Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), yang termasuk kedalam
kelompok remaja adalahmereka yang berusia 10-19 tahun, dan secara
demografis kelompok remaja dibagi menjadikelompok usia 10-14 tahun
dan kelompok usia 15-19 tahun. Sementara Undang-UndangNo.23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengelompokkan setiap orang
yang berusiasampai dengan 18 tahun sebagai ‘anak’, sehingga
berdasarkan Undang-Undang ini sebagianbesar remaja termasuk dalam
kelompok anak. Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia
2000-2025, proporsi penduduk remaja berusia 10-19 tahun pada tahun
2010 adalah sekitar18,3% dari total penduduk atau sekitar 43 juta jiwa.
Besarnya populasi kelompok usia remaja dapat dimaknai sebagai aset
dan potensi bangsadi masa depan. Namun demikian, untuk dapat
mewujudkan harapan tersebut, Negara danmasyarakat harus dapat
menjamin agar remaja Indonesia mampu tumbuh dan berkembang
secara positif dan terbebas dari berbagai permasalahan yang
mengancam. Upaya untuk dapatmewujudkan cita-cita tersebut tidaklah
mudah. Pentingnya remaja sebagai aset masa depanperadaban manusia
ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator yang ditetapkan
PersatuanBangsa Bangsa sebagai Millenium Development Goals yang
berkait langsung dengan remajadan orang muda. Indikator tersebut
adalah tingkat melek huruf pada penduduk usia 15-24
tahun, tingkat persalinan remaja, prevalensi HIV-AIDS pada penduduk
usia 15-24 tahun,proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIVAIDS, dan rasio partisipasi
sekolah anak usia 10-14 tahun yang tidak yatim piatu dibandingkan
dengan yang yatim piatu.Beberapa fakta berikut ini menunjukkan
bahwa saat ini remaja Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
(1) Perilaku berisiko
 Data SDKI tahun 2012 menunjukan bahwa 28% remaja perempuan
dan 24% remajalaki-laki meminum minuman beralkohol pada usia
sebelum 15 tahun. Sekitar 2,8%remaja 15-19 tahun terlibat
penyalahgunaan NAPZA, dan 0,7 % perempuan dan 4,5% laki-laki umur
15-19 tahun melakukan hubungan seks pra-nikah.

1
 Data Riskesdas 2013, menujukan bahwa sebanyak 1,4% remaja umur
10-14 tahundan 18,3% remaja umur 15-19 tahun saat ini merokok.
Selain itu diketahui bahwa 56%perokok laki-laki dan 59% perokok
wanita mulai merokok sebelum mereka berumur 15 tahun
 Sekitar 32,1% remaja perempuan dan 36,5 remaja laki-laki yang
berumur 15-19tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia
15 tahun (SDKI 2012). Jikapara remaja tersebut tidak memiliki
keterampilan hidup (life skills) yang memadai,mereka berisiko memiliki
perilaku pacaran yang tidak sehat. Indikasi mengenai halini terlihat dari
fakta bahwa 0,7% perempuan umur 15-19 tahun dan 4,5% laki-laki
umur 15-19 tahun pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Alasan hubunganseksual pranikah tersebut sebagian besar karena
penasaran/ ingin tahu (57,5% pria),terjadi begitu saja (38% perempuan)
dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan)
(SDKI 2012). Bukti ini mencerminkan bahwa kurangnya pemahaman
remaja tentangketerampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan
kemampuan untuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan.
 Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa 7% remaja perempuan 15-19
tahun pernahmelahirkan. Hal ini sungguh memprihatinkan karena
kehamilan dan persalinan padaremaja di bawah 19 tahun meningkatkan
risiko kematian ibu dan bayi. Hal ini dapatdibuktikan dari hasil SDKI
yang menunjukan angka fertilitas pada remaja umur 15-19
tahun adalah 48/1000 perempuan di kelompok umur tersebut.
Persalinan pada ibu dibawah umur 20 tahun memiliki kontribusi dalam
tingginya Angka Kematian Neonatal(34/1000), kematian bayi (50/ 1000),
dan kematian balita (61/1000).
(2) Pengetahuan
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja
tentang kesehatanreproduksi belum memadai. Hanya 35,3% remaja
perempuan dan 31,2% remaja lakilaki umur 15-19 tahun mengetahui
bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kaliberhubungan seksual.
Sebanyak 41,2% perempuan dan 55,3% laki-laki umur 15-19 tahun
mengetahui bahwa cara penularan HIV-AIDS dapat dikurangi jika
berhubungan seks hanya dengan seseorang yang tidak memiliki
pasangan lain. 46% perempuan dan 60,8 % laki-laki umur 15-19 tahun
mengetahui bahwa penularan HIV-AIDS dapat dikurangidengan
menggunakan kondom. Hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-laki

2
umur 15-19tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-
AIDS.
(3) Akses terhadap informasi
Remaja umur 15-19 tahun lebih suka berdiskusi/curhat mengenai
masalah kesehatanreproduksi kepada teman sebayanya, seperti yang
ditunjukan SDKI 2012, dimanasebesar 57,1% laki-laki dan 57,6%
perempuan berdiskusi/curhat mengenai kesehatanreproduksi dengan
temannya. Sementara itu, remaja umur 15-19 tahun menyukai bila
sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh dari teman sebaya
(33,3% laki-laki dan19,9% perempuan), guru (29,6% laki-laki dan 31,2%
perempuan), ibu (12,7% laki-laki dan 40% perempuan), dan tenaga
kesehatan (2,6% laki-laki dan 35,7% perempuan). Jenis
informasi yang sering diperoleh remaja adalah bahaya penyalahgunaan
NAPZA, bahaya minum minuman beralkohol dan tentang HIV-AIDS
termasuk penggunaan kondom untuk pencegahan penularannya.
Terkait kasus Acquired Immuno deficiency Syndrome (AIDS), laporan
triwulan DirekturJenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan ( Ditjen P2PL ) sampai Maret 2012 menunjukkan:
 Faktor risiko atau cara penularan tertinggi pada tahun 2013 adalah
melalui hubunganseks tidak aman pada Heteroseksual (81,1%), diikuti
Penasun (7,8%), Perinatal (5%) dan Homoseksual (2,8%)).
 Proporsi kumulatif kasus AIDS tahun 1987-2013 tertinggi dilaporkan
pada kelompokumur 20-29 tahun (30,7%), diikuti kelompok umur 30-39
tahun (21,8%) dan kelompokumur 40-49 tahun (10%). Sedangkan pada
tahun 2013, proporsi tertinggi adalah pada kelompok umur 30-39
tahun, yaitu sebanyak 39,1%, kemudian diikuti kelompok umur 20-29
tahun (26,1%), dan kelompok umur 40-49 tahun (16,5%)..
 Proporsi kumulatif kasus AIDS (1987-2013) lebih tinggi pada laki-laki
(55,4%)dibandingkan dengan perempuan (28,8%) sementara sisanya
tidak melaporkan jenis kelamin, tetapi pada tahun 2013 menunjukan
hal yang berbeda pada laki-lakisebanyak 42,2%% dan perempuan
sebanyak 57,8%.
 Provinsi dengan jumlah Infeksi HIV yang dilaporkan terbanyak tahun
2013 adalah DKI Jakarta (867), Papua (768), Jawa Timur ( 737), Jawa
Barat (464), Bali (439), SumateraUtara (417), Jawa Tengah (380), Riau
(228), Kep. Riau 200) dan Kalimantan Timur(146). Melihat besaran
berbagai permasalahan sebagaimana diuraikan diatas, maka sudah

3
seharusnyalah pembinaan kesehatan remaja dijadikan sebagai bagian
dari program prioritas pemerintah. Kementerian Kesehatan RI telah
mengembangkan Program Kesehatan Remaja di Indonesia dengan
menggunakan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
sejak tahun 2003. Hingga akhir tahun 2013, dilaporkan bahwa dari
497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sebanyak 406 (81, 69%)
kabupaten/kota telah memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana
PKPR. Selain itu, pengembangan PKPR ditingkat Rumah Sakit sebagai
layanan rujukan juga telah dilakukan.Pemerintah Indonesia juga
memberikan perhatian khusus terhadap hal ini, sebagaimana terlihat
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan pada pasal-pasal yang berkaitan dengan pengaturan
layanan pemeliharaankesehatan remaja, sebagai berikut:
Pasal 71
(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosialsecara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan
(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;
b. pengaturan kehamilan, alat konstrasepsi, dan kesehatan seksual;
dan
c. kesehatan sistem reproduksi.
(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melaluikegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Pasal 73
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan
sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluargaberencana.
Pasal 74
(1) Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif,
preventif, kuratif,dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan
bantuan dilakukan secara aman

4
dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas,
khususnya reproduksiperempuan.
(2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan tidak bertentangan dengan
nilai agama dan ketentuan peraturanperundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai reproduksi dengan bantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat(1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 136:(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan
untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan
produktif baik sosial maupun ekonomi.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar
terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat mengambat
kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat
Pasal 137:
(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat
memperoleh edukasi,informasi, dan layanan mengenai kesehatan
remaja agar mampu hidup sehat danbertanggung jawab.
(2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar
remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan
pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Selain itu, Pemerintah termasuk
Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan berbagai dokumen
kebijakan dan strategi nasional yang mengatur pelayanan kesehatan
terhadap remaja, di antaranya:
 Strategi Nasional Kesehatan Remaja, Direktorat Kesehatan
Keluarga, DepartemenKesehatan RI, 2005
 Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas,
Direktorat KesehatanKeluarga, Departemen Kesehatan RI, 2005
 Pedoman Perencanaan Program Kesehatan Remaja bagi Tim
Kabupaten/Kota,Direktorat Kesehatan Keluarga, Departemen
Kesehatan RI, 2005

5
 Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi Remaja,
Diknas, Depkes,Depsos, Depag, BKKBN, 2007
 SK MENKES No 486/MENKES/SK/IV/2007 tentang Rencana
Strategi dan Kebijakan
untuk Penanggulangan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif.
 Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS pada Anak dan
Remaja2007-2010,Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2008
 Pedoman Perencanaan Pembentukan dan Pengembangan
Puskesmas PelayananKesehatan Peduli Remaja di Kabupaten/Kota,
Direktorat Kesehatan Anak, DepartemenKesehatan RI, 2008
 Panduan Supervisi Fasilitatif Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR), DirektoratKesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI, 2008
 Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah lanjutan,
Direktorat Kesehatan
Anak, Kementerian Kesehatan RI, 2010
 Pedoman Teknik Konseling Kesehatan Remaja bagi Tenaga
Kesehatan, DirektoratKesehatan Anak, Kementerian Kesehatan RI,
2010
 Pedoman Teknik Konseling Kesehatan Remaja bagi Konselor
Sebaya, Direktorat Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan RI, 2010
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan
remaja lainnya,yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta
kebutuhan remaja sebagai individu,dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimalbagi remaja
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus :
1. Tersedianya panduan penyelenggaraan bagi fasilitas dan petugas
pelaksana PKPR.
2. Tersedianya instrumen pemantauan praktis pemenuhan Standar
Nasional PKPR denganmenggunakan beberapa kriteria terpilih.
3. Terselenggaranya PKPR dengan kualitas yang baik, ajeg dan merata
di seluruh wilayah Republik Indonesia.

6
C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman PKPR ini adalah semua petugas Puskesmas dari kepala
puskesmas,pemegang program,paramedis dan karyawan lainnya di puskesmas
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang Lingkup petugas puskesmas dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas upaya PKPR meliputi :
1. Kegiatan Upaya PKPR didalam gedung Puskesmas
a. Pemeriksaan kesehatan, pada remaja sakit,remaja putri sebagai calon
ibu,remaja hamil,remaja dengan HIV,remaja korban kekerasan
b. Konseling,penyuluhan,pemberian materi PKPR pada capeng remaja,remaja
rentan HIV AIDS,remaja pekerja
c. Pembinaan konselor remaja,koordinasi lintas upaya,pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan diruang pelayanan remaja
2. Kegiatan Upaya PKPR diluar gedung Puskesmas
a. Upaya yang dilakukan petugas PKPR untuk remaja yang berada di wilayah
kerja puskesmas yaitu penyuluhan,kerjasama lintas sektor,monitoring dan
evaluasi di sekolah seperti sekolah umum,madrasah,pesantren dan SLB serta
kegiatan diluar sekolah seperti karangtaruna,kelompok remaja dan kelompok
keagamaan
E. Batasan Operasional
Batasan Operasional PKPR di puskesmas adalah :
1. Konseling (KIE)
Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu diantara pihak
pihak yang terlibat mempunyai maksud membantu pihak lain untuk
meningkatkan perkembangan dirinya,kedewasaan,kemampuan berfungsi
dan menghadapi hidup lebih baik
2. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan atau KIE (Komunikasi,Informasi,Edukasi) dapat
dilaksanakan secara individu,kelompok dan massal
3. Pelatihan konselor sebaya
4. Konselor sebaya dibutuhkan sebagai tempat curahan hati (curhat)
karena remaja lebih mudah mengkomunikasikan masalahnya kepada
sebayanya, serta memotivasi dan memberi informasi yang benar mengenai
kesehatan remaja.

7
5. Advokasi
Adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan public melalui bermacam
macam bentuk komuniksi persuasive (JHU,1999)
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 tentang Kesehatan
2. PERMENKES RI no. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
3. Permenkes no.97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan Kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di UPT Puskesmas 2 dilayani
oleh seorang koordinator PKPR dan pelaksana PKPR Seorang koordinator
PKPR adalah dokter umum yang memiliki ijazah S1 Kedokteran dan telah
dilatih Konseling PKPR.Tenaga pelaksana PKPR adalah Sarjana kesehatan
atau minimal memiliki ijasah D-III Kesehatan.Tenaga.Pelaksana PKPR di
UPT Puskesmas Banjarmangu 2 memiliki ijasah D-III Kebidanan dan telah
mengikuti pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja
B. Distribusi Ketenagaan
Sumber daya manusia yang tersedia untuk pelayanan kesehatan peduli
remaja di UPT Puskesmas Banjaramangu 2 adalah sebagai berikut
Jenis Tenaga Distribusi Jumlah
Dokter Wilayah Puskesmas 1
Kayu Tangi
Bidan Wilayah Puskesmas 1
Kayu Tangi
Perawat Wilayah Puskesmas 1
Kayu Tangi

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelayanan KIA-KB dalam gedung puskesmas,
mengikuti jam kerja puskesmas. Untuk jadwal kegiatan luar gedung di
sepakati dan disusun bersama lintas program terkait, meliputi program
Gizi, UKS.

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak meliputi kegiatan
Dalam Gedung dan luar gedung.
Kegiatan Program PKPR dilaksanakan di poli KIA dengan
berkolaborasi dengan Poli Anak ,Laboratorium, poli gigi, poli gizi,poli
umum, Apotek (denah terlampir)

B. Standar Fasilitas
B. Standar Fasilitas Ruang PKPR
1. Perlengkapan
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Leaflet
d. Alat peraga kespro
e. Buku Panduan PKPR
f. KMS Remaja
g. Lembar Balik
h. Papan informasi
i. Leaflet
j. Laptoop
k. LCD/Proyektor

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

1. KONSELING (KIE)
a. Konsep Dasar
Merupakan kegiatan yang mewakili PKPR yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan remaja dan meningkatkan daya tahan remaja terhadap
berbagai masalah yang dialaminya sehingga mereka mampu memelihara
kesehatan dan terhindar dari perilaku beresiko

9
b. Tujuan
1) Membantu teman sebaya mampu menghadapi masalah yang dihadapi
2) Memberi informasi yang berkaitan dengan masalah teman sebaya tanpa
memihak dan memberikan informasi tentang jangkauan kepada berbagai
sumber daya/fasilitas kesehatan
3) Membantu teman sebaya untuk mengambil keputusan sendiri dan
melaksanakan keputusan tersebut dengan bertanggung jawab
4) Memberikan dukungan emosi,mengurangi kekhawatiran dan penderitaan
teman sebaya
c. Media KIE
Adalah media pembelajaran dalam upaya PKPR yang dapat berfungsi sebagai
media komunikasi,informasi,edukasi dapat berupa media cetak,media
elektronik (audio,audiovisual),media tradisional,media telepon dan media
internet
2. PENYULUHAN KESEHATAN
a. Konsep Dasar
Merupakan salah satu bentuk penting dalam upaya promosi
PKPR,penyampaian materi PKPR dan sebagai upaya promotif dan preventif
dalam pelayanan kesehatan perorangan,kelompok maupun masyarakat yang
dilaksanakan di puskesmas
b. Tujuan
Membangkitkan perhatian terhadap pesan promosi kesehatan yang
disampaikan kepada remaja,kemudian diharapkan memahami isi pesan yang
disampaikan dan mengambil sikap yang positif serta mengubah perilaku
dirinya dengan mengadopsi dan mempraktekkan pesan kesehatan tersebut
c. Media KIE
Media pembelajaran dalam upaya PKPR yang dapat berfungsi sebagai media
komunikasi, informasi, edukasi, dapat berupa media cetak, media elektronik,
media tradisional, media telepon dan media internet
3. PELATIHAN KONSELOR SEBAYA
a. Konsep dasar : pelatihan bagi konselor merupakan sarana kegiatan belajar
agar konselor mampu memberikan informasi tentang kesehatan dan
membantu remaja mengenali masalahnya, menyadari adanya kebutuhan
untuk mencari pertolongan (rujukan) dalam rangka menyelesaikan
masalahnya

10
b. Tujuan
1) Konselor sebagai pendengar yang baik bagi klien sebaya
2) Membantu petugas PKPR/pendamping PKPR untuk menemukan sedini
mungkin masalah kesehatan remaja
3) Membantu menyelesaikan masalah
4) Memberikan informasi yang benar tentang kesehatan remaja
5) Merujuk remaja bermasalah ke tenaga kesehatan
c. Penyelenggaraan Pelatihan Konselor Sebaya
Diselenggarakan dengan memperhatikan hak peserta antara lain : dihargai,
didengarkan, dipertimbangkan, dilakukan refleksi dan umpan balik dilakukan
evaluasi baik terhadap penyelenggaraan dan tingkat pemahaman terkait
materi pelatihan
4. ADVOKASI
a. Konsep Dasar
Merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi penentu
kebijakan dengan cara membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan
dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat
b. Tujuan
Mendorong dikeluarkannya kebijakan kebijakan public oleh pejabat publik
sehingga dapat mendukung dan menguntungkan kesehatan
c. Unsur unsur advokasi
Ada delapan unsur advokasi yaitu tujuan,pemanfaatan data dan
riset,identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi,
penyajian/presentasi, penggalangan dana, serta pemantauan penilaian upaya
advokasi
B. Strategi Upaya PKPR
Merupakan cara bagaimana dalam melaksanakan upaya PKPR di puskesmas.
Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi
2. Strategi kemitraan.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
C. Langkah upaya PKPR
1. Perencanaan
Secara terinci uraian ruang lingkup kegiatan perencanaan promosi kesehatan
yaitu:

11
a. Kajian perilaku tentang masalah kesehatan yang dilakukan oleh
lintasprogram di puskesmas
b. Kajian kebujakan publik berwawasan kesehatan yang sudah adamaupun
yang perlu dibuat dalam mengatasi masalah kesehatan yangada di wilayah
kerja puskesmas.
c. Loka karya mini di puskesmas yang membahas upaya promosikesehatan
yang terintegrasi secara lintas program maupun lintassektor.
d. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di
masyarakat,melalui kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas
dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakatdalam mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status
kesehatannya.
e. Advokasi kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat desa
dankecamatan untuk mendapatkan dukungan kebijakan public berwawaskan
kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatantermasuk penanganan
kejadian luar biasa, dengan mengoptimalkanpotensi dan peran jejaring
kemitraan.
f. Penggerakan peran serta masyarakat melalui upaya
pemberdayaanmasyarakat dalam pengembangan, pembinaan dan
peningkatanremaja.
g. Pengembangan dan pembinaan berbagai jenis upaya kesehatanbersumber
daya masyarakat (UKBM) di tingkat desa dalam mengatasimasalah kesehatan
serta meningkatkan status kesehatan masyarakat
2. Pelaksanaan
Melaksanaan upaya PKPR sesuai dengan jadwal yang telah disusun bersama.
Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan upaya PKPR.
3. Pemantauan
4. Tindakan pengamatan yang dilakukan terus menerus terhadap
pelaksanaan suatu upaya PKPR dengan tujuan memberikan umpan balik pada
pengelola upaya PKPR untuk perbaikan dan optimalisasi pelaksanaan upaya
PKPR dilakukan untuk :
a. Menetapkan masalah dan situasi
b. Menganalisis penyebab dan faktor yang mempengaruhi
c. Merumuskan dan merevisi upaya solusi

12
5. Penilaian dan Evaluasi
Merupakan proses sistematis yang mempelajari pengalaman pembelajaran
upaya PKPR sebagai upaya peningkatan kualitas rancangan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan upaya PKPR yang baru.
Rentang Waktu :
a. Evaluasi Pra upaya PKPR
b. Evaluasi sewaktu pelaksanaan PKPR sedang berlangsung
c. Evaluasi upaya PKPR pada akhir tahun
A. Metode
Untuk pelayanan PKPR sesuai SOP dan saat pelayanan pasien
menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning).
B. Langkah Kegiatan

13
BAB V
LOGISTIK
Alat-alat atau barang-barang yang harus ada dikegiatan upaya
PKPR Puskesmas Kayu Tangi meliputi :
1.Pedoman
2.Panduan
3.Kerangka Acuan
4.SOP
5.ATK
6.LCD
7.Notebook
8.Materi Penyuluhan
9.Leaflet
10.Lembar balik PKPR
11.Alat transportasi

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan PKPR perlu diperhatikan


keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam melaksanakan kegiatan perlu memperhatikan keselamatan kerja


petugas untuk mencegah resiko yang membahayakan keselamatan petugas
yaitu sebagai berikut:
a.Alat transportasi dalam keadaan baik
b.Perlengkapan berkendara lengkap
c.Tersedianya alat untuk membawa perlengkapan

14
Untuk menjaga keselamatan pelanggan dalam pelayanan kesehatan remaja,
dalam pelaksanaannya menyediakan fasilitas :
a.Sarana cuci tangan
b.Cairan antiseptic didepan ruang pelayanan
c.Alat pemadam kebakaran ringan
d.Tempat sampah medis dan non medis
e.Jalur evakuasi
f.Ruang terbuka hijau

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi
dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketetapan kegiatan yang sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketetapan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator PKPR sesua SPM

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuhan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector
terkait dalam pelaksanaan upaya PKPR dengan tetap memperhatikan prinsip
proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan uapaya PKPR
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya
peningkatan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam
bidang kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai