlaku dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.

Pemerintah sangat mendukung pemberian informasi, konseling dan


pelayanan kespro yang seluas-luasnya kepada para remaja sebagai bagian dari
hak reproduksi mereka. Sasaran program kesehatan reproduksi kepada seluruh
remaja dan keluarganya supaya mereka memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap
dan perilaku kesehatan reproduksi yang bertanggungjawab, sehingga siap
menjadi keluarga berkualitas tahun 2015 (Depkes RI, 2001).

Gangguan pada wanita saat menstruasi sangatlah luas, salah satunya


terjadi iritasi atau rasa gatal di sekitar vulva dan lubang vagina. Daerah ini amat
peka bila disentuh. Sering kali rasa gatal ini memicu para remaja putri untuk
menggaruknya, sehingga dapat menyebabkan rasa perih dan kondisi yang lebih
tidak nyaman.

Bekas garukan sering terlihat bila pemeriksaan dilakukan oleh


dokter. Jika kulit vagina tergores oleh kuku yang tajam atau 2 benda lain,
walaupun pada permukaannya kelihatan tidak rusak, namun hal ini dapat
menyebabkan infeksi sekunder. Seperti infeksi candida akut, vaginosis bakteri
dan trikomoniasis. Jika hal ini terjadi maka akan membuat keadaan lebih buruk
(Djajakusumah, 2011).

1
B.     Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kesehatan reproduksi?

2. Apa saja anatomi organ reproduksi dan faktor yang mempengaruhi kesehatan

reproduksi?

3. Jelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan.

4. Apa saja hak-hak reproduksi dan indikator kesehatan reproduksi?

5. Jelaskan beberapa gangguan organ reproduksi.

6. Bagaimana upaya memelihara kesehatan organ reproduksi?

C.     Tujuan Penulis

Untuk mengetahui tentang definisi kesehatan reproduksi, anatomi organ


reproduksi, faktor yang mempengaruhi kesehatan, reproduksi ruang lingkup
kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan, hak-hak reproduksi, indikator
kesehatan reproduksi, beberapa gangguan organ reproduksi, dan juga bagaimana
upaya memelihara kesehatan organ reproduksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Reproduksi


Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan
penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain
itu, kesehatan reproduksi juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan
bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia
setelah masa reproduksi. Reproduksi secara sederhana dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk “membuat kembali”. Dalam kaitannya dengan
kesehatan, reproduksi diartikan sebagai kemampuan seseorang memperoleh
keturunan.
Menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and
Development), kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh,
meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya
penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,
fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.
Menurut Kemenkes RI, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Menurut Mariana Amiruddin, kesehatan reproduksi adalah sekumpulan
metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan
reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan
reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan
hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang

3
berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seks.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan
alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang
dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.

B. Anatomi Organ Reproduksi


 Pada Wanita

4
 Pada Laki-Laki

C. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan


Menurut Program Kerja WHO ke IX (1996-2001) pada Mei 1994,
masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi :
1. Praktik tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti :
mutilasi genital, diskriminasi nilai anak).
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai
sejak masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk

5
kehamilan remaja, kekerasan atau pelecehan seksual dan tindakan
seksual tidak aman).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu
aborsi tidak aman.
4. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi
anemia, bayi berat lahir rendah.
5. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), yang berkaitan dengan Penyakit
Menular Seksual (PMS).
6. Kemandulan yang berkaitan dengan ISR dan PMS.
7. Sindrom pre dan post menopause (andropause), dan peningkatan
resiko kanker organ reproduksi.
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah
usia lanjut lainnya.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi dibagi menjadi empat,
diantaranya faktor biologis, psikologis, sosial dan ekonomi, serta budaya dan
lingkungan
 Faktor biologis berupa kondisikecacatan (kecacatan sejak lahir,
cacat saluran reproduksi), dan penyakit menular seksual.
 Faktor psikologis berupa beban psikis akibat dampak broken home
bagi remaja, ketidaknormalan hormone, rasa tidak berharga, tidak
percaya diri, merasa bersalah, dan lain sebagainya
 Faktor sosial dan ekonomi dikombinasikan dengan demografi
dalam bentuk kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah,
ketidaktahuan informasi perkembangan seksual dan reproduksi,
atau lokasi dan kawasan tertinggal.
 Faktor budaya dan lingkungan dapat berupa praktik kebiasaan,
praktik tradisional yang berakibat pada reproduksi, mitos banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan.

6
E. Hak-Hak Reproduksi
Hak reproduksi adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur,
dan agama) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada
diri, keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta
penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini
didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia
internasional.
Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan
proses system reproduksi, maka setiap orang perlu mengenal dan memahami
tentang hak-hak reproduksi sebagai berikut :
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan.
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi.
4. Hak privasi.
5. Hak kebebasan berpikir.
6. Hak atas informasi dan edukasi.
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga.
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak.
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan.
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan.
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik.
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

F. Indikator Kesehatan Reproduksi


Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan
semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga
mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara
menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan
ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan
kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan

7
reproduksi wanita. Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi
wanita di Indonesia antara lain :
1. Gender
Dimana peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis
kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu
kontruksi sosial yang mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena
peran gender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat
kesehatan wanita juga berbeda-beda.

2. Kemiskinan
Dimana mengakibatkan makanan yang tidak cukup atau makanan
yang kurang gizi, persediaan air yang kurang, perumahan yang tidak
layak dan tidak mendapatkan pelayanan yang baik.

3. Pendidikan yang rendah


Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua
tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi
kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-
laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh
tetapi juga gender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang
berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar
terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal
dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat
mencari uang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil
keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
Pendidikan berpengaruh kepada sikap seseorang terhadap
kesehatan, rendahnya pendidikan membuat kurang peduli terhadap
kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan
yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun

8
sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara
optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas
sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan,
dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar
terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.

4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada
wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal
ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di
usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan,
orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung
jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini
berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat
persalinan.
Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari
wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus
sekolah yang pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik
dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.

5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk


Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia
diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang
gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun
berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki
mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu
memakan sisa yang ada.
Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi
yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat
yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium

9
lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok
yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk
penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh
mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan
adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air,
misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air
adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri
penyakit.

6. Beban Kerja yang berat


Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai
penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita
bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu
istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan
sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu
kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton
bahkan membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau
kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita
terusterusan bekerja keras.
Di bidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang
efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika
wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin
dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita
bekerja di industri-industri misalnya panas yang berlebihan, berisik,
dan cahaya yang menyilaukan, bahan kimia, atau radiasi. Peran
gender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi
dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan,
kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga
kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan
reproduksinya

10
G. Beberapa Gangguan Organ Reproduksi
1. Gonorrhea
Disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhea.
Gejala awal merasakan tidak nyaman pada uretra dan nyeri ketika
berkemih.
 Pada pria menyerang uretra
 Pada wanita menyerang Rahim, tuba fallopi, ovarium, dan
rectum/anus.

2. Sifilis
Disebabkan oleh bakteri treponema pallidum
Gejalanya adalah luka pada alat kelamin dan nyeri pada saat BAK.

11
3. Herpes Simplex
Disebabkan oleh serangan virus herpes simplex (HSV)
Gejalanya ialah terdapat bintik putih pada mulut atau kelamin.
 HSV-1 (Herpes Simplex Virus 1) menyerang bagian mulut
atau pinggang ke atas.
 HSV-2 (Herpes Simplex Virus 2) menyerang bagian pinggang
ke bawah, misalnya kelamin.

4. Keputihan/Kandidiosis
Disebabkan oleh Jamur Candida Albicans.
Keputihan dikatakan normal jika berwarna bening atau sedikit putih,
tidak berbaum tidak lengket, tidak kental, tidak menimbulkan rasa
gatal dan nyeri. Jika berlangsung setiap hari dapat mempengaruhi
kesuburan wanita.

12
5. HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) isebabkan oleh
Human Immunodefisiency Virus (HIV).
Jika seseorang menderita HIV atau AIDS akan mudah terserang
berbagai penyakit akibat daya tahan tubuh yang lemah.

H. Upaya Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi


 Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan
diri. Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas
dan cenderung lembab sering membuat banyak berkeringat. Terutama
dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti daerah
alat kelamin. Kondisi ini dapat menyebabkan mikroorganisme jahat,
terutama jamur mudah berkembang biak, yang akhirnya bisa
menimbulkan infeksi;
 Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari;
 Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus
dengan menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu);
 Gerakkan cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina
kearah anus, untuk mencegah kotoran anus masuk ke vagina;
 Tidak menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina;
 Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena
bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal
dan tidak nyaman;
 Pada siklus menstruasi, remaja perempuan mengganti pembalut setiap
tiga hingga empat jam sekali.
 Olahraga Teratur dan Makan-makanan bergizi
 Menghindari Konsumsi Alkohol dan rokok.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Zohra Adi Baso, Judi Raharjo. 2008. Kesehatan Reproduksi Panduan bagi
Perempuan. Sulawesi Selatan : Pustaka Belajar.

Made Okara Negara. 2005. Mengurangi Persoalan Kehidupan Seksual dan


Reproduksi Perempuan dalam Jurnal Perempuan cetakan No.41. Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan.

Layyin Mahfina, Elfi Yuliani Rohmah, Retno Widyaningrum. 2009. Remaja dan
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : STAIN Ponorogo.

Poltekkes Depkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta I :


Salemba Medika.

Farida, Jauharotul, dkk., Kesehatan reproduksi di Pesantren.Modul Pendidikan


Kesehatan Reproduksi Remaja, LPPM IAIN Walisongo, 2014.

Hanim, Diffah, Santosa, dan Affandi. Kesehatan Reproduksi. Modul Field lab,
Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2013.

Kusmiran, Eny. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:Salemba Medika, 2012.

Uyun, Zahrotul. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi.


Prosiding Seminar Nasional Parenting, 2013

Departemen Kesehatan RI. 2002. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

15

Anda mungkin juga menyukai