Kelompok
GIZI KURANG DAN Kembang
V STUN
Perencanaan Pangan dan Gizi
1.Achmarianis 6. Nur afifah
Anak
2.Ardia regita
3.Fathiya azzahra
7. Rizki mulyanti
8. Siska anelia
4.Nabila bilqis 9. Vitria jaya lestari
5.Novela hustama 10. Yunita octaria
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU DALAM PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI POLA
KONSUMSI, POLA ASUH, HIGIENIS
PRIBADI DAN LINGKUNGAN
A. LATAR
BELAKANG
4
KONTEKS DAN
PENYEBAB STUNTING
-Kebijakan Politik, - Pendidikan
Ekonomi - Pendapatan Keluarga
- Ketahanan Kurangnya
Pangan asupan
gizi
- Kurangnya ketersediaan pangan keluarga
- Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan STUNTING
- Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi
-Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan
& gizi
Buruknya
- Budaya dan norma yang kurang mendukung status infeksi
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
MASALAH INTERGENERASI
Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
PERILAKU gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
KONSUMSI 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
KURANG makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi
PROTEI
penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
HEWANI
N dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
KONSUMSI
penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat
rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti
KURANG dengan anak sekolah dan remaja.
SAYUR &
BUA Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata
total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok
H umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang
mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400
gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya
hampir sama pada semua kelompok umur.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
ASI EKSKLUSIF sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
6 BULAN DAN
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
MPASI menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang
dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan
persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat
(21,7%)
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari
- Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap
tahun di seluruh dunia.
- Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal
karena diare. Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang
tahun yang ke-5.
FAKTA SANITASI
RUMAH SEHAT
Psikologis
Keluarga -Pola makan “Beragam,
- Dukungan anggota
Faktor
RUMAH Bergizi seimbang, dan TAHAP II
keluarga
OLEH PUSKESMAS - Pembagian tugas Cukup” “SADAR
keluarga -Minum pil zat besi 90 hari
CERAMAH -Berbagi nilai yang sama
STUNTING
selama kehamilan
TOMA, TOGA tentang perilaku yang -IMD, ASI Eksklusif 6 bulan - ”
diharapkan MPASI bergizi saat bayi NORMA
MOBILISASI Masyarakat KELUARGA
berumur 6 bulan
MASYARAKAT DESA + Sinkron - Dukung & Prioritas
Jadwal - Pembagian tanggung
Materi KIE jawab Perilaku Higienitas
TAHAP II
Lokus - Norma sosial DESA/KEL.
-CTPS dengan air mengalir
FaktorPemungkin
- Kepemimpinan
di 7 saat penting LOKUS
(Multisektor/Intervensi - BAB di jamban BEBAS
Sensitif)
INTERVENSI SPESIFIK -Air bersih dan aman + DAMIU -Tidak merokok di dalam INTERGENER
DAN SENSITIF terstandar rumah ASI
-Jamban sehat, Septik Tank - Simpan makanan STUNTING
aman - Rumah sehat tertutup
-Pekarangan sumber gizi
ANALISIS KONSEP IDEATION
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku di tingkat individu
Faktor umum
Pengetahuan yang secara
simultan
Advokasi mempengaruhi
Sikap perilaku
Personal
Intervensi
Pengaruh Citra Diri komunikasi dapat
Sosial mempengaruhi
PERILAKU seluruh faktor ini
Emosi Risiko
Semakin banyak faktor
Yang positif semakin besar
Dirasakan kemungkinan
Kemampuan terjadinya perilaku
Diri Norma yang diinginkan
TUJUAN INTERVENSI
KOMUNIKASI Perilaku Sadar Warga Desa
Warga Desa Lokus
berperilaku “Sadar Stunting menjadi
norma keluarga
Stunting” Lokus bebas
Intergenerasi
Stunting
KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU
KOMUNIKASI RADIO,
Social
Media ( twitter,
instagram,
youtube),
MOBILISASI
MASYARAKAT
ADVOCACY .
KOMUNITAS
, KIP
CETAK
(KORAN,
MAJALAH,
POSTER
DLL)
REKOMENDASI
5. Bayi 12 bulan
● Memahami perintah-perintah sederhana ● Makan makanan yang ada di meja dan dapat
seperti “jangan” memegang cangkir sendiri
● Mulai dapat melangkah pertama dibantu,
kemudian bisa sendiri
6. Usia bermain (2-3 tahun)
● Merupakan masa eksplorasi dan investigasi ● Dapat bermain dengan anak-anak lain tapi
● Belajar mengendalikan eliminasi tanpa interaksi
● Mulai menyadari mana yang benar dan mana ● Dapat menghadapi perpisahan yang tidak
yang salah terlalu lama dengan ibu
Tahapan Perkembangan
7. Pra Sekolah (3-5 tahun)
● Kurang bergantung pada ibu
● Berkembang rasa bersaing dengan saudara dan mengembangkan hubungan lebih dekat dengan
ayah atau orang yang merawatnya
● Perlahan-lahan meningkat kemampuan bermain yang kooperatif
● Memiliki keterampilan berbahasa dan banyak bertanya
● Memiliki daya imaginasi yang semakin berkembang
● Semakin berkembang keingintahuan seksual
8. Usia ●
sekolah (6-12 tahun)
Dapat berkomunikasi ● Membangun perilaku sosial yang baik
● Mengembangkan sedikit keterampilan, anak melalui permainan dan bermainan
dapat menyelesaikan tugas dengan menulis ● Memilih teman dengan jenis kelamin yang
● Meningkatnya rasa percaya diri berbeda
● Membina hubungan dengan teman sebaya ● Ikut serta dalam kelompok seperti pramuka
● Mulai menunjukkan perhatian terhadap
hewan dan tumbuh-tumbuhan
Tahapan Perkembangan
9. Pra Remaja (12-14 tahun)
● Merupakan masa peralihan ● Temprament yang labil dan perasaan tidak
● Perubahan hormon merangsang aman
pertumbuhan karakteristik seksnya ● Timbul kesadaran dan perhatian pada
jenis kelamin yang berbeda
10. Remaja (14-20 tahun)
● Kematangan seksual yang berkembang bertahap
● Lebih menghargai akan identitas dirinya sebagai seorang pria atau wanita
● Memantapkan sistem koping pribadi dan kemampuan membuat penilaian dan keputusan
● Remaja mampu membuat perbandingan antara nilai-nilai yang sudah diajarkan dan kenyataan
Tahapan Perkembangan
11. Dewasa (20-50 tahun)
● Kemandirian dan pembuatan keputusan ● Kesehatan yang optimal
pribadi ● Memilih teman untuk membentuk
● Memilih teman hidup kelompok pendukung
● Keberhasilan berkarir dan berkeluarga
TERIMA KASIH