Anda di halaman 1dari 53

KSELEBRITI HUNTING”

(SELAMATKAN KELOMPOK RESIKO TINGGI


PENCEGAHAN GIZI KURANG DAN STUNTING)

Kelompok
GIZI KURANG DAN Kembang
V STUN
Perencanaan Pangan dan Gizi
1.Achmarianis 6. Nur afifah

Anak
2.Ardia regita
3.Fathiya azzahra
7. Rizki mulyanti
8. Siska anelia
4.Nabila bilqis 9. Vitria jaya lestari
5.Novela hustama 10. Yunita octaria
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU DALAM PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI POLA
KONSUMSI, POLA ASUH, HIGIENIS
PRIBADI DAN LINGKUNGAN
A. LATAR
BELAKANG
4
KONTEKS DAN
PENYEBAB STUNTING
-Kebijakan Politik, - Pendidikan
Ekonomi - Pendapatan Keluarga
- Ketahanan Kurangnya
Pangan asupan
gizi
- Kurangnya ketersediaan pangan keluarga
- Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan STUNTING
- Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi
-Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan
& gizi

Buruknya
- Budaya dan norma yang kurang mendukung status infeksi
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
MASALAH INTERGENERASI

Stunting adalah masalah gizi intergenerasi:


kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya.

Begitu juga faktor sosial budaya yg


diturunkan antar generasi:
Calon ibu stunting berpotensi melahirkan kemiskinan, kurangnya akses kpd
bayi stunting, termasuk calon ibu
kebutuhan dasar, ketidak mampuan
KEK yang tidak mengubah pola makannya
saat hamil. menyediakan pangan bergizi bagi keluarga,
serta kondisi lingkungan yg
tidak mendukung, membuat masalah ini
sulit diintervensi & terus berlanjut.
B. TANTANGAN
UTAMA
DALAM PERUBAHAN PERILAKU UNTUK
PENCEGAHAN STUNTING
1. POLA KONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI

Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia


(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
PERILAKU kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
KONSUMSI (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
KURANG GIZI dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
MAKRO
Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh
instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
PERILAKU gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
KONSUMSI 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
KURANG makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi

PROTEI
penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
HEWANI
N dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PERILAKU Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah

KONSUMSI
penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat
rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti
KURANG dengan anak sekolah dan remaja.
SAYUR &
BUA Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata
total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok
H umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang
mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400
gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya
hampir sama pada semua kelompok umur.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
ASI EKSKLUSIF sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya

6 BULAN DAN
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai

MPASI menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang
dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan
persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat
(21,7%)

Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

Kunjungan ANC yang terjadwal sejak


awal kehamilan dan selama
PERILAKU kehamilan sangatlah penting untuk
PENGASUHAN memantau kondisi kesehatan dan
tumbuh kembangnya, sehingga dapat
KESE mendukung pertumbuhan janin yang
- optimal.
ANC
HATAN
(Kuhnt J dan Vollmer S 2017)

sehingga dapat mencegah dimulai


terjadinya stunting dalam
(Nohorakandungan.
F Ramirez dkk 2012, Schmidt
dkk 2002)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

Pemantuan kondisi dan kesehatan


Bayi baru lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) yang dilakukan pada
saat bayi berumur 6-48 jam (KN1),
PERILAKU 3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari (KN3)
PENGASUHAN sangatlah penting
(Lawn JE dkk 2005)
KESE
- Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal
NEONATAL
HATAN lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di
Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua
Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan
neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit
(78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat
pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak


PENGASUHAN baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai
KESEHATA penyakit infeksi (Olofin dkk 2013), agar proses tumbuh
N - kembangnya tidak terganggu. Secara nasional cakupan
ANAK BALITA imunisasi dasar pada anak baduta Lengkap: 59,2%;
Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi: 8,7% (Riskesdas
2013).
Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%)
Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%)
Anak sering sakit (7,5% / 5,7%)
Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%)
Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%)
Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari

Tumbuh kembang anak balita TDK dapat


dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi &
30% anak balita
sama sekali tidak pernah
pengasuhan kesehatannya saja. Tiap ditimbang
tahap pertumbuhan anak balita
membutuhkan dari
stimulasi pengasuhnya
sayang/afeksi
khususnya ibunya, kasih
serta lingkungannya. Tanpa afeksi &
stimulasi ibu & lingkungannya semua
upaya pemberian gizi dan pengasuhan
kesehatan yang diberikan tidak akan
cukup berdampak bagi tumbuh
kembangnya.
3. HIGIENIS PRIBADI - CTPS
• CTPS atau Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
perilaku efektif mencegah diare pada bayi/balita.
• Fakta CTPS:

Lima waktu penting cuci tangan


Riset Curtis & Cairncross (2003), pakai sabun:
CTPS di waktu-waktu penting dapat 1.sebelum makan
mengurangi risiko anak terkena diare 2.sesudah buang air besar
sebesar 42 -44% atau bila 3.sebelum memegang
diterjemahkan lebih lanjut, CTPS bayi
dapat mencegah 1 juta kematian anak 4.sesudah membersihkan buang air
balita per tahunnya. besar (BAB)
5. sebelum menyiapkan makanan
FAKTA CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Hasil Studi IUWASH, (2016) di 15 kabupaten kota
menunjukkan hasil yang belum begitu
menggembirakan. Prosentase responden yang
sama sekali tidak mempraktikkan CTPS di 5 waktu
penting merupakan mayoritas, yaitu sekitar 67%
65% ibu balita tidak dari total responden
melakukan CTPS
Hasil Responden
dari ibu balita atau 5% mencuci tangan pakai sabun di
kelompok berisiko semua 5 waktu penting

35% ibu balita


melakukan CTPS
30% melakukan CTPS di sebagian
dari 5 waktu-waktu penting (1-4
waktu penting)
4. SOSIAL BUDAYA
Kehamilan diyakini oleh banyak orang dari berbagai budaya sebagai suatu kondisi khusus
yang penuh bahaya. Bahaya bagi ibu hamil dan janinnya dan dianggap dapat terjadi dalam
berbagai situasi, baik dari alam nyata maupun gaib (Swasono 1998:7). Untuk melindungi ibu
dan janinnya berbagai masyaakat di dunia diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu
yang harus dipatuhi oleh ibu hamil dan ibu masa nifas.

Adat makanan ditemui di banyak masyarakat di


dunia, termasuk di Indonesia, misalnya
Pantang makanan adalah bahan makanan atau dikalangan wanita Sunda (Penelitian Anggorodi
masakan yang tidak boleh dimakan oleh para dan Sukandi 1998), perempuan di Kepulauan
individu dalam masyarakat karena alasan yang Sangihe dan Talaud (Ulaen 1998), perempuan di
bersifat budaya. Badaneira, Kabupaten Maluku Tengah
(Penelitian Swasono dan Soselisa 1998), dan
(Marsetya & Kartasapoetra, 2002:11)
perempuan di Rawa Bogo, Bekasi (Penelitian
Soerachman, Sulistiawati, dan Purwanto
2016). Makanan atau sumber gizi yang dipantang
oleh ibu hamil dan ibu nifas diantaranya: ikan
dan telor, cumi dll
5. EKONOMI KELUARGA

Data Susenas 2016:


Penelitian Vonny dkk (2013)
Penduduk dengan pengeluaran >
Pekerjaan Orang Tua Rp. 500.000/bulan memiliki konsumsi Di daerah nelayan di Jayapura
energi melebihi dr yang dianjurkan menunjukan balita yang
(> 2000 kkal/kap/hari) mempunyai orang tua dengan
tingkat pendapatan kurang
Menentukan
memiliki resiko 4x lebih besar
pendapatan keluarga menderita status gizi kurang
Penduduk dengan pengeluaran Rp. dibanding dengan anak balita yang
150.000 - Rp. 499.000/bulan memiliki memiliki orang tua dengan tingkat
konsumsi energi dibawah yang dianjurkan pendapatan cukup
Berdampak pada
( 1799 – 1374 kkal/kap/hari)
kesehatan keluarga
6. PELAYANAN NAKES: BIDAN
Hampir 90 persen ibu hamil memilih
bidan untuk memeriksakan
kehamilannya (Riskesdas 2013)
Diharapkan dapat mengedukasi ibu hamil
untuk mempraktikkan pola asuh dan
pola konsumsi yang baik dan benar

Bidan merupakan salah satu sasaran


dalam upaya perubahan perilaku
C. HIGIENIS LINGKUNGAN RUMAH TANGGA

- Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap
tahun di seluruh dunia.

- Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal
karena diare. Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang
tahun yang ke-5.

- Dengan demikian, adalah mandatori untuk memasukkan faktor kontekstual kedalam


program perubahan perilaku untuk pencegahan stunting: air bersih, jernih, tidak berasa,
tidak berbau; jamban leher angsa, berpintu, berdinding kuat, dan beratap; dengan tangki
septik tidak bocor, dikuras terjadwal, jarak minimal 10 meter dari sumber air; rumah sehat,
cukup ventilasi dan cahaya alami, ada tempat penyimpanan makanan yang tertutup; ada
sistem drainase rumah tangga sehingga air limbah rumah tangga tidak mengalir ke
permukaaan tanah.
• Susenas terkait penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK)
dan air isi ulang menunjukan peningkatan yang signifikan yakni 1.83
% tahun 2003, 13,05% tahun 2009, dan 31,3% tahun 2016. Ini
berarti angkanya sangat tinggi, karena 1 dari 3
atau sepertiga
• IUWASH, (2016) sekitar 39% rumah tangga menggunakan air isi ulang
sebagai sumber air siap minum sehari-hari
• Studi Pakpahan dkk. (2015) di Kota Kupang menemukan 33,3% dari
depot air isi ulang menjual air isi ulang yang tercemar E-coli. Di
Makassar, studi menemukan seperempat (25,3%) mengandung E-coli
(Kasim dkk., 2014).

FAKTA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG


• sekitar 79% menyatakan bahwa kualitas air isi ulang bagus. Sekitar 17%
bahkan menyatakan sangat bagus. Hanya 3,5%, yang menyatakan
tidak bagus. Permasalahan ini sangatlah serius karena di satu sisi
sekitar sepertiga DAMIU tercemar ecoli, namun pada sisi masyarakat
memiliki persepsi bahwa kualitas air isi ulang itu bagus atau sangat
bagus.
• Pengawasan untuk DAMIU (Depot Air Minum Isi Ulang) terbilang sangat
lemah. Tidak mengalokasikan dana yang memadai untuk
pemantauan dan pengawasan depot air isi ulang.

FAKTA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG


Hasil Studi IUWASH, (2016) terhadap yang melibatkan 3.458 rumah
tangga kelompok miskin di 15 kabupaten kota di Indonesia

52% tangki septik


cubluk/ tidak aman
65% jamban (tidak sedot lumpur
12 % di sedot swasta
memiliki tangki tinja)
(pembuangan tidak
77% memiliki septik jelas)
jamban
13% tangki septik aman

12% jamban tidak 1 % di sedot layanan


memiliki tangki penyedotan tinja
septik/ dibuang ke pemerintah (IPLT)
tempat terbuka

FAKTA SANITASI
RUMAH SEHAT

5 faktor penting yang harus


Pengertian Rumah Sehat diperhatikan untuk
Rumah sehat adalah sebuah rumah membangun rumah yang
yang dekat dengan air sehat, antara lain :
bersih, jarak dari tempat
pembuangan sampah lebih dari 100 1. Sirkulasi udara yang lancar
meter, dekat dengan sarana 2.Penerangan sinar yang
pembersihan , berada di tempat memadai
dimana air hujan dan air kotor 3. Air yang bersih
tidak tergenang (UU NO. 4 Tahun 4.Pembuangan limbah yang
1992) terkontrol
5. Ruangan tidak tercemar.
KERANGKA PIKIR KOMUNIKASI TERKAIT
KESEHATAN LINGKUNGAN
KERANGKA KONSEP INTERVENSI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU UNTUK PENCEGAHAN STUNTING
TERINTEGRASI DENGAN INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
PERUBAHAN PERILAKU
UNTUK PENCEGAHAN HASIL YANG
INTERVENSI SASARAN PERUBAHAN
STUNTING DIHARAPKAN
(1) (2)
(3) (4)
Individu
KAMPANYE MEDIA - Pengetahuan, keyakinan Pengasuhan Kesehatan,
- Ketrampilan TumbuhKembang & Afeksi -
-Penyikapan terhadap ANC – K1 ideal dan K4 - TAHAP I
MEDIA ADVOCACY perilaku yang diharapkan WARGA DESA/KEL.
Neonatal – KN1, KN2, KN3 -
(Media Massa dan - Emosi
BERPERILAKU
- Citra diri Imunisasi Dasar lengkap
Sosial)
- Kendali diri dan terjadwal “SADAR
PENINGKATAN - Pengaruh sosial - Timbang, Ukur terjadwal STUNTING”
KOMPETENSI BIDAN - Kemampuan Diri - Seluruhnya dengan Afeksi
- Advokasi personal
Perilaku Konsumsi
KUNJUNGAN

Psikologis
Keluarga -Pola makan “Beragam,
- Dukungan anggota

Faktor
RUMAH Bergizi seimbang, dan TAHAP II
keluarga
OLEH PUSKESMAS - Pembagian tugas Cukup” “SADAR
keluarga -Minum pil zat besi 90 hari
CERAMAH -Berbagi nilai yang sama
STUNTING
selama kehamilan
TOMA, TOGA tentang perilaku yang -IMD, ASI Eksklusif 6 bulan - ”
diharapkan MPASI bergizi saat bayi NORMA
MOBILISASI Masyarakat KELUARGA
berumur 6 bulan
MASYARAKAT DESA + Sinkron - Dukung & Prioritas
Jadwal - Pembagian tanggung
Materi KIE jawab Perilaku Higienitas
TAHAP II
Lokus - Norma sosial DESA/KEL.
-CTPS dengan air mengalir
FaktorPemungkin

- Kepemimpinan
di 7 saat penting LOKUS
(Multisektor/Intervensi - BAB di jamban BEBAS
Sensitif)
INTERVENSI SPESIFIK -Air bersih dan aman + DAMIU -Tidak merokok di dalam INTERGENER
DAN SENSITIF terstandar rumah ASI
-Jamban sehat, Septik Tank - Simpan makanan STUNTING
aman - Rumah sehat tertutup
-Pekarangan sumber gizi
ANALISIS KONSEP IDEATION
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku di tingkat individu
Faktor umum
Pengetahuan yang secara
simultan
Advokasi mempengaruhi
Sikap perilaku
Personal
Intervensi
Pengaruh Citra Diri komunikasi dapat
Sosial mempengaruhi
PERILAKU seluruh faktor ini

Emosi Risiko
Semakin banyak faktor
Yang positif semakin besar
Dirasakan kemungkinan
Kemampuan terjadinya perilaku
Diri Norma yang diinginkan

© 2015 Johns Hopkins CCP All rights


reserved
OBJECTIVE
“ BERKONTRIBUSI DALAM
PENURUNAN STUNTING
PADA ANAK ”

TUJUAN INTERVENSI
KOMUNIKASI Perilaku Sadar Warga Desa
Warga Desa Lokus
berperilaku “Sadar Stunting menjadi
norma keluarga
Stunting” Lokus bebas
Intergenerasi
Stunting
KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU

KELOMPOK  REMAJA PUTRI/CALON IBU


 IBU HAMIL, NIFAS, IBU DENGAN ANAK BADUTA, BALITA
KUNCI
 RUMAH TANGGA
(primer)
 SUAMI, KELUARGA, REMAJA PUTRA/PEMUDA
KELOMPOK  MASYARAKAT DESA DI MANA KELOMPOK KUNCI BERADA
PENDUKUNG  TOMA, TOGA, GURU, KOMUNITAS PEDULI
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN, DI DESA
 PENYEDIA DEPOT AIR, PENYEDIA JASA SEDOT LUMPUR
TINJA

TENAGA KESEHATAN  Bidan

KELOMPOK TERSIER  Pengambilan kebijakan (Bupati) dll


SALURAN ELETRONIK
(BIOSKOP dan

KOMUNIKASI RADIO,
Social
Media ( twitter,
instagram,
youtube),

MOBILISASI
MASYARAKAT
ADVOCACY .
KOMUNITAS
, KIP

CETAK
(KORAN,
MAJALAH,
POSTER
DLL)
REKOMENDASI

Bekerja sama dengan IBI Memasukkan


menjalankan kegiatan yang bimbingan praktis
meningkatkan untuk sukses ASI
kompetensi dan peran bidan kedalam komponen
ANC
REKOMENDAS
I

Melengkapi Menetapkan Strategi Komunikasi


Posyandu dengan pelaksanaan perubahan perilaku pola asuh,
alat ukur pola konsumsi, lingkungan yang higienis
panjang/tinggi badan, (penggunan air, jamban dan sanitasi yang
dan sehat dan aman), serta cuci tangan pakai
pelatihan
melaksanakan
sabun (CTPS) dengan air mengalir, untuk
penggunaannya pencegahan stunting. Untuk konvergensi
untuk kader dan kesinambungan kegiatan perlu ditunjuk
Posyandu lembaga koordinator
REKOMENDAS
I

Menetapkan 10 Menyusun program Intervensi perubahan perilaku


(sepuluh) Kunci intervensi untuk pencegahan stunting
Sukses untuk perubahan perilaku harus memperhatikan
mewujudkan ‘Anakku yang penguatan lingkungan
Hebat Bangsaku Kuat’ memperhatikan (enabling factor) meliputi upaya
dengan sasaran peningkatan pendapatan,
utama calon ibu, ibu kesamaan lokus, pemahaman dan penyadaran
hamil, dan ibu dengan fokus dan individu, keluarga dan
anak balita jadwal masyarakat yang
mempengaruhi pola asuh, pola
konsumsi dan kesehatan
lingkungan
10 KUNCI SUKSES
“ANAKKU SEHAT BANGSAKU KUAT”
1. Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman,
lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 cm.
2. Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan
“SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil.
3. Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal.
4. Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berkualitas.
5. Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin
sesuai jadwal.
7. Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja.
8. Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran.
9. Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
dengan pengurasan tangki septik terjadwal.
10. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah
memegang binatang).
Pengertian
●Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya jumlah
dan sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur
●Perkembangan (development) adalah bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui kematangan dan belajar
01 Faktor-faktor yang
mempengaruhi c. Lingkungan Fisik
• Genetik • Cuaca • Keadaan rumah
• Sanitasi • Radiasi
• Lingkungan (prenatal
dan postnatal)
f. Lingkungan psikososial
a. Lingkungan prenatal • Stimulasi • Cinta dan kasih
• Motivasi sayang keluarga
• Gizi ibu hamil • Kelompok sebaya • Kualitas interaksi
• Toksin/zat kimia dengan orang tua
• Radiasi dan keluarga
• Infeksi
g. Lingkungan keluarga dan adat
• Stress
b. Lingkungan postnatal istiadat
• Pekerjaan dan • Stabilitas rumah tangga
• Biologis • Gizi pendapatan • Kepribadian ayah/ibu
• Ras/suku • Perawatan • Pendidikan orang tua • Agama
• Jenis kelamin kesehatan • Jumlah saudara
• Umur • Penyakit • Jenis kelamin dalam
saudara
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang

- Kebutuhan fisik : biomedis (asuh)


- Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)
- Kebutuhan stimulasi mental (asah)
Ciri-ciri Tumbuh kembang
● Proses yang kontinue dari konsepsi sampai maturitas

● Adanya masa percepatan atau perlambatan

● Pola pekembangan sama pada semua anak tapi berbeda


dalam kecepatannya

● Erat hubungan dengan maturasi sistem tubuh


Tahapan tumbuh kembang
● Masa prenatal ● Masa praremaja (6-18 tahun)

- Masa mudigah/embrio: konsepsi-8 ● Masa remaja


minggu
- Remaja dini
- Masa janin : 9 minggu-lahir
Pria : 10 – 15 tahun
● Masa bayi (0-12 bulan)
Wanita : 8 – 13 tahun
- Masa neonatal (0-28 hari)
- Remaja lanjut
- Masa pasca neonatal (29 hari-12
bulan) Pria : 15 – 20 tahun

● Masa prasekolah (1-6 tahun) Wanita : 13 – 18 tahun

● Masa sekolah (6-10 tahun)


Tahapan Perkembangan Anak
Pertumbuhan fisik anak
a. Berat badan b. Tinggi badan
• Umur 5 bulan : 2 X BB saat lahir • 12 bulan : 1,5 X TB saat lahir
• Umur 12 bulan : 3 X BB saat lahir • 48 bulan : 2 x TB saat lahir
• Umur 24 bulan : 4 X BB saat lahir • 6 tahun : 1,5 X TB 1 tahun
• 13 tahun : 3 X TB saat lahir
c. Lingkar kepala
• Dewasa : 3.5 X TB saat lahir (2 X TB 2 tahun)
• Saat lahir : 34 cm
• 6 bulan : 44 cm d. Gigi
• 1 tahun : 47 cm • 9 bulan : tumbuh gigi pertama
• 2 tahun : 49 cm • 1 tahun : 6 – 8 buah gigi susu
• Dewasa : 54 cm • 2 tahun : tumbuh 8 buah gigi susu
• 2,5 tahun : tumbuh 20 buah gigi susu
Perkembangan Anak
a. Parameter dalam menilai perkembangan balita
Balita
3. Bahasa
1. Kepribadian/tingkah laku 2. Gerakan motorik
sosial

b. Aspek perkembangan pada balita


1. Tingkah laku sosial 4. Gerakan motorik

2. Menolong diri sendiri 5. Komunikasi pasif dan


aktif
3. Intelektual
Pengkajian Tumbuh Kembang

Hal-hal yang harus Hal-hal yang harus


diperhatikan diperhatikan
• Faktor prenatal • Kecepatan perkembangan
• Kelahiran prematur anak
• Lingkungan • Pola perkembangan anak
• Penyakit dan malnutrisi dalam keluarga
Tahapan Perkembangan
1. Bayi baru lahir
● Perubahan dari tulang rawan ke tulang sejati (osifikasi) tidak sempurna. Hal ini dapat dilihat
cekungan halus (fontanel) dan garis sutura (sendi) tengkorak
● Sistem saraf belum sepenuhnya berkembang sehingga aktifitas otot-otot belum terkoordinasi
● Penglihatan tidak jelas, tetapi fungsi pendengaran dan pengecapan sudah ada. Refleks-refleks
tertentu juga sudah ada, yaitu :
- Refleks moro (bila suara keras mengejutkan bayi, tangan bayi mengepal di depan dada, kaki lurus
dan kepala tertarik ke belakang)
- Refleks genggam (sentuhan pada telapak tangan bayi menyebabkan jari-jarinya menekuk dalam
gerakan menggenggam)
- Refleks menghisap, usapan pada pipi atau di tepi pipi merangsang bayi untuk memalingkan
kepalanya ke arah sentuhan
● Makanannya adalah ASI atau PASI (pengganti air susu ibu)
● Rutinitas terbesarnya adalah tidur, makan dan eliminasi (BAB dan BAK)
Tahapan Perkembangan
2. Bayi 3 bulan
● Sudah mempunyai cukup koordinasi otot ● Dapat mengikuti gerakan objek dengan
untuk menahan kepalanya dan mengangkat matanya
bahunya ● Dapat tersenyum dan bersuara kepada orang
● Refleks moro, menghisap, dan menggenggam yang merawatnya
sudah hilang
● Dapat mengeluarkan air mata
3. Bayi 6 bulan
● Sudah belajar tengkurap ● Berespon terhadap suara
● Dapat duduk untuk beberapa saat ● Mengenal anggota keluarga
● Memegang benda pada kedua tangannya dan ● Mulai timbul rasa takut dengan orang yang
langsung memasukkannya ke dalam mulut tidak dikenal
Tahapan Perkembangan
4. Bayi 9 bulan
● Merangkak dan mulai berdiri bila dibantu ● Menyebutkan satu atau dua suku kata seperti
● Pertumbuhan gigi lebih banyak “mama”
● Berespon bila dipanggil ● Makan makanan bayi/makanan pendamping
ASI (MP-ASI)

5. Bayi 12 bulan
● Memahami perintah-perintah sederhana ● Makan makanan yang ada di meja dan dapat
seperti “jangan” memegang cangkir sendiri
● Mulai dapat melangkah pertama dibantu,
kemudian bisa sendiri
6. Usia bermain (2-3 tahun)
● Merupakan masa eksplorasi dan investigasi ● Dapat bermain dengan anak-anak lain tapi
● Belajar mengendalikan eliminasi tanpa interaksi
● Mulai menyadari mana yang benar dan mana ● Dapat menghadapi perpisahan yang tidak
yang salah terlalu lama dengan ibu
Tahapan Perkembangan
7. Pra Sekolah (3-5 tahun)
● Kurang bergantung pada ibu
● Berkembang rasa bersaing dengan saudara dan mengembangkan hubungan lebih dekat dengan
ayah atau orang yang merawatnya
● Perlahan-lahan meningkat kemampuan bermain yang kooperatif
● Memiliki keterampilan berbahasa dan banyak bertanya
● Memiliki daya imaginasi yang semakin berkembang
● Semakin berkembang keingintahuan seksual
8. Usia ●
sekolah (6-12 tahun)
Dapat berkomunikasi ● Membangun perilaku sosial yang baik
● Mengembangkan sedikit keterampilan, anak melalui permainan dan bermainan
dapat menyelesaikan tugas dengan menulis ● Memilih teman dengan jenis kelamin yang
● Meningkatnya rasa percaya diri berbeda
● Membina hubungan dengan teman sebaya ● Ikut serta dalam kelompok seperti pramuka
● Mulai menunjukkan perhatian terhadap
hewan dan tumbuh-tumbuhan
Tahapan Perkembangan
9. Pra Remaja (12-14 tahun)
● Merupakan masa peralihan ● Temprament yang labil dan perasaan tidak
● Perubahan hormon merangsang aman
pertumbuhan karakteristik seksnya ● Timbul kesadaran dan perhatian pada
jenis kelamin yang berbeda
10. Remaja (14-20 tahun)
● Kematangan seksual yang berkembang bertahap
● Lebih menghargai akan identitas dirinya sebagai seorang pria atau wanita
● Memantapkan sistem koping pribadi dan kemampuan membuat penilaian dan keputusan
● Remaja mampu membuat perbandingan antara nilai-nilai yang sudah diajarkan dan kenyataan
Tahapan Perkembangan
11. Dewasa (20-50 tahun)
● Kemandirian dan pembuatan keputusan ● Kesehatan yang optimal
pribadi ● Memilih teman untuk membentuk
● Memilih teman hidup kelompok pendukung
● Keberhasilan berkarir dan berkeluarga

12. Usia baya (50-65 tahun)


● Akhir dari kemajuan karir, yang diakhiri dengan pensiun
● Anak-anak yang semula berkumpul mulai meninggalkan rumah
Tahapan Perkembangan
13. Masa tua (65-75 tahun)
● Penurunan bertahap vitalitas dan stamina
● Perubahan fisik yang menandai proses penuaan sebagai contoh berkurangnya penglihatan
dan pendengaran
● Kondisi yang kronis yang semakin berkembang dan menetap
● Masa kehilangan yang bertahap : pasangan, teman, harga diri, kemandirian
● Depresi
● Mengenang kembali masa hidup
12. Usia lanjut
● Menurunnya kesehatan fisik dan berkembangnya ketergantungan
● Kebutuhan untuk mengatasi penyakit, kesepian, kehilangan teman dan orang-orang yang dicintai
dan realisasi kematian
SALAM SEHAT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai