PENDAHULUAN
Ahli Gizi merupakan profesi khusus, yakni orang yang mengabdikan diri
dalam bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui suatu
pendidikan khusus di bidang gizi. Ahli gizi berperan penting dalam meningkatkan
Kampung Teleng, saya berperan memberikan pelayanan konsultasi gizi, edukasi gizi
dan tata cara diet, menentukan status gizi, faktor yang berpengaruh terhadap
gangguan gizi dan status gizi, menegakkan diagnosa penyakit terkait masalah gizi
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat medis yang dilakukan,
administrasi pelayanan gizi. Untuk itu keberadaan saya sebagai seorang ahli gizi
maupun masyarakat.
Pelayanan gizi adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial (UKM
esensial) seperti yang tercantum dalam Permenkes 43/2019 tentang Puskesmas. Saat
gizi, baik stunting maupun wasting, sebagaimana tercantum dalam dalam RPJMN
2020-2024.
Dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting, disebutkan bahwa
pelayanan gizi dilakukan di dalam dan di luar gedung meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu
suplementasi gizi ibu hamil (TTD dan makanan tambahan ibu hamil KEK), promosi
dan konseling PMBA (IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI dan melanjutkan menyusui
hingga 2 tahun atau lebih), pemantauan pertumbuhan balita, suplementasi gizi balita
(vitamin A dan makanan tambahan Balita gizi kurang), penanganan balita gizi buruk,
hanya pada aktivitas masyarakat tetapi juga terhadap kondisi ekonomi sebagian besar
masyarakat yang bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan
bergizi. Oleh karena itu, pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan
balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui pada situasi pandemi COVID-19.
PEMBAHASAN
Melakukan analisis data gizi dan mengidentifikasi kelompok sasaran berisiko yang
setempat terkait sasaran kelompok berisiko dan modifikasi pelayanan gizi sesuai
kegiatan tracking kasus terkonfirmasi covid-19 serta kontak erat, dan melakukan
Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Teleng.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Status gizi balita
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak dibagi
menjadi empat kategori yaitu status gizi Sangat Pendek (<-3SD), Pendek (-3SD sd <-
menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dan ini menunjukkan bahwa
pada anak adalah bentuk yang paling umum dari kekurangan gizi di Indonesia yang
mempengaruhi 30,8% balita. Wasting (berat badan menurut tinggi badan di bawah
standar) juga merupakan tantangan gizi utama yang mempengaruhi 10,2% anak
balita. Anak-anak wasting memiliki risiko kematian 11,6 kali lebih besar daripada
anak-anak yang bergizi baik dan mereka yang bertahan hidup dapat terus mengalami
Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) dengan tingkat pemberian ASI eksklusif sebesar
52%, sebagian besar bayi masih diberi susu menggunakan botol serta praktik
tiga faktor yang secara tidak langsung menjadi penyebab Beban Ganda Masalah Gizi.
Penyebab pertama, konsumsi pangan yang tidak memadai dan kerawanan pangan.
Tingkat kecukupan energi pada hampir separuh penduduk (45,7%) sangat kurang
Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi, yang sebagian besar makanan
olahan meningkat empat kali lipat antara tahun 2007 dan 2017, sehingga memicu
tingkat obesitas yang berkembang pesat. Penyebab kedua, terkait dengan penyakit,
akses yang tidak memadai terhadap pelayanan kesehatan, serta minimnya akses air
Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat sebagai akibat dari meningkatnya obesitas
serta menambah beban sistem pelayanan kesehatan. Penyebab ketiga, terkait dengan
praktik PMBA dan minimnya asupan makanan ibu, serta praktik perawatan ibu dan
sebesar 4,27%, prevalensi stunting sebesar 20,6%, dan prevalensi gizi kurang sebesar
penimbangan massal tahun 2018 didapatkan prevalensi gizi buruk sebesar 1,6%,
mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Sejalan dengan inisiatif
Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK. Selain itu,
Berkelanjutan (SDGs) sebagai target yang harus dipenuhi pada tahun 2030.
Salah satu upaya untuk mencegah stunting dan wasting adalah dengan Praktik
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yang tepat, karena sangat penting
dalam menentukan status gizi pada 2 tahun pertama kehidupannya. Hal - hal yang
harus diperhatikan terkait pemberian makanan bayi yaitu ketepatan waktu pemberian,
pemberian makanan bayi yang tidak tepat, seperti pemberian makanan yang terlalu
cepat atau terlambat, makanan yang diberikan tidak cukup dan frekuensi yang kurang
dimana prevalensi stunting sebesar 9,2% dan wasting 3,3 %, diperlukan suatu upaya
untuk dapat menurunkan dan mengatasi permasalahan gizi tersebut. Salah satu
intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melihat Praktik PMBA yang
dilakukan Ibu di rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut dibuatlah suatu kegiatan
sasaran yang memiliki masalah gizi. Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan
langsung ke rumah sasaran. Kegiatan ini terbentuk melalui koordinasi antara Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait berdasarkan permasalahan gizi di masyarakat yang
diangkat pada Loka Karya Mini Lintas Sektor Puskesmas Kampung Teleng Tahun
2018. Rapat koordinasi dihadiri oleh camat, lurah/kepala desa, PKK, tokoh
stunting dan wasting, dan berkoordinasi dengan pemantau wilayah setempat (PWS)
dan kader melakukan kunjungan rumah sasaran. Petugas terlebih dahulu menjelaskan
maksud dan tujuan dari kunjungan yang dilakukan. Petugas terlebih dahulu
recall asupan. Setelah itu melihat makanan yang disajikan di keluarga dengan
menyingkap tudung saji keluarga, dengan tujuan untuk melihat apakah hasil
sasaran dapat tergambar dengan jelas, dan petugas dapat memberikan intervensi yang
sesuai.
Untuk balita gizi buruk dilakukan pemantauan mingguan, sedangkan untuk
perkembangan balita dapat dilihat pada aplikasi ePPGM, dimana berat badan dan
tinggi badan balita di entrikan setiap bulannya. Pada aplikasi ePPGBM dapat dilihat
status gizi balita setiap bulannya apakah status tumbuh nya N (Naik) atau T
(Tetap/Tidak Naik). Dan juga dapat dilihat apakah balita pendek atau normal.
wajib mematuhi protokol kesehatan, memakai masker, dan menjaga jarak, dan
mengurangi kontak langsung serta mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan sasaran.
Kecamatan Lembah Segar. Kegiatan singkok tuduang melibatkan lintas sektor seperti
Camat, Lurah/Kepala Desa, PKK, Kader, UPTD Pertanian dan Tokoh Masyarakat
stunting
penurunan stunting
Memberikan PMT Pemulihan untuk balita stunting dan wasting yang
Ikut serta dalam menyusun jadwal kegiatan kunjungan rumah balita stunting
dan wasting
c. PKK
dasawisma
d. UPTD Pertanian
Memberikan bantuan kepada keluarga balita stunting dan wasting berupa bibit
e. Kader
Kegiatan ini dievaluasi secara internal dan eksternal. Secara internal melalui
Lokmin Bulanan Puskesmas Kampung Teleng. Dan secara eksternal melalui Lokmin
Lintas Sektor Puskesmas Kampung Teleng, MMD, dan Rakorcam. Evaluasi internal
dapat dinilai dari perubahan status gizi sasaran dan penurunan jumlah sasaran balita
gizi dari tahun 2018, 2019, dan 2020. Dimana angka kejadian gizi buruk pada tahun
2019 menjadi 1,0%, balita pendek menjadi 4,9%, dan balita dengan status gizi kurang
menjadi 1,8%. Dan pada tahun 2020, angka kejadian gizi buruk pada tahun 2020
menjadi 0,6%, balita pendek menjadi 4,3%, dan balita dengan status gizi kurang
menjadi 1,0%.
Kegiatan inovasi lainnya yang saya lakukan adalah pendampingan gizi pasien
covid-19 yang melakukan isolasi mandiri. Kegiatan pendampingan gizi pasien covid-
19 ini ditujukan kepada pasien terkonfirmasi positif covid wilayah kerja Puskesmas
Edukasi ini dinilai penting karena pasien Covid memerlukan terapi gizi yang adekuat
Pasien terkonfirmasi positif covid-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan,
Puskesmas Kampung Teleng memberikan asuhan gizi kepada keluarga pasien, dan
membuat inovasi berupa leaflet tentang gizi seimbang pada pasien covid-19, dan
kartu motivasi yang berisi edukasi, pesan, dan saran untuk pasien tersebut.
maksimal 15 menit.
pasien.
Tahun 2021, sampai dengan Bulan Agusus 2021 pasien terkonfirmasi positif di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 248 kasus. Yang melakukan
isolasi mandiri sebanyak 73 kasus. Semua pasien isolasi mandiri sebanyak 73 orang
PENUTUP
Oleh Pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja
putri, ibu hamil dan ibu menyusui. Puskesmas Kampung Teleng melaksanakan upaya
perbaikan gizi pada masa pandemi Covid-19 melalui inovasi Singkok Tuduang dan
masalah gizi dari tahun 2018, 2019, dan 2020. Dimana angka kejadian gizi buruk
pada tahun 2019 menjadi 1,0%, balita pendek menjadi 4,9%, dan balita dengan status
gizi kurang menjadi 1,8%. Dan pada tahun 2020, angka kejadian gizi buruk pada
tahun 2020 menjadi 0,6%, balita pendek menjadi 4,3%, dan balita dengan status gizi
Tahun 2021, sampai dengan Bulan Agusus 2021 pasien terkonfirmasi positif di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 248 kasus. Yang melakukan
isolasi mandiri sebanyak 73 kasus. Semua pasien isolasi mandiri sebanyak 73 orang