PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya
kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang
berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.
2
2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan
2. Keluarga Berencana
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi genetalia,
fistula dll.
3. remaja
4. usia subur
5. usia lanjut
3
2.3 HAK-HAK REPRODUKSI
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat)
mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan
melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang
diakui di dunia internasional (Depkes RI, 2002).
Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis,
antara lain :
4
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
5
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
4. Hak privasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
Jadi, hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
Ini berarti penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan
memperhatikan kebutuhanklien, sehingga menjamin keamanan dan keselamatan klien.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu, berhak mendapat
informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan tak melawan hukum.
6
5. Hubungan suami istri yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan
dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur paksaan,
ancaman, dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan
benar tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga dapat berprilaku sehat dan
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap, dan
akurat mengenai penyakit menular seksual, termaksur HIV/AIDS. Terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan hak reproduksi ini akan digambarkan dalam derajat kesehatan
reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia saat ini, derajat kesehatan reproduksi masih
rendah antara lain ditunjukkan oleh angka kematian ibu ( AKI ) yang masih tinggi,
banyakknya ibu hamil yang mempunyai “4 terlalu” ( terlalu muda, terlalu sering, terlalu
tua, teralu banyak anak), atau banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang
energi kronis sehingga memperburuk kesehatan reroduksi masyarakat. Selain itu
perempuan juga kurang terlindungi terhadap penularan penyakit menular seksual ( PMS ),
sementara laki-laki kurang paham terhadap upaya pencegahan dan penularannya, yang
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki=laki dan perempua, serta
kesehatan keturunannya.
2.4.1 Infertilitas
Intertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil sesudah dua belas bulan atau enam bulan
pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan
hubungan seksual aktif. Istilah yang berhubungan dengan fertilitas antara lain:
a Sterilitas (sterility), yaitu adanya kemampuan bereproduksi.
b Fertilitas (fertility),yaitu kemampuan untuk hamil.
c Fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk hamil, ada atau tidaknya
melahirkan hidup.
Infertilitas dapat terjadi pada wanita dan pria. Hasil penelitian menunjukan sepertiga
faktor berasal dari wanita, sepertiga faktor dari pria, dan sepertiga lainnya merupakan
campuran faktor-faktor dari wanita dan pria.
7
Infertilitas sendiri terbagi menjadi dua:
a. Infertilitas primer, pasangan berusaha untuk hamil tetapi tidak menghasilkan konsepsi
b. Infertilitas sekunder, yaitu pasangan yang pernah hamil sekurang-kurangnya satu kali,
tidak tergantung janin yang dilahirkan hidup atau meninggal kemungkinan tidak mampu
untuk hamil setelah kehamilan yang pertama.
Sebagian besar kasus infertilisasi wanita disebabkan oleh masalah dengan evolusi.
Tanpa ovulasi tidak ada dua telur yang dapat di buahi. Beberapa tanda-tanda wanita tidak
berovulasi biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi. Masalah
ovulasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Polycystic ovarium syndrome (PCOS), yaitu masalah ketidak seimbangan hormone
yang dapat mengganggu ovulasi normal. PCOS adalah penyebab paling umum pada
infertilisasi wanita.
b. Ketidak cukupan ovarium primer (POI), terjadi ketika ovarium seorang wanita
berhenti bekerja normal sebelum berusia 40 tahun. POI tidak sama dengan menopause
dini.
c. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endo,
metriosis, atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
d. Masalah fisik dan Rahim.
e. Uteri de fibroid, yaitu gumpalan jaringan non-kangker dan penebalan toto pada
dingding Rahim.
9
Gejala-Gejala IMS
IMS seringkali tidak menampakan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula
IMS yang menunjukan gejala-gejala umum sebagai berikut:
Keluarnya cairan dari vagina,penis atau dubur yang berbeda dari biasanya.
Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi
seringkencing
Adanya luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun
tidak)
Tumbuh seperti jengger ayam
Gatal-gatal disekitar alat kelamin
Terjadi pembengkakan kelenjar limfa
Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak
Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan
Sakit saat berhubungan seks
Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks
Secara umum merasa tidak enak badan, lemah, kulit menguning, nyeri sekujur tubuh,
atau demam.
IMS Tidak Dapat Dicegah Dengan:
Meminum minuman beralkohol
Meminum antibiotic
Mendapatkan suntukan antibiotic secara seratur
Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar
Membersihkan alat kelamin bagian luar
Pencegahan IMS
Hindari seks bebas
Tidak gonta-ganti orang saat berhubungan seks
Cegah dengan memakai kondom
Tidak saling meminjamkan junting kuku,pisau cukur
Edukasi, saling berbagi informasi mengenai HIV atau AIDS dan IMS
Penularan IMS
Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom
Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom
10
Seks oral
Penularan seks juga adapat terjadi dengan cara lain, yaitu:
Tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV
Saling bertukar jarum suntik pada pemakai narkoba
Tertusuk jarum suntik yang tidak seteril
Menindik telinga atau tato memakai jarum yang tidak seteril
Penggunaan alat cukur secara bersamaan
1) Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dan normal ( lebih dari 8 hari ),
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
2. Sebab-sebab
- Myoma uteri, disebabkan oleh: kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.
- Hipertensi
- Dekompensio cordis
3. Tindakan bidan
11
b. Hipomenorea
Definisi hopomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa.
Sebab-sebab hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat
dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Stadium proliferansi dapat diperpanjang dengan hormone estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormone kombinasi estrogen dan progesterone.
B Oligomenore
1) Definisi
1) Definisi
Amenorea primer apabila belum pernah datang haid sampar umur 18 tahun
12
Amenorea sekunder apabila berhenti haid setelah menache atau pernah mengalami haid tetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan
Adalah perdrahan yang tidak teratur dan tidak ada hubunganya dengan haid.
b. Klasifikasi
Mentroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpus uteri,peradangan dan haemorrhagis.
d. Terapi
13
2.4.4 Pelvic Inflammatory Disease ( PID )
1. Definisi
Pelvic inflammatoryri disease (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uteri.
Tuba. Ovarium,prametrium,peritoneum yang tidak berkaitan dengan pembedahan kehamilan.
2. Etiologi
Kebanyakan PID merupakan sekuele daru infeksi serviks karena penyakit menular
seksual yang terutama disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae dan chlamidia trachomatis.
3.Patogenesis
PID biasanya disebabkan karena naiknya infeksi yang bersarang pada traktus genitalis
bagian bawah manifestassi awal untuk PID adalah endometritis tetapi tidak semua wanita
endometritis.
4.Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis dari PID bervariasi dari asimptomatis atau endometritis subklinis
hingga salpingitis simptomatik,pyosalpinx,abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.
5.Pemeriksaan Fisik
Sensitivitas dari pemeriksaan fisik pada PID hanya sekitar 60% pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit ( CDC ).
6.Klasifikasi
a. radang akut disebabkan oleh: Gomorthoe ( 60% disebabkan Go), kuman-kuman lain;
streptokokus aerob maupun staphilokokus anaerob.
b. radang kronis dari radang akut, TBC naiknya infeksi dipermudah oleh;1) Menstruasi (
sering radang timbul detelah menstruasi) 2) partus atau abortus 3) operasi ginekologis
7.Komplikasi PID
a. infertilitas
satu dari sepuluh wanita dengan PID menjadi infertile
b.Kehamilan ektopik
jaringan perut yang terbentuk pada PID juga dapat mencegah sebuah sel telur yg telah
dibuahi melanjutkan perjalanannya ke uterus.
c.Nyeri pelvis kronis.
8. Faktor Risiko PID
PID dapat terjadi disegala usia pada wanita yang aktif secara seksual, namun yang
tersering adalah pada wanita usia muda. Wanita yang berusia < 25 tahun memiliki
kemungkinan yang lebih besar mengalami PID.
9. Pencegahan PID
14
Langkah-langkah berikut membantu anda terhindar dari infeksi menular seksual dan
mencegah terjadinya PID;
- Gunakan kondom setiap berhubungan seksual
- Hanya melakukan hubungan sseksual dengan pasangan yang tidak menderita penyakit
menular seksual
- Apabila pasangan infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati
karena dapat menyebar kesaluran reproduksi bagian atas
- Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi
d. Persoalan ekonomi
15
h. Bayi yang dalam kandungan ternyata cacat
i. Kegagalan KB
b. Risiko psikis
c. Resiko sosial
d. Resiko ekonomi
ABORSI
1. Definisi aborsi
16
a) Abortus spontaneus
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor faktor makanis ataupun
macanalis semata mata disebabka oleh faktor alamiah
1)Abortus competes (keguguran lengkap)
3)Abortus imbinen
4)Missed abortion
5)Abortus habitualis
6)Abortus infekssious
Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat obatan maupun alat alat, ini
terbagi menjadi dua :
1)Abortus provacatus mediacinalis adalah aborsi yang diakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis.
2)Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh tindakan tindaka yang tidak
legal atau tidak indikasi medis.
c. Masyarakat cenderng menyisikan dan menyudutkan wanita yang hamil diluar nikah
e. Pergaulan yag bebas bagi remaja yang masih duduk dibangku seklolah, misalnya
SMA.
f. Dari segi medis umur reprduksi yag sehat umur 20-35 tahun.
17
g. Pandangan sebagan orang bahwa tanda tanda kehudupan jania antara lain adanya detak
jantung yakni umur sekitar 3 bulan.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan kedalam kedalam dua
golongan yakni :
a. abortus buatan legalkan
yaitu pengguguran kandungan yag dilakukan menurut syarat dan cara cara yang dibenar
oleh undag undang.
Yaitu pengguguran kadungan yang bertujuan selain dari pada untuk menyelamatka atau
menyembuhkan si ibu, dilakukanoleh tenaga yang tidak berkopenten serta tidak
memenuhi syarat
Ada beberapa langka yang dilaksanakan pemerinta dalam menghadapi persoalan ini,
yakni :
a. Merujuk pada paradigma sehat, yakni mencega lebih baik dari pada mengobati.
b. Mengusahaka dan meningkatkan pelayanan yang aman (safe abortion) bukan legalisasi
aborsi
d. Mengembangkan layanan pacsa aborsi (post abortion care) dirumah sakit atau puskesmas
(masih pilot project).
18
2.4.6 Hormone replanmen trerapy
1. pengertian
Terapi sulih hormon atau juga dikenal dengan hormone replacemen trapy (HRT) merupakan
terapi pengganti hormon seks wanita saat memasuki neopause.
Adapun standar ataupun sifat ideal terapi sulih hormon adalah :
Mempunyai efek spesifik terhadap jaringn yag ditujuh.
Tidak menstumulasi
pencegahan
a. kanker payudara
b. neoplasia endometrium
c. penyakit tumbeobonik
5. kontradinadikasih THS
b. kerusakan hati
g. polifiri
a. mual munta
b. gangguan gastrointestial
d. bread
20
i. depresi
j. pendarahan bercak
1. Pengertian
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan
test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu
kelainan.
· Pertanyaan (anamnesa)
· Pemeriksaan fisik
· Pemeriksaan laboratorium
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular seperti kanker, diabetes
mellitus, glaucoma, dan lain-lain.
3. Persyaratan skrining
21
· Masalah kesehatan atau penyakit yang diskrining harus merupakan masalah kesehatan
yang penting.
· Harus tersedia pengobatan bagi pasien yang terdiagnosa setelah proses skrining.
· Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8 bulan.
· Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining kanker payudara pada wanita
diatas 50 tahun.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses
reproduksi.
Ruang lingkup kespro meliputi :
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan
individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan
waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Yuliati Lia, Ai Yeyen Rukiah. 2012. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) Bagian 2. Jakarta: Trans
Info Media
24