Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak


dikemukakannya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang kependudukan
danpembangunan Internasional Conference On Population and Development ( ICPD ) diCairo,
Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan , yaitu
dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi
pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut menandatangani kesepakatan ICPD,
menindak lanjuti pertemuan tersebut dengan mengadakan Lokal karya Nasional Kesehatan
Reproduksi tahun 1996 dan 2003 di Jakarta. Kesepakatan yang dihasilkan antaranya adalah:
untuk dapat memenuhi hak-hak reproduksi setiap individu, maka pelayanan kesehatan
reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, yaitu dengan mengintregasikan
setiap komponen program terkait kesehatan reproduksi dengan menekankan pentingnya keadilan
dan kesetaraan gender serta pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya untukmeningkatkan
akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu pada siklus hidupnya.
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang terintregasi kepada
setiap individu sesuai usia, sejak tahun 2002 Kementerian Kesehatan telah
mengembangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di pelayanan kesehatan
dasar. Sampai tahun 2014 berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi , telah ada
sebanyak 2.133 puskesmas PKRT dengan cakupan kabupaten/kota yang memiliki minimal
4 puskesmas PKRT sebesar 237 kabupaten/kota ( 45% ) di seluruhIndonesia ( Data rutin.2013 )
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk menyelamatkan generasi
bangsa. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu jalan untuk memberikan pemahaman kepada
semua pihak tentang pentingnya kesehatan khusunya bagi generasi penerus. Pendidikan kesehatan
khususnya untuk remaja dimaksud agar dapat mengenal dan mengetahui tentang berbagai
perubahan-perubahan yang terbjadi pada dirinya. Dengan adanya pemahaman ini, remaja
diharapkan tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Di Indonesia pendidikan
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Ada
beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi yaitu : 1.) Banyak kalangan bependapat bahwa
masalah kesehatan reproduksi, seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan
kalangan medis. 2.) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi
hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar proses kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap
bukan masalah kaum remaja. 3.) Banyak yang masih mentabukan untuk membahs masalah kesehtan
reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut juga akan berarti membahas masalah
hubungan seks pendidikan seks.
Masalah ini menjadi fokus bersama dikarenakan di Indonesia, populasi remaja, sebagaimana
yang dikatan WHO adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun memang terbilang cukup
besar, hampir 18,3 % dari total jumlah penduduk atau sekitar 43 juta jiwa lebih. Hal ini ditambah
pula dengan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,
psikologi, maupun sosial dimana mereka memasuki masa yang penuh strorm and stress, yaitu masa
pubertas. Dibanding dengan kesehatan pada golongan umur yang lain, masalah kesehatan pada
kelompok remaja lebih kompleks, yaitu terkait dengan masa pubertas. Menjadi masalah yang cukup
pelik dikemudian hari adalah munculnya fenomena pernikahan dini yang dilakukan oleh remaja ini.
Fenomena ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang pendidikan seksual.
Remaja yang melakukan nikah dini lebih dikarenakan oleh salahnya pergaulan mereka, akibatnya
jalan pintas yang diambil. Disinilah peran pendidikan kesehatan reproduksi dibutuhkan untuk
mengurangi angka pernikahan dini.

B.
C. LATAR BELAKANG
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut menandatangani kesepakatan ICPD,
menindak lanjuti pertemuan tersebut dengan mengadakan Lokal karya Nasional Kesehatan
Reproduksi tahun 1996 dan 2003 di Jakarta. Kesepakatan yang dihasilkan antaranya adalah:
untuk dapat memenuhi hak-hak reproduksi setiap individu, maka pelayanan kesehatan
reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, yaitu dengan mengintregasikan
setiap komponen program terkait kesehatan reproduksi dengan menekankan pentingnya keadilan
dan kesetaraan gender serta pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya untukmeningkatkan
akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu pada siklus hidupnya.
Menjadi lebih penting lagi karena keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi ini
akan menghilangkan missoportunity sekaligus lebih menjamin efektifitas dan efisiensi dalam
pelayanan. Kesehatan reproduksi telah tercantum di dalam Undang Undang KesehatanNomor 36
Tahun 2009 , yaitu pasal 71, yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi sebagai suatu keadaan
sehat secara fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata-semata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system , fungsi , danproses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan. Dengan pengertian tersebut, maka kesehatan reproduksi mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas yang mencakup keseluruhan siklus hidup manusia mulai sejak lahir
sampai lanjut usia.
Selanjutnya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau dan berkualitas ditetapkan peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan setiap
orang diperoleh melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman , dan dapat di pertanggung
jawabkan serta menjamin kesehatan itu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan
generasiyang sehat dan berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu.Setelah hampir 20 tahun
sejak rekomendasi ICPD yang menekankan pentingnya pemenuhan hak-hak reproduksi disepakati,
namun belum semua individu mendapatkan akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi. Hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya angka kematian ibu ( AKI ), tingginya
kehamilan usia remaja,rendahnya pemakaian kontrasepsi dan lain sebagainya. Melihat kenyataan
tersebut, kunci rekomendasi agenda pasca tahun 2014, bahwa setiap Negara harus
melakukan intensifikasi kebijakan politik yang mendorong kesehatan reproduksi dapat
diakses semua individu dengan focus pada agenda ICPD Cairo yang tertunda:
1. Menghargai , melindungi, memenuhi hak seksual dan reproduksi setiap individumelalui
pendidikan masyarakat serta penyesuaian kebijakan dan peraturan
2. Pencapaian akses universal terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi,
pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas,
komprehensif dan terintregasi.
3. Menjaminakses universal dalam pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensifbagi
kaum muda.
4. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menjamin akses universal
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan bagi semua penyintas kekerasan berbasis
gender.
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang terintregasi
kepadasetiap individu sesuai usia, sejak tahun 2002 Kementerian Kesehatan telah
mengembangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) di pelayanan kesehatan
dasar. Sampai tahun 2014 berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi , telah ada
sebanyak 2.133 puskesmas PKRT dengan cakupan kabupaten/kota yang memiliki minimal
4 puskesmas PKRT sebesar 237 kabupaten/kota ( 45% ) di seluruhIndonesia ( Data rutin.2013 )

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi remaja terpadu dalam
rangka pencapaian nakses universal kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
Menyediakan acuan pelayanan kesehatan reproduksi remaja terpadu di pelayanan
kesehatan dasar dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Meningkatnya
penyelenggaraan kesehatan reproduksi terpadu ditingkat pelayanan kesehatan dasar.
Menjelaskan tentang pernikahan dini dan dampak yang diakibatkan dari pernikahan dini.
Meningkatnya capaian indikator pelayanan program dalam lingkup kesehatan reproduksi
remaja.

D. SASARAN
Sasaran adalah guru atau pembina UKS SD/ Madrasah Ibtidaiyah, SMP/ Madrasah
Tsanawiyah, SMA/SMK / Madrasah Aliyah.

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Di Dalam Gedung Pasien yang datang berobat ke Puskesmas Bareng usia 10-19 tahun
yang memerlukan konseling mengenai kesehatan reproduksi akan diberikan konseling KRR
di poli remaja Di Luar Gedung:
1. Penyuluhan KRR di SMP/MTs
2. Skrening siswa baru SMP/MTs
3. Skrening siswa baru SMA/MA/SMK
4. Penyuluhan KRR di SMA/MA/SMK
5. Jejaring remaja
3. Cara Melaksanakan Kegiatan KRR di Dalam Gedung Pasien yang berobat atau yang
datang ke Puskesmas Bareng dalam wilayah kerja Puskesmas Bareng diberikan
pelayanan kesehatan reproduksi bagi yang membutuhkan. Cara Melaksanakan Kegiatan
KRR di Luar Gedung
1. Membentuk TIM Pelaksana Kegiatan.
2. Komunikasi dan koordinasi dengan Linsek maupun Linpro atau pelaksana kegiatan yang
meliputi :a. Pembuatan Jadwal kegiatan.b. Sasaran Kegiatan.c. Tempat pelaksanaan
kegiatan.
3. Melaksanaan kegiatan berdasarkan TATA NILAI (Kerja keras,kerja cerdas,kerja
ikhlas,kerja tuntas,taat azas.

E. SASARAN
Sasaran adalah guru atau pembina UKS SD/ Madrasah Ibtidaiyah, SMP/ Madrasah
Tsanawiyah, SMA/SMK / Madrasah Aliyah.
F. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2016 diaulah Madrasah Aliyah Neger
(MAN MODEL) Kota Ternate Utara, dan akan dilakukan setiap tahun sekali di sekolah yang
berbeda.

G. PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN


Pembiayaan kegiatan ini bersumber pada Bantuan Jaminan Kesehatan Nasional 2016.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Pelaksanaan kegiatan ini meliputi, sosialisasi upaya berhenti merokok di lingkungan pelajar
dengan tujuan agar memberi pengetahuan tentang dampak dan bahaya merokok, serta
menekan angka perokok aktif dikalangan pelajar. Dari sosialisasi yang dilakukan terlihat
bahwa antusias pelajar mengenai pengetahuan dampak dan bahaya merokok sangatlah
tinggi. Hal ini dapt dilihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada pemateri.

I. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Hasil kegiatan Sosialisasi Dampak Dan Bahaya Merokok dilingkungan sekolah dilakukan
secara manual oleh petugas pelaksana kegiatan. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk
digunakan dalam pembinaan sekaligus sebagai laporan ke Instansi terkait secara berjenjang.
Hasil dari sosialisasi ini merupakan sumber data yang penting untuk pemantauan dan
penilaian terhadap perokok dikalangan guru dan pelajar.

.I. PENCATATAN , PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pelaporan dilaksanakan setiap awal bulan berikutnya kepada kepala Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang. 2. Evaluasi pelaksanaan program dilakukan tiap semester
dan selama setahun

Anda mungkin juga menyukai