Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para
bidan tau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh
para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya
demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak
sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau
spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting
dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana
demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan
kodratnya sebagai perempuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia
bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus
berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam
beraktivitas.
Di negara-negara berkembang, masalah kesetaraan gender juga
merupakan masalah pelik yang dihadapi. Misalnya saja Korea Selatan yang
memiliki reputasi sangat bagus di mata dunia internasional, akan tetapi negara
ini masih tertinggal jauh dalam kesetaraan gender, terutama dalam bidang
pekerjaan dan pendapatan. Sebenarnya masih banyak negara lain di dunia ini
yang tengah menghadapi masalah yang serius seperti ini.
Apalagi di setiap negara penyetaraan gender tersebut berbeda-beda, ada
yang dalam bidang ekonomi, hukum, politik, sosial dan sebagainya. Demikian
juga halnya di Indonesia, pembawaan perempuan yang ramah, lemah lembut,
penurut dan kebiasaan mereka mengurusi pekerjaan rumahan mengakibatkan
perempuan dianggap sebagai orang rumah yang keberadaan mereka di nomor
duakan. Tidak jarang dalam sebuah keluarga, pengambilan suatu keputusan
selalu di dominasi  suami.
2

Bahkan pendapat perempuan jarang dimintai dan terkesan tidak


dibutuhkan. Sehingga marginalisasi atau peminggiran menjadi buah dari
perlakuan buruk tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini diantaranya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar kesehatan reproduksi?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep gender dalam kesehatan reproduksi?
3. Apa saja masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada
siklus reproduksi?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini dintaranya yaitu:
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kesehatan reproduksi.
2. Mengetahui dan memahami konsep gender dalam kesehatan reproduksi.
3. Mengetahui dan memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi yang
sering terjadi pada siklus reproduksi.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi


A. Definisi Kesehatan Reproduksi
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ
reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan
alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang
4

dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum


menikah dan sesudah menikah.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan
Secara lebih luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ),
termasuk PMS-HIV / AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup


kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada
setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut.
Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka
hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya

C. Hak-hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap
orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan
kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat) mengenai
jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan
akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan
hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI,
2002).
5

Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan


secara praktis, antara lain :
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien.
2. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-
lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehtan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan,
tanpa paksaan dan tak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan
yang didasari penghargaan
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi
dan kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan,
ancaman, dan kekerasan.
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat
berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang
bertanggungjawab
8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan
mudah, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS

Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :


6

1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.


2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3.  Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4.  Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5.  Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas
pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10.  Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual


adalah:

1. Hak untuk hidup


2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3.  Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4.  Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
7

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan


11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena
politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan 

Jadi, hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai
berikut :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan


reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyediaan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhanklien,
sehingga menjamin keamanan dan keselamatan klien.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu,
berhak mendapat informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan
reproduksi, dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan
tak melawan hukum.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
5. Hubungan suami istri yang didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang
diinginkan bersama, tanpa unsur paksaan, ancaman, dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja,
sehingga dapat berprilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang
bertanggung jawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah
diperoleh, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual,
8

termaksur HIV/AIDS. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan hak


reproduksi ini akan digambarkan dalam derajat kesehatan reproduksi
masyarakat. Untuk Indonesia saat ini, derajat kesehatan reproduksi
masih rendah antara lain ditunjukkan oleh angka kematian ibu ( AKI )
yang masih tinggi, banyakknya ibu hamil yang mempunyai “4 terlalu”
( terlalu muda, terlalu sering, terlalu tua, teralu banyak anak), atau
banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang energi kronis
sehingga memperburuk kesehatan reroduksi masyarakat. Selain itu
perempuan juga kurang terlindungi terhadap penularan penyakit
menular seksual ( PMS ), sementara laki-laki kurang paham terhadap
upaya pencegahan dan penularannya, yang dapat berakibat buruk
terhadap kesehatan reproduksi laki-laki dan perempua, serta kesehatan
keturunannya.

2.2 Konsep Gender Dalam Kesehatan Reproduksi


A. Seksualitas dan Gender
a. Pengertian Seksualitas
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis
pada perempuan dan laki-laki; pada perbedaan antara tubuh laki-laki
dan perempuan. Dengan demikian manakala kita berbicara tentang
perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas perbedaan
biologis yang umumnya dijumpai antara kaum laki-laki dan
perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi serta berat badan,
pada struktur organ reproduksi dan fungsinya, pada suara, dan
sebagainya.
Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan
reproduksi dan aktivitas seksual (love-making activities), selebihnya
digunakan istilah gender.
b. Pengertian Gender
Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis
ilmu sosial oleh Aan Oakley (1972), dan sejak saat itu menurutnya
gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk
9

memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara


umum.
Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti “jenis kelamin”.
Berdasarkan definis dari WHO 2001, gender mengacu pada
kesempatan dan atribut ekonomi, sosial dan kultural yang
diasosiasikan dengan peran laki-laki dan perempuan dalam situasi
sosial pada masa tertentu. Gender sering pula disebut sebagai jenis
kelamin sosial.
Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan
sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi nilai dan tingkah laku. Di dalam Women’s Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural
yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Hilary M. Lips
dalam bukunya yang terkenal Sex & Gender: an Introduction
mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-
laki dan perempuan (cultural expectations for women and men).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender
adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial
budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa
masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat
kodrati.
B. Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender
Studi gender dimulai tahun 1960-an sejalan dengan munculnya
perhatian terhadap kebutuhan dalam mengembangkan paradigma feminis.
Pendekatan feminis ini timbul dari mulai dengan hadirnya nuansa feminis
dalam beberapa tulisan etnografi, yang kemudian membangkitkan
perhatian para ilmuwan wanita untuk mengukuhkan pandangan mereka
terhadap dunia yang selama ini dianggap tidak cukup mewakili.
10

Akan tetapi sampai sekarang arti gender sendiri masih banyak ambigu
dengan pemaknaan gender. Sebagaimana dikemukakan oleh Kerstan
(1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara
sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui
sosialisasi. Oleh sebab itu menurutnya gender dapat berubah. Sebagaimana
halnya dalam sosialisasi pada umumnya, maka dalam sosialisasi gender
agen penting yang berperan pun terdiri atas keluarga, kelompok bermain,
media massa, dan juga budaya.
Budaya yang berprngaruh terhadap gender :
1. Budaya di Bali
Salah satu budaya yang mempengaruhi gender yaitu budaya
patriaki atau patrilinial. Budaya patriaki merupakan suatu budaya
dimana yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
berada di pihak ayah. Dalam sistem kekerabatan masyarakat
khususnya Bali.
Bali termasuk dalam kelompok kekerabatan patrilinial yang
dianut oleh masyarakat yang sangat jelas menempatkan kaum laki-laki
pada kedudukan yang lebih tinggi. Laki-laki berkedudukan sebagai
ahli waris, sebagai pelanjut nama keluarga, sebagai penerus keturunan,
sebagai anggota masyarakat adat dan juga mempunyai peranan dalam
pengambilan keputusan keluarga maupun masyarakat luas.
Dalam masyarakat yang menganut sistem kekerabatan partilinial
kaum perempuan justru sebaliknya yaitu mempunyai kedudukan yang
sangat rendah, tidak sebagai ahli waris, tidak sebagai pelanjut
keturunan, tidak sebagai penerus nama keluarga karena dalam
perkawinan (pada umumnya) perempuan mengikuti suami dan juga
tidak menjadi anggota masyarakat adat.
2. Budaya di India
Salah satu budaya yang masih dianut di India sampai saat ini
adalah budaya Patriaki. Budaya patriaki adalah sebuah sistem sosial
yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral
dalam organisasi sosial. Dimana Ayah memiliki otoritas terhadap
11

perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini


melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut
subordinasi perempuan.
Di india terdapat satu kepercayaan yang masih diyakini sampai
saat ini terkait dengan gender yaitu kepercayaan atau keyakinan bahwa
anak laki-laki akan memberikan kemakmuran kepada keluarga,
sedangkan jika memiliki anak perempuan akan menambah beban. Hal
ini diperkuat dengan adat yang berlaku di india yaitu adanya system
pemberian mas kawin yang berlaku dalam tradisi india dimana
mempelai pria harus dibeli oleh mempelai wanita. Dibeli disini
diartikan setiap keluarga dari pihak anak perempuan wajib
menyerahkan sejumlah besar uang atau barang mewah kepada
mempelai laki-laki dan keluarganya.
3. Budaya di Sulawesi Selatan
Selain budaya patriaki, budaya yang dianut di Sulawesi Selatan
yang terkait dengan gender adalah budaya siri. Budaya siri berlaku di
masyarakat pesisir Sulawesi Selatan. Sebagian masyarakat pesisir di
Sulawesi Selatan menilai perempuan pekerja masih dianggap siri
(tradisi malu).
Mereka beranggapan keterlibatan perempuan dalam bekerja
melecehkan tanggungjawab laki-laki yang dinilai tidak mampu lagi
menghidupi kebutuhan keluarga. Akibatnya, perempuan pesisir hanya
bisa menunggu dan menaruh harapan pada hasil tangkapan laki-laki
yang sedang melaut. Hal ini masih diturunkan turun-temurun sampai
saat ini oleh masyarakat pesisir Sulawesi Selatan (Aldito,2013).
C. Diskriminasi Gender
Sebenarnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama
tidak memunculkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender adalah
suatu sistem dan struktur dimana kebanyakan perempuan menjadi korban
sistem tersebut. Untuk memahami persoalan yang muncul sebagai akibat
adanya perbedaan dapat dilihat manifestasinya berikut ini
1. Gender dan Marginalisasi Perempuan
12

Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi


perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin
tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender.
Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta
mekanisme proses marginalisasi perempuan karena perbedaan gender.
2. Gender dan Subordinasi
Pandangan gender tidak saja berakibat terjadinya marginalisasi,
akan tetapi juga mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap
perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu
emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil
sebagai pemimpin, maka akibatnya perempuan ditempatkan pada
posisi yang tidak penting dan tidak strategis.
3. Gender dan Kekerasan
Kekerasan (violence) adalah suatu serangan baik terhadap fisik
maupun integrasi mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap
manusia terjadi karena berbagai macam sumber, salah satunya adalah
kekerasan yang bersumber pada anggapan gender. Kekerasan semacam
ini disebut gender-related violence, yang pada dasarnya  terjadi karena
adanya ketidaksetaraan kekuatan atau kekuasaan dalam masyarakat.
Banyak macam kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan
gender.

2.3 Masalah-masalah Kesehatan Reproduksi Yang Sering Terjadi Pada


Siklus Reproduksi
A. Infertilitas
Infertilitas merupakan masalah yang di hadapi oleh pasangan suami
istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan
senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil
memperoleh kehamilan (Wiknjosastro, 2011).
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan
Usia Subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan
13

hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih
dari satu tahun (Kumalasari, 2012)
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau
enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan
kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif (Kusmiran, 2013).
Infertilitas adalah kurangnya atau hilangnya kemampuan
menghasilkan keturunan.Satu dari beberapa jenis infertilitas yang
dipercaya disebabkan adanya antibody di dalam tubuh wanita yang
mengganggu fungsi sperma (Kamus Saku Kedokteran Dorland) .
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin selama satu tahun,
dengankehidupan keluarga harmonis serta telah berhubungan seks selama
satu tahun tapi belum dikaruniai keturunan atau hamil (Manuaba, 2009).
Infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Infertilitas primer adalah suatu keadaan ketika pasangan usia subur
(PUS) yang telah menikah lebih dari satu tahun melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan, tetapi belum
juga terjadi kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup.
2. Infertrilitas sekunder adalah suatu keadaan ketika PUS yang sudah
mempunyai anak, sulit untuk memperoleh anak lagi, walaupun sudah
melakukan hubungan seksual secara tertur dan benar tanpa usaha
pencegahan (Kumalasari, 2012).

Menurut Kumalasari, Andhyantoro (2012), kenyataan menunjukan


40% masalah yang membuat sulit mempunyai anak terdapat pada
perempuan, 40% pada pria, dan 20% pada keduanya.

Sebagian besar kasus infertilitas wanita disebabkan oleh masalah


dengan ovulasi. Tanpa ovulasi, tidak ada telur yang dapat dibuahi.
Beberapa tanda-tanda bahwa wanita tidak berovulasi biasanya mencakup
tidak teratur atau tidak adanya menstruasi (Kusmiran, 2013). Masalah
ovulasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut :
14

1. Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) yaitu masalah


ketidakseimbangan hormon yang dapat mengganggu ovulasi normal.
PCOS adalah penyebab paling umum pada infertilitas wanita.
2. Ketidakcukupan ovarium primer (POI), terjadi ketika ovarium seorang
wanita berhenti bekerja normal sebelum usia 40 tahun. POI tidak sama
dengan menopouse dini.
3. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul,
endometriosis, atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
4. Masalah fisik dari rahim.
5. Uterine fibroidyaitu gumpalan jaringan non-kanker dan penebalan
otot pada dinding rahim.
B. Seksual Transmited Deseases (STD)/Infeksi Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda
melakukan hubungan seksual denganberganti-ganti pasangan baik melalui
alat kelamin, oral maupun anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi
pada alat reproduksi ini dapat menjalar dan menyebabkan sakit
berkepanjangan, kemandulan, bahkan kematian.
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang
dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual.
Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta
kasus PMS dilaporkan pertahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-
24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular PMS, 3 juta kasusbaru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang
mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai
antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil
kelamin, seluruhnya adalah PMS yangdisebabkan oleh virus, belum dapat
disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan,
sementara yang lainnya bahkan dapatmematikan. Sifilis, AIDS, kutil
kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkangonore seluruhnya sudah pernah
dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada
15

berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks


dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai
penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikanbahwa kontak seksual tidak hanya
hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga
meliputiciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”,
seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-
benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks
aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan
monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”.
Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman.
Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat
aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak
seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan
perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah
beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang
efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom
memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan
penyebab kutil kelamin.
Beberapa penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.

Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan


gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan
dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.
Gejala-gejala meliputi discharge dari penis,
vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal
saat buang air kecil. Penyakit ini bisa
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.
16

Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.


Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.

Penanganan :

1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a)


Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram
per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram
oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal.
d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.

2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1


gram dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160
mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata
3 x 2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama
7 hari; Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama
7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan
hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien
akan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)

Cara Penularan : Penularan yang paling umum adalah hubungan


seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit
ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-
seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang
disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan
kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak
terinfeksi.
17

Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13


minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di
sekitar alat kelamin, kadang disertai pusing dan
nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri tanpa
diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga
akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah
berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan
hilang dengan sendirinya. Pada fase awal,
penyakit ini menimbulkan luka yang tidak
terasa sakit atau “chancres” yang biasanya
muncul di daerah kelamin tetapi dapatjuga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak
diobati penyakit akan berkembang ke fase
berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala
ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan
kelenjar di seluruh tubuh.

Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin;


namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah
terjadi tidak dapat diperbaiki.

3. Trikonomiasis

Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas


vaginalis.

Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati


yang paling banyak terjadi pada perempuan
mudadan aktif seksual. Diperkirakan, 5
jutakasus baru terjadi pada perempuan dan laki-
laki.
18

Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.


Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup
pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci,
dan dapat menular dengan pinjam meminjam
pakaian tersebut.

Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang


banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau.
Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air
kecil dan atau saat berhubungan seksual juga
sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri
vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala
sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan
terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar,
atau kulup dan atau luka pada penis, namun
pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.

Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks


juga harus diobati.

4. Ulkus Mole (Chancroid)

Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi)

Gejala-gejala : Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung,


pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan rasa
nyeri; Biasanya hanya pada salah satusisi alat
kelamin. Sering (50%) disertai pembengkakan
kelenjar getah beningdi lipat paha berwarna
kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah
dan nyeri.

5. Klamidia

Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.


19

Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25%


kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang ada meliputi keputihan yang
abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada
laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga
dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian
bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada
laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis.Nyeri di
rongga panggul; Perdarahansetelah hubungan
seksual.

Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun


pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan
kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.

6. HIV-AIDS

Tipe : (Human Immunodeficiency Virus)

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal;


darah atau produk darah yang terinfeksi;
memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada
janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau
saat menyusui.

Gejala-gejala : Beberapa orang tidak mengalami gejala saat


terinfeksi pertama kali. Sementara yang
lainnyamengalami gejala-gejala seperti flu,
termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat
badan turun, lemah danpembengkakan saluran
getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya
menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan
20

virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif


(dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus
tersebut secara terus menerus melemahkan sistem
kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi
semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-
infeksi oportunistik.

Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-


obat anti retroviral digunakan untuk
memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk
melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.

7. Herpes

Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex


virus )

Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual antar


kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi
saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau
oral, Juga melalui seperti : alat-alat tidur ,
pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus
sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex
Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak
non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di
bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat
hubungan seks oral dan dapat menyebabkan
infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal dua macam
herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks.
Kedua herpes ini berasal darivirus yang berbeda.
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella
zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam
memanjang pada bagian tubuh kananatau kiri
saja. Jenis yang kedua adalahherpes simpleks,
21

yang disebabkan oleh herpes simplex virus


(HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian
badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar
mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang
menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian
besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1
yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin
secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-
hari disebut dengan oral seks, serta penularan
melalui tangan.

Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan


mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa
nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau
keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka
yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya
di daerah kelamin, pantat, anus dan paha,
walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang
lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam
beberapa minggu tetapi dapat munculkembali.

Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.


Obatanti virus biasanya efektif dalam mengurangi
frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala
karena infeksi HSV-2.

8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)

Tipe : Viral (Human Papiloma Virus)

Cara Penularan : Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.


22

Gejala-gejala : Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai


bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin,
anus dan tenggorokan.

Pengobatan : Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil


dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia,
pembekuan, terapi laser atau bedah.

9. Hepatitis B (HBV)

Tipe : Viral

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal;


memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit
karena alat-alat medis dan kedokteran gigi;
melalui transfusi darah.

Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak


menunjukkan gejala. Gejala yang muncul
meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah,
kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.
Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan
di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri
perut, kulit menguning dan mata pucat.

Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi


bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu.
Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.

C. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah kondisi ketika siklus menstruasi
mengalami anomali atau kelainan. Hal ini bisa berupa perdarahan
menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, siklus menstruasi yang
tidak beraturan, dan bahkan tidak haid sama sekali.
Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan
seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan
pertama. Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat
23

dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita,


keluarganya bahkan dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan
gangguan kesehatan, gangguan menstruasi ternyata berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita. (Sarwono,
2011)
Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal :
panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.
Haid dikatakan normal apabila:
1. Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari
2. Estrogen dihasilkan oleh follikel & korpus luteum
3. Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakan LH → ovulasi
4. P dihasilkan hanya oleh korpus luteum
5. Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
6. Umur korpus luteum ±10-14 hari
7. Fase luteal/F.sekresi ±14 hari (hampir selalu tetap)
8. Fase folikulogenesis/F.proliferasi variasi antara 7-21 hari
Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah
berkaitan dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa
menopause, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan
system hormonal, masalah kesuburan endometrium, penyakit-penyakit
lain, terdapat tumor di alat kelamin, terdapat penyakit menahun,
ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan (gangguan gizi), gangguan
metabolisme,serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status
ekonomi dan pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).
Berbagai gejala gangguan menstruasi yang terlihat, antara lain:
1. Perut melilit
2. Nyeri punggung
3. Payudara mengencang
4. Sakit kepala
5. Kemunculan jerawat berlebih
24

6. Mudah lelah
7. Mudah lapar
8. Konstipasi
9. Gelisah
10. Kram perut
11. Diare
12. Absen Menstruasi
13. Darah yang dikeluarkan berbau khas
Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Menstruasi
1. Pencegahan
a. Menyeimbangkan hormon tubuh dengan Nutrisi yang cepat
diserap dan dibutuhkan setiap sel dalam tubuh
b. Memperbaiki pola makan dengan memenuhi asupan Nutrisi
yang dibutuhkan tubuh sehingga mengurangi craving makanan
yang tidak sehat dan tidak teratur
c. Menyeimbangkan dan memperbaiki kerja sistem saraf tubuh,
termasuk di otak sehingga tidak mudah stress
d. Melancarkan pencernaan dan mengontrol nafsu makan sehinga
mencegah berat badan berlebihan
e. Cegah dan atasi anemia
f. Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
g. Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa kram akibat haid
bisa berkurang akibat orgasme.
h. Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan
berendam pada air hangat atau menempelkan kompres hangat
pada bagian abdomen.
i. Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari
menggunakan pembalut atau tampon berparfum, serta
deodoran wanita yang dapat mengiritasi bagian kewanitaan.
Douching tidak disarankan, karena dapat membunuh bakteri
alami yang hidup di vagina. Mandi seperti biasa sudah cukup
(Barsom SH., et. al. 2004).
25

2. Pengobatan
a. Biopsi endometrium, Pada tes biopsi endometrium, dokter
akan mengambil sedikit sampel dari jaringan dinding rahim
Anda. Hal ini berguna untuk mendiagnosis adanya gangguan
seperti endometriosis, ketidakseimbangan hormon, atau adanya
potensi kanker. Endometriosis beserta kondisi-kondisi lainnya
juga dapat didiagnosis dengan prosedur laparoskopi. Pada
prosedur ini, dokter memasukkan alat kecil bernama
laparoskop melalui sayatan kecil di perut, yang kemudian
diarahkan menuju rahim dan ovarium.
b. Histeroskopi, Prosedur ini menggunakan alat kecil bernama
histeroskop yang dimasukkan melalui vagina dan serviks.
Dengan alat ini, dokter dapat melihat dengan jelas bagian
rahim Anda untuk mengetahui adanya kelainan seperti fibroid
atau polip.
c. USG, Tes ultrasonografi atau USG juga dapat dilakukan untuk
mendiagnosis gangguan haid. Tes USG menggunakan
gelombang suara untuk menghasilkan gambar rahim Anda.
d. MRI scan
e. Kuretase
f. Periksa hormone
g. Pengobatan hormon, seperti obat-obatan estrogen atau
progestin, mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk
membantu mengatasi pendarahan berlebih saat menstruasi
h. Jika Anda mengalami rasa sakit yang luar biasa saat sedang
datang bulan, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti
ibuprofen atau acetaminophen.
i. Penggunaan obat aspirin sangat tidak disarankan karena justru
dapat memperparah aliran darah menstruasi. Anda juga dapat
mencoba mandi air hangat atau menggunakan kompres air
hangat untuk meringankan kram perut akibat menstruasi.
26

j. obat-obatan hormon seperti pil KB juga dapat memperlambat


pertumbuhan jaringan rahim, serta mengurangi volume darah
yang hilang selama menstruasi. Pemberian suplemen zat besi
(Barsom SH., et. al. 2004).
D. Pelvic Inflamatry Desease (PID)
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan
organ reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut
bawah. Ini merupakan komplikasi serius dari beberapa penyakit menular
seksual (PMS). Terutama klamidia dan gonore. PID dapat merusak tuba
dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PID dapat menyebabkan
kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggul
kronis.
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi
endometrium, tubafalopi, ovarium, miometrium, parametria, dan
peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada
saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat
menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium
secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat
hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh
waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita
penyakit radang panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab
PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
27

hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya


pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan
adalah:
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea
dan C trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki
pasangan seksual yang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi
2. Abses tuba ovarium
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena
infeksi adnexa yang berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau
dalam keadaan septic syok, bitemukan 2 minggu setelah menstruasi
denga nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.
Seluruh abdomen tegang dan nyeri
E. Unwanted Pregnancy dan Aborsi
a. Unwanted Pregnancy
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan.
Kehamilan ini bisa merupakan akibat suatu prilaku seksual/hubungan
seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Faktor faktor penyebab Unwanted Pregnancy:
1. Kehamilan Akibat Perkosaan
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan
aib pada perempuan yang diperkosa. Dampak psikologis dari
perkosan ini cukup dalam dan akan menetap seumur hidup, jika
perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib itu tidak hanya
akan dialami oleh si korban saja tetapi juga seluruh keluarganya.
Seandainya kehamilan itu diteruskan, maka anak yang dilahirkan
kelak yang akan mengalami tekanan sosial baik dari keluarga
orang tuanya sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Bahkan
28

ibunya sendiri mungkin akan melihat anak itu sebagai penjelmaan


laki-laki yang memperkosanya atau mungkin juga menjadi
sasaran balas dendam yang sebenarnya ia tujukan kepada laki-
laki yang memperkosanya.
2. Kehamilan Pada Saat yang Tidak Diharapkan
Hal ini dapat terjadi pada pekerjaan wanita yang sudah terlanjur
menandatangani kontrak bahwa selama beberapa waktu setelah
bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga terjadi
pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka yang
belum ingin hamil lagi atas alasan-alasan yang sah, misalnya
karena alasan anak yang terdahulu belum lagi berusia 1 tahun atau
alasan tidak ingin punya anak lagi atau juga karena kesehatan ibu
yang lemah.
3. Kehamilan yang Terjadi Akibat Hubungan Seksual Diluar Nikah
Hubungan sex di luar ikatan perkawinan, menurut norma sosial
dan masyarakat serta agama dianggap buruk. Dalam masyarakat
yang lebih modern pun, hubungan sex di luar nikah dan terus
berlangsung perbuatan semacam itu, membuat kehamilan yang
terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang diinginkan.
4. Alasan karir atau masih sekolah ( karena kehamilan dan
konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau
kegiatan belajar).
5. Persoalan Ekonomi ( biaya untuk melahirkan dan membesarkan
anak ).
6. Kegagalan Kontrasepsi
Dampak dari Unwanted Pregnancy:
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi
kehamilan yangtidak diharapkan (KTD). Ada dua hal yang bisa
dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan
mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut membawa
dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi.
1. Risiko Fisik
29

Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam


persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.
2. Risiko Psikis atau Psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena
pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini juga bisa
mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena
sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggungjawab
sebagai orang tua.
Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibantu
oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihanyui rasa malu
terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau
tertekan, psikis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik,
maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang
lebih parah.
3. Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini
masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yanh hamil.
Risiko sosial lain adalah menjadi obyek pembicaraan, kehilangan
masa remaja yang seharusnya dinikmati dan di anggap buruk
karena melahirkan anak di luar nikah. Di Indonesia, melahirkan
anak diluar nikah masih sering menjadi beban orang tua.
4. Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biaya besar
b. Aborsi
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
30

pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk


bertumbuh.
Macam-macam Aborsi dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam
aborsi yaitu:
1. Aborsi spontan/alamiah
Berlangsung tanpa tindakan apapun, kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dokter, bidan, dukun
beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungannya, tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Penyebab terjadinya Aborsi:

1. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena


tidak ber-KB atau gagal ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak
kehamilan yang terlalu pendek.
2. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga
cenderung bersikap menolak kelahiran anak.
3. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita
yang hamil di luar nikah, baik secara sengaja ataupun pada kasus
perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau
dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga
dalam reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
31

4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya


hamil (meskipun punya suami) selama dalam kontrak dan kalau
ketahuan hamil akan dihentikan dari pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di
bangku sekolah, misal SMA, mengakibatkan kecelakaan dan
membuahkan kehamilan. Karena merasa malu, dengan teman-
temannya, takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan
barangkali masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan
tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia
melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat
melanjutkan sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35
tahun. Bila seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan
masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering menakutkan,
sehingga perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak
kehamilannya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin
antara lain adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan.
Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang mengalami suatu
masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum
sampai 3 bulan.

Dampak dari Aborsi:

Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan bila hamil. Jika


di negara maju yang melegalkan aborsi, bila dilakukan secara aman
oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di negara kita lebih sering
dilakkukan dengan cara tidak aman bahkan tidak lazim oleh dukun
aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis dan
sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.

1. Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko
aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan
32

komplikasi juga bisa menyebabkan kematian. Aborsi yang


dilakukan secara tidak aman bisa mengakibatkan kematian.
2. Risiko Psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut,
panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan
kesakitan. Kecemasan karena bersalah, atau dosa akibat aborsi
bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD
atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak
ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan
menjadi terputus atau masa depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya
akan semakin tinggi.
F. Hormon Replacement Thraphy
Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan medis yang
menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah
menopause. Menopause adalah berhentinya masa haid pada wanita
sehingga kemampuan untuk bereproduksi sudah tiadak ada, hal ini
ditandai dengan perubahan hormonal yang nyata pada tubuhnya. Hal
ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana
hormon ini merupakan hormon yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, yang menyebabkan wanita merasakan gejala tak enak,
termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas marah, dan
depresi. TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di
tubuh wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. THS
dapat meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang
mengalami menopause alami, tetapi juga di wanita muda yang
mungkin mengalami menopause prematur untuk alasan medis, seperti
33

kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan


estrogen (Nadjeeb, 2009).
Pengaruh Terapi Kombinasi Estrogen dan Progesteron terhadap
Kualitas Hidup Wanita Post Menopause.Menurut Amanda J Welton,
dkk dalam jurnal yang berjudul “Health related quality of life after
combined hormone replacement therapy” (2008) menyatakan bahwa
wanita yang menggunakan terapi kombinasi conjugated equine
oestrogen 0.625 mg plus medroxyprogesteroneacetate 2.5/5.0 mg
peroral satu kali setiap hari selama satu tahun menunjukkan penurunan
gejala menopause yang berupa hot flush, keringat malam, nyeri pada
sendi dan otot, insomnia, rasa kering pada vagina sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup wanita post menopause, tetapi terdapat
keluhan nyeri tekan pada payudara dan discharge vagina. Kualitas
hidup wanita post menopause semakin meningkat seiring dengan
lamanya penggunaan terapi kombinasi hingga bertahun–tahun.
Study yang dilakukan oleh Judith K. Ockene, PhD, MEd dalam
jurnal yang berjudul “Symptom Experience After Discontinuing Use of
Estrogen Plus Progestin” (2005) menyatakan bahwa wanita post
menopause setelah menghentikan terapi kombinasi conjugated equine
estrogens plus medroxyprogesterone selama 8–10 bulan mengalami
gejala vasomotor, nyeri, dan kekakuan sendi. Menurut Cosetta Minelli,
dkk dalam jurnal yang berjudul “Benefits and harms associated with
hormone replacement therapy: clinical decision analysis“ (2004)
menyatakan bahwa penggunaan terapi sulih hormon dengan estrogen
dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai kehidupan wanita
post menopause sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, tetapi
dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara dan kanker
endometrium.
Efek samping yang muncul pada pemberian terapi sulih hormon umumnya
disebabkan oleh dosis estrogen atau progesteron yang tidak tepat, baik karena
dosis yang terlalu “tinggi” atau mungkin juga karena dosis yang kurang
atau terlalu “rendah”
34

a. Nyeri payudara. Hal ini disebabkan estrogen yang tinggi, sehingga


dosis estrogen yang diberikan perlu diturunkan, meskipun dapat juga
disebabkan oleh dosis progesteron yang tinggi (jarang).
b. Peningkatan berat badan. Hal ini dapat disebabkan oleh retensi cairan.
Oleh karena estrogen dapat menyebabkan retensi cairan, maka dosis
pemberiannya perlu diturunkan.
c. Perdarahan bercak (spotting). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang rendah, sehingga dosis pemberian estrogen perlu dinaikkan; atau
dapat juga disebabkan oleh dosis progesteron yang tinggi, maka dosis
pemberian progesteron perlu diturunkan.
d. Perdarahan banyak (atipik). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang tinggi, sehingga dosis estrogen perlu diturunkan sedangkan dosis
progesteron dinaikkan. Bila dengan cara ini tetap saja terjadi
perdarahan banyak, dianjurkan untuk dilakukan dilatasi & kuretase. Bila
hasis pemeriksaan patologi anatomik (PA) menunjukkan hiperplasia
adenomatosa, dianjurkan untuk histerektomi, atau bila pasien menolak
histerektomi, maka terapi diteruskan dengan pemberian progesteron
saja (tanpa estrogen), dan dilakukan mikrokuret tiap 3 bulan. Bila hasil
PA menunjukkan hiperplasia kistik, terapi sulih hormon dapat diteruskan
ddengan dosis progesteron yang lebih tinggi (misalnya estrogen 0,625
mg dan progesteron 10 mg/hari dan pasien dianjurkan untuk
mikrokuret tiap 3 bulan.
e. Sakit kepala (migren) dan leukorea (keputihan). Hal ini disebabkan
oleh estrogen yang terlalu tinggi, sehingga dosis pemberiannya perlu
dikurangi.
f. Pruritus berat. Hal ini disebabkan karena efek estrogen, sehingga
pemberian estrogen sebaiknya dihentikan dan hanya diberikan
progesteron saja.
35

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta
proses reproduksi.
 Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk
memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
 Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan
reproduksi dan aktivitas seksual (love-making activities), selebihnya
digunakan istilah gender.
 Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Konsep seks atau jenis
kelamin mengacu pada perbedaan biologis pada perempuan dan laki-laki;
pada perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan. Sedangkan gender
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah konsep
hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan
perempuan.
Mead mengemukakan bahwa dalam sejarah dan kebudayaan masyarakat
Barat dikenal perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan.
Dalam klasifikasi tersebut perempuan umumnya dikaitkan dengan cirri
kepribadian tertentu seperti watak keibuan, tidak agresif, berhati lembut,
suka menolong, emosional, tergantung, memanjakan, peduli terhadap
keperluan orang lain dan mempunyai seksualitas feminism. Laki-laki,
dipihak  lain dikaitkan dengan cirri kepribadian keras, agresif, menguasai
dan seksualitas kuat.
Gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat,
budaya, agama, dan sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa
tertentu. Selain itu gender dapat berubah karena perjalanan sejarah,
36

perubahan politik, ekonomi, dan sosial budaya, atau karena kemajuan


pembangunan. Dengan demikian gender tidak bersifat universal atau
tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional
masyarakatnya
 Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah
suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam
arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social constructions),
bukannya sesuatu yang bersifat kodrati.
 Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi
= membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidup.
Menurut International Conference on Population and Development
(ICPD) Kairo 1994, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi.
3.2 Saran
Setiap orang harus mempunyai pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, konsep gender dalam kesehatan reproduksi, dan apa saja masalah
–masalah yang sering terjadi pada siklus reproduksi.
Untuk seorang bidan bisa memberikan pengetahuan dan wawasan
tentang kespro kepada masyarakat dengan cara sosialisasi supaya masyarakat
lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
37

DAFTAR PUSTAKA

Andi.Dwi Narwoko dan Bagong suyanto. 2004. Kesehatan Reproduksi dan kb


edisi ke-3. Jakarta: Kencana
Baziad A. Terapi Hormonal : Alternatif Baru Penanggulangan Masalah
Menopause dan Komplikasinya. Dalam : Pakasi LS. Menopause : Masalah dan
Penanganannya. Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1996:34-49.
Dimas , Kamanto. 2004. Fertilitas (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2.
Jakarta: EGC
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
KB.Jakarta : EGC 
Marmi, Retno. A.M.S., Fatmawati. E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory
System. Burlington: Elsevier Science, 2006.
Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi.Ed. 7. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal 557-565
Rakhmawati.2013. Hubungan Kejadian Obesitas dengan gangguan menstruasi.
Jurnal ilmiah kebidanan.

Sianipar, Olaf. 2009. Pravelensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang


Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jaktim. Maj
Kedokt Indon. Vol 59 No7. Juli 2009. Hal 312

Anda mungkin juga menyukai