BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
system, fungsi dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan
reproduksi menurut International Conference Population and Development
(ICPD) terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan
penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi
remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan
penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker
saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi remaja seperti kekerasan seksual
dan lainnya.(Jasny, Amor and Baali, 2019)
Menurut WHO, Prevalensi anemia masih dianggap menjadi masalah
kesehatan masyarakat dikategorikan sebagai berikut, bukan masalah kesehatan
masyarakat jika <5%, masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan jika 5-19%,
masalah kesehatan tingkat sedang jika 20-39,9% dan merupakan masalah
kesehatan tingkat berat jika ≥40% (Departemen Kesehatan RI, 2014). (Kaimudin,
Lestari and Dkk, 2017)
Anemia karena kekurangan zat besi masih menjadi masalah utama di
Indonesia. Kekurangan zat besi adalah gangguan gizi yang paling umum dan
tersebar luas di Negara-negara berkembang. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia Tahun 2013, Prevalensi Anemia diantara anak-anak umur
5-12 tahun di Indonesia sebesar 26%, pada wanita usia 13-18 tahun sebesar 23%,
pada wanita usia 15-49 tahun sebesar 23% dan pada ibu hamil sebesar 37%.
Apabila anemia tidak ditangani secara din pada remaja, maka mungkin terjadi
peningkatan risiko anemia pada saat hamil. Anemia pada wanita hamil akan
2
meningkatkan risiko kematian bila mengalami perdarahan berat, berat bayi lahir
rendah (BBLR), bayi dengan kelainan bawaan lahir serta meningkatnya risiko
anak pendek (stunting). Anemia tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi dapat juga
terjadi pada pria. Prevalensi Anemia pada pria usia 13-18 tahun sebesar 12% dan
pria usia diatas 15 tahun sebesar 15%.(BKKBN, 2017)
Hasil penelitian Mariana dan Khafidhoh (2013) menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya anemia pada remaja dikarenakan pola makan yang tidak
teratur, pantangan makan-makanan berprotein, tidak suka mengkonsumsi sayuran,
kebiasaan makan fast food dan junk food. Keadaan ini yang dapat menyebabkan
remaja menjadi anemia selain itu penyebab anemia pada remaja status kesehatan
yang kurang baik, status gizi, infeksi parasit dan pengetahuan yang kurang tentang
anemia.(Mariana1, 2013)
Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi
besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain
itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri
sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada
masa hamil, kebutuhan zat besi meningkat tiga kali lipat karena terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah ibu untuk memenuhi kebutuhan
pembentukan plasenta dan pertumbuhan janin. Suplementasi zat besi berkaitan
secara signifikan dengan penurunan risiko anemia [WHO, 2011; 2016].
(Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi & KIA, 2015)
Penyebab anemia adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan
makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh
akan zat besi. Selain konsumsi zat besi yang kurang dari kebutuhan, anemia juga
dapat disebabkan oleh karena meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
misalnya masa menstruasi dan masa tumbuh kembang remaja,(Roehaeti et al.,
2018)
Hasil penelitian Olani Debelo di Ethiopia South Africa Prevalensi
menyatakan anemia juga bervariasi darisatu daerah ke daerah lain, yaituproporsi
tertinggi wanita dengan anemiatercatat di Somalia 43,5%, danprevalensi terendah
tercatat pada Addis Ababa 154 (10,1%). Lebih tinggijumlah wanita anemia 22,4%
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
c. StandarKeluaran
Standar keluaran merupakan ketentuan ideal yang menunjuk pada
hasil langsung pelayanan. Karena merujuk pada hasil keluaran, maka
standard keluaran sering juga disebut dengan standarpenampilan.
d. StandarHasil
Standar hasil merupakan ukuran hasil intervensi pelayanan kesehatan
terhadap pasien/konsumen/masyarakat. Standar hasil biasanya
ditentukan oleh pihak ketiga, bukan oleh pemberi pelayanan atau
sarana pelayanan kesehatan (Bustami,2011).
Adapun kriteria Puskesmas mampu melaksanakan PKPR sebagai berikut :
1) Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
2) Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) sekolah dalam 1 (satu)
tahun di sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan minimal
melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali dalam
setahun.
3) Melatih konselor sebaya di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid sekolah binaan.
Selanjutnya, untuk meningatkan kualitas penyelenggaraan PKPR,
Puskesmas harus meningkatkan mutu masukan dan proses kegiatan.
Adapun Standar Nasional PKR mengatur 5 aspek yang berkaitan dengan
penyelenggaraan PKPR beserta komponen stadarnya, yaitu:
a) Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, dengan komponen standar
yaitu pengetahuan dan kompetensi petugas, pelayanan konseling
remaja.
b) Fasilitas Kesehatan, dengan komponen standar yaitu paket pelayanan
kesehatan dan prosedur, tatalaksana dan alur pelayanan.
c) Remaja, dengan komponen standar yaitu kegiatan pemberian informasi
(pelayanan KIE), kegiatan konselorsebaya
d) Jejaring, dengan komponen standar yaitu pemetaan pemangku
kepentingan, peningkatan partisipasiremaja
12
dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yaitu pola makan
yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas
fisik.
Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas :
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja
berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dan lain lain.
Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan
kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki,
gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan
pernapasan lain.(Roehaeti et al., 2018)
Pencegahan Kegemukan dan Obesitas Pola hidup dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
2) Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2
jam sehari
3) Tidak menyediakan TV di kamar anak
4) Mengurangi makanan dan minuman manis
5) Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
6) Mengurangi makan di luar
7) Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke
sekolah
8) Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
9) Makan makanan sesuai dengan waktunya
10) Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
11) Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan
gizi lebih
12) Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
13) Target penurunan BB yang normal
15
c. Anemia
1) Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 g/dL untuk anak usia sekolah dan wanita
dewasa. Anemia di masyarakat juga dikenal sebagai kurang darah.
Tabel 2.1
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan Anemia (g/dL)
berdasarkan umur
C. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Fasilitas pelyanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daeran dan/atau masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah
fasilitas pelyanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan (UKP) adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
(Permenkes, 2014)
2. Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi danWewenang
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:
Input :
SDM kesehatan Proses : Output :
FasilitasKesehatan Mengurangi
Pelaksanaan Kejadian
Remaja
PKPR Anemia
Jejaring
Remaja
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah kerangka fikir mengenai hubungan antar
variabel- variabel yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan apa yang telah
diuraikan dalam studi kepustakaan. Pada penelitian ini input yang akan diteliti
adalah Remaja dan fasilitas/program kesehatan. SedangkanSDM
Kesehatandanmanajemenkesehatantidakditeliti. Adapun kerangka berfikir
pada penelitian ini ialah:
SDM
Pelaksanaan Anemia Remaja
Remaja
PKPR
Fasilitas Kesehatan
Jejaring
BAB III
METODE PENELITIAN
D. DefinisiIstilah
Tabel 3.1 Defenisi Istilah
1. Jenis
a. DataPrimer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan melalui
wawancara mendalam dan observasi. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data melalui percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang akan ditanyakan pada informan, dan pertanyaan
akan berkembang sesuai dengan jawaban informan, sehingga mendapatkan
jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi dilakukan dengan
menggunakan pedoman observasi keberhasilan programPKPR.
b. DataSekunder
Data pendukung dari data primer yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan program PKPR di Puskesmas seperti Laporan bulanan dari
pemegang Program Gizi dan pemegang program PKPR.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth
interview) dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada proses Input
24
G. Etika Penelitian
Penelitian ini menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan standar
etika dalam penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika penelitian ini adalah: