Hak-hak Kesehatan Reproduksi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002
(Nelwan, 2019) dapat dijabarkan secara praktis sebagai berikut.
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien sehingga menjamin keselamatan dan
keamanan klien.
2. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai individu) berhak
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat- obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan, dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan, dan tidak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan serta
memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-istri berhak memilki hubungan yang didasari
penghargaan.
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang
diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7. Setiap remaja lelaki maupun perempuan berhak memperoleh informasi yang tepat dan
benar tentang reproduksi sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan
seksual yang bertanggung jawab.
8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap, dan
akurat mengenai penyakit menular seksual termasuk HIV/ AIDS.
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) merupakan suatu tantangan kesehatan
reproduksi dan seksualitas remaja di Indonesia. Berbagai aktivitas telah dilakukan pemerintah
untuk memenuhi hak-hak reproduksi remaja. Pemerintah dan aspek terkait hendaknya
memberikan pendidikan seksualitas dan reproduksi yang komprehensif, menangani berbagai
masalah kekerasan seksual, menyediakan akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi,
serta mempromosikan keragaman demi meningkatkan hidup yang penuh toleransi. Masalah
kesehatan reproduksi terjadi karena keterbatasan informasi dan juga miskonsepsi terhadap
pendidikan kesehatan reproduksi sehingga pada akhirnya berpengaruh pada tingginya angka
kehamilan tidak direncanakan, angka kematian ibu, serta kejadian infeksi menular seksual dan
HIV/AIDS di Indonesia.