Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
system, fungsi dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan
reproduksi menurut International Conference Population and Development
(ICPD) terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan
penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi
remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan
penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker
saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi remaja seperti kekerasan seksual
dan lainnya.(Jasny, Amor and Baali, 2019)
Menurut WHO, Prevalensi anemia masih dianggap menjadi masalah
kesehatan masyarakat dikategorikan sebagai berikut, bukan masalah kesehatan
masyarakat jika <5%, masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan jika 5-19%,
masalah kesehatan tingkat sedang jika 20-39,9% dan merupakan masalah
kesehatan tingkat berat jika ≥40% (Departemen Kesehatan RI, 2014). (Kaimudin,
Lestari and Dkk, 2017)
Anemia karena kekurangan zat besi masih menjadi masalah utama di
Indonesia. Kekurangan zat besi adalah gangguan gizi yang paling umum dan
tersebar luas di Negara-negara berkembang. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia Tahun 2013, Prevalensi Anemia diantara anak-anak umur
5-12 tahun di Indonesia sebesar 26%, pada wanita usia 13-18 tahun sebesar 23%,
pada wanita usia 15-49 tahun sebesar 23% dan pada ibu hamil sebesar 37%.
Apabila anemia tidak ditangani secara din pada remaja, maka mungkin terjadi
peningkatan risiko anemia pada saat hamil. Anemia pada wanita hamil akan
2

meningkatkan risiko kematian bila mengalami perdarahan berat, berat bayi lahir
rendah (BBLR), bayi dengan kelainan bawaan lahir serta meningkatnya risiko
anak pendek (stunting). Anemia tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi dapat juga
terjadi pada pria. Prevalensi Anemia pada pria usia 13-18 tahun sebesar 12% dan
pria usia diatas 15 tahun sebesar 15%.(BKKBN, 2017)
Hasil penelitian Mariana dan Khafidhoh (2013) menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya anemia pada remaja dikarenakan pola makan yang tidak
teratur, pantangan makan-makanan berprotein, tidak suka mengkonsumsi sayuran,
kebiasaan makan fast food dan junk food. Keadaan ini yang dapat menyebabkan
remaja menjadi anemia selain itu penyebab anemia pada remaja status kesehatan
yang kurang baik, status gizi, infeksi parasit dan pengetahuan yang kurang tentang
anemia.(Mariana1, 2013)
Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi
besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain
itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri
sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada
masa hamil, kebutuhan zat besi meningkat tiga kali lipat karena terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah ibu untuk memenuhi kebutuhan
pembentukan plasenta dan pertumbuhan janin. Suplementasi zat besi berkaitan
secara signifikan dengan penurunan risiko anemia [WHO, 2011; 2016].
(Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi & KIA, 2015)
Penyebab anemia adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan
makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh
akan zat besi. Selain konsumsi zat besi yang kurang dari kebutuhan, anemia juga
dapat disebabkan oleh karena meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
misalnya masa menstruasi dan masa tumbuh kembang remaja,(Roehaeti et al.,
2018)
Hasil penelitian Olani Debelo di Ethiopia South Africa Prevalensi
menyatakan anemia juga bervariasi darisatu daerah ke daerah lain, yaituproporsi
tertinggi wanita dengan anemiatercatat di Somalia 43,5%, danprevalensi terendah
tercatat pada Addis Ababa 154 (10,1%). Lebih tinggijumlah wanita anemia 22,4%
3

tinggal di daerah pedesaan dan relatifsejumlah kecil wanita anemia14,4% berada


di pusat kota.(Debelo and Shiferaw, 2019)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja adalah pelayanan kesehatan yang
peduli remaja, melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal
yang berhubungan dengan kesehatan remaja. [ CITATION drA101 \l 1033 ].
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat
serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.
Puskesmas yang memiliki program PKPRmemberikan layanan baik di dalam
maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja yang berada di
sekolah maupun di luar sekolah.(Kementerian kesehatan Repubelik Indonesia,
2018)
Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah kelompok remaja usia 10-18
tahun. Walaupun demikian, mengingat batasan usia remaja menurut WHO adalah
10-19 tahun, maka Kementerian Kesehatan menetapkan sasaran pengguna
layanan PKPR meliputi remaja berusia 10 sampai 19 tahun, tanpa memandang
status pernikahan antara lain remaja di sekolah (sekolah umum, madrasah,
pesantren, sekolah luar biasa), remaja di luar sekolah (karang taruna, saka bakti
husada, palang merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, rumah singgah,
kelompok keagamaan), remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan dan remaja yang rentan terhadap penularan
HIV, remaja yang sudah terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan
AIDS, remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS, dan remaja berkebutuhan
khusus, yang meliputi kelompok remaja korban kekerasan, korban eksploitasi
seksual, Penyandang cacat, dan anak jalanan.(Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Pelayanan Remaja yang Sesuai dengan Kebutuhan meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang harus diberikan secara
komprehensif di semua tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan
pendekatan PKPR antara lain Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (infeksi
4

menular seksual/IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan pubertas,


Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja, Pelayanan gizi (anemia,
kekurangan dan kelebihan gizi) termasuk konseling dan edukasi, Tumbuh
kembang remaja, Skrining status TT pada remaja, Pelayanan kesehatan jiwa
remaja, meliputi: masalah psikososial, gangguan jiwa, dan kualitas hidup,
Pencegahan dan penanggulangan NAPZA, Deteksi dan penanganan kekerasan
terhadap remaja, Deteksi dan penanganan tuberkulosis, dan Deteksi dan
penanganan kecacingan. (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Puskesmas dikatakan telah melaksanakan PKPR apabila memiliki pedoman
PKPR, terdapat petugas yang telah mendapatkan orientasi PKPR, dan puskesmas
memberikan pelayanan konseling remaja.Persentase puskesmas
menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja juga menjadi salah satu indikator
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Capaian
cakupan puskesmas di Indonesia yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan
remaja tahun 2018 sebesar 62.08%. Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan
kesehatan remajadi Propinsi Riau adalah sebesar 80,56%. Jumlah tersebut sudah
mencapai target nasional yaitu sebesar 40%.(Kementerian kesehatan Repubelik
Indonesia, 2018)
Berdasarkan Laporan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dari
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru diketahui bahwa dari 20 Puskesmas diwilayah
kerja dinas kesehatan kota pekanbaru tahun 2018 terdapat 17 Puskesmas yang
tidak melakukan pemeriksaan anemia pada remaja putri dengan hasil laporan
Anemia pada remaja putri dalah nol. Salah satunya adalah Puskesmas Harapan
Raya.
Puskesmas Harapan Raya merupakan salah satu yang tidak melakukan
pemeriksaan anemia pada remaja putri. Puskesmas Harapan Raya merupakan
puskesmas yang berada di area perkotaan kota Pekanbaru yang memiliki 12
sekolah yaitu 8 SMP/MTs dan 4 SMA diwilayah kerja puskesmas tersebut. Akan
tetapi dari 12 sekolah, hanya 2 sekolah saja yang baru mendapatkan pelatihan
PKPR dari tenaga medis Puskesmas Harapan Raya seperti pemeriksaan kesehatan
remaja, penyuluhan kesehatan reproduksi, NAPZA, Pemberian Tablet FE,
5

Imunisasi dan Konseling. Hal ini dikarenakan keterbatasan anggarandari


Puskesmas Harapan Raya . Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya
tahun 2019 adalah 15.957 km24 dengan jumlah penduduk 64.086 Jiwa dengan
status ekonomi penduduk diwilayah kerja Puskesmas Harapan Raya adalah
kalangan ekonomi ke atas dan menengah. Hal tersebut tidak bisa menjadi bukti
yang akurat terhadap kesehatan reproduksi remaja putri dalam kategori baik.
Remaja yang tinggal di area perkotaan dan hidup dikalangan keluarga
yang status ekonomi nya baik, ada kemungkinan akan mengalami Anemia.
Berdasarkan penelitian Marchaini Br Tarigan (2018) tentang hubungan gaya
hidup remaja dengan kejadian anemia pada remaja putri disimpulkan bahwa
aktivitas fisik, pola makan, pola istirahat, dan penggunaan gadget sangat
berhubungan erat dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Akibat anemia adalah mengakibatkan menurunnya kemampuan tubuh,
menurunnya konsentrasi belajar, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya daya
tahan tubuh terhadap penyakit, menghambat tumbuh kembang. Pada remaja putri
akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja mengatasi permasalahan
Anemia Remaja di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya taun 2020.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Remaja adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja
muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat
gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan
jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body
image) pada remaja puteri. Sebagai persiapan sebelum menjadi dewasa, remaja
perlu mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kesehatan reproduksinya.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah membentuk program
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) sejak tahun 2003. Dengan adanya
PKPR diharapkan dapat mengatasi permaslaahan kesehatan pada remaja.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalahbagaimana Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
6

Mengatasi Permasalahan Anemia Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas


Harapan Raya Kota Pekanbaru?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pelaksanaan PKPR untuk mengatasi permasalahan Anemia
Remaja Putri di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru
2. Tujuan Khusus
a. MengetahuiPelaksanaan PKPR di Wilayah Kerja Puskesmas
Harapan Raya
b. Mengetahui permasalahan Anemia Remaja Putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Harapan Raya
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Sosial
a. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi di puskesmas
tentang pelaksanaan PKPR dalam mengatasi permasalahan kesehatan
pada remaja yaitu Anemia, serta memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan program PKPR sehingga mencapaitarget.
2. Manfaat Ilmiah
a. Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi yang berfokus
pada kesehatan Reproduksi Remaja yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan remaja dan
mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang
kesehatan reproduksi, serta dijadikan bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Pekanbaru. Adapun tujuannya


ialah untuk mengetahui pelaksanaan PKPR mengatasi permasalahan
anemia remaja di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Kota
Pekanbaru tahun 2020 yang akan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni
2020. Penelitian ini bersifat Kualitatif Research dengan pendekatan
eksploratif, dimana informan penelitian adalah pemegang program
7

PKPR di Puskesmas, pemegang program Gizi, Kepala Puskesmas,


pemegang program UKS, Guru UKS dan Siswi SMA. Metode
pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan observasi guna
mendukung objektivitas hasil.
8

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


1. Pengertian
PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja.
PKPR adalah program pemerintah yang diampu Dinas Kesehatan di
tingkat Kabupaten/Kota, dikoordinas Dinkes tingkat Provinsi, untuk
melayani kesehatan remaja.(Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah
kelompok remaja usia 10-18 tahun. Mengingat batasan usia remaja
menurut WHO adalah 10-19 tahun, maka Kementerian Kesehatan
menetapkan sasaran pengguna layanan PKPR meliputi remaja berusia 10
sampai 19 tahun, tanpa memandang status pernikahan.
Hasil Penelitian Nofri Afriyanti dkk (2017) menjelaskan bahwa
Hambatan ataupun permasalahan PKPR berada pada fasilitas ataupun
sarana dan prasarana, kurangnya dukungan dana untuk pelaksanakan
kegiatan program PKPR tersebut.(Afrianti et al., 2017)
2. Sasaran PKPR
Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok
remaja, antara lain:
a. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah
luar biasa.
b. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang
merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar
mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok
keagamaan.
c. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan.
9

d. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah


terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS,
remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS
e. Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja
antara lain korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi
seksual, Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS),
anak jalanan, dan remaja pekerja Seks.(Kementrian Kesehatan RI,
2014)
Menurut hasil penelitian Tiara Pratiwi (2017) disimpulkan bahwa
Pelaksanaan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) perlu
adanya optimalisasi dan penguatan peran lintas sektoral dalam pelaksanaan
PKPR dengan adanya singkronisasi dengan Dinas Pendidikan dan
Departemen agama. (Pratiwi, 2017)
3. Manfaat PKPR
Manfaat PKPR menurut Mulyadi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD),
seminar, jambore, danlain-lain
b. Konseling masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya
(dan kerahasiaandijamin)
c. Remaja dapat menjadi peer counsellor/kader kesehatan remaja agar
dapat ikut membantu teman yang sedang punyamasalah
[ CITATION drA10 \l 1033 ]
4. Strategi PelaksanaanPKPR
Dalam pertimbangan berbagai keterbatasan Puskesmas dalam
menghadapi hambatan untuk dapat memenuhi elemen karakteristik
tersebut diatas, maka perlu digunakan strategi demi keberhasilan dalam
pengembangan PKPR di Puskesmas sebagai berikut :
a. Penggalangan kemitraan, dengan membangun kerjasama atau jejaring
kerja
b. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secarabertahap
10

c. Penyertaan remaja secaraaktif


d. Penentuan biaya pelayanan serendahmungkin
e. Dilaksanakannnya kegiatanminimal
f. Ketepatan penentuan prioritas sasaran
g. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
h. Pelembagaan monitoring dan evaluasi secara periodik yang
dilakukan oleh tim Jaminan MutuPuskesmas
5. Standar NasionalPKPR
Merupakan dokumen tertulis yang berisi persyaratan mutu PKPR yang
meliputi persyaratan mutu masukan (input), proses, maupun luaran
(output). Standar Nasional PKPR adalah pedoman dalam mengarahkan
dan menilai mutu PKPR. Jadi pada dasarnya Standar Nasional PKPR
adalah pedoman pengendalian mutu yang digunakan oleh fasilitas
kesehatan untuk meningkatkan dan menjamin mutu PKPR yang
dilaksanakan. Untuk menggunakan standar ini, pertama-tama fasilitas
kesehatan harus terlebih dahulu mampu melaksanakan PKPR.
Dalam pelaksanaannya, agar standar yang sudah ditetapkan bisa
dicapai, maka diperlukan pedoman/petunjuk pelaksanaan, prosedur tetap,
atau standard operating procedure (SOP). Untuk mengukur tercapai atau
tidaknya standard, maka digunakan indicator atau tolak ukur yang merujuk
pada ukuran kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan. Adapun
standar dibedakan atas :
a. StandarMasukan
Standar masukan (input atau structure) dapat berupa tenaga, peralatan,
fasilitas, sumber dana, bahan,dan organisasi.
b. StandarProses
Standar proses berfokus pada interaksi profesi dengan
pasien/konsumen/masyarakat dan digunakan untuk menilai
pelaksanaan proses pelayanan kesehatan dan merupakan kinerja
pelayanan kesehatan. Standar proses biasanya dinyatakan sebagai
kebijaksanaan atau prosedur kerja.
11

c. StandarKeluaran
Standar keluaran merupakan ketentuan ideal yang menunjuk pada
hasil langsung pelayanan. Karena merujuk pada hasil keluaran, maka
standard keluaran sering juga disebut dengan standarpenampilan.
d. StandarHasil
Standar hasil merupakan ukuran hasil intervensi pelayanan kesehatan
terhadap pasien/konsumen/masyarakat. Standar hasil biasanya
ditentukan oleh pihak ketiga, bukan oleh pemberi pelayanan atau
sarana pelayanan kesehatan (Bustami,2011).
Adapun kriteria Puskesmas mampu melaksanakan PKPR sebagai berikut :
1) Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
2) Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) sekolah dalam 1 (satu)
tahun di sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan minimal
melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali dalam
setahun.
3) Melatih konselor sebaya di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid sekolah binaan.
Selanjutnya, untuk meningatkan kualitas penyelenggaraan PKPR,
Puskesmas harus meningkatkan mutu masukan dan proses kegiatan.
Adapun Standar Nasional PKR mengatur 5 aspek yang berkaitan dengan
penyelenggaraan PKPR beserta komponen stadarnya, yaitu:
a) Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, dengan komponen standar
yaitu pengetahuan dan kompetensi petugas, pelayanan konseling
remaja.
b) Fasilitas Kesehatan, dengan komponen standar yaitu paket pelayanan
kesehatan dan prosedur, tatalaksana dan alur pelayanan.
c) Remaja, dengan komponen standar yaitu kegiatan pemberian informasi
(pelayanan KIE), kegiatan konselorsebaya
d) Jejaring, dengan komponen standar yaitu pemetaan pemangku
kepentingan, peningkatan partisipasiremaja
12

e) Manajemen kesehatan, dengan komponen standar yaitu kegiatan


advokasi, pencatatan dan pelaporan, kegiatan supervisi, pemantauan
dan evaluasi, sistemrujukan
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah adeolescent (remaja) dan adolescence (masa remaja) berasal dari
bahasa Latin ADOLESCERE, yang artinya tumbuh kearah kematangan baik
secara fisik, psikis, dan sosial. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-
anak menuju dewasa, dan dalam masa tersebut terjadi proses pematangan fisik
dan psikologis (Farida, 2014).
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga
mampu berproduksi. Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung
(dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-
minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan
isu-isu moral (Yusuf,2015).
Menurut WHO tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah.
2. Ciri-ciriRemaja
Adapun ciri-ciri remaja adalah remaja tidak harus dilihat dari satu sisi, tetapi
dapat dilihat dari berbagai sisi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik,
psikis, dan perilaku. Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2018 masa remaja
dibagi dalam tiga fase yaitu :
a. Masa remaja awal, 10-13tahun
b. Masa remaja tengah, 14-16tahun
c. Masa remaja akhir, 17-19tahun
13

3. Permasalahan Pada RemajaRemaja Putri


a. Kurus
Kurus Adalah keadaan dimana anak usia sekolah / remaja mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) atau disebut juga masalah gizi
akut.
Akibat Kurus antara lain :
1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik termasuk sistem reproduksi
menjadi terganggu.
2) Mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terkena
penyakit infeksi. Bila kondisi kurus terus berlanjut akan
meningkatkan risiko kematian.
3) Kesempatan untuk berprestasi menjadi menurun. 4
4) Produktivitas kerja (bagi remaja yang sudah bekerja) menjadi
menurun.
5) Jika remaja kurus tersebut hamil, akan terjadi kompetisi kebutuhan
zat gizi antara remaja dengan janin yang dikandungnya. Pada saat
melahirkan dapat menyebabkan terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), stunting, dan cacat bawaan.
6) Memicu terjadinya anemia yang akan meningkatkan keguguran,
perdarahan saat melahirkan, bayi lahir mati, kematian neonatal
(bayi usia 0-28 hari).
Pencegahan agar tidak kurus dapat dicegah dengan mengonsumsi
makanan beraneka ragam dan cukup mengandung kalori dan protein,
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi, kentang, daging, ikan, telur,
kacang-kacangan atau susu. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori,
terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan.
b. Obesitas
Kegemukan dan Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai
akibat dari penimbunan lemak berlebihan. Kegemukan dan obesitas
14

dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yaitu pola makan
yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas
fisik.
Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas :
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja
berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dan lain lain.
Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan
kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki,
gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan
pernapasan lain.(Roehaeti et al., 2018)
Pencegahan Kegemukan dan Obesitas Pola hidup dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
2) Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2
jam sehari
3) Tidak menyediakan TV di kamar anak
4) Mengurangi makanan dan minuman manis
5) Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
6) Mengurangi makan di luar
7) Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke
sekolah
8) Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
9) Makan makanan sesuai dengan waktunya
10) Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
11) Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan
gizi lebih
12) Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
13) Target penurunan BB yang normal
15

c. Anemia
1) Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 g/dL untuk anak usia sekolah dan wanita
dewasa. Anemia di masyarakat juga dikenal sebagai kurang darah.
Tabel 2.1
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan Anemia (g/dL)
berdasarkan umur

Berdasarkan penelitian Tonasih, Siti Difta Rahmatika dan Ade


Irawan (2019) bahwa ada pengaruh pemberian Tablet Tambah Darah
pada Remaja Putri Setiap 1 minggu sekali terhadap Peningkatan Kadar
Haemoglobin (Hb) Di STIKes Muhammadiyah Cirebon. Bagi Remaja
putri diharapkan tetap mengkonsumsi tablet Fe secara teratur di
kehidupan sehari-hari sehingga dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh khususnya peningkatan zat besi dan sebagai
bentuk untuk persiapan pra nikah, kehamilan dan persalinan.
(Hemoglobin, Di and Muhammadiyah, 2019)
2) Penyebab
Penyebab anemia adalah ketidak seimbangan antara konsumsi
bahan makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan
kebutuhan tubuh akan zat besi. Selain konsumsi zat besi yang kurang
dari kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh karena
16

meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi misalnya masa


menstruasi, masa tumbuh kembang remaja, ibu hami, akibat penyakit
kronis seperti TBC, Infeksi dan lain lain. Tanda-tanda fisik yang
mudah dikenali pada remaja yang menderita anemia gizi besi dikenal
dengan 5 L yaitu: Letih, Lemah, Lesu, Lelah, Lunglai. Selain itu
sering disertai dengan keluhan pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Akibat anemia
Anemia mengakibatkan menurunnya kemampuan tubuh,
menurunnya konsentrasi belajar, menurunnya kebugaran tubuh,
menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, menghambat
tumbuh kembang. Pada remaja putri akan menjadi calon ibu dengan
keadaan berisiko tinggi. c. Pencegahan anemia Penyebab anemia
gizi, sebagian besar adalah kekurangan konsumsi zat besi dalam
makanan sehari-hari. Anemia gizi dapat dicegah dengan
mengonsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi zat besi baik
berasal dari hewani seperti hati sapi, hati ayam, daging, ikan, telur
dan lain lain. Sumber zat besi dari tumbuh-tumbuhan (nabati) adalah
kacang
4) Pencegahan anemia
Penyebab anemia gizi, sebagian besar adalah kekurangan konsumsi
zat besi dalam makanan sehari-hari. Anemia gizi dapat dicegah dengan
mengonsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi zat besi baik
berasal dari hewani seperti hati sapi, hati ayam, daging, ikan, telur dan lain
lain. Sumber zat besi dari tumbuh-tumbuhan (nabati) adalah kacang
kedelai, kacang hijau, kacang merah kering, sayuran hijau. Namun karena
sukar diserap, diperlukan jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi
sumber zat besi tersebut. Dianjurkan bila mengonsumsi makanan kaya zat
besi, makanlah bersama dengan bahan makanan kaya vitamin C atau buah-
buahan. Selain dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi, remaja putri perlu mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) 1 tablet
setiap minggu.(Roehaeti et al., 2018)
17

C. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Fasilitas pelyanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daeran dan/atau masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah
fasilitas pelyanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan (UKP) adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
(Permenkes, 2014)
2. Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi danWewenang
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat: puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan


untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok danmasyarakat.
b. Pertanggung jawaban wilayah : puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat : puskesmas mendorong kemandirian hidup
sehat bagi individu, keluarga, kelompok danmsayarakat.
d. Pemerataan : puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
18

kerjanya secara adil tanpa membedakan status social, ekonomi, agama,


budaya dankepercayaan.
e. Teknologi tepat guna : puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak
berdampak buruk bagilingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan : puskesmas mengintegrasikan dan
mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan
lintas sector serta melaksanakan system rujukan yang didukung dengan
manajemenpuskesmas.
Tugas Puskesmas adalah menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
yang terdiri dari:
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yangdiperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakankesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi,edukasidan pemberdayaan
masyarakat dalam bidangkesehatan
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
yangterkait
5) Melaksanakan pembinaan ternik terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasismasyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu dan cakupan pelayanankesehatan
8) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulanganpenyakit
19

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya yang


terdiri dari:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan danbermutu
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif danpreventif
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok danmasyarakat
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
kemanan dan keselamatan pasien, petugas danpengunjung
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antarprofesi
6) Melaksanakan rekammedis
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenagakesehatan
9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayahkerjanya
10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
systemrujukan
D. Landasan Teori

Input :
SDM kesehatan Proses : Output :
FasilitasKesehatan Mengurangi
Pelaksanaan Kejadian
Remaja
PKPR Anemia
Jejaring
Remaja

Gambar 2.1 Landasan Teori Pelaksanaan Program PKPR


20

E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah kerangka fikir mengenai hubungan antar
variabel- variabel yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan apa yang telah
diuraikan dalam studi kepustakaan. Pada penelitian ini input yang akan diteliti
adalah Remaja dan fasilitas/program kesehatan. SedangkanSDM
Kesehatandanmanajemenkesehatantidakditeliti. Adapun kerangka berfikir
pada penelitian ini ialah:

INPUT PROSES OUTPUT

SDM
Pelaksanaan Anemia Remaja
Remaja
PKPR
Fasilitas Kesehatan

Jejaring

Gambar 2.2 Pelaksanaan PKPR Mengatasi Permasalahan Anemia Remaja


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen. Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah eksploratif. Kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau
sekelompok orang dianggap masalah (Creswell, 2013). Penelitian ini dilakukan
untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan program PKPR dalam mengatasi
Anemia Remaja, sehingga peneliti berusaha memahami lebih mendalam mengenai
permasalahan yang dirasakan oleh informan melalui wawancara mendalam
danobservasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Harapan Raya berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dengan metode wawancara, observasi, dan telaah dokumen
dilaksanakan dari tanggal .......s/d .......Tahun 2020. Kemudian dilakukan
validasi pada tanggal ....s/d ......tahun 2020.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis, yaitu informan utama
dan informan pendukung. Jumlah Informan tergantung situasi dan kondisi
dilapangan atau berdasarkan dua prinsip yaitu kesesuaian (appropriateness)
dan kecukupan (adequacy) (Lapau, 2015).

Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan metode


Purposive Sampling (Non-Probability) yaitu informan dipilih sesuai dengan
prinsip kesesuaian dan kecukupan. Informan dalam penelitian ini terbagi atas
22

dua kelompok yaitu:


1. Informanutama
Informan utama adalah orang yang terlibat langsung dalam permasalahan
yang ada di dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang akan menjadi
informan utama adalah Remaja dan petugas pemegang program PKPR dan
Gizi yang dipilih sesuai kriteria sampel.
2. Informanpendukung
Informan pendukung adalah informan yang secara tidak langsung
mengetahui permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan
pendukung adalah penanggung jawab program UKS dan Guru UKS,
KAPUS, KEPSEK
Informan dalam penelitian ini diambil dari beberpa orang remaja putri
disalah satu sekolah SMA diwilayah kerja Puskesmas Harapan Raya yang
dipilih dengan kriteria sebagai berikut:
a) Remaja Putri dikelas X dan XI

D. DefinisiIstilah
Tabel 3.1 Defenisi Istilah

Istilah Defenisi Alat Ukur Metode Sumber


Pengumpul Informasi
an
Dat
a
Progra Merupakan Pedoman Wawancara Penanggung
m pelayanan wawanca mendalam, jawab
PKPR kesehatan ra, penelusuran program
kepada remaja perekam dokumen
yang suara dan PuskesmasHarap
mengakses observasi an Raya, Remaja,
semua dan Guru UKS
golongan
remaja, dapat
diterima,
sesuai,
komprehensif,
efektif dan
efisien.
23

Sumbe Sumber Daya Pedoman Wawancara Penanggung


r daya Manusia atau wawanca mendalam, jawab
manus tenaga kerja ra, penelusuran program PKPR
ia yang ada di perekam dokumen dan dan Gizi di
(SDM) Puskesmas suara observasi Puskesmas
kesehata Harapan Raya. Harapan Raya
n
Fasilitas Sarana dan Pedoman Wawancara Guru UKS
Kesehat prasarana wawanca mendalam disekolah
an yang ra, dan observasi
tersedia perekam
suara
dan disediakan
oleh
Puskesmas
di

E.Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis
a. DataPrimer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan melalui
wawancara mendalam dan observasi. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data melalui percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang akan ditanyakan pada informan, dan pertanyaan
akan berkembang sesuai dengan jawaban informan, sehingga mendapatkan
jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi dilakukan dengan
menggunakan pedoman observasi keberhasilan programPKPR.
b. DataSekunder
Data pendukung dari data primer yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan program PKPR di Puskesmas seperti Laporan bulanan dari
pemegang Program Gizi dan pemegang program PKPR.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth
interview) dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada proses Input
24

berupa sumber daya manusia kesehatan, Remaja, dan jejaring akan


dilakukan wawancara. Kemudian dilakukan observasi terhadap objek yang
akan diteliti, dengan cara melihat proses pelaksanaan program PKPR.
Observasi ini juga dilakukan untuk melihat ketersediaan fasilitas kesehatan
diPuskesmas.
Telaah dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca laporan, pernyataan tertulis tertentu dan
bahan tulis lainnya.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah peneliti sendiri,
surat izin penelitian, recorder dengan alat bantu HP, alat tulis (pena,
stabilo), kamera, pedoman observasi dan pedomanwawancara.
F. Pengolahan dan AnalisaData
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, data akan
diolah secara manual sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif dan
tujuan penelitian. Pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini dilakukan
menurut cara analisa kualitatif sesuai dengan langkah menurut Miles dan
Huberman dalam Emzir (2010). Adapun langkah pengolahan data dan analisis
data kualitatif yaitu :
1. Reduksidata
Mereduksi data berarti memilih data yang penting. Pemfokusan dan
membuat kategori, dengan demikian data telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Datayang diperoleh
dari informan tentang pelaksanaan program PKPR akan dituangkan dalam
bentuk teks naratif. Data tersebut dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal
penting untuk kemudian dicari tema. Tema tersebut kemudian diberi kode
(dengan menggunakan stabilo), sehingga data yang diperolah benar-benar
fokus sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Penyajian data (DataDisplay)
Penyajian data adalah kumpulan informasi yang telah disusun
sehingga memudahkan mendeskripsikan simpulan. Pada penelitian ini,
25

setelah dilakukan reduksi data dan didapatkan tema-tema hasil penelitian


pelaksanaan program PKPR, maka ditulis kedalam matriks bersamaan
dengan hasil observasi dan dokumentasi di Puskesmas, kemudian tema ini
akan diuraikan dalam bentuk teksnaratif.
3. Penarikan/verifikasi kesimpulan (ConclutingDrawing)
Teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan yaitu dengan cara
menganalisa data secara content analisis (teknik analisis isi) yaitu dengan
membandingkan hasil penelitian dengan teori yang ada pada tinjauan
pustaka.
Teknik analisis data dengan cara domain analisis. Domain analisis
yaitu teknik dengan mendeskripsikan variabel-variabel penelitian dan
dilakukan penafsiran. Untuk menjaga validitas data maka analisis data juga
dilakukan dengan metode triagulasi (Creswell, 2015), yaitu :
a. Triagulasi Sumber, dilakukan dengan cara membandingkan dan
mengecek kembali (cross check) suatu informasi yang diperoleh
melalui informan yang berbeda yaitu Remaja, Penanggung jawab
program di Puskesmas Harapan Raya, Guru UKS. Analisis data
tersebut kemudian divalidasi langsung ke informan pendukung untuk
mendapatkan kesesuaian pernyataan yang disampaikan oleh informan.
b.Triagulasi Metode, dilakukan dengan cara menggunakan metode-
metode yang berbeda. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah wawancara mendalam. Berdasarkan informasi dari informan,
peneliti menganalisis kembali dan memasukkan penelusuran dokumen
seperti lembar cek list kelengkapan sarana prasarana dan SOP
kedalam kategori tema yangsesuai.
c. Triagulasi Data, dilakukan dengan meminta umpan balik dari
informan terhadap hasil wawancara mendalam. Melalui proses ini,
validasi digunakan untuk memastikan kembali apakah transkip dan
analisis yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan pengalaman
atau pekerjaan para informan utamasesungguhnya.
26

G. Etika Penelitian
Penelitian ini menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan standar
etika dalam penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika penelitian ini adalah:

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (Respect for persons)


Penelitian ini menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam penelitian,
termasuk diantaranya yaitu hak untuk membuat keputusan untuk terlibat
dalam penelitian dan hak untuk dijaga kerahasiaannya, berkaitan dengan data
yang diperoleh selamapenelitian.
2. Prinsip manfaat(Beneficence)
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi informan karena secara
langsung dapat memberikan penilaian terhadap Puskesmas Harapan Raya,
sehingga menjadi bahan masukan untuk pelaksanaan program PKPR.
3. Prinsip keadilan(Justice)
Penelitian ini akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian
secara adil dan tidak membedakan berdasarkan ras, agama atau status sosial
ekonomi. Penelitian ini akan memperlakukan informan sesuai dengan desain
penelitian dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk mendapatkan perlakuan
yang sama dan hak untuk dijaga privasinya.
Prortokol penelitian dimasukkan ke Team Komisi Etik Penelitian STIKes Hang
Tuah Pekanbaru setelah melaksanakan ujian proposal tesis dengan no
surat ...................................... dinyatakan
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai