Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Puskesmas merupakan ujung tombak pembangunan


Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat baik yang berupa preventif, promotif maupun
kuratif sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang handal dan
strategis dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat.
Kemajuan suatu wilayah/daerah dapat dilihat dari tiga
indikator, antara lain Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.
Dimana ketiga faktor tadi merupakan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan IPM ( Indeks Pembangunan Manusia ).
Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu
indikator untuk menaikkan IPM, maka harus mempunyai Visi
dan Misi serta strategi yang jelas dan terarah. Salah satu
sasaranya adalah meningkatkan perencanaan dan system
informasi kesehatan yang seluas-luasnya yang dapat diakses
oleh masyarakat, sehingga tujuan pembangunan kesehatan
dapat tercapai.
Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan
dipuskesmas sejak awal decade yang lalu. Selama ini lebih
sepuluh tahun, kebijakan dalam permenkes no 75 tahun 2014
tentang pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan kemenkes
pedoman standar nasional pelayanan kesehatan peduli remaja
tahun 2014. Program ini lebih banyak bergerak dalam
pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan
remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah usaha
kesehatan sekolah (UKS) karang taruna atau organisasi pemuda
lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh
puskesmas.
Besarnya populasi kelompok usia remaja dapat
dimaknai sebagai aset dan potensi bangsa di masa depan.
Namun demikian, untuk dapat mewujudkan harapan tersebut,
Negara dan masyarakat harus dapat menjamin agar remaja

1
Indonesia mampu tumbuh dan berkembang secara positif dan
terbebas dari berbagai permasalahan yang mengancam. Upaya
untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut tidaklah mudah.
Pentingnya remaja sebagai aset masa depan peradaban manusia
ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator yang ditetapkan
Persatuan Bangsa Bangsa sebagai Millenium Development Goals
yang berkait langsung dengan remaja dan orang muda.
Indikator tersebut adalah tingkat melek huruf pada penduduk
usia 15-24 tahun, tingkat persalinan remaja, prevalensi HIV-
AIDS pada penduduk usia 15-24 tahun, proporsi penduduk usia
15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang
HIVAIDS, dan rasio partisipasi sekolah anak usia 10-14 tahun
yang tidak yatim piatu dibandingkan dengan yang yatim piatu.
Beberapa fakta berikut ini menunjukkan bahwa saat ini
remaja Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
(1) Perilaku berisiko
1.1 Data SDKI tahun 2012 menunjukan bahwa 28%
remaja perempuan dan 24% remaja laki-laki meminum
minuman beralkohol pada usia sebelum 15 tahun.
Sekitar 2,8% remaja 15-19 tahun terlibat
penyalahgunaan NAPZA, dan 0,7 % perempuan dan
4,5% laki-laki umur 15-19 tahun melakukan
hubungan seks pra-nikah. 
1.2 Data Riskesdas 2013, menujukan bahwa sebanyak
1,4% remaja umur 10-14 tahun dan 18,3% remaja
umur 15-19 tahun saat ini merokok. Selain itu
diketahui bahwa 56% perokok laki-laki dan 59%
perokok wanita mulai merokok sebelum mereka
berumur 15 tahun.
1.3 Sekitar 32,1% remaja perempuan dan 36,5 remaja laki-
laki yang berumur 15-19 tahun mulai berpacaran pada
saat mereka belum berusia 15 tahun (SDKI 2012). Jika
para remaja tersebut tidak memiliki keterampilan
hidup (life skills) yang memadai, mereka berisiko
memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat. Indikasi
mengenai hal ini terlihat dari fakta bahwa 0,7%

2
perempuan umur 15-19 tahun dan 4,5% laki-laki
umur 15-19 tahun pernah melakukan hubungan
seksual pranikah. Alasan hubungan seksual pranikah
tersebut sebagian besar karena penasaran/ ingin tahu
(57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan) dan
dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan) (SDKI
2012). Bukti ini mencerminkan bahwa kurangnya
pemahaman remaja tentang keterampilan hidup sehat,
risiko hubungan seksual dan kemampuan untuk
menolak hubungan yang tidak mereka inginkan.
1.4 Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa 7% remaja
perempuan 15-19 tahun pernah melahirkan. Hal ini
sungguh memprihatinkan karena kehamilan dan
persalinan pada remaja di bawah 19 tahun
meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil SDKI yang menunjukan
angka fertilitas pada remaja umur 15-19 tahun adalah
48/1000 perempuan di kelompok umur tersebut.
Persalinan pada ibu di bawah umur 20 tahun memiliki
kontribusi dalam tingginya Angka Kematian Neonatal
(34/1000), kematian bayi (50/ 1000), dan kematian
balita (61/1000).
(2) Pengetahuan
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukan bahwa pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai.
Hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja
lakilaki umur 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan
dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.
Sebanyak 41,2% perempuan dan 55,3% laki-laki umur
15-19 tahun mengetahui bahwa cara penularan HIV-AIDS
dapat dikurangi jika berhubungan seks hanya dengan
seseorang yang tidak memiliki pasangan lain. 46%
perempuan dan 60,8 % laki-laki umur 15-19 tahun
mengetahui bahwa penularan HIV-AIDS dapat dikurangi
dengan menggunakan kondom. Hanya 9,9% perempuan

3
dan 10,6% laki-laki umur 15-19 tahun memiliki
pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.
(3) Akses terhadap informasi Remaja umur 15-19 tahun lebih
suka berdiskusi/curhat mengenai masalah kesehatan
reproduksi kepada teman sebayanya, seperti yang
ditunjukan SDKI 2012, dimana sebesar 57,1% laki-laki
dan 57,6% perempuan berdiskusi/curhat mengenai
kesehatan reproduksi dengan temannya. Sementara itu,
remaja umur 15-19 tahun menyukai bila sumber
informasi kesehatan reproduksi diperoleh dari teman
sebaya (33,3% laki-laki dan 19,9% perempuan), guru
(29,6% laki-laki dan 31,2% perempuan), ibu (12,7% laki-
laki dan 40% perempuan), dan tenaga kesehatan (2,6%
laki-laki dan 35,7% perempuan). Jenis informasi yang
sering diperoleh remaja adalah bahaya penyalahgunaan
NAPZA, bahaya minum minuman beralkohol dan tentang
HIV-AIDS termasuk penggunaan kondom untuk
pencegahan penularannya.
Terkait kasus Acquired Immuno deficiency Syndrome
(AIDS), laporan triwulan Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( Ditjen P2PL )
sampai Maret 2012 menunjukkan:
4.1 Faktor risiko atau cara penularan tertinggi pada
tahun 2013 adalah melalui hubungan seks tidak aman
pada Heteroseksual (81,1%), diikuti Penasun (7,8%),
Perinatal (5%) dan Homoseksual (2,8%)).
4.2 Proporsi kumulatif kasus AIDS tahun 1987-2013
tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun
(30,7%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (21,8%) dan
kelompok umur 40-49 tahun (10%). Sedangkan pada
tahun 2013, proporsi tertinggi adalah pada kelompok
umur 30-39 tahun, yaitu sebanyak 39,1%, kemudian
diikuti kelompok umur 20-29 tahun (26,1%), dan
kelompok umur 40-49 tahun (16,5%).
4.3 Proporsi kumulatif kasus AIDS (1987-2013) lebih
tinggi pada laki-laki (55,4%) dibandingkan dengan

4
perempuan (28,8%) sementara sisanya tidak melaporkan
jenis kelamin, tetapi pada tahun 2013 menunjukan hal
yang berbeda pada laki-laki sebanyak 42,2%% dan
perempuan sebanyak 57,8%.
4.4 Provinsi dengan jumlah Infeksi HIV yang dilaporkan
terbanyak tahun 2013 adalah DKI Jakarta (867), Papua
(768), Jawa Timur ( 737), Jawa Barat (464), Bali (439),
Sumatera Utara (417), Jawa Tengah (380), Riau (228),
Kep. Riau 200) dan Kalimantan Timur (146).
Melihat besaran berbagai permasalahan sebagaimana
diuraikan diatas, maka sudah seharusnyalah pembinaan
kesehatan remaja dijadikan sebagai bagian dari program
prioritas pemerintah. Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan Program Kesehatan Remaja di Indonesia
dengan menggunakan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) sejak tahun 2003. Hingga akhir tahun 2013,
dilaporkan bahwa dari 497 kabupaten/kota yang ada di
Indonesia, sebanyak 406 (81, 69%) kabupaten/kota telah
memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana PKPR. Selain
itu, pengembangan PKPR di tingkat Rumah Sakit sebagai
layanan rujukan juga telah dilakukan.

B. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Secara umum laporan ini di buat agar dapat mengetahui
perkembangan dan memberikan gambaran umum
tentang apa, mengapa dan bagaimana pelayanan
kesehatan yang ramah remaja.
1.2 Tujuan Khusus
1.2.1 Untuk mengetahui jumlah remaja yang datang sendiri
ke sarana kesehatan.
1.2.2 Untuk mengetahui trend naik kasus kesehatan
remaja di wilayah kerja puskesmas Cilimus.
1.2.3 Agar dapat mempersiapkan sarana dan prasarana
dalam rangka untuk penanggulangan.

5
1.2.4 Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati
dan melaksanakan hidup sehat, melalui promosi
kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan
dan kasus kesehatan pada remaja dapat di cegah.
1.2.5 Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit
pada remaja di suatu wilayah kerja yang meliputi
target dan pengelolaannya.

6
BAB II
ANALISA SITUASI

A. Sejarah Singkat UPT Puskesmas Cilimus Kecamatan


Bayongbong
UPT Puskesmas Cilimus Kecamatan Bayongbong didirikan
pada tahun 1994. Pada awalnya adalah Puskesmas pembantu
dari Puskesmas Bayongbong dan pada tahun 1996 secara resmi
menjadi Puskesmas Cilimus.
.
B. Data Geografi
Di wilayah kerja administratif Kecamatan Bayongbong
mempunyai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
sejumlah dua Puskesmas yaitu DTP Puskesmas Bayongbong
dan UPT Puskesmas Cilimus.
1. Wilayah kerja UPT Puskesmas Cilimus
UPT Puskesmas Cilimus adalah salah satu Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berada dalam
wilayah kerja administratif Kecamatan Bayongbong yang
terletak di sebelah selatan Kabupaten Garut Jl. Raya
Bayongbong Km.8, Desa Sukarame, Kecamatan
Bayongbong, Kabupaten Garut. dengan luas wilayah +
697,754 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Cilimus terdiri
dari 9 Desa diantaranya yaitu Desa Sukarame, Desa
Sukamanah, Desa Sirnagalih, Desa Hegarmanah, Desa
Salakuray, Desa Sukasenang, Desa Panembong, Desa
Karyajaya dan Desa Mekarjaya.
Dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Cibunar
b. Sebelah Selatan : Gunung Cikuray
c. Sebelah Barat : Desa Ciela
d. Sebelah Timur : Desa Mangkurakyat

7
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cilimus

Keterangan:
Keterangan:

Puskesmas
Cilimus
Pustu

Kantor Desa
Jalan
Sungai

Puskesmas Cilimus sebagai penyelenggara dan fasilitas


kesehatan memiliki, Puskesmas Pembantu ada 2 (Dua) :
1. Puskesmas Pembantu Sukamanah
2. Puskesmas Pembantu Mekarjaya.
2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Keberadaan Puskesmas Cilimus saat ini melayani
penduduk kecamatan sebanyak 51.152 jiwa dengan proposi
penduduk Laki-laki sebanyak 26.128 jiwa dan perempuan
sebanyak 25.024 jiwa. Kepersertaan penduduk dalam
Jaminan Kesehatan Nasional sudah mencapai 11.241 Jiwa
terdiri dari Kepesertaan JKN Mandiri 407 jiwa, Askes PNS
61 jiwa dan JKN PBI (Penerima Bantuan Iuran) sebanyak
10.773 jiwa. Adapun sebaran penduduk perdesa dapat
dilihat sebagai berikut :

8
Tabel II.1
Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2019

JUMLA
JUMLAH
N LAKI- PEREMP H
DESA KK
O LAKI UAN PENDU
RT RW
DUK
1 Sukarame 2602 2645 5247 1465 8 22
Sukamana
2 3265 3027 6292 1916 32 11
h
3 Sirnagalih 4022 3685 7707 2141 57 13
Hegarman
4 2263 2189 4452 1290 22 6
ah
5 Salakuray 2602 2645 5247 1465 22 6
Sukasenan
6 2634 2528 5162 1427 29 9
g
7 Mekarjaya 2753 2631 5384 1502 29 7
Panembon
8 3407 3284 6691 1422 38 8
g
9 Karyajaya 2580 2390 4970 1422 23 6
1405
JUMLAH 25024 26128 51152
0

Pertumbuhan laju penduduk di Kabupaten Bayongbong


yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan
berdampak kepada berbagai segi kehidupan termasuk
terhadap indikator dari indeks bidang Kesehatan.
3. Gambaran Sosial Ekonomi
a. Penduduk Miskin
Indikator kemiskinan ditentukan dengan nilai rupiah
yang dibelanjakan untuk 2.100 kalori per kapita per hari
ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok
minimum lainnya seperti perumahan, sandang,
pendidikan, kesehatan dan transportasi. Kemiskinan

9
juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan
kebutuhan primer sehingga berdampak terhadap
pemenuhan makanan sehat yang efeknya dapat
melemahkan daya tahan tubuh. Lemahnya daya tahan
tubuh akan berdampak pada morbiditas (angka
kesakitan) masyarakat. Fenomena gizi buruk dan
kurang sering berhubungan dengan kondisi ekonomi
yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan
pemenuhan pangan dapat menyebabkan; busung lapar,
kwashiorkor dan penyakit kekurangan vitamin
(Xeropthalmia, Scorbut, dan beri-beri).
Kemiskinan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang
diukur dari pengeluaran. Pengukuran kemiskinan
dilakukan dengan cara menetapkan standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun non makanan
yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup layak. Nilai
standar kebutuhan minimum tersebut digunakan
sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara
penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas
tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan.
b. Mata Pencaharian Penduduk
Pekerjaan yang rutin dilakukan dan mendatangkan
nafkah dinamakan mata pencaharian. Hal ini bisa
dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat.
Berdasarkan ciri yang dimilikinya, kehidupan penduduk
dapat dibedakan menjadi dua corak, yakni corak
kehidupan tradisional (sederhana) dan corak kehidupan
modern (kompleks). Masing-masing corak kehidupan
memiliki ciri tersendiri.
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak
sederhana biasanya sangat berhubungan dengan
pemanfaatan lahan dan sumber daya alam. Contohnya
pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sementara,
mata pencaharian penduduk yang memiliki corak

10
modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang
tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan
dan sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan
pariwisata.
Adapun kondisi Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Cilimus Kecamatan Bayongbong yang berupa daerah
perbukitan dan pedesaan, mata pencaharian
penduduknya memiliki corak sederhana dimana
sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani
72,4 %, peternak 11,3 %, aparat pemerintah 2,7 %, dan
sebagian besar penduduk lainnya bekerja sebagai buruh
di kota.
C. Kondisi Internal Puskesmas
Kondisi internal UPT Puskesmas Cilimus dapat
diidentifikasi menurut pendekatan sistem di bawah ini :
1. Input
a. Sumber Daya Manusia, terdiri dari 9 (sembilan) jenis
tenaga kesehatan dan tenaga penunjang / tenaga
administrasi.
b. Keuangan, antaralain pendapatan operasional yang
bersumber dari jasa layanan umum, kapitasi bpjs,
pendapatan jampersal, pendapatan BLUD lainnya, dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bersumber dari
APBD.
c. Sarana dan Prasarana (Fasilitas yang ada di Puskesmas,
baik bahan habis pakai ataupun berupa aset).
2. Proses
Kegiatan Rutin, merupakan semua Program pokok dan
Program Inovatif (program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat) sesuai dengan POA yang
disusun termasuk kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.
3. Output
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Cilimus, sesuai dengan tujuan UPT

11
Puskesmas Cilimus dalam rangka membantu mewujudkan
tujuan Pembangunan Kesehatan.

D. Jam Pelayanan, Jenis Pelayanan, Persyaratan Pelayanan


dan Jumlah Tenaga

1. Jam Pelayanan di UPT Puskesmas Cilimus


Jam pelayanan rawat jalan di Puskesmas induk dan
Puskesmas Pembantu (PUSTU) dengan menjalankan 6
(enam) hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari
Sabtu dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Hari Senin s.d. Kamis : Pukul 07.30 - 14.00 WIB,
istirahat Pukul 12.00 - 13.00 WIB,
b. Hari Jum’at : Pukul 07.30 - 14.30 WIB, istirahat Pukul
11.00 - 13.00 WIB
c. Hari Sabtu : Pukul 07.30 - 13.00 WIB
2. Jenis Pelayanan di UPT Puskesmas Cilimus
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas
Cilimus nomor : 04/SK-ADMEN/PKM-CLM/III/2018 tanggal
1 Maret 2018 tentang Jenis - Jenis Pelayanan Yang
Disediakan di UPT Puskesmas Cilimus, Jenis - jenis
pelayanan yang disediakan oleh UPT Puskesmas Cilimus
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan UKM Esensial dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, yang meliputi :

1) Pelayanan Promosi Kesehatan dan UKS

2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

4) Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

5) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

6) Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

b. Pelayanan UKM Pengembangan yang meliputi :

12
1) Pelayanan Kesehatan Jiwa

2) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

3) Pelayanan Kesehatan Olah Raga

4) Pelayanan Kesehatan Lansia

5) Pelayanan Kesehatan Kerja

6) Pelayanan Kesehatan Indera

7) Pelayanan Kesehatan Lainnya (MTBM/MTBS,


SDIDTK)

c. Pelayanan UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium,


meliputi :

1) Pelayanan Pemeriksaan Umum

2) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP dan Persalinan

3) Pelayanan Gawat Darurat

4) Pelayanan Gizi Klinik

5) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

6) Pelayanan Kefarmasian

7) Pelayanan Laboratorium/Penunjang Diagnosa


d. Pelayanan Jejaring meliputi :

1) Puskesmas Pembantu

2) Puskesmas Keliling

3) Bidan Desa

4) Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan


3. Persyaratan Pelayanan di UPT Puskesmas Cilimus

a. Pasien Umum : membawa kartu identitas (KTP, KK) bagi


peserta kunjungan baru, membawa kartu kunjungan
bagi peserta kunjungan lama, dan membayar retribusi

13
sesuai Perbup Garut nomor 1172 tahun 2015 tentang
Tarif Pelayanan Unit Pelaksana Teknis Dinas Puskesmas
DTP dan NON DTP Dengan Status PPK-BLUD.

b. Pasien Peserta BPJS / KIS : membawa kartu BPJS/KIS


dan kartu identitas (KTP, KK) bagi peserta kunjungan
baru, membawa kartu kunjungan dan kartu BPJS/KIS
bagi peserta kunjungan lama.

c. Pasien Peserta Jampersal : kartu identitas (KTP, KK) dan


Surat Keterangan Tidak Mampu dari Pemerintah Desa
Setempat.

4. Jumlah SDMK di UPT Puskesmas Cilimus


Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu
dengan tersedianya sumber daya kesehatan yang berkualitas
serta terpenuhinya secara kuantitas. Sumber daya kesehatan
yang diperlukan dalam pembangunan kesehatan diantaranya
yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM), Dana, Sarana Prasarana,
Teknologi.

Tabel II.2
Keadaan SDMK di UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2020

JUMLAH
KET

N
JABATAN NON PNS
TOTAL

O
PNS

NON
BLUD
TKK
PTT

NS

PNS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kepala Puskesmas 1 1
Kepala Subbag Tata
2 1 1
Usaha
Bendahara
3 - -
Pengeluaran
Bendahara
4 - -
Penerima
5 Juru Bayar / Kasir 1 1

14
6 Rekam Medis - -
Pengadministrasian
7 1 1 2 4
Umum
8 Kepegawaian - 1 1
9 Pranata Komputer - -
10 Inventaris Barang - -
11 Pengelola Barang - -
12 Pengemudi 1 1
13 Pramu Husada - -
14 Dokter Umum 1 1 2
15 Dokter Gigi 1 1
16 Perawat 6 2 2 10
17 Perawat gigi 2 2
18 Bidan 5 9 14
19 Labolatorium - 1 1
20 Apoteker - 1 1
21 Asisten Apoteker 1 1 2
22 Promosi Kesehatan 1 1
Kesehatan
23 - 1 1
Lingkungan
24 Nutrisionis - 1 1
TOTAL 22 1 2 14 6 45
Sumber : Data Kepegawaian UPT Puskesmas Cilimus

Sumber Daya Manusia atau Ketenagaan yang ada di UPT


Puskesmas Cilimus yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari :
1 orang Kepala Puskesmas, 10 orang Perawat dan 2 orang
Perawat Gigi, sebagai pemegang Program dan Pelaksana
Kegiatan Pengobatan, Bidan sejumlah 14 orang, 1 orang Bidan
Koordinator, 4 orang sebagai KIA, dan 9 orang sebagai Bidan
Desa, Tenaga Kesehatan Masyarakat 1 orang, Tenaga Gizi 1
orang dan Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 orang.

Tabel II.3
Komposisi SDMK di UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2020
PERAWAT

SANITASI
FARMASI

NON KES
DOKTER

KESMAS

ANALIS
BIDAN

N
GIZI

UNIT KERJA
O

15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas 3 10 14 3 1 1 1 1 7

2 Pustu Sukamanah - 1 - - - - - - -

3 Pustu Mekarjaya - 1 - - - - - - -

TOTAL 3 12 14 3 1 1 1 1 7
Sumber : Data Kepegawaian UPT Puskesmas Cilimus

Tabel II.4
Data 9 Jenis Tenaga Kesehatan
di UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2020

N JENIS STATUS
NAMA PENDIDIKAN
O TENAGA TENAGA
A DOKTER UMUM
dr. R. Ghianesya Dokter NON PNS
1 S1 Kedokteran
Gantina Umum BLUD
Dokter
2 dr. Ryan Soraya S1 Kedokteran PNS
Umum
B DOKTER GIGI
S1 Kedokteran
1 drg. Nurul Januar Dokter Gigi PNS
Gigi
C PERAWAT
S1
Ai Daliah, S.Kep, Keperawata
1 Keperawatan PNS
Ners n
Ners
S1
Hj. Iis Aisyah, Keperawata
2 Keperawatan PNS
S.Kep, Ners n
Ners
S1
Lilis Haryani, Keperawata
3 Keperawatan PNS
S.Kep, Ners n
Ners
S1
Elis Liswana, Keperawata
4 Keperawatan PNS
S.Kep, Ners n
Ners
Mastura Irawan, Keperawata S1
5 PNS
S.Kep n Keperawatan
Asep Diki P, Keperawata DIII
6 PNS
Amd.Kep n Keperawatan
DIII
Dewi Suminar, Keperawata
7 Keperawatan PNS
AMKG n Gigi
Gigi
DIII
Iis Nurkomala, Keperawata
8 Keperawatan PNS
Amd.KG n Gigi
Gigi
Dede Hasanah, Keperawata DIII
9 TKK
AMK n Keperawatan

16
Gina Andriana, Keperawata DIII
10 TKK
Amd.Kep n Keperawatan
Keperawata S1 NON PNS
11 Ai Roswati, S.Kep
n Keperawatan BLUD
Mumar Toha, Keperawata S1 NON PNS
12
S.Kep n Keperawatan BLUD
D BIDAN
1 Ade Yunarsih, S.ST Bidan DIV Kebidanan PNS
2 Noneng, S.ST Bidan DIV Kebidanan PNS
Euis Siti Saripah,
3 Bidan DIII Kebidanan PNS
Amd.Keb
Rina Herlina,
4 Bidan DIII Kebidanan PNS
Amd.Keb
Neng Endah N,
5 Bidan DIII Kebidanan PNS
Amd.Keb
Lisnawati, NON PNS
6 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
Seftenina N A, NON PNS
7 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
NON PNS
8 Tera N, Amd.keb Bidan DIII Kebidanan
BLUD
Indri Hardianti, NON PNS
9 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
NON PNS
10 Wulan K, Amd.Keb Bidan DIII Kebidanan
BLUD
Sully Triyanti, NON PNS
11 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
Neng Siti M, NON PNS
12 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
Nur Risa M, NON PNS
13 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
Eulis Isma N, NON PNS
14 Bidan DIII Kebidanan
Amd.Keb BLUD
E NUTRISIONIS
1 Siti Rodiah, AM.KG Gizi DIII Gizi PTT
F LABOTARIUM
Eva Luthfiah, NON PNS
1 Analisis DIII Analis 
Amd.AK BLUD
G APOTEKER
Fani Andayani,
1 Apoteker  S1 Apoteker NON PNS
S.Si, Apt
H PROMOSI KESEHATAN
Promosi S1 Kesehatan
1 Kusyanadi, SKM PNS
Kesehatan Masyarakat
Elis Humaeroh, Promosi S1 Kesehatan
2 PNS
SKM Kesehatan Masyarakat
Raden Boby Gana Promosi S1 Kesehatan NON PNS
3
S, SKM Kesehatan Masyarakat DINKES
I KESEHATAN LINGKUNGAN
1 Alda Auliya Nabilla Sanitarian DIII Sanitarian NON PNS

17
Sumber : Data Kepegawaian UPT Puskesmas Cilimus

Tabel II.5
Data Keadaan SDMK di UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2020
N STATUS
NAMA JENIS TENAGA PENDIDIKAN
O TENAGA
1 2 3 4 5
Kusyanadi,
1 Kepala Puskesmas S1 Kesmas PNS
S.KM
Dadang
S1
2 Wahyudi, Kepala Subbag PNS
Pendidikan
S.Pd
S1
Ai Daliah,
3 Perawat Keperawatan PNS
S.Kep, Ners
Ners
drg. Nurul S1 Kedoteran
4 Dokter Gigi PNS
Yanuar Gigi
Pengadministrasia
5 Iyar Wiyarti SMA PNS
n Umum
Hj. Iis S1
6 Aisyah, Perawat Keperawatan PNS
S.Kep, Ners Ners
S1
Lilis Haryani,
7 Perawat Keperawatan PNS
S.Kep, Ners
Ners
Eulis S1
8 Liswana, Perawat Keperawatan PNS
S.Kep, Ners Ners
Eulis
S1 Kesehatan
9 Humaeroh, Promkes PNS
Masyarakat
S.KM
Mastura
S1
10 Irawan, Perawat PNS
Keperawatan
S.Kep
DIV
11 Noneng, S.ST Bidan PNS
Kebidanan
Ade
DIV
12 Yunarsih, BIdan PNS
Kebidanan
S.ST
13 Ade Gufron Kasir SMA PNS
Setiani, DIII
14 Kefarmasian PNS
Amd.Farm Kefarmasian
dr. Ryan
S1
15 Soraya Dokter Umum PNS
Kedokteran
Mahasin
Dewi DIII
16 Suminar T, Perawat Gigi Keperawatan PNS
AMKG Gigi
Iwan
17 Supir SMP PNS
Hernawan

18
Euis Siti
DIII
18 Saripah, Bidan Desa PNS
Kebidanan
Amd.Keb
Rina Herlina, DIII
19 Bidan Desa PNS
Amd.Keb Kebidanan
Neng Endah DIII
20 Bidan Desa PNS
N, Amd.Keb Kebidanan
Iis DIII
21 Nurkomala, Perawat Gigi Keperawatan PNS
Amd.KG Gigi
Asep Diki
DIII
22 Permana, Perawat PNS
Keperawatan
Amd.Kep
dr. R.
S1 NON PNS
23 Ghianesya Dokter Umum
Kedokteran BLUD
Gantina
Siti Rodiah, DIII
24 Ahli Gizi PTT
AM.KG Nutrisionis
Dede
DIII
25 Hasanah, Perawat TKK
Keperawatan
AMK
Gina
DIII
26 Andriana, Perawat TKK
Keperawatan
Amd.Kep
Ai Roswati, S1 NON PNS
27 Perawat
S.Kep Keperawatan BLUD
Mumar S1 NON PNS
28 Perawat
Toha, S.Kep Keperawatan BLUD
NON PNS
29 Noviyanti Staf TU SMA
BLUD
Lisnawati, DIII NON PNS
30 Bidan Desa
Amd.Keb Kebidanan BLUD
Seftenina N DIII NON PNS
31 Bidan Desa
A, Amd.Keb Kebidanan BLUD
Tera N, DIII NON PNS
32 Bidan
Amd.keb Kebidanan BLUD
Indri
DIII NON PNS
33 Hardianti, Bidan
Kebidanan BLUD
Amd.Keb
Wulan K, DIII NON PNS
34 Bidan Desa
Amd.Keb Kebidanan BLUD
Sully
DIII NON PNS
35 Triyanti, Bidan
Kebidanan BLUD
Amd.Keb
Neng Siti M, DIII NON PNS
36 Bidan Desa
Amd.Keb Kebidanan BLUD
Nur Risa M, DIII NON PNS
37 Bidan Desa
Amd.Keb Kebidanan BLUD
Eulis Isma DIII NON PNS
38 Bidan Desa
N, Amd.Keb Kebidanan BLUD
Eva
NON PNS
39 Luthfiah, Analis DIII Analis
BLUD
Amd. AK

19
Fani
NON PNS
40 Andayani, Apoteker S1 Apoteker
Dinkes
S.Si, Apt
R. Boby
Gana S1 Kesehatan NON PNS
41 Staf TU
Saputra, Masyarakat Dinkes
S.KM
Kokom NON PNS
42 Staf TU SMA
Komalasari Puskesmas
Iqbal Rizki NON PNS
43 Farmasi SMF
Fauzi Dinkes
Ahmad NON PNS
44 Staf TU SMK
Suwarso Puskesmas
Alda Auliya DIII
45 Sanitarian NON PNS
Nabilla Sanitarian
Sumber : Data Kepegawaian UPT Puskesmas Cilimus

E. Sarana Prasarana
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat salah
satunya ditunjang oleh sarana kesehatan. Sarana kesehatan
yang ada di Kabupaten Garut terdiri dari fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah dan swasta.
Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan,
puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jejaring pelayanan
kesehatan terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas
keliling dan bidan desa. Sedangkan jejaring fasilitas kesehatan
terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Tabel II.6
Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cilimus

20
FASILITAS
NO 2017 2018 2019 KETERANGAN
KESEHATAN
Puskesmas
1 2 2 2
Pembantu
2 Posyandu 78 78 78

3 Poskesdes 6 6 6

4 Praktek Dokter 2 1 1

5 Praktek Bidan

6 Apotek 1 2 2

Tabel II.7
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Dan Puskesmas Keliling di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Cilimus

Jumlah
Jumlah
Jumlah Puskesmas Ratio
Puskesm
TT Keliling Pustu/
Puskesmas as
Puskesma Perahu Puskesma
Pembant
s Roda 4 Bermot s
u
or
1 0 2 1 0 2:1

BAB III
TINJAUAN TEORITIS PKPR
A. Pengertian

21
Untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang
bersekolah maupun tidak bersekolah, Kementrian Kesehatan RI
telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja,
menerima remaja dengan tangan terbuka dan menyenangkan,
lokasi pelayanan yang mudah dijangkau, aman, menjaga
kerahasiaan, kenyamanan dan privasi serta tidak ada stigma.
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan
kesehatan peduli remaja yang melayani semua remaja dalam
bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan
kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir
untuk berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar
dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja
(Fadhlina, 2012).
PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan
dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja
dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR)
dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas yang menerapkan
PKPR) (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011).
B. Dasar Hukum

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan yang tertuang dalam:
1. Pasal 131 ayat
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus
ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang
yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan
angka kematian bayi dan anak.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan
sampai berusia 18 tahun.
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai
mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung

22
jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga,
masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Pasal 136 Ayat
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan
untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat
dan produktif baik sosial maupun ekonomi.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi
remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan
kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani
kehidupan reproduksi secara sehat.
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan masyarakat.
3. Pasal 137 Ayat
(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat
memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai
kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan
bertanggung jawab. Universitas Sumatera Utara
(2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam
menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan
layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai
agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan.

C. Kriteria Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR


1. Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang
memerlukan konseling.
2. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah dengan
melakukan kegiatan KIE kesehatan reproduksi min 2x
setahun.
3. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10%
dari jumlah murid di sekolah binaan

D. Manfaat PKPR

23
Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) menurut Fadhlina (2012) diantaranya:
1. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD),
seminar, jambore, dll.
2. Konseling/berbagi masalah kesehatan dan berbagai masalah
remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin).
3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan
remaja agar dapat ikut membantu teman yang sedang punya
masalah.
E. Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR
Sasaran dari PKPR ini adalah semua remaja dimana saja
berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang
taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren,
asrama, dan kelompok remaja lainnya.
Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan
edukasi, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, pendidikan Keterampilan hidup sehat
(PKHS), penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer Counselor/
Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis.
Pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan
kesehatan, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian
imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi,
pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila
menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.
F. Strategi Keberhasilan PKPR
Demi keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR
digunakan strategi sebagai berikut:
1) Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara
bertahap.
2) Penyertaan remaja secara aktif.
3) Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.
4) Dilaksanakan kegiatan minimal Pemberian KIE, pelaksanaan
konseling serta pelayanan klinis medis termasuk rujukan.
Tanpa konseling pelayanan tidak akan disebut PKPR.

24
5) Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Misalnya Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diperuntukkan bagi remaja
yang ada di sekolah. Universitas Sumatera Utara
6) Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan
minimal PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan
puskesmas.
7) Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring
dan evaluasi secara berkala dilakukan oleh tim dari puskesmas
dan tim dari Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten. Pendidikan
kesehatan dapat berupa mata pelajaran ilmu kesehatan atau
upaya-upaya lain yang disisipkan dalam ilmu-ilmu lain seperti
olahraga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan
sebagainya. Selain melalui pelajaran, pendidikan kesehatan
juga dapat diperkenalkan melalui pendidikan kesehatan yang
disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan
perilaku sehat peserta didik. Dengan adanya dukungan dari
pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat meminimalisir
kejadian atau masalah yang berhubungan dengan remaja.
Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Kualitas generasi yang akan datang ditentukan oleh peran
semua sektor pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi
yang tepat. Dengan melakukan Upaya Pelayanan Kesehatan
Remaja kita telah berinvestasi terhadap aset bangsa.
G. Pengetahuan
Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan
pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan
kehidupannya (Keraf, 2001).
Pengetahuan adalah segala Universitas Sumatera Utara sesuatu
yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia
mencari dan hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang
dinamakan pengetahuan. (Tafsir, 2004).
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

25
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seorang maka semakin mudah
dalam mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
2. Informasi/Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedianya bermacam-
macam media massa mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, Universitas
Sumatera Utara surat kabar, majalah dan lainnya mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

26
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu. Hal ini karena adanya interaksi timbal balik ataupun
tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik. Universitas Sumatera Utara
Pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan
pengetahuan remaja terhadap pentingnya kesehatan
reproduksi, sehingga remaja dapat bertanggung jawab atas
keputusannya mengenai perilaku seksualnya.
United Nations Educational Scientific and Cultural Organization
(2009) mengemukakan pendidikan seksual dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai untuk membuat
keputusan yang bertanggung jawab terhadap perilaku seksual
remaja (Fadhlina, 2012).

H. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo,
2007).

27
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagau
suatu penghayatan terhadap objek. Allen, Guy and Edgley
mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap merupakan
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar,
2005).
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponan pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
menurut Azwar (2009) adalah:
1) Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita
alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan
kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis.
2) Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma
longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita

28
akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah
kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam
budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan
berkelompok, akan sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
3) Orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita
merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
sesorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak
dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi
individu adalah orang tua, orang yang satatus sosialnya lebih
tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri tau
suami dan lain-lain.
4) Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi.
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut.
5) Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri ndividu. Pemahaman akan baik-dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya.
6) Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak
semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

29
pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah ada dua arah
kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju
terhadap suatu objek maka arahnya positif dan sebaliknya
orang yang tidak setuju maka arahnya negatif.
Menurut Dianawati (2006) mengatakan bahwa remaja yang
mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan akan
lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks pranikah,
sedang remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai
seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai
seks pranikah dan akibat yang dap at ditimbulkan dari hal
tersebut.
Menurut Kusmiran (2011) tingkah laku yang menunjukkan
sikap positif terhadap seksualitas adalah sebagai berikut:
1) Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan.
2) Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok.
3) Tidak dijadian candaan dan bahan obrolan murahan.
4) Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya.
5) Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk
memahami diri dan orang lain, serta pemanfaatan secara baik
dan benar sesuai dengan fungsi dan tujan sakralnya.
I. Seks Pranikah
a. Pengertian Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan
sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam
bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini disebut
juga koitus, tetapi ada jga penetrasi ke mulut (oral) atau ke
anus (anal). Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh
sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu
agama pun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan
pernikahan. Hubungan seks pranikah terutama pada remaja

30
sangat merugikan remaja (Aryani, 2010). Seksual pranikah
remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja
sebelum menikah (BKKBN, 2007).
b. Faktor – faktor Penyebab Seks Pranikah
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan
hubungan seksual pranikah menurut Aryani (2010) yaitu:
1) Adanya dorongan biologis. Dorongan biologis untuk
melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah
dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja
hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari
luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat
film/majalah yang menampilkan gambar yang
membangkitkan erotisme.
2) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi
oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang
memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan hubungan
seks pranikah, karena mengingat ini merupakan dosa besar
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang
Mahakuasa. Namun keimanan ini dapat sirna bila remaja
dipengaruhi oeh obat-obatan misalnya psikotropika.
3) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah
tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan
karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan
gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai
hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu
dibicarakan dengan anak remaja. Sehingga saluran
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi
sangat kurang.
4) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual
pranikah Faktor kesempatan melakukan hubungan seks
pranikah sangat penting untuk dipertimbangkan.
Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan
hubungan seks didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

31
a) Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurang perhatian
pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi
alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan
hari-harinya dengan kesibukan masing-masing, sehingga
perhatian terhadap anak remaja terabaikan.
b) Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara
berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka
peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya
menginap di hote/motel atau ke night club sampai larut
malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan
seksual pranikah.
c) Pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat dapat
membuka peluang yang mendukung hubungan seksual
pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan
remaja yang menginap di hotel/motel adalah hal yang wajar
dan biasa sehingga tidak ditanyakan/diisyaratkan untuk
menunjukkan akte nikah.
d) Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi
remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seks
pranikah. Karena kemiskinan remaja putri terpaksa bekerja.
Namun, sering kali mereka menjadi korban eksploitasi dan
mengalami kekerasan seksual.
c. Dampak Seks Pranikah
Hubungan seks pranikah menimbulkan banyak kerugian
dan dampak bagi remaja menurut Aryani (2010)
diantaranya:
1. Risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya
Gonore, Sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis
dan lain sebagainya.
2. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan
bila aborsi yang tidak aman dan risiko infeksi atau kematian
karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka
berisiko melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
3. Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa
berdosa karena berzina). Universitas Sumatera Utara

32
4. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan.
d. Upaya Pencegahan Seks Pranikah
Banyaknya variabel yang memberikan kontribusi remaja
melakukan hubungan seks pranikah mengindikasikan
bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi
memerlukan kerja sama dari berbagai pihak.
Berikut ini adalah beberapa alternatif upaya pencegahan
hubungan seks pranikah pada remaja menurut Aryani
(2010):
1. Mengurangi besarnya dorongan biologis dengan cara
menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang
menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi,
membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak
merangsang serta membuat kelompok-kelompok kegiatan
positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri,
misalnya: teater, musik, olahraga, bahasa, pramuka,
menjahit dan sebagainya.
2. Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan
biologis dengan cara pendidikan agama dan budi pekerti,
penerapan hukum- hukum agama dalam kehidupan sehari-
hari, menghindari penggunaan narkoba dan orang tua atau
guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari, artinya
orang tua tidak melakukan hubungan di luar pernikahan,
selalu setia pada pasangan dan tidak melakukan
perselingkuhan.
3. Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja.
Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara
sempit sebagai sekedar hubungan seksual saja. Ini perlu
dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih
dini. Universitas Sumatera Utara Penyampaian materi
pendidian seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh kedua
orang tua dan sebelum usia 10 tahun pendidikan seks bisa
diberikan secara bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih
berperan. Sementara itu, di sekolah juga harus dibuka
informasi kesehatan reproduksi melalui penyuluhan secara

33
klasikal dan bimbingan secara individual oleh guru
bimbingan dan konseling (BK) sewaktu-waktu bila remaja
membutuhkan.
4. Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seks
pranikah dengan beberapa upaya dari orang tua dan
masyarakat di antaranya sebagai berikut:
a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti
tidak mengekang remaja, namun memberikan kebebasan
yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta,
maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut: pesta tidak
dilakukan sampai larut malam dan tidak menggunakan
cahaya yang remang-remang.
b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang
saku) yang berlebihan. Penggunaan uang harus termonitor
oleh orang tua. Orang tua mengarahkan dan memfasilitasi
kegiatan yang positif melalui kelompok sebaya sebagai
wahana bagi pengembangan talenta remaja.
c) Dukungan dari pemerintah juga diperlukan, misalkan
melalui pengawasan pasangan-pasangan remaja di tempat
wisata: persyaratan menunjukkan surat nikah bagi
pasangan yang menginap di hotel/motel; penegakan hukum
dalam memberantas narkoba serta pemberian bebas biaya
SPP kepada remaja tidak mampu dalam melanjutkan
pendidikan. Bila setiap orang tua, keluarga dan pemerintah
masing-masing memberian perhatian yang cukup pada
remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilainilai
moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi
kehidupan remaja.
J. Remaja
a. Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin
“adolescere” yang berarti “tumbuh atau “tumbuh menjadi
dewasa”. Istilah adolescnce berasal dari bahasa Inggris, saat
ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan menurut
Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana

34
individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Proverawati,
2009).
Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai
Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Namun
menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap
remaja apabila mencapai usia 16-18 tahun atau sudah
menikah dan mempunyai tempat tinggal.
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974,
anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk
menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan
19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati, 2009).
Menurut WHO, remaja adalah periode usia 10 sampai
dengan 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai
dengan 24 tahun. Sementara itu menururt The Health
Resource and Universitas Sumatera Utara Services
Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11- 21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu
remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun)
dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)
yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat
perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya
masa (rentang waktu) remaja ada tida tahap, yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
- Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan
teman sebaya.
- Tampak dan merasa ingin bebas.

35
- Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan
keadaan tubunya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)


- Tampak dan ingin mencari identitas diri.
- Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis.
- Timbul perasaan cinta yang mendalam.
- Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang.
- Berkhayal berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan
dengan seksual.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
- Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
- Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya. Universitas Sumatera Utara
- Dapat mewujudkan perasaan cinta.
- Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
b. Perkembangan Seksual Remaja Pada masa remaja terjadi
perubahan secara cepat, yang tidak seimbang dengan
perubahan psikis. Perubahan yang cukup besar ini dapat
membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu
mereka memerlukan pengertian dan bimbingan dan
lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang dewasa yang sehat baik jasmani,
maupun mental dan psikososial. Perubahan-perubahan
tersebut dapat dibedakan antara lain: (Syarbini dkk, 2012).
Perubahan fisik pada masa remaja
Terjadi perubahan fisik yang cepat pada masa remaja,
termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini
ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

36
1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berlangsung
dengan organ seks:
a. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)
b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki
2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu:
a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara,
tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut
disekitar kemaluan dan ketiak.
Pada remaja putri terjadi perubahan pinggul melebar,
pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,
tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan
(pubis).
Perubahan psikis pada masa remaja Proses perubahan
psikis berlangsung lebih lambat dibanding perubahan
fisik, yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b. Aresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar
yang berpengaruh, misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a. Mampu berfikir abstrak, senang memberi kritik,
b. Ingin mencoba hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba.
Perilaku ingin mencoba-coba hal-hal yang baru ini jika
didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa
remaja masuk pada hubungan pranikah.

37
BAB IV
CAPAIAN PROGRAM

A. Cakupan Program PKPR


PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli
Remaja. PKPR adalah program pemerintah yang diampu Dinas
Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota, dikoordinas Dinkes
tingkat Provinsi, untuk melayani kesehatan remaja.
Berdasarkan target dari Dinas Kesehatan bahwa
Indikator pelayanan PKPR di puskesmas untuk tahun 2020,
setiap puskesmas harus :
1. Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan pada
remaja di puskesmas,
2. Mampu membuat satu posyandu remaja dan
dilaksanakannya kegiatan posyandu remaja.

B. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan PKPR di luar lapangan adalah dengan
dibentuknya kegiatan posyandu remaja di setiap desa.
Puskesmas Cilimus baru mampu membuat 2 (dua) posyandu
remaja. Target puskesmas Cilimus untuk setiap desa harus ada
posyandu remaja minimal satu posrem. Kalau melihat dari
target dinas kesehatan bahwa setiap puskesmas harus memiliki
minimal satu posyandu remaja, bahwa puskesmas Cilimus
sudah memenuhi target yaitu mempunyai dua posyandu remaja
yang ada di desa Sukasenang dan Desa Sukamanah.
Untuk tahun sekarang, bahwa setiap desa sudah
melaksanakan pendataan sasaran (sarana dan prasarana) di
setiap RW/posyandu. Cuman, belum semua data sasaran
terkumpul yaitu baru 28 posyandu dari 78 posyandu atau
sebesar 36 %. Untuk menganalisa data hasil pendataan yang
ada di setiap desa masih tersendat. Sehingga, kegiatan MMD/

38
memusyawarahkan dengan lintas sectoral untuk kegiatan
pembentukan posyandu remaja disetiap desa belum bisa
dilaksanakan.

1) Masalah dan Hambatan


Cakupan pendataan sasaran remaja di setiap desa
wilayah Puskesmas Cilimus adalah 28 dari sasaran
78 atau 36 %.
2) Rencana Intervensi
 Meningkatkan pendekatan dan motivasi bagi para
kader kesehatan supaya lebih bersemangat dalam
mendukung terciptanya pelayanan pada remaja.
 Kerjasama lintas program melalui kegiatan
posyandu dan pertemuan rutin bulanan evaluasi
hasil kegiatan di setiap desa.
 Kerjasama dengan aparatur desa dan tokoh
masyarakat supaya ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pelayanan kesehatan peduli pada remaja.

C. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan situasi eksternal dan internal UPT
Puskesmas Cilimus, beberapa masalah dalam capaian program
di UPT Puskesmas Cilimus dapat dilihat di bawah ini yang
dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu,
ketersediaan sumber daya.
Cakupan pendataan sasaran remaja di setiap desa adalah
sebanyak 28 pos dari 78 posyandu atau sebanyak 36%.

2. Menetapkan Prioritas Masalah


Mengingat adanya keterbatasan kemampuan
mengatasi masalah secara sekaligus, ketidak tersediaan
teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan
masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas

39
dengan jalan kesepakatan tim. Dalam penetapan urutan
prioritas masalah dapat mempergunakan metode Urgensi (U),
Serious (S). Growth (G), Laevarage (L).
Masing-masing kriteria ditetapkan dengan nilai 1 – 5. Nilai
semakin besar jika tingkat urgensinya sangat mendesak, atau
tingkat perkembangan dan tingkat keseriusan semakin
memprihatinkan apabila tidak diatasi.Kemudian kalikan tingkat
urgensi (U) dengan tingkat perkembangan (G) dan tingkat
keseriusan (S).Prioritas masalah diurutkan berdasarkan hasil
perkalian yang paling besar dari ketiga hal tersebut dan disusun
dalam bentuk matriks.

Tabel 4.1

RANG
JUML

KING
AH
Kriteria
No
JENIS KEGIATAN
.
U S G

1 2 3 4 5 6 7
1 Cakupan pendataan sasaran remaja di 3 3 3 9 1
setiap desa perposyandu di wilayah
Puskesmas Cilimus masih rendah
yaitu 28 pos dari sasaran 78
posyandu atau 36 %.

3. Merumuskan Masalah:
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu
terjadi dan bila mana masalah itu terjadi (what, who, when,
where and how).
Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan metode, diagram sebab akibat dari Ishikawa
merupakan salah sau metode yang bisa digunakan (disebut
juga diagram tulang ikan karena digambarkan membentuk
tulang ikan), Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal
dari :

40
a. Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat,
tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan
dana.
b. Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan
pelayanan medis dan non medis.
c. Lingkungan : Untuk menetapkan cara pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan di
antara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari
alternatif pemecahan masalahnya.

Berikut ini matrik penyebab masalah dan pemecahan masalah


kesehatan di UPT Puskesmas Cilimus Tahun 2020.

41
MANUSIA METODE
Masih kurangnya kerjasama lintas program,
dan lintas sectoral dalam pelayanan
Masih kurangnya pengetahuan tokoh kesehatan
masyarakat/ kader kesehatan tentang
pentingnya pelayanan kesehatan pada
Pada remaja.
remaja

Masih belum optimal petugas kesehatan terhadap


pelayanan kesehatan peduli remaja
Masih kurangnya kesadaran tokoh
masyarakat/ kader kesehatan tentang
pentingnya pelayanan kesehatan pada
remaja karena merupakan program
baru
Cakupan pendataan
sasaran remaja di
Kurangnya dana untuk Banyak masyarakat yang
setiap desa
kurang peduli terhadap
kegiatan perposyandu di wilayah
Pelayanan dan
Masih terbatasnya dana Puskesmas Cilimus
kesehatan remaja
untuk mengadaan sarana masih rendah yaitu 28
dan prasarana karena pos dari sasaran 78
kegiatannya merupakan posyandu atau 36 %.
hal yang baru

DANA SARANA LINGKUNGAN

42
4. Cara Pemecahan Masalah:

Tabel 4.2
N ALTERNATIF PEMECAHAN
PRIORITAS MASALAH PENYEBAB MASALAH KET
O PEMECAHAN MASALAH MASALAH TERPILIH
UPAYA PENGEMBANGAN 
Program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
1 Cakupan pendataan sasaran  Masih kurangnya kerjasama Meningkatkan pendekatan Ikut berpartisipasi dalam  
remaja di setiap desa lintas program, dan lintas sectoral dan motivasi bagi para pertemuan rutin bulanan
perposyandu di wilayah dalam pelayanan kesehatan kader kesehatan supaya evaluasi hasil kegiatan
Puskesmas Cilimus masih Pada remaja. lebih bersemangat dalam tentang kesehatan di
rendah yaitu 28 pos dari mendukung terciptanya setiap desa
sasaran 78 posyandu atau 36 pelayanan pada remaja.
%. Kerjasama lintas program
melalui kegiatan posyandu
dan pertemuan rutin
bulanan evaluasi hasil
kegiatan di setiap desa.

43
BAB V
PENUTUP

Laporan tahunan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


ini, memuat analisis dan kondisi berbagai sumber daya yang
dimiliki puskesmas secara langsung dan tidak langsung
memberi dukungan bagi pelaksanaan kegiatan PKPR.
Penyusunan laporan ini merupakan bagian dari sistem
manajemen yang harus dilaksanakan puskesmas untuk
melihat sejauh mana pencapaian program dengan dukungan
sumber daya yang ada, sebagai bahan evaluasi terhadap
berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan dan bahan untuk penilaian kinerja
program dan petugas selama tahun 2020. Selain itu,
diharapkan juga menjadi pedoman dalam penyusunan rencana
program tahun berikutnya.
Penyusun menyadari dalam pembuatan laporan ini
masih terdapat kekurangan / kelengkapan data serta
penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari penulis, tak lupa penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua yang membantu dalam
menyelesaikan laporan tahunan ini.
Demikian laporan tahunan 2020 ini disusun, semoga
dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Garut, Januari 2021


Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Cilimus Pelaksana Kegiatan

Kusyanadi, SKM Asep Diki Permana, Amd.Kep


NIP. 19710408 199101 1 002 NIP. 19910304 201903 1 009

Anda mungkin juga menyukai