Anda di halaman 1dari 14

UKM

1. Judul Laporan

Pemberatasan Sarang Nyamuk Sebagai Upaya Meningkatkan Angka Bebas Jentik

Peserta

Masyarakat RT...

Latar belakang

Juru Pemantau Jentik (Jumantik) merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk
memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu
bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Dengan adanya
jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan
jentik yang berulang-ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta penyuluhan
kepada masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat melalui jumantik, diharapkan
masyarakat dapat secara bersama- sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara
mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat. (Kemenkes, 2010)

Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Kematian Akibat DBD terjadi
di 219 kabupaten/kota. Kasus DBD sampai dengan Minggu Ke-49 tahun 2020 sebanyak 95.893,
sementara jumlah kematian akibat DBD sebanyak 661.

Per November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD.
Sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari
49/100.000 penduduk. (Kemenkes, 2020)

Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan berupa edukasi mengenai cara mengenali jentik dan menghitung jumlah jentik agar dapat
mencegah timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Warga juga diajari cara menjaga higienitas
dengan cara 3M, yakni menguras penampungan air, menutup penampungan air dan mengubur
barang bekas.

2. Judul Laporan
Kegiatan Posyandu

Peserta
Ibu dan Balita

Latar Belakang
Kepanikan psikologis, fisik, dan ekonomi di awal masa pandemi membuat kader posyandu, ibu balita,
balita dan ibu hamil di Indonesia terkena dampaknya. Ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah
kunjungan balita, ibu balita dan ibu hamil ke posyandu secara drastis. Artinya, keadaaan demikian
tidak boleh lama terjadi karena balita Indonesia adalah calon sumber daya manusia yang sangat
diharapkan di masa depan sebagai pewaris bangsa dan negara di segala bidang yang strategis dalam
menghadapi era globalisasi. Pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus tetap
dilakukan.

Tujuan dibukanya posyandu di masa pandemi adalah menjadi acuan bagi pemangku kepentingan
terkait dan tenaga pemberi layanan dalam pelaksanaan upaya kesehatan di Posyandu dalam
adaptasi kebiasaan baru. Adapun tujuan khususnya adalah terlaksananya pelayanan gizi di
Posyandu; terlaksananya pemantauan kehamilan, nifas, konseling menyusui, pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak, remaja serta lanjut usia di posyandu dalam adaptasi
kebiasaan baru; terlaksananya pelayanan imunisasi di posyandu; terlaksananya Pelayanan KB di
posyandu; terlaksananya peningkatan perilaku hidup sehat di Posyandu.

Gambaran Pelaksanaan

Upaya kesehatan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam adaptasi kebiasaan baru tetap
dilakukan sebagai upaya percepatan pencegahan stunting, peningkatan kesehatan ibu dan anak,
penyuluhan, dan penyebarluasan informasi kesehatan, serta surveilans kesehatan berbasis
masyarakat rangka pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Upaya
kesehatan di posyandu sebagaimana dimaksud dalam keadaan pandemi dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut. Posyandu yang berada di daerah zona hijau dapat melakukan hari buka
posyandu berdasarkan persetujuan dari pemerintah desa/kelurahan posyandu yang berada di
daerah zona kuning, zona oranye, dan zona merah tidak melakukan hari buka Posyandu dan kegiatan
dilaksanakan melalui penggerakan masyarakat untuk kegiatan mandiri kesehatan atau janji temu
dengan tenaga kesehatan serta melaporkannya kepada kader Posyandu, yang dapat dilaksanakan
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan
yang mewadahi pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan sosial dasar yang pelaksanaannya
dapat disinergikan dengan layanan lainnya sesuai potensi daerah. Salah satu kegiatan sosial dasar di
Posyandu yang dilakukan yakni pengukuran TB dan BB balita. Dalam pelaksanaannya, posyandu
sudah berjalan sesuai prokes

3. Judul Laporan

Peran Posyandu dalam Upaya Perbaikan Gizi Balita

Peserta

Ibu dan Balita

Latar Belakang

Pemenuhan gizi merupakan salah satu upaya untuk menciptakan generasi yang sehat dan tangguh di
masa depan. Saat ini Indonesia memiliki tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu gizi kurang, gizi
lebih, dan defisiensi zat gizi mikro (Global Nutrition Report, 2018). Hasil Riskesdas tahun 2018,
prevalensi wasting pada balita 10,2% dan 3,5% diantaranya severe wasting (gizi buruk). Gizi buruk
pada Balita akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan risiko terjadinya
stunting. Berdasarkan Global Nutrition Report pada 2018 menunjukkan Prevalensi Stunting Indonesia
dari 132 negara berada pada peringkat ke-108, sedangkan di kawasan Asia Tenggara prevalensi
stunting Indonesia tertinggi ke dua setelah Kamboja.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional
mengalami penurunan dari 37,2 % pada 2013 menjadi 30,8 % pada 2018. Menurut Survei Status Gizi
Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, angka ini menurun menjadi 27,7 %. Penurunan angka stunting
telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional.

Gambaran Pelaksanaan

Ibu dan balita dihimbau untuk datang saat pelayanan posyandu. Balita diukur tinggi/panjang badan
serta berat badannya. Apabila balita masuk kedalam kategori gizi kurang atau stunting maka ibu
diinstruksikan untuk pemberian biskuit sebagai makanan tambahan

4. Judul Laporan

Posyandu Lansia

Masyarakat Lansia

Latar belakang

posyandu lansia di buat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan lansia, serta mendorong lansia untuk tetap produktif,
mandiri dan aktif serta meningkatkan komunikasi yang aktif antar masyarakat lansia.

masalah yang sering di hadapi oleh lansia berupa rendahnya daya tahan tubuh sehingga membuat
tubuhnya rentan terkena penyakit, jika sudah terkena penyakit lansia akan susah untuk beraktivitas,
tujuan diadakannya posyandu lansia adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan, dan medorong
lansia untuk terus memelihara kesehatannya dengan mandiri dan dapat terus beraktivitas seperti
biasa

Gambaran Pelaksanaan

posyandu diadakan rutin setiap bulan di bantu oleh kader lansia masyarakat, pada posyandu
disediakan meja I untuk pengukuran berat badan, tinggi badan dan IMT, kemudian disediakan meja
II untuk pelayanan kesehatan seperti pengecekan tekanan darah, asam urat, kolesterol dan gula
darah serta rujukan kasus, kemudian meja III untuk edukasi dan konseling tentang masalah
kesehatan dan gizi yang dialami lansia.

5. Judul Laporan
Prolanis/PTM

Latar Belakang

prolanis merupakan program pemerintah yaitu system pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan. Prolanis bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis seperti DM
tipe II dan hipertensi untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.

Ditinjau dari masalah saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM).
Saat ini Indonesia masuk 10 negara terbesar penderita diabetes mellitus di dunia, selain itu pada
penyakit hipertensi di Indonesia juga masih tinggi tingkat prevalensinya

Gambaran Pelaksanaan

Prolanis dihadiri oleh masyarakat dengan penyakit kronis DM dan Hipertensi, seerta kader
masyarakat yang membantu. Kegiatan pada program prolanis adalah konsultasi medis yaitu
konsultasi mengenai gejala yang di alami oleh peserta, hasil pemeriksaan kesehatan dan status gizi
peserta, pemeriksaan status kesehatan yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan dan IMT peserta
selain itu terdapat pengecekan GDP dan tekanan darah pada peserta.

6. Judul Laporan
Kelas Ibu Hamil

Peserta
Ibu Hamil

Latar Belakang

Kehamilan merupakan kejadian fisiologis yang dialami oleh wanita. Setiap kehamilan
berisiko mengalami gangguan kehamilan. Gangguan kehamilan tersebut merupakan
penyebab langsung kematian ibu. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
dengan angka kematian ibu yang masih tinggi. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kehamilan merupakan salah satu faktor utama mempengaruhi keselamatan ibu hamil. Oleh
karena itu perlunya edukasi dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan keluarga.
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, perawatan bayi baru lahir. Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil.

Gambaran Pelaksanaan
Melaksanakan kelas ibu hamil dalam bentuk penyuluhan tentang kehamilan, pemeriksaan
kehamilan, tanda kehamilan, perubahan fisik dan mental saat kehamilan, pelayanan kesehatan
pada ibu hamil, hal yang harus dihindari saat hamil, dan persiapan menghadapi persalinan
yang aman.

7. Judul Laporan

Vaksinasi COVID 19

Latar Belakang

Penyakit COVID19 merupakan infeksi saluran pernapasan yang sekarang sedang menjadi
permasalahan kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyakit menular,
yang seringkali ditularkan melalui droplet saat berbicara ataupun batuk bersin. Protokol
kesehatan telah ditetapkan sebagai usaha pencegahan penyakit berupa penggunaan masker,
menjaga jarak, serta mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Masyarakat Indonesia
masih banyak yang belum percaya mengenai adanya penyakit COVID19 ini sehingga
seringkali melalaikan protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker atau
menggunakan masker secara tidak benar, kurangnya kesadaran dalam menjaga jarak atau
masih sering berkerumun, serta kurangnya menjaga kebersihan.
Vaksinasi COVID19 bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi
COVID19, sa;ah satunya pada Anak sekolah yang akan memasuki pembelajaran tatap muka.
Individu yang sudah mendapatkan vaksin COVID19 tetap dapat terinfeksi COVID19, hanya
gejala yang dirasakan akan lebih ringan dibandingkan individu yang tidak mendapatkan
vaksin. Mayoritas masyarakat masih tidak percaya dengan adanya COVID19 sehingga masih
tidak percaya akan adanya vaksin COVID19. Masyarakat masih mempercayai hoaks
mengenai vaksin COVID19 seperti efek samping vaksin COVID19 berupa kematian.

Gambaran Pelaksanaan

Sebelum diadakan kegiatan vaksinasi, kepala puskesmas/guru secara aktif menghubungi para
orang tua murid yang didata bagi yang bersedia untuk anaknya mendapatkan vaksinasi
COVID19 dan melakukan pencatatan mengenai identitas, serta mengumumkan tempat dan
tanggal dilakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, petugas kesehatan melakukan
skrining kepada peserta vaksinasi untuk menilai apakah peserta dapat diberikan vaksin
COVID19. Setelah dilakukan vaksinasi, peserta vaksin menunggu selama sekitar 15 menit
untuk dilakukan pemantauan KIPI, yang dilanjutkan dengan pembagian kartu bukti sudah
mendapatkan vaksin COVID19 dosis 1
8. Judul Laporan

Posyandu Balita, Deteksi dini stunting

Latar Belakang

Stunting merupakan kondisi kurang gizi yang paling sering ditemukan, yang dapat mempengaruhi
bayi sebelum lahir dan pada masa awal pertumbuhan, yang berhubungan dengan status gizi ibu, gizi
ibu selama hamil, serta pertumbuhan janin. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 825 juta orang
yang menderita gizi buruk pada tahun 2000-2002 dan 815 juta diantaranya hidup di negara
berkembang. Berdasarkan SUSENAS 2002, 26% balita menderita gizi kurang dan gizi buruk dan 8%
balita menderita gizi buruk. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun serta
pada ibu hamil dan menyusui. Dari 343 kabupaten / kota di Indonesia, penderita gizi buruk sebanyak
169 kabupaten atau kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten atau kota lainnya
dengan prevalensi tinggi. Kondisi yang sering menyebabkan terjadinya stunting yaitu asupan
makanan yang tidak seimbang, terdapatnya penyakit atau infeksi, serta status social ekonomi dan
kemiskinan.

Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan saat posyandu yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan, mencatat
di KMS, penyuluhan mengenai menu makanan dan mengenai stunting, serta edukasi. Evaluasi
dilakukan saat posyandu berikutnya dengan menilai apakah terdapat peningkatan BB ataupun TB
balita.

9. Judul Laporan

Aspek Promotif dan Preventif Hipertensi

Peserta

Masyarakat umum

Latar Belakang

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani,
dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi
mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela,
2009). Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
Pengobatan hipertensi ini seumur hidup dan seringkali pasien-pasien tidak memahami tentang
pengobatan hipertensi tersebut.

Gambaran Pelaksanaan

- Memberikan penyuluhan mengenai pengertian, penyebab, komplikasi dari hipertensi


- Memberikan pemahaman pentingnya kepatuhan minum obat hipertensi dan modifikasi pola
hidup
- Memberikan pengertian mengenai pentingnya pemeriksaan tensi secara berkala.

10. Judul Laporan

Aspek promotif dan preventif Diabetes Melitus Tipe 2

Peserta
Masyarakat umum

Latar Belakang

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah
melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes
mellitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Saat ini
penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Pada tahun 2000, World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistic kematian di dunia, 57 juta jiwa
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular dan diperkirakan
bahwa sekitar 3,2 juta jiwa per tahun penduduk dunia meninggal akibat DM. Tahun 2003
WHO memperkirakan 194juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia yang berusia
20-79 tahun menderita DM dan pada 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO
memprediksi Indonesia, bahwa ada kenaikan dari 8,4 juta diabetisi pada tahun 2000, akan
meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030 dan membuat Indonesia
menduduki rangking 4 dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi
diabetes (Diabetes Care,2004).
Pada tahun 2005 WHO mencatat bahwa sekitar 30% kematian penduduk dunia akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah. Kontribusi DM terhadapt penyakit jantung dan
pembuluh darah sebagai penyebab kematian utama tersebut sangat besar, 40%-50% penderita
penyakit jantung adalah diabetisi. Komplikasi kronik penyakit DM lainnya, seperti stroke,
kebutaan, penyakit ginjal kronik, luka di kaki yang sulit sembuh, dan impotensi merupakan
masalah besar bagi kelangsungan hidup dan produktifitas manusia yang mengakiabtkan
beban biaya kesehatan yang sangat mahal.
Faktor risiko DM dan penyakit metabolik sangat erat kaitannya dengan perilaku tidak sehat
yaitu diet tidak sehat dan tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, kegemukan/obesitas,
dyslipidemia, merokok, hipertensi, dan konsumsi alkohol. Pengendalian DM dilakukan
melalui pencegahan dan penganggulangan faktor risiko tersebut.
Peran fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas sebagai ujung tombak menjadi
sangat penting. Puskesmas berperan dalam aspek promotif dan preventif penyakit termasuk
penyakit DM tetapi tidak menghilangkan fungsi kuratif dan rehabilitatif. Aspek promotif dan
preventif dilakukan untuk mengubah pola gaya hidup tidak sehat seperti kurangnya aktifitas
fisik, kegemukan, merokok, dan konsumsi alkohol.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapain240 juta. Menurut data
RISKESDAS 2007, prevalensi nasional DM dinIndonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar
5,7%. Berdasar datanIDF 2014, saat ini diperkiraan 9,1 juta orang penduduk didiagnosis
sebagai penyandang DM. Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke-5 di
dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat
ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang DM.

Gambaran Pelaksanaan

-Memberikan definisi, klasifikasi, dan tanda serta gejala penyakit diabetes melitus
-Memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko terjadinya DM
-Memberikan informasi cara mencegah terjadinya penyakit DM pada kelompok risiko DM
-Memberikan informasi mengenai komplikasi dan prognosis penyakit DM

11. Judul Laporan

Penyuluhan alat Kontrasepsi

Peserta
Ibu yang datang ke poli KIA Puskesmas Kebun Kopi

Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) mengindari kelahiran yang tidak
diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara
kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri,
(5) menetukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Keluarga berencana adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagian dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB
diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa
hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara
lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan
desa. Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, AKDR, implant,
vasektomi, dan tubektomi.Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung
dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB
sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan pelayanan AKDR, implant dan
vasektomi/tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama
dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak pasangan usia
subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki
usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana

Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA untuk mendapatkan KB, dilakukannya edukasi dan tanya jawab
mengenai tujuan, manfaat, macam-macam alat kontrasepsi dan metode pemilihannya.

12. Judul Laporan


Penyuluhan NAPZA dan Rokok

Latar Belakang
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Remaja-
remaja bisa saja tidak mengetahui ada individu yang mengkonsumsi NAPZA (Narkoba,
Psikotropika, dan Zat Adiktif) di sekitar mereka. Padahal jika seseorang mengkonsumsi obat
terlarang, hal tersebut dapat merugikan banyak pihak. Begitu pula dengan merokok. Rokok
adalah silinder dari kertasyang didalamnya berisi cacahan daun tembakau yang dilengkapi
dengan filter atau tanpa filter. Terdapat berbagai senyawa dalam
rokok, diantaranya adalah karbon monoksida, tar, dan nikotin. Karbon monoksida adalah gas
beracun, dalam tubuh akan bereaksi dengan hemoglobin sehingga terjadi penurunan kadar
oksigen dalam darah, tar adalah zat karsinogenik, dan nikotin adalah zat beracun yang
merusak organ tubuh dan penyebab kecanduan

Gambaran Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan di RT 37 kota Jambi yang dihadiri oleh Remaja-remaja.
Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 16.00. Setelah penyuluhan, narasumber
mempersilahkan audience untuk bertanya. Kegiatan selesai pada pukul 17.30 WIB.

13. Judul Laporan


Kesehatan Lingkungan di Rumah Makan Sederhana

Latar Belakang
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO adalah penyediaan air minum,
pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat,
pengendalian vector, pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia,
hygiene makanan, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, dll.
Pengawasan makanan dan minuman merupakan salah satu bagian yang penting dalam segala
aktivitas kesehatan masyarakat, mengingat adanya kemungkinan penyakit-penyakit akibat
makanan dan minuman.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan dengan cara pengawasan hygiene tempat pengelolahan makanan dengan
melakukan inspeksi ke tempat-tempat pengelolahan makanan. Inspeksi seperti lantai, dinding,
langit-langit, pintu, jendela, ventilasi ruang, dapur, pencahayaan, pembuangan asap,
penyediaan air bersih, penampungan dan pembuangan sampah, pembuangan air limbah,
perlindungan dari serangga dan tikus.

14. Judul Laporan


Kunjungan Anak dengan Gizi Kurang

Identitas Bayi
An. A; 33bln; RT 39 Thehok; BB lahir: 3400 gram; PB: 50cm

Latar Belakang
Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisimasih saja
melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian.
Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di wilayahyang juga
miskin akan bahan pangan kaya zatgizi, terlebih zat gizi mikro. Keadaan kesehatangizi
tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semuakebutuhan
tubuh. Akibat dari kesehatan giziyang tidak baik, maka timbul penyakit gizi,umumnya pada
anak balita diderita penyakit gizi. Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu
sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakitgangguan gizi dan gizi buruk
akibatnya tidak baiknya mutu / jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh
masing ± masing orang

Gambaran Pelaksanaan
Masalah gizi buruk dapat diantisipasi dengan upaya pencegahan dan penanggulangan secara
terpadu disetiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada sarana kesehatan. Pasien
dikunjungi kerumahnya pada tgl 27/6/22 untuk pemantauan tumbuh kembang. Didapatkan
hasil sebagai berikut:
- Anak diberikan makanan atau minuman (MP-ASI) sejak usia 6 bln, dan berhenti minum
ASI sejak usia 8bln dikarenakan ASI tidak keluar
- BB: 10kg; PB; 84cm
IMT:
- BB/U: Gizi kurang
- TB/U: Perawakan Pendek
- BB/U: normal
- Pasien mengalami keterlambatan bicara
Pasien diberikan edukasi, selanjutnya akan dilakukan kunjungan berikutnya bulan depan
untuk memantau perkembangan anak

15. Judul Laporan


Deteksi Stunting

Identitas
Bayi/balita yang datang ke PKM Kebun Kopi untuk melakukan Imunisasi dasar

Latar Belakang
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat
kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah
standar. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua dari standar deviasi (-2SD) panjang atau tinggi anak seumurnya.
Stunting merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting balita di
tingkat nasional sebesar 6,4% selama 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8%
(2018). Proporsi status gizi; pendek dan sangat pendek pada baduta, mencapai 29,9% atau
lebih tinggi dibandingkan target RPJMN 2019 sebesar 28%.
Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan anak terhadap
penyakit, menimbulkan hambatan perkembangan kognitif yang menurunkan kecerdasan dan
produktivitas anak di masa depan. Stunting juga akan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit degeneratif di usia dewasa. Kerugian ekonomi akibat stunting pada angkatan kerja
di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10.5% dari produk domestik bruto (PDB), atau
setara dengan 286 triliun rupiah.

Gamabaran Pelaksanaan
Sebelum dilakukannya imunisasi dasar, bayi/balita dilakukan pencatatan dan pemeriksaan
terlebih dahulu seperti berat badan, tinggi/panjang badan, IMD atau tidak, minum
ASI/Formula, yang berguna untuk mendeteksi stunting pada anak

16. Judul Laporan


Program Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri

Identitas
Remaja Putri SMA/SMK/SMP Dharma Bakti Kota Jambi

Latar Belakang
nemi merupakan salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di Indonesia saat ini. Berdasarkan
hasil Riskesdas 2018 anemia lebih banyak dialami pada remaja. Remaja perempuan
merupakan kelompok usia yang paling banyak membutuhkan zat gizi. Pematangan seksual
pada remaja menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Kebutuhan zat gizi remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk
mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi.

Gambaran Pelaksanaan
Dilakukannya penyuluhan mengenai pentingnya mencegah anemia dengan suplementasi zat
besi pada remaja putri SMK/SMA/SMP Dharma Bakti dilanjutkan dengan pembagian tablet
tambah darah.

17. Judul Laporan


Kegiatan Imunisasi dasar di Puskesmas Kebun Kopi
Identitas
Anak yang belum mendapatkan/melengkapi imunisasi dasar

Latar Belakang
imunisasi adalah salah satu program pemerintah upaya pencegahan kematian pada bayi
dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakitinfeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun,
kecacatan sertakematian yang ditimbulkannya akan berkurang. Imunisasi dasar adalah
imunisasi yang diberikan pada anak untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif sebelum
anak berusia setahun yang mencakup imunisasi BCG, hepatitis B, DPT (difteri, pertusis, dan
tetanus), polio, dan campak. Imunisasi dasar juga merupakan salah satu bentuk upaya
pencegahan penyakit infeksi untuk meningkatkan kuallitas hidup.

Ringkasan pelaksanaan
Kegiatan imunisasi dasar dilakukan di puskesmas kebun kopi, sebelum pemberian imunisasi
dilakukan pendataan terlebih dahulu, penimbangan berat badan dan panjang badan. Kegiatan
dilakukan oleh petugas puskesmas kebun kopi. Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi
BCG, hepatitis B, DPT, polio dan campak.

18. Judul Laporan


Kegiatan Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Kebun Kopi

Identitas
Anak usia mulai dari 6 tahun hingga lansia

Latar Belakang
salah satu upaya untuk penanggulangan COVID-19 ada dengan vaksinasi. Vaksinasi covid-
19 ini bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan covid-19, menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat covid-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat dan
melindungi masyarakat dari covid-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.

Pelaksanaan
Pelaksanaan vaksinasi covid-19 di puskesmas kebun kopi dimulai pukul 08.00 WIB.
Vaksinasi dilaksanakan oleh tim medis puskesmas kebun kopi bagi masyarakat yang berusia
6 tahun hingga lansia. Masyarakat yang datang untuk mendapatkan vaksinasi terdiri dari
dosis pertama, kedua dan vaksinasi booster. Kegiatan berlangsung dari pukul 08.00 hingga
12.00 WIB dengan berbagai macam pemeriksaan mulai dari pendaftaran/pendataan,
screening, vaksin, dan observasi. Adapun vaksin yang diberika adalah sinovac, pfizer dan
astrazeneca.

Anda mungkin juga menyukai