Anda di halaman 1dari 11

PERAN TENAGA GIZI DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI PADA MASA

PANDEMI COVID-19 MELALUI INOVASI SINGKOK TUDUANG DAN


PENDAMPINGAN GIZI PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG TELENG
KOTA SAWAHLUNTO

PENDAHULUAN

Ahli Gizi merupakan profesi khusus, yakni orang yang mengabdikan diri

dalam bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui suatu

pendidikan khusus di bidang gizi. Ahli gizi berperan penting dalam meningkatkan

kesehatan dan mencegah penyakit pada individu dan masyarakat.

Saya merupakan seorang ahli gizi yang mengabdi di Puskesmas Kampung

Teleng semenjak tahun 2015. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di puskesmas

Kampung Teleng, saya berperan memberikan pelayanan konsultasi gizi, edukasi gizi

dan tata cara diet, menentukan status gizi, faktor yang berpengaruh terhadap

gangguan gizi dan status gizi, menegakkan diagnosa penyakit terkait masalah gizi

berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat medis yang dilakukan,

menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi, melakukan pengembangan gizi

sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga menyelenggarakan

administrasi pelayanan gizi. Untuk itu keberadaan saya sebagai seorang ahli gizi

sangat diperlukan untuk membantu mengentaskan masalah gizi baik perorangan

maupun masyarakat.

Pelayanan gizi adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial (UKM

esensial) seperti yang tercantum dalam Permenkes 43/2019 tentang Puskesmas. Saat

ini, Pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk menurunkan angka kekurangan

gizi, baik stunting maupun wasting, sebagaimana tercantum dalam dalam RPJMN

2020-2024.
Dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting, disebutkan bahwa

pelayanan gizi dilakukan di dalam dan di luar gedung meliputi pelayanan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu

Hamil, Ibu Menyusui, bayi 0 – 23 bulan), balita dan remaja.

Kegiatan pelayanan gizi utama yang dilakukan adalah : konseling dan

suplementasi gizi ibu hamil (TTD dan makanan tambahan ibu hamil KEK), promosi

dan konseling PMBA (IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI dan melanjutkan menyusui

hingga 2 tahun atau lebih), pemantauan pertumbuhan balita, suplementasi gizi balita

(vitamin A dan makanan tambahan Balita gizi kurang), penanganan balita gizi buruk,

dan suplementasi TTD pada remaja putri (rematri).

Dengan terjadinya pandemi COVID-19, akan berdampak signifikan tidak

hanya pada aktivitas masyarakat tetapi juga terhadap kondisi ekonomi sebagian besar

masyarakat yang bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan

berpengaruh terhadap menurunnya akses masyarakat terhadap pemenuhan pangan

bergizi. Oleh karena itu, pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi

perseorangan dan masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan

balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui pada situasi pandemi COVID-19.

PEMBAHASAN

Saya memiliki tugas pokok, melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan

dan Dietetik yang meliputi Mengamati, Menyusun program, Melaksanakan penilaian

gizi bagi perorangan,kelompok di masyarakat. Dalam masa COVID-19, ahli gizi

berperan dalam: • Melakukan koordinasi lintas program di Puskesmas/fasilitas

kesehatan dalam menentukan langkah-langkah menghadapi pandemi COVID-19 •

Melakukan analisis data gizi dan mengidentifikasi kelompok sasaran berisiko yang

memerlukan tindak lanjut


• Melakukan koordinasi kader, RT/RW/kepala desa/kelurahan dan tokoh masyarakat

setempat terkait sasaran kelompok berisiko dan modifikasi pelayanan gizi sesuai

kondisi wilayah • Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain

kepada masyarakat tentang pencegahan penyebaran COVID-19 • Sebagai tenaga

surveilans covid-19 Puskesmas Kampung Teleng yang memiliki peran dalam

kegiatan tracking kasus terkonfirmasi covid-19 serta kontak erat, dan melakukan

pemantauan bagi pasien isolasi mandiri.

Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat

tetap dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Sebagai

ahli gizi di puskesmas Saya tetap melaksanakan pelayanan dasar

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan

dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota bidang kesehatan

sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar

Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan. Dengan kegiatan inovasi “SINGKOK TUDUANG” sebagai upaya untuk

mengatasi dan menurunkan prevalensi stunting dan wasting di puskesmas Kampung

Teleng.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi

kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Status gizi balita

berdasarkan Panjang Badan menurut Umur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak dibagi

menjadi empat kategori yaitu status gizi Sangat Pendek (<-3SD), Pendek (-3SD sd <-

2SD), Normal (-2SD sd +1SD), dan Tinggi (>+3SD).

Prevalensi status gizi pendek atau stunting selama 10 tahun terakhir

menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dan ini menunjukkan bahwa

masalah stunting perlu ditangani segera.


Riskesdas 2018 menunjukkan stunting (tinggi badan menurut umur di bawah standar)

pada anak adalah bentuk yang paling umum dari kekurangan gizi di Indonesia yang

mempengaruhi 30,8% balita. Wasting (berat badan menurut tinggi badan di bawah

standar) juga merupakan tantangan gizi utama yang mempengaruhi 10,2% anak

balita. Anak-anak wasting memiliki risiko kematian 11,6 kali lebih besar daripada

anak-anak yang bergizi baik dan mereka yang bertahan hidup dapat terus mengalami

masalah perkembangan sepanjang hidup mereka. Underweight (berat badan menurut

usia di bawah standar), yang mencerminkan baik stunting maupun wasting,

mempengaruhi 17,7% anak balita. Meskipun terdapat perbaikan dalam Pemberian

Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) dengan tingkat pemberian ASI eksklusif sebesar

52%, sebagian besar bayi masih diberi susu menggunakan botol serta praktik

pemberian makanan pendamping yang tidak memadai.

Berdasarkan hasil analisis penyebab Beban Ganda Masalah Gizi, ditemukan

tiga faktor yang secara tidak langsung menjadi penyebab Beban Ganda Masalah Gizi.

Penyebab pertama, konsumsi pangan yang tidak memadai dan kerawanan pangan.

Tingkat kecukupan energi pada hampir separuh penduduk (45,7%) sangat kurang

(<70% AKE/Angka Kecukupan Energi), dan 36,1% penduduk dengan tingkat

kecukupan protein sangat kurang(<80% AKP/Angka Kecukupan Protein). Akses

ekonomi (keterjangkauan) terhadap pangan menjadi penyebab utama kerawanan

pangan dibandingkan ketersediaan pangan.

Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi, yang sebagian besar makanan

olahan meningkat empat kali lipat antara tahun 2007 dan 2017, sehingga memicu

tingkat obesitas yang berkembang pesat. Penyebab kedua, terkait dengan penyakit,

akses yang tidak memadai terhadap pelayanan kesehatan, serta minimnya akses air

bersih dan sanitasi.


Sementara penyakit infeksi terus marak dan berhubungan dengan kekurangan gizi,

Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat sebagai akibat dari meningkatnya obesitas

serta menambah beban sistem pelayanan kesehatan. Penyebab ketiga, terkait dengan

praktik PMBA dan minimnya asupan makanan ibu, serta praktik perawatan ibu dan

pengasuhan anak yang kurang optimal.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, di Kota Sawahlunto, Prevalensi gizi buruk

sebesar 4,27%, prevalensi stunting sebesar 20,6%, dan prevalensi gizi kurang sebesar

12,2%. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng berdasarkan hasil

penimbangan massal tahun 2018 didapatkan prevalensi gizi buruk sebesar 1,6%,

stunting sebesar 9,2%, dan gizi kurang sebesar 3,3%.

Penurunan stunting dan wasting memerlukan intervensi yang terpadu,

mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Sejalan dengan inisiatif

Percepatan Penurunan Stunting pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden

Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK. Selain itu,

indikator dan target penurunan stunting telah dimasukkan sebagai sasaran

pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs) sebagai target yang harus dipenuhi pada tahun 2030.

Salah satu upaya untuk mencegah stunting dan wasting adalah dengan Praktik

Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yang tepat, karena sangat penting

dalam menentukan status gizi pada 2 tahun pertama kehidupannya. Hal - hal yang

harus diperhatikan terkait pemberian makanan bayi yaitu ketepatan waktu pemberian,

frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Kebiasaan

pemberian makanan bayi yang tidak tepat, seperti pemberian makanan yang terlalu

cepat atau terlambat, makanan yang diberikan tidak cukup dan frekuensi yang kurang

berdampak terhadap pertumbuhan balita.


Untuk mengatasi permasalahan gizi yang ada di Puskesmas Kampung Teleng,

dimana prevalensi stunting sebesar 9,2% dan wasting 3,3 %, diperlukan suatu upaya

untuk dapat menurunkan dan mengatasi permasalahan gizi tersebut. Salah satu

intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melihat Praktik PMBA yang

dilakukan Ibu di rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut dibuatlah suatu kegiatan

inovasi yang disebut “Singkok Tuduang”.

Singkok Tuduang dapat diartikan menyingkap atau membuka tudung saji

sasaran yang memiliki masalah gizi. Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan

langsung ke rumah sasaran. Kegiatan ini terbentuk melalui koordinasi antara Lintas

Program dan Lintas Sektor terkait berdasarkan permasalahan gizi di masyarakat yang

diangkat pada Loka Karya Mini Lintas Sektor Puskesmas Kampung Teleng Tahun

2018. Rapat koordinasi dihadiri oleh camat, lurah/kepala desa, PKK, tokoh

masyarakat, perwakilan kader Posyandu, Bidang Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, dengan tujuan terbentuk

komitmen bersama untuk menjalankan program inovasi Singkok Tuduang.

Puskesmas melalui Tenaga Pelaksana Gizi menginventarisasi sasaran balita

stunting dan wasting, dan berkoordinasi dengan pemantau wilayah setempat (PWS)

dan kader melakukan kunjungan rumah sasaran. Petugas terlebih dahulu menjelaskan

maksud dan tujuan dari kunjungan yang dilakukan. Petugas terlebih dahulu

melakukan wawancara dengan dipandu formulir ceklis PMBA, kemudian dilakukan

recall asupan. Setelah itu melihat makanan yang disajikan di keluarga dengan

menyingkap tudung saji keluarga, dengan tujuan untuk melihat apakah hasil

anamnesa asupan sesuai dengan apa yang disajikan di keluarga, sehingga asupan

sasaran dapat tergambar dengan jelas, dan petugas dapat memberikan intervensi yang

sesuai.
Untuk balita gizi buruk dilakukan pemantauan mingguan, sedangkan untuk

balita stunting dilakukan pemantauan bulanan. Pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita dapat dilihat pada aplikasi ePPGM, dimana berat badan dan

tinggi badan balita di entrikan setiap bulannya. Pada aplikasi ePPGBM dapat dilihat

status gizi balita setiap bulannya apakah status tumbuh nya N (Naik) atau T

(Tetap/Tidak Naik). Dan juga dapat dilihat apakah balita pendek atau normal.

Kegiatan ini tetap dilaksanakan selama pandemi covid-19, dimana petugas

wajib mematuhi protokol kesehatan, memakai masker, dan menjaga jarak, dan

mengurangi kontak langsung serta mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan sasaran.

Pelaksanaan kegiatan ini didukung melalui Surat Keputusan Camat

Kecamatan Lembah Segar. Kegiatan singkok tuduang melibatkan lintas sektor seperti

Camat, Lurah/Kepala Desa, PKK, Kader, UPTD Pertanian dan Tokoh Masyarakat

dalam memberikan intervensi kepada sasaran.

Berikut merupakan peranan lintas sektor yang terlibat dalam pelaksanaan

inovasi Singkok Tuduang :

a. Camat Lembah Segar

 Sebagai Koordinator lintas sektor dalam kegiatan percepatan penurunan

stunting

 Membuat kebijakan tentang penetapan percepatan penurunan stunting di

kecamatan Lembah Segar

 Memberikan dukungan untuk pelaksanaan kegiatan inovasi singkok tuduang,

dan memberikan masukan dan harapan pada kegiatan ini.

b. Lurah/ Kepala Desa

 Menetapkan Rencana Kegiatan Anggaran untuk kegiatan percepatan

penurunan stunting
 Memberikan PMT Pemulihan untuk balita stunting dan wasting yang

dianggarkan melalui dana desa

 Ikut serta dalam kegiatan Inovasi Singkok Tuduang percepatan penurunan

stunting tingkat desa/kelurahan

 Mengajak dan menghimbau masyarakat untuk ikut serta mendukung

pelaksanaan kegiatan inovasi singkok tuduang

 Ikut serta dalam menyusun jadwal kegiatan kunjungan rumah balita stunting

dan wasting

c. PKK

 Melakukan pembinaan dan memotivasi masyarakat untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan inovasi singkok tuduang melalui kegiatan kelompok

dasawisma

d. UPTD Pertanian

 Memberikan bantuan kepada keluarga balita stunting dan wasting berupa bibit

sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan benih ikan

e. Kader

 Sebagai penggerak peran serta masyarakat

 Memberikan informasi kepada petugas puskesmas mengenai sasaran yang

memiliki resiko masalah gizi

 Ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan inovasi singkok tuduang

 Sebagai pendamping keluarga balita yang memiliki masalah gizi

Kegiatan ini dievaluasi secara internal dan eksternal. Secara internal melalui

Lokmin Bulanan Puskesmas Kampung Teleng. Dan secara eksternal melalui Lokmin

Lintas Sektor Puskesmas Kampung Teleng, MMD, dan Rakorcam. Evaluasi internal

dapat dinilai dari perubahan status gizi sasaran dan penurunan jumlah sasaran balita

yang mengalami masalah gizi.


Hasil evaluasi internal menunjukkan penurunan kasus balita yang mengalami masalah

gizi dari tahun 2018, 2019, dan 2020. Dimana angka kejadian gizi buruk pada tahun

2019 menjadi 1,0%, balita pendek menjadi 4,9%, dan balita dengan status gizi kurang

menjadi 1,8%. Dan pada tahun 2020, angka kejadian gizi buruk pada tahun 2020

menjadi 0,6%, balita pendek menjadi 4,3%, dan balita dengan status gizi kurang

menjadi 1,0%.

Kegiatan inovasi lainnya yang saya lakukan adalah pendampingan gizi pasien

covid-19 yang melakukan isolasi mandiri. Kegiatan pendampingan gizi pasien covid-

19 ini ditujukan kepada pasien terkonfirmasi positif covid wilayah kerja Puskesmas

Kampung Teleng yang melakukan isolasi mandiri di rumah.

Pendampingan gizi sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan gizi pasien,

dimana makanan pasien biasanya disediakan atau disiapkan oleh keluarga.

Pendampingan ini dilakukan dengan memberikan edukasi gizi kepada keluarga.

Edukasi ini dinilai penting karena pasien Covid memerlukan terapi gizi yang adekuat

untuk meningkatkan sistem imunitasnya.

Pasien terkonfirmasi positif covid-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan,

dapat dilakukan penatalaksanaan secara nonfarmakologis. Pada kegiatan ini

Puskesmas Kampung Teleng memberikan asuhan gizi kepada keluarga pasien, dan

membuat inovasi berupa leaflet tentang gizi seimbang pada pasien covid-19, dan

kartu motivasi yang berisi edukasi, pesan, dan saran untuk pasien tersebut.

Alur kegiatan pendampingan gizi pasien covid sebagai berikut :

1) Petugas gizi mengunjungi keluarga pasien terkonfirmasi positif

dengan menggunakan APD. Dalam melakukan kunjungan rumah

petugas memperhatikan prosedur pencegahan infeksi yaitu :

menggunakan masker, menjaga jarak fisik setidaknya 1-2 meter,

2) Petugas gizi memberikan konseling kepada keluarga mengenai terapi

gizi untuk pasien covid-19. Konseling dilakukan pada udara terbuka


atau ruangan dengan cukup ventilasi dan membatasi waktu konseling

maksimal 15 menit.

3) Konseling lanjutan dilakukan melalui media telepon, maupun SMS

atau aplikasi chat lainnya.

4) Pada akhir konseling, diberikan buku saku kepada pendamping

pasien/keluarga pasien, dan kartu motivasi yang ditujukan kepada

pasien.

Berdasarkan data laporan bulanan program P2 Puskesmas Kampung Teleng,

pasien terkonfirmasi sebagai berikut :

Tahun Terkonfirmasi Positif Isolasi Mandiri


2020 55 8
2021 (s/d bulan
193 65
Agustus)
Total 248 73

Berdasarkan data laporan bulanan program P2 Puskesmas Kampung Teleng

Tahun 2021, sampai dengan Bulan Agusus 2021 pasien terkonfirmasi positif di

wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 248 kasus. Yang melakukan

isolasi mandiri sebanyak 73 kasus. Semua pasien isolasi mandiri sebanyak 73 orang

telah dilakukan pemantauan /pendampingan gizi, dan telah dinyatakan sembuh.

PENUTUP

Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan gizi.

Oleh Pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja

putri, ibu hamil dan ibu menyusui. Puskesmas Kampung Teleng melaksanakan upaya

perbaikan gizi pada masa pandemi Covid-19 melalui inovasi Singkok Tuduang dan

pendampingan gizi pasien terkonfirmasi Covid-19.

Hasil evaluasi internal menunjukkan penurunan kasus balita yang mengalami

masalah gizi dari tahun 2018, 2019, dan 2020. Dimana angka kejadian gizi buruk

pada tahun 2019 menjadi 1,0%, balita pendek menjadi 4,9%, dan balita dengan status

gizi kurang menjadi 1,8%. Dan pada tahun 2020, angka kejadian gizi buruk pada

tahun 2020 menjadi 0,6%, balita pendek menjadi 4,3%, dan balita dengan status gizi

kurang menjadi 1,0%.

Berdasarkan data laporan bulanan program P2 Puskesmas Kampung Teleng

Tahun 2021, sampai dengan Bulan Agusus 2021 pasien terkonfirmasi positif di

wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 248 kasus. Yang melakukan

isolasi mandiri sebanyak 73 kasus. Semua pasien isolasi mandiri sebanyak 73 orang

telah dilakukan pemantauan /pendampingan gizi, dan telah dinyatakan sembuh.

Anda mungkin juga menyukai