Anda di halaman 1dari 11

PERAN PEREMPUAN DALAM PEMENUHAN HAK REPRODUKSI

DALAM BERBAGAI TATANAN LAYANAN

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kebijakan dalam Kebidanan

Disusun Oleh:
Utari Wulandari 22220707
Hanifah Haning Sukma 222207075
Uun Putri Marasabessy 222207076
Susi Oktari 222207077
Raudhatul Jannah 222207078
Vidia Dwi Anggraini 222207079

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu bentuk tolak ukur kesejahteraan
Masyarakat karena Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga
negara untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan termasuk Masyarakat miskin.
Pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan preventif (pencegahan), promotif
(peningkatan kesehatan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan) dengan
sasaran masyarakat (Notoatmodjo, 2008). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan
Pasal 1 ayat 11 Undang - Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
mengandung pengertian upaya atau pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Kesehatan memegang peranan penting dalam membina dan mengembangkan potensi
dan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pembangunan, karena di dalam.
Pasal 28 A UUD 1945 mengatakan bahwa “Semua orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” dan dipertegas dengan Pasal 28 H
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Oleh karena itu kesehatan
merupakan hal penting dan menjadi hak bagi semua orang.
Pihak yang berpengaruh cukup besar untuk menunjang Kesehatan masyarakat
adalah tenaga kesehatan yang mana dalam hal ini tenaga kebidanan menjadi tenaga
kesehatan yang sangat penting mengingat bahwa Perempuan memiliki peranan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak terutama saat didalam kandungan serta untuk
menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan angka
kematian ibu dan anak.
Pasal 46 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
menentukan bahwa bidan dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu


b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanankesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana menjadi


hal penting untuk menunjang peningkatan kesehatan di Indonesia terutama bagi
perempuan mengingat kesehatan reproduksi reproduksi telah diatur dalam Pasal 71
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial secara utuh
tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Peran bidan sangat penting, karena bidan terjun langsung pada persoalan
masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat bersama sama dengan tenaga kesehatan lainya unuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkanya, kapan dan dimanapun dia
berada Berdasarkan hal tersebut pula program keluarga berencana menjadi program
yang sangat membantu meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia.
Karena keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya atau strategi kependudukan
dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan
tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam Upaya kesehatan reproduksi
dan keluarga berencana meningkatan kesehatan ibu

B. TUJUAN
Untuk Memahami Peran perempuan dalam pemenuhan hak reproduksi dalam
berbagai tatanan layanan
BAB II
ISI
A. Kesehatan Reproduksi
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD
(international Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun
1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang berfokus pada
kesehatan serta hak reproduksi. Tahun 1995 Konferensi sedunia IV tentang wanita
dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haque 1999, di New York tahun 2000 menyepakati
antara lain:
Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Purwieningru, 2008).
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan Secara luas, ruang
lingkup kesehatan reproduksi meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk
PMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas
6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll
B. Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak
lahir sampai mati agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang
jelas serta terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan
dan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia.
1) Konsepsi
Perlakuan sama anatara janin laki-laki dan perempuan, pelayanan ANC,
persalinan, nifas dan BBL.
2) Remaja
Pemberian gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate,
pencegagan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan
usia yang wajar, Pendidikandan peningkatan keterampilan, peningkatan
penghargaan diri, peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
3) Usia subur
Pemeliharaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman, pencegahan
kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, menggunakan kontrasepsi untuk
mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, pencegahan terhadap PMS
atau HIV/AIDS, pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
pencegahan penanggulangan masalah aborsi, deteksi dini kanker payudara dab
leher rahim, pencegahan dan manajemen infertilitas.
4) Usia lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, perhatian terhadap kemungkinan
penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh,
gangguan moebilitas dan osteoporois, deteksi dini kanker rahim dan kanker
prostat.
C. Hak Hak Reproduksi
Hak- hak reproduksi Menurut Sri Rahayu (2016),
berikut adalah beberapa hak reproduksi:
1) Hak mendapat kan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2) Hak mendapatkan pelayanan dan kesehatan reproduksi.
3) Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksinya
4) Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
5) Hak untuk hidup dan terbatas dari resiko kematian karena kehamilan,
kelahiran karena masalah jender.
6) Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.
7) Hak untuk penganiayan dan pelayanan buruk yang menyangkut kesehatan
reproduksi
8) Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan reproduksi.
9) Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksinya.
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik yang
bernuansa kesehatan reproduksi.
12) Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan
reproduksi.
D. Elemen Elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab masyarakat dan
Negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai social (Ardina
dkk,1998:68). Pemenuhan hak hak reprosuksi merupakan bentuk perlindungan bagi
setiap individu , serta prakondisi untuk memperoleh hak hak lainnya tanpa
diskriminasi. Hak hak reproduksi mengawasi pemeritah dalam mematuhidokumen-
dokumen HAM seperti tidak terpenuhi ha katas pendidikan pelayanan kesehatan dan
social yang menyebabkan kematian ibu.
Hak- hak reproduksi berarti pasangan dari individu berhak untuk
memutuskan apakah dan kapan mereka memeiliki anak tanpa diskriminasi, paksaan
dan kekerasan ( wiknjosastro,2006:18),
Terdapat tiga elemen yang harus di penuhi pertama hak untuk bebas
menentukan jumlah anak dan kapan ( atau apakah mau) melahirkan . kedua hak unruk
mendapatkan informasi yang lengkap dan cara /metode utuk mengatur kesuburannya,
dan ketiga untuk memiliki control tubuhnya.
1. Elemen pertama
Di peruntuhkan bagi pasangan dan invividu, yang mencakup mulai dari hak
menentukan bila dan kapan hendak menikah , memilih pasanagan , sampai
dengan hak untuk mempunyai anak ( jumalah maupun jarak waktunya ). Hakk
ini tidak boleh dilanggar baik oleh individu lain, masyarakat maupun
pemerintah. Penentuan kapan, berapa banyak dan jarak waktu mempunyai
anak adalah hak dan tanggung jawab dai pasangan dan individu yang
bersangkutan.
2. Eleman kedua
Ha untuk mampu mengatur kesuburan, encakup hak untuk mendapatkan
infoemasi tentang KBdan pelayananya. Artinya pemerintah tidak boleh
menghambat atau membatasi individu maupun pasangan unruk mendaptakan
informasi dan pendidikan yang lengkap berkaitan kontrasepsi maupun untuk
mendapatkan dan menggunakan kontrasepsi (modern maupun tradisional).
Praktek pelayanan KB di lapangan yang memberikan innformasi yang parsial,
serta pemasangan kontrasepsi tertentu tanpa di dahuui peemeriksaan yang
lengkap, tidak adanya konseling yang mengutamankan kepentingan kesehatan
perempuan adalah beberapa contoh pelanggaran terhapan kesuburan ini.
3. Eleman ketiga
Hak perempuan untuk mempunyai control atas tubuhnya sendiri, baik terhadap
kapasitas seksualnya dan reproduksinya maupun untuk memiliki integritas
terhadap tubunya, bentuk pelanggaran dalam pengertianini antara lain adalah :
hubungan seksual yang didasari rasa keterpaksaan, pemberian sanksi karena
memiliki jumlah anak yang lebih dari norma yang ditetapkan, praktek praktek
yang menahan perempuan untuk dapat menghentikan pemakaian kontrasepsi
yang dirasakan sangat membebani baik secara fisik (gangguan fisik) maupun
mental ( mengalami kecemasan maupun depresi berkepanjangan). Persoalan
pelanggaran hak reproduksi perempuan muncul ketika pertanyaan tentang
seberapa jauh persepsi dan kepatuhan benar-benar didasarkan pada ketiga
elemen hak reproduksi

E. Tanggungjawab Bidan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi
dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. (Eko & Yanti, 2010;54).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak. (Eko & Yanti, 2010:58
Pasangan Usia Subur merupakan salah satu penentu jumlah penduduk di
Indonesia, apabila mereka tidak mendapat asuhan kebidanan yang tepat maka tidak
menutup kemungkinan jumlah penduduk akan semakin bertambah. Oleh karena itu,
sebagai tenaga kesehatan bidan harus memberikan masukan yang tepat terhadap
pasangan tersebut, seperti berikut:
1) Penjelasan mengenai kontrasepsi yang tepat susuai dengan usia dan
kebutuhan.
2) Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
3) Penyuluhan mengenai PMS, seperti: HIV/AIDS
4) Pengetahuan gangguan organ reproduksi
(Franciska & Novita, 2013; 24).
1. Tugas mandiri bidan dalam kesehatan reproduksi
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2) Menentukan diagnosis
3) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan
7) Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan. (Sari, 2012; 122)
b. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita ganggguan system reproduksi dan
wanita dalam masa klikmaterium dan menopause:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2) Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas dan kebutuhan asuhan
3) Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
5) Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah
diberikan
6) Membuat rencana tindak lanjut bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan (Sari, 2012;
125).
2. Tugas kolaborasi/kerjasama dalam kesehatan reproduksi Menerapkan manajemen
kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga:
1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
2) Menentukan diagnosis, prognosis dan kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi
3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil
kolaborasi serta kerjasama dengan klien
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan melibatkan klien
5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan. (Sari, 2012; 126)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu bentuk tolak ukur kesejahteraan
Masyarakat karena Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga
negara untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan termasuk Masyarakat miskin.
Definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Purwieningru, 2008).
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak lahir sampai mati agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen
pelayanan yang jelas serta terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak
reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia.
Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab masyarakat dan
Negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai social (Ardina
dkk,1998:68).

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dian permatasari,dkk. 2022. Kesehatan reproduksi dankeluarga berencana.Yayasan kita


menulis

Yessi.2015, Teori Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: CV Budi Utami

Hasibuan,2021, Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn.N Dengan Menorhagea Di Bpm
Bidan Mona Di Kota Padangsidimpuan. Diakses pada 28/09/23 pukul 14.00 WIb
https://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/877/1/ERA%20PUTRI%20NIBA
%20HASIBUAN.pdf

Kusmiran, eny. 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta : selemba medika

Prijatni, ida dan sri rahayu.2016. kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Jakarta : kementrian
kesehatan RI pusdik SDM kesehatan BPPSDMK

Hidayati, elli. 2017. Kesehatan perempuan dan perencanaan keluarga. Jakarta fakultas kedokteran
dan kesehatan UMJ https://id.scribd.com/document/495831701/Makalah-Konsep-Kesehatan-
Reproduksi

Dahri, Nurdeni “Reproduksi Perempuan dalam Perspektif Islam (Tinjauan terhadap


Haid, Nifas, dan Istihadhah)”, Kanwil Kementrian Agama Provinsi Riau, t.th.

Departemen Kesehatan RI, Modul Kesehatan Reproduksi, Jakarta, 2001.

Departemen Kesehatan RI, Pusat Penyuluhan Kesehatan, Strategi Penyuluhan, Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai