Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini
sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia,
penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam
penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali
teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan
reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban
tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan
kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan
tau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri
atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan
kesejahteraan meraka.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah masalah ini antara lain:

1. Apa Definisi dari Kesehatan Reproduksi ?


2. Apa Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan?
3. Apa itu Hak –Hak Reproduksi ?
4. Bagaimana Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi ?
5. Apa itu Skrining dan Deteksi Dini ?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah ini antara lain:

1. Mengetahui Apa Definisi dari Kesehatan Reproduksi


2. Mengetahui Apa Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan
3. Mengetahui Hak –Hak Reproduksi
4. Mengetahui Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi
5. Mengetahui Skrining dan Deteksi Dini

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan Reproduksi

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya
kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang
berfungsi untuk reproduksi manusia.

Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan.

Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.

2
2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan

Secara lebih luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

2. Keluarga Berencana

3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ), termasuk PMS-


HIV / AIDS

4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi

5. Kesehatan Reproduksi Remaja

6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi genetalia,
fistula dll.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi


adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase
kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya

1. ibu hamil dan konsepsi

2. bayi dan anak

3. remaja

4. usia subur

5. usia lanjut

3
2.3 HAK-HAK REPRODUKSI

Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat)
mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan
melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang
diakui di dunia internasional (Depkes RI, 2002).

Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis,
antara lain :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang


terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.

2. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai


individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah
kesehtan reproduksi.

3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,


efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan
tak melawan hukum.

4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang


dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.

5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari


penghargaan

6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi


yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.

4
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab

8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,


lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :

1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk


perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual

8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan


dengan kesehatan reproduksi

9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya

10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi

12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi

Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual adalah:

1. Hak untuk hidup

5
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi

4. Hak privasi

5. Hak kebebasan berpikir

6. Hak atas informasi dan edukasi

7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga

8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak

9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik

12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

Jadi, hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
Ini berarti penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan
memperhatikan kebutuhanklien, sehingga menjamin keamanan dan keselamatan klien.

2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sebagai individu, berhak mendapat
informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.

3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan tak melawan hukum.

4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, yang


memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta
memperoleh bayi yang sehat.

6
5. Hubungan suami istri yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan
dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur paksaan,
ancaman, dan kekerasan.

6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan
benar tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga dapat berprilaku sehat dan
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.

7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap, dan
akurat mengenai penyakit menular seksual, termaksur HIV/AIDS. Terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan hak reproduksi ini akan digambarkan dalam derajat kesehatan
reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia saat ini, derajat kesehatan reproduksi masih
rendah antara lain ditunjukkan oleh angka kematian ibu ( AKI ) yang masih tinggi,
banyakknya ibu hamil yang mempunyai “4 terlalu” ( terlalu muda, terlalu sering, terlalu
tua, teralu banyak anak), atau banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang
energi kronis sehingga memperburuk kesehatan reroduksi masyarakat. Selain itu
perempuan juga kurang terlindungi terhadap penularan penyakit menular seksual ( PMS ),
sementara laki-laki kurang paham terhadap upaya pencegahan dan penularannya, yang
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki=laki dan perempua, serta
kesehatan keturunannya.

2.4 MASALAH GANGGUAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN UPAYA


PENANGGULANGAN

2.4.1 Infertilitas
Intertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil sesudah dua belas bulan atau enam bulan
pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan
hubungan seksual aktif. Istilah yang berhubungan dengan fertilitas antara lain:
a Sterilitas (sterility), yaitu adanya kemampuan bereproduksi.
b Fertilitas (fertility),yaitu kemampuan untuk hamil.
c Fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk hamil, ada atau tidaknya
melahirkan hidup.
Infertilitas dapat terjadi pada wanita dan pria. Hasil penelitian menunjukan sepertiga
faktor berasal dari wanita, sepertiga faktor dari pria, dan sepertiga lainnya merupakan
campuran faktor-faktor dari wanita dan pria.

7
Infertilitas sendiri terbagi menjadi dua:
a. Infertilitas primer, pasangan berusaha untuk hamil tetapi tidak menghasilkan konsepsi
b. Infertilitas sekunder, yaitu pasangan yang pernah hamil sekurang-kurangnya satu kali,
tidak tergantung janin yang dilahirkan hidup atau meninggal kemungkinan tidak mampu
untuk hamil setelah kehamilan yang pertama.
Sebagian besar kasus infertilisasi wanita disebabkan oleh masalah dengan evolusi.
Tanpa ovulasi tidak ada dua telur yang dapat di buahi. Beberapa tanda-tanda wanita tidak
berovulasi biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi. Masalah
ovulasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Polycystic ovarium syndrome (PCOS), yaitu masalah ketidak seimbangan hormone
yang dapat mengganggu ovulasi normal. PCOS adalah penyebab paling umum pada
infertilisasi wanita.
b. Ketidak cukupan ovarium primer (POI), terjadi ketika ovarium seorang wanita
berhenti bekerja normal sebelum berusia 40 tahun. POI tidak sama dengan menopause
dini.
c. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endo,
metriosis, atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
d. Masalah fisik dan Rahim.
e. Uteri de fibroid, yaitu gumpalan jaringan non-kangker dan penebalan toto pada
dingding Rahim.

A. Pemeriksaan pasangan infertilitas


Syarat-syarat pemeriksaan infertilitas Setiap pasangan infertilitas harus diperlakukan
sebagai satu kesatuan. Itu berarti, kalau hanya istrinya saja sedangkan suaminya tidak
mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa.
B. Pemeriksaan masalah-masalah infertilisasi.
1. Pemeriksaan mikroskoping
Bagi orang yang berpengalaman, memeriksa setetes air mani dibawah mikroskop sudah
memungkinkannya menaksir konsentrasi, jenis gerakan dan morfologi spermatozoa
dengan ketepatan yang tidak jauh berbeda dari kenyataan.
2. Uji ketidakcocokan imunologik
Uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical mucus contact test-SCMS test)
yang dikembangkan oleh kremer dan jager dapat dipertunjukan adanya anty body local
pada pria atau wanita.
8
3. Uji pascasenggama
Walaupun uji Sims-Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal diseluruh dunia,
tetapi ternyata nilai keliniknya belum di terima secara seragam.
4. Uji In Vitro
a. Uji gelas objek
Miller an Kurzok pada tahun 1932 memakai teknik yang sangat sederhana untuk
mengatur kemampuan spermatozoa masuk ke dalam lendir serviks.
b. Uji kontak air mani dengan lendir serviks
Menurut Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan auto-imunisasi, gerakan maju
spermatozoa akan berubah menjadi terhenti atau gemetar ditempat kalau
bersinggungan dengan lendir serviks.
5. Biopsi Endometrium
Barang kali tidak ada satu alasan yang paling penting untuk melakukan biopsy, kecuali
untuk menilai perubahan khas yang terjadi pada alat yang dibiopsi itu.
C. Masalah yang timbul pada infertilisasi
a. Masalah Pada laki-laki
Masalah air mani
Air mani ditampung dengan jalan mastrurbasi langsung ke dalam tabung gelas berisi yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstinensi 3-5 hari.

b. Masalah Pada Perempuan


1. Masalah serviks
2. Masalah vagina
3. Masalah uterus
4. Masalah tuba
5. Masalah ovarium

2.4.2 Penyakit menular seksual


Penyakit menular seksual (PMS) disebut juga venereal (dari kata venus, yaitu Dewi
Cinta dari Rohmawi kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan
karena aktivitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit
menular, bahkan pada beberapa kasus PMS membahayakan.

9
Gejala-Gejala IMS
IMS seringkali tidak menampakan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula
IMS yang menunjukan gejala-gejala umum sebagai berikut:
 Keluarnya cairan dari vagina,penis atau dubur yang berbeda dari biasanya.
 Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi
seringkencing
 Adanya luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun
tidak)
 Tumbuh seperti jengger ayam
 Gatal-gatal disekitar alat kelamin
 Terjadi pembengkakan kelenjar limfa
 Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak
 Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan
 Sakit saat berhubungan seks
 Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks
 Secara umum merasa tidak enak badan, lemah, kulit menguning, nyeri sekujur tubuh,
atau demam.
IMS Tidak Dapat Dicegah Dengan:
 Meminum minuman beralkohol
 Meminum antibiotic
 Mendapatkan suntukan antibiotic secara seratur
 Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar
 Membersihkan alat kelamin bagian luar
Pencegahan IMS
 Hindari seks bebas
 Tidak gonta-ganti orang saat berhubungan seks
 Cegah dengan memakai kondom
 Tidak saling meminjamkan junting kuku,pisau cukur
 Edukasi, saling berbagi informasi mengenai HIV atau AIDS dan IMS
Penularan IMS
 Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom
 Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom

10
 Seks oral
Penularan seks juga adapat terjadi dengan cara lain, yaitu:
 Tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV
 Saling bertukar jarum suntik pada pemakai narkoba
 Tertusuk jarum suntik yang tidak seteril
 Menindik telinga atau tato memakai jarum yang tidak seteril
 Penggunaan alat cukur secara bersamaan

2.4.3 Gangguan Haid


Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid: hipormenorea atau
menoragia dan Hipomenorea.

a. Hiformenorea atau menoragia

1) Definisi

Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dan normal ( lebih dari 8 hari ),
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
2. Sebab-sebab

- Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea hipormenorea, menoragia.

- Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang terapi uterotonika,roborantia.

- Myoma uteri, disebabkan oleh: kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.

- Hipertensi

- Dekompensio cordis

- Infeksi,misalnya: endometritis, salpingitis

3. Tindakan bidan

Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet injeksi; KIE (


konseling,informasi,edukasi) untuk pemerilsaan selanjutnya: merujuk ke fasilitas yang
lebih tinggi dan lengkap.

11
b. Hipomenorea

Definisi hopomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa.
Sebab-sebab hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat
dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.

2. Kelainan siklus polinomeria; oligomenorea;amenorea


a. Polimenorea atau Epimenoragia
1) definisi
Adalah siklus haid yang lebih memndek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlah perdarahn relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
2) Sebab-sebab

Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek


sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek
3) Terapi

Stadium proliferansi dapat diperpanjang dengan hormone estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormone kombinasi estrogen dan progesterone.
B Oligomenore
1) Definisi

Adalah siklus mentruasi memanjang lebih dari 35 hari


2) Sebab-sebab

Perpanjangan stadium folikuller


3) Terapi

Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi


c. Amenorea

1) Definisi

Adalah keadaan tidak dating haid selama 3 bulan berturut-turut


2) Klasifikasi

Amenorea primer apabila belum pernah datang haid sampar umur 18 tahun

12
Amenorea sekunder apabila berhenti haid setelah menache atau pernah mengalami haid tetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan

3. Perdarahan diluar haid


Mentroragia
a. Definisi

Adalah perdrahan yang tidak teratur dan tidak ada hubunganya dengan haid.
b. Klasifikasi

Mentroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik


c. Sebab-sebab

Mentroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpus uteri,peradangan dan haemorrhagis.
d. Terapi

Kuratase dan hormonal.


4 Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : pre menstrual tension ( ketegangan
pra haid ); Mastodinia; Mittkschmerz( rasa nyeri pada ovulasi ) dan Dismenore
a. Pre Menstrual Tension ( ketegangan pra haid )
ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung.
b.Mastodinia atau Mastalgia
mastodinia atau mastalgia adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
c.Mittelscmerz ( Rasa Nyeri pada Ovulasi )
definisi Mittekscmerz adalah rasa sakit yang timbul padag wanita saat ovulasi, berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi.
d.Dismenore
adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore terjadi pada 30-75 wanita dan memerlukan
pengobatan.

13
2.4.4 Pelvic Inflammatory Disease ( PID )
1. Definisi
Pelvic inflammatoryri disease (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uteri.
Tuba. Ovarium,prametrium,peritoneum yang tidak berkaitan dengan pembedahan kehamilan.
2. Etiologi
Kebanyakan PID merupakan sekuele daru infeksi serviks karena penyakit menular
seksual yang terutama disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae dan chlamidia trachomatis.
3.Patogenesis
PID biasanya disebabkan karena naiknya infeksi yang bersarang pada traktus genitalis
bagian bawah manifestassi awal untuk PID adalah endometritis tetapi tidak semua wanita
endometritis.
4.Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis dari PID bervariasi dari asimptomatis atau endometritis subklinis
hingga salpingitis simptomatik,pyosalpinx,abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.
5.Pemeriksaan Fisik
Sensitivitas dari pemeriksaan fisik pada PID hanya sekitar 60% pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit ( CDC ).
6.Klasifikasi
a. radang akut disebabkan oleh: Gomorthoe ( 60% disebabkan Go), kuman-kuman lain;
streptokokus aerob maupun staphilokokus anaerob.
b. radang kronis dari radang akut, TBC naiknya infeksi dipermudah oleh;1) Menstruasi (
sering radang timbul detelah menstruasi) 2) partus atau abortus 3) operasi ginekologis
7.Komplikasi PID
a. infertilitas
satu dari sepuluh wanita dengan PID menjadi infertile
b.Kehamilan ektopik
jaringan perut yang terbentuk pada PID juga dapat mencegah sebuah sel telur yg telah
dibuahi melanjutkan perjalanannya ke uterus.
c.Nyeri pelvis kronis.
8. Faktor Risiko PID
PID dapat terjadi disegala usia pada wanita yang aktif secara seksual, namun yang
tersering adalah pada wanita usia muda. Wanita yang berusia < 25 tahun memiliki
kemungkinan yang lebih besar mengalami PID.
9. Pencegahan PID
14
Langkah-langkah berikut membantu anda terhindar dari infeksi menular seksual dan
mencegah terjadinya PID;
- Gunakan kondom setiap berhubungan seksual

- Hanya melakukan hubungan sseksual dengan pasangan yang tidak menderita penyakit
menular seksual

- Batasi jumlah pasangan seksual

- Apabila pasangan infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati
karena dapat menyebar kesaluran reproduksi bagian atas

- Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi

10. Sikap Bidan Terhadap Kasus PID


Sebaiknya bidan segera diobati melakukan deteksi dini risiko PID, melakukan
konsultasi, dan segera melakukan rujukan.

2.4.5 Unwanted pregenarcy dan aborsi.


Unwanted precnarcy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak di inginkan merupakan
sebagai kondisi dimana pasangan tidak menghakiki adanya proses kelahiran dari suatu
kehamilan

1. Faktor faktor penyebab unwanted pregnarcy

banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnarcy, antara lain :


a. Penundahan dan peningkatan usia kawin.

b. Ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang prilaku seksual

c. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan

d. Persoalan ekonomi

e. Alasan karir atau masih sekolah

f. Kehamilan karena inces

g. Kehamialan datang pada saat belum diharapkan

15
h. Bayi yang dalam kandungan ternyata cacat

i. Kegagalan KB

j. Kehamilan yang diakibatkan hubungan seksual diluar pernikahan.

2. Pencegahan unwanted precnarcy

Unwanted precnarcy dapat dicegah dengan beberapa langkah yaitu :


a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah

b. Manfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan fositif

c. Menghindari perbuatan perbuatan yang mendorong perbuatan seksual

3.akibat unwanted precnarcy dan aborsi bagi remaja


Angkah kejadia aborsi di indonesia diperkirahkan mancapai 2,3 juta pertahun, sekitar
750.000 dilakukan oleh remaja.program kesehatan remaja. Program kesehatan reproduksi
yang dikembangkan oleh pemerintah tidak hanya untuk yang sudah menikah da tidak rujuk
pada kebutuhan yang terkait denga informasi seksual, edukasi dan penyediaan pekayanan,
bermula dari hubungan seks pranikah atau seks adalah terjadi kehamilan yang tidak
diharapkan (KTD)
4.bila kehamilan di akhiri (aborsi)
Tindakan aborsi mengakibatka dampak negativ secara fisik, psikis, dan sosial
terutama bila dilakuakn secara tidak aman.
a. Resiko fisik

b. Risiko psikis

c. Resiko sosial

d. Resiko ekonomi

ABORSI
1. Definisi aborsi

Ensikolopedia indonesia memberikan penjelasan bahwa abortus diaritkan pengakhiran


kematian sebelum masa generasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000
gram.
2. Jenis jenis aborsi

16
a) Abortus spontaneus

Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor faktor makanis ataupun
macanalis semata mata disebabka oleh faktor alamiah
1)Abortus competes (keguguran lengkap)

2)Abortus inkomleatus ( keguguran bersisa)

3)Abortus imbinen

4)Missed abortion

5)Abortus habitualis

6)Abortus infekssious

b) Abortus provakatus (indoset abortion)

Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat obatan maupun alat alat, ini
terbagi menjadi dua :
1)Abortus provacatus mediacinalis adalah aborsi yang diakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis.

2)Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh tindakan tindaka yang tidak
legal atau tidak indikasi medis.

3. Alasan terjadinya aborsi

a. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan.

b. Yang dikarnakan memilikiekonomi yang pas pasan sehingga cenderung bersikap


menolak kelahiran anak

c. Masyarakat cenderng menyisikan dan menyudutkan wanita yang hamil diluar nikah

d. Ada aturan yag tudak memperbolehka karya wanitanya hamil

e. Pergaulan yag bebas bagi remaja yang masih duduk dibangku seklolah, misalnya
SMA.

f. Dari segi medis umur reprduksi yag sehat umur 20-35 tahun.

17
g. Pandangan sebagan orang bahwa tanda tanda kehudupan jania antara lain adanya detak
jantung yakni umur sekitar 3 bulan.

4. aborsi dalam etika

abosi ditinjau dari etik kedokteran indonesia


kewajiaban umum pasal 7 di undang undang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
berbunyi ‘’setiap dokter harus senatiasa mengingat akan kewajiaban menlindungi hidup
insani ‘’artinya setiap segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk kesehatan
dan kebahagiaan.

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan kedalam kedalam dua
golongan yakni :
a. abortus buatan legalkan

yaitu pengguguran kandungan yag dilakukan menurut syarat dan cara cara yang dibenar
oleh undag undang.

b. Abortus buatan ilegal

Yaitu pengguguran kadungan yang bertujuan selain dari pada untuk menyelamatka atau
menyembuhkan si ibu, dilakukanoleh tenaga yang tidak berkopenten serta tidak
memenuhi syarat

5. langakah pemerinta mengatasi probelmeatika unwanted pregnancy

Ada beberapa langka yang dilaksanakan pemerinta dalam menghadapi persoalan ini,
yakni :
a. Merujuk pada paradigma sehat, yakni mencega lebih baik dari pada mengobati.

b. Mengusahaka dan meningkatkan pelayanan yang aman (safe abortion) bukan legalisasi
aborsi

c. Memperbaiki UU No 23 atau tahun 1992; dengan tujuan utama adalah menghilangkan


racunan.

d. Mengembangkan layanan pacsa aborsi (post abortion care) dirumah sakit atau puskesmas
(masih pilot project).

18
2.4.6 Hormone replanmen trerapy

1. pengertian
Terapi sulih hormon atau juga dikenal dengan hormone replacemen trapy (HRT) merupakan
terapi pengganti hormon seks wanita saat memasuki neopause.
Adapun standar ataupun sifat ideal terapi sulih hormon adalah :
 Mempunyai efek spesifik terhadap jaringn yag ditujuh.

 Menghilangkan gejala vasomotor.

 Dapat memperbaiki stuasi da kondisi

 Dapat mencega terjadinya spotorosis

 Tidak menstumulasi

 Tidak mempengaruhi metabolisme

 Mempunyai sifat kardionakratif

 Dapat memperbaiki fungsi kejiwaan

2. tata cara memberian terapi sulih hormon

pemberian dengan cara ekstrogen murni


cara memberian TSH
cara seksensual (SCHRT)
memberikan kontinu (CCHRT)

3. indikasih pemberian terapi sulih hormon

pemberian ekstrogen sebagai hormon pengganti pada wanita nomopause mempunyai


keuntungan gejala vartimotor
pada dasarnya pemberian TSH bertujun untuk :
 pengobatan

 pencegahan

 pengobatan gejala vasomotor


19
4. resiko penggunaan terapi sulih hormon

a. kanker payudara

b. neoplasia endometrium

c. penyakit tumbeobonik

d. hipertensi dan peningkatan berat badan

5. kontradinadikasih THS

a. berdasarkan pervaginam yang belum jelas penyebab

b. kerusakan hati

c. deep toombosis vena akut

d. sedang menderita kanker payudara

e. sedang menderita kanker endometrium

f. hiperligmedimia karna kelainan hereditas

g. polifiri

6. efek samping terapi sulih hormon

a. mual munta

b. gangguan gastrointestial

c. retensi cairan tubuh

d. bread

e. nyeri kepala migran

f. penembahan berat badan

g. penurunan berat badan

h. penurunan bido (jenis HRT tertentu )

20
i. depresi

j. pendarahan bercak

7. makanan mengandung fitostrogen

Sebenarnya, estrogen bisa dapat dari tanaman ( fitoetrogen) denagn mengomsumsi


estrogen langsung dari tanaman tentu lebih aman.
Hasil identifikasi komomponen isoflavon menggunakan high porformance liquid
chromatogrfiphy (HPLC)didapatkan konsentrasi genetain

2.5 Skrining dan Deteksi Dini

1. Pengertian

Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan
test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu
kelainan.

Test skrining dapat dilakukan dengan :

· Pertanyaan (anamnesa)

· Pemeriksaan fisik

· Pemeriksaan laboratorium

2. Tujuan skrining dan deteksi dini

Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular seperti kanker, diabetes
mellitus, glaucoma, dan lain-lain.

3. Persyaratan skrining

Menurut Wilson and Jungner (1986) persyaratan skrining antara lain :

21
· Masalah kesehatan atau penyakit yang diskrining harus merupakan masalah kesehatan
yang penting.

· Harus tersedia pengobatan bagi pasien yang terdiagnosa setelah proses skrining.

· Tersedia fasilitas diagnosa dan pengobatan.

Contoh program skrining :

· Phenylketonuria (PKU) adalah skrining kelainan bawaan metabolisme phenylalanin yg


diakibatkan kerusakan aktifitas enzim phenylalanin-hidroxylase. Penyakit ini muncul pd
usia 3-6 bln dan ditandai oleh keterlambatan perkembangan bayi

· Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8 bulan.

· Test Papanicolaou-smear (PAP SMEAR) untuk skrining kanker serviks,

· Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.

· Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining kanker payudara pada wanita
diatas 50 tahun.

· Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses
reproduksi.
 Ruang lingkup kespro meliputi :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ), termasuk
PMS-HIV / AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.

 Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan
individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan
waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan


khususnya dengan konsep kesehatan reproduksi, gangguan reproduksi dan skrining kesehatan
reproduksi dan juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetric dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.


1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliati Lia, Ai Yeyen Rukiah. 2012. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) Bagian 2. Jakarta: Trans
Info Media

24

Anda mungkin juga menyukai