Dosen Pengampu:
Rahmita Yanti, M.Kes
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan “Proposal Perencanaan Pangan dan
Gizi”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori sempurna,
oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Kami tentu menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang serius baik di dunia maupun di Indonesia. Kekurangan gizi diakibatkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Salah satu masalah kekurangan
gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah masalah gizi kurang (underweight) dan berat
badan sangat kurang (severely underweight) yang berdampak pada perkembangan fisik
(stunting) maupun mental dimasa yang akan datang. Masalah kurang gizi sering terjadi pada
anak balita atau anak usia dibawah lima tahun yang merupakan kelompok umur paling sering
Menurut UNICEF, faktor yang menyebabkan kurang gizi terdiri dari penyebab
langsung, yaitu konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak,
sedangkan penyebab tidak langsungnya, yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik maupun mental,
tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, timbulnya kecacatan dan tingginya angka
kesakitan, serta kematian. Selain itu, jika terjadi gangguan asupan gizi yang bersifat akut akan
menyebabkan anak kurus kering (wasting), dan jika terjadi gangguan asupan gizi yang
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
3
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO.
Pada tahun 2017 prevalensi stunting sebesar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di
dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Sementara itu, untuk prevalensi gizi
kurang di dunia pada tahun 2007-2014, sebesar 15,0% dan prevalensi tertinggi secara regional
berada di Asia Tenggara sebesar 26,4%, kemudian disusul oleh Afrika sebesar 26,9%.9
Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, prevalensi status gizi balita (BB/U) untuk
gizi kurang (underweight) sebesar 13,8 % dan berat badan sangat kurang (severely
underweight) sebesar 3,9 %. Prevalensi status gizi balita (BB/U) yang mengalami gizi kurang
(underweight) dan stunting di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 sebesar 17 % dan
39,2%.
Talawi merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Sawahlunto dan
memiliki 11 Desa.
Berdasarkan latar belakang ini, kami mengambil kegiatan intervensi yang merupakan
salah satu kegiatan inovasi program gizi yaitu “ SELEBRITI HUNTING (Selamatkan
Kelompok Beresiko Tinggi Pencegahan Gizi Kurang dan Stunting)”. Dimana kegiatan ini
merupakan intervensi dari kelompok balita beresiko tinggi yaitu balita gizi kurang dan
stunting. Kegiatan Inovasi ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Talawi yaitu Desa
Talawi Hilir.
4
1.2 Batasan Masalah
1. Apa saja masalah kesehatan yang ditemukan di Wilayah kerja Puskesmas Talawi?
2. Bagaimana alternatif upaya penyelesaian masalah gizi yang dapat dilaksanakan untuk
3. Bagaimana bentuk kegiatan Selebriti Hunting yang dilaksanakan di Desa Talawi Hilir?
1.3 Tujuan
Program ini bertujuan untuk mengurangi angka kejadian Gizi Kurang dan Stunting
melalui pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang/Stunting, Konseling Gizi dan Demo
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan terdapatnya balita gizi kurang dan stunting di
1.4 Manfaat
Program ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Talawi dalam menurunkan angka
5
1.4.2 Bagi Masyarakat
masyarakat tentang gizi kurang dan stunting serta upaya pencegahan gizi kurang dan stunting
menambah pengetahuan, serta pengalaman penulis dalam upaya pencegahan dan deteksi dini
balita stunting
6
BAB II
TAHAP PERENCANAAN
Puskesmas Talawi terletak di Kecamatan Talawi dengan luas wilayah kerja 99,39 km2
atau 36,35% dari luas Kota Sawahlunto. Kecamatan Talawi terdiri dari 11 (sebelas) desa yaitu
Desa Talawi Hilie, Talawi Mudik, Bukit Gadang, Batu Tanjung, Kumbayau, Tumpuk Tangah,
Datar Mansiang, Sijantang Koto, Salak, Sikalang, dan Rantih.
Dari Kecamatan Talawi dalam Angka Tahun 2020 didapatkan letak geografis Kecamatan
Talawi, yaitu terletak 100,2°BT dan 0,460LS. Temperatur maksimum Kecamatan Talawi yaitu
330C dan temperatur minimum 220C. Ketinggian dari permukaan laut maksimum Kecamatan
Talawi yaitu 548 meter dan minumumnya118 meter. Kecamatan Talawi juga dilalui oleh
Sungai Batang Ombilin. Batas daerah Puskesmas Talawi di Kecamatan Talawi sebagai
Berikut:
7
Batas wilayah :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten
Tanah Datar
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten
Sijunjung
Dari 11 desa yang ada di Kecamatan Talawi, tidak ada satu pun desa yang termasuk desa
tertinggal. Sebagian besar desa dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
Jarak Puskesmas Talawi dengan pusat kota + 18 Km/+ ½ jam dengan kendaraan.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Talawi Tahun 2020 sebagai berikut :
Tabel 3.1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Talawi Tahun 2020
JUMLAH
LUAS KEPADATAN
JUMLAH JUMLAH RUMAH RATA2
NO DESA WILAYAH PENDUDUK
DUSUN PENDUDUK TANGGA JIWA/ RT
(KM2) (PER KM2)
(RT)
1 Talawi Hilir 10,21 4 427,9 4.369 1151 3,8
2.1.3 Data Balita Stunting dan Gizi Kurang di Wilayah kerja Puskesmas Talawi
8
Data tersebut diperoleh dari data e-PPBGM yaitu suatu aplikasi pencatatan dan
pelaporan gizi berbasis masyarakat yang digunakan untuk mencatat data sasaran individu.
Aplikasi ini juga berguna untuk memudahkan dalam deteksi dini pada anak dengan gangguan
gizi.
Tabel 3.2 Data Balita Stunting dan Gizi Kurang di wilayah kerja Puskesmas Talawi
Tahun 2020
San Pen Nor Tin Sang Kura Nor Risiko Gizi Gizi Nor Gizi
gat dek mal ggi at ng mal Lebih Buru Kura mal Lebi
Pen Kura k ng h
dek ng
1 Sikalang 1 4 100 0 1 12 91 1 0 7 95 2
2 Rantih 0 4 42 0 1 6 39 0 0 3 40 3
4 Sijantang Koto 0 6 96 0 0 13 86 3 0 8 89 5
10 Data Mansiang 0 1 20 0 0 3 16 2 0 2 16 3
124 173 81
(7.6%) (10.7%) (5.0%)
Berdasarkan data e-PPBGM bulan Tahun 2020 , didapatkan balita stunting sebanyak
124 orang (7.6%) dari jumlah sasaran dan balita dengan gizi kurang sebanyak 81 orang
(5.0%) dari jumlah sasaran. Jumlah balita stunting paling banyak ditemukan di Desa Talawi
9
Dari seluruh data tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih adanya balita stunting dan
gizi kurang serta belum optimalnya upaya pencegahan serta deteksi dini stunting dan gizi
masih kurang di wilayah kerja Puskesmas Talawi yang disebabkan oleh berbagai faktor.
program gizi di Puskesmas Talawi, serta laporan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
Puskesmas Talawi. Proses ini dilakukan dengan melihat data e-PPBGM Tahun 2020.
Masalah yang diidentifikasi adalah semua permasalahan yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Talawi. Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di wilayah kerja
Puskesmas Talawi yang memerlukan penyelesaian. Metode yang kami gunakan untuk
menentukan prioritas masalah adalah metode USG (Urgency, Seriousness, Growth), yaitu
dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan
skala nilai 1-5. Kriteria penggunaan skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:
10
a. Urgency (urgensi), yang dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau tidak
b. Seriousness (tingkat keseriusan), yang dilihat dari dampak masalah tersebut atau
jika dibiarkan
11
Setelah proses identifikasi masalah yang selanjutnya akan disusun berdasarkan
Dari hasil USG pada tabel diatas masalah yang paling tinggi skornya adalah Balita
12
Analisis penyebab masalah dari terdapatnya balita stunting dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut.
Manusia : Metode :
Kurang pengetahuan ibu serta kader Kurang kerjasama lintas sektor
Kurang kesadaran ibu Metode penyuluhan kurang menarik
Kurang deteksi dini dan pemantauan dari Belum ada program khusus
kader dan petugas kesehatan
BALITA STUNTING,
DAN GIZI KURANG
13
3.7 Alternatif Pemecahan Masalah
14
3.8. Rencana Usulan Kegiatan
1. Penyuluhan Meningkatkan Ibu Balita 15 orang Kelompok 5 Laptop, Kader 09 Juni 2021 - Meningkatnya Mhs
Gizi pengetahuan PPG infokus, Posyandu pemahaman
Seimbang ibu balita sound ibu tentang
Balita tentang system, balita
stunting dan permateri stunting , dan
gizi seimbang gizi seimbang
balita balita
2. Demo Masak Meningkatkan Ibu balita 15 orang Kelompok 5 Peralatan Kader 09 Juni 2021 Rp. 250.000 Bertambahnya Mhs
Menu Sehat pengetahuan PPG masak, posyandu pengetahuan
Balita ibu tentang bahan ibu balita
menu sehat makanan, tentang
dan seimbang alat hidang pengolahan
balita dan menu
sehat dan
seimbang
balita
44
3.8. Tinjauan Pustaka
3.8.1 Balita
Anak balita atau anak bawah lima tahun adalah anak yang telah menginjak usia
diatas satu tahun atau yang biasa disebut dengan anak usia di bawah lima tahun atau bisa
juga digunakan dengan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015a).
Usia balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita rawan gizi dan
penyakit (Dahlia, 2012). Selain itu, pada usia ini dianggap sebagai tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu
(Kemenkes RI, 2015a). Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pada masa balita
merupakan masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sehingga anak
balita belum dapat mengurus dirinya sendiri termasuk dalam memilih makanan dan
memiliki perhatian yang berkurang jika mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja.
gizi sehingga dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental (CORE, 2003). Gizi kurang
(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) merupakan salah
Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan kurang gizi terdiri dari
beberapa tahap yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah.
Penyebab langsung dari kurang gizi yaitu konsumsi makanan dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita. Penyebab kurang gizi tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan
yang kurang, tetapi juga disebabkan karena penyakit infeksi. Salah satu contohnya adalah
anak yang mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering sakit seperti diare atau
demam dapat menderita kurang gizi, sedangkan anak yang mendapatkan makanan tidak
cukup baik dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah sehingga
mudah terserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan yang akhirnya
Adapun penyebab tidak langsung dari kurang gizi yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab tidak langsung ini sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Akar masalah dari penyebab kurang gizi pada
Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik maupun
tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, menghambat prestasi belajar, timbulnya
kecacatan dan tingginya angka kesakitan, serta kematian (Ali, 2006; Mamhidira, 2006;
dalam Rahim, 2014, Pahlevi, 2014, dan Adisasmito, 2007). Kurang gizi juga
Gizi kurang (underweight) pada balita atau sering disebut dengan Gizi kurang
Tenaga dan Protein (GTP) atau disebut Kurang Kalori Protein (KKP) atau Kurang Energi
Protein (KEP). Gizi kurang (underweight) pada balita akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat karena kurangnya zat sumber tenaga dan kurang protein (zat pembangun) yang
diperoleh dari makanan anak. Tenaga dan zat pembangun diperlukan oleh tubuh untuk
(Kemenkes RI, 2011b). Status gizi kurang (underweight) balita merupakan keadaan gizi
pada balita dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit daripada energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit
daripada anjuran kebutuhan individu dan bisa terjadi karena balita mengalami
kekurangan salah satu zat gizi atau lebih didalam tubuh (Almatsier, 2010).
Berat badan sangat kurang (severely underweight) adalah bentuk terparah (akut)
dari proses terjadinya kekurangan gizi yang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
yang terjadi dalam waktu yang cukup lama (Adisasmito, 2007). Berat badan sangat
kurang (severely underweight) juga dikenal sebagai Kurang Energi Protein (KEP) berat.
Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi kurang (underweight)
yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan
protein serta karena adanya gangguan kesehatan (Ferawati, 2014 dan Ulfani, dkk 2011).
Menurut Andarina and Sri (2006), Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh
kurangnya masukan energi dan protein dalam waktu yang cukup lama.
Penyebab berat badan sangat kurang (severely underweight) pada balita adalah
tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang, tidak mendapatkan asuhan
gizi yang memadai, dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Anak yang mengalami
berat badan sangat kurang (severely underweight) akan mengalami penurunan daya tahan
Dampak yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan asupan zat gizi pada balita
adalah Kurang Energi Protein (KEP) yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
dan perkembangan balita, rentan terhadap penyakit infeksi, rendahnya tingkat kecerdasan
anak.
3.8.3 Stunting
Stunting merupakan kekurangan gizi kronis akibat kekurangan asupan zat gizi
dalam waktu yang lama, biasanya diikuti dengan frekuensi sering sakit, yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengasuhan, penggunaan air yang
tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, terbatasnya akses terhadap pangan dan
terserang penyakit menular dan tidak menular serta rendahnya kemampuan kognitif
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting)
dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek
adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
Reference Study) tahun 2005, nilai z- scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama. Misalnya; kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan
makanan kurang dalam jangka waktu yang lama sejak usia bayi sehingga
Dampak Stunting
Secara umum, dampak dari stunting dibagi menjadi dua yaitu :
berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali.
atau berat badan kurang yang sedang atau berat, perkembangan motorik dan mental
yang buruk dalam usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif dan prestasi sekolah
yang buruk dalam usia kanak-kanak lanjut. Anak-anak dengan malnutrisi berat yang
dirawat dirumah sakit akan memperlihatkan perubahan perilaku yang nyata dalam tahap
akut. Anak-anak tersebut tampak lebih apatis dan tidak begitu aktif tetapi menjadi rewel
ketika terganggu. Anak anak yang bertubuh pendek memperlihatkan perilaku yang
berubah. Pada anak-anak kecil, perilaku ini meliputi kerewelan serta frekuensi
menangis yang meningkat, tingkat aktivitas yang lebih rendah, jumlah dan antusiasme
untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan yang lebih kecil, berkomunikasi lebih
jarang, afek (ekspresi) yang tidak begitu gembira, serta cenderung untuk berada didekat
menunjukkan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam dan
prestasi sekolah yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anak- anak yang bertubuh
normal hingga usia 12 tahun. Mereka juga memiliki permasalahan perilaku, lebih
terhambat dan kurang perhatian serta lebih menunjukkan gangguan tingkah laku
kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau atau saat
didalam kandungan. Panjang lahir bayi akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya,
hasil penelitian didapatkan bahwa panjang badan lahir rendah adalah merupakan salah
Bayi yang dilahirkan diukur secara antropometri yaitu, berat lahir dan panjang
lahir, semakin siap dan matang kondisi ibu saat hamil maka akan semakin baik dan
kelahiran adalah (1) usia, normalnya wanita berusia antara > 20 tahun atau < 35 tahun
(4) penyakit yang diderita ibu saat hamil; (5) jarak kelahiran dan (6) kebiasaan ibu yang
dapat mempengaruhi janin, seperti merokok dan minum minuman beralkohol
digunakan saat bayi baru lahir. Pengukuran berat badan bayi harus dilakukan pada satu
jam pertama kelahiran bayi. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan berat bayi lahir
yang akurat sebelum terjadinya penurunan berat badan setelah lahir yang signifikan
pada bayi baru lahir. Berat badan lahir menurut Kementerian Kesehatan dalam buku
Riset Kesehatan Dasar (2013) dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <2500 gram (Berat
Berat badan lahir merupakan prediktor yang kuat untuk penentuan ukuran tubuh
anak dikemudian hari. Hal ini dikarenakan bayi yang mengalami Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) sulit mengejar pertumbuhan normal saat kanak-kanak. Anak yang
lahir dengan berat badan lahir rendah akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan. Anak yang terlahir dengan berat lahir rendah cenderung memiliki
status gizi kurang salah satunya adalah status gizi pendek atau stunting
individu lainnya. Jika dalam satu keluarga menderita penyakit infeksi maka berisiko
menular ke anggota keluarga yang lain. Penyakit infeksi yang diderita oleh anak dapat
pertambahan berat badan dan pada akhirnya mempengaruhi status gizi anak. Penyakit
infeksi adalah salah satu faktor risiko kurang gizi pada anak. Penyakit infeksi yang
sering diderita seperti batuk, pilek, penyakit kulit dan tanda- tanda klinis kurang gizi.
Balita akan lebih cepat kehilangan energi saat menderita penyakit infeksi dan sebagai
reaksi pertamanya yaitu penurunan nafsu makan yang berdampak pada penolakan
makanan yang diberikan pada balita. Penolakan makanan ini menjadi penyebab
kesiapan rahim dan penunjang lainnya. Seorang ibu yang ingin memiliki anak atau
hamil sebaiknya antara umu 20-35 tahun, karena pada umur ini merupakan masa yang
aman untuk hamil. Rahim dan penunjang lainnya telah siap untuk menerima kehamilan
dan telah siap untuk menjadi seorang ibu pada usia 20 tahun
e. Pendidikan Ibu
pada anak. Anak dengan status gizi yang baik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
mengenai praktik kesehatan dan gizi anak. Pendidikan ibu merupakan salah satu
Peran ibu sangat penting dalam menjaga status gizi balita. Pendidikan ibu
memiliki hubungan bermakna dengan satus gizi anak. Orang tua yang memiliki
pendidikan yang baik maka akan paham dan mengerti bagaimana mengasuh anak
dengan baik, menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik dan menjaga
kebersihan lingkungan
kejadian stunting pada anak balita. Besarnya keluarga merupakan faktor yang paling
membutuhkan kemampuan ataupun biaya yang lebih dalam hal pemenuhan kebutuhan
pangan untuk jumlah anggota keluarga yang banyak. Keluarga yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang lebih banyak cenderung mengalami kekurangan ketersedian
bahan pangan dibandingkan dengan anggota keluarga yang cukup. Rumah tangga yang
memiliki jumlah anggota banyak lebih berisiko memiliki anak yang kekurangan gizi
setiap anak tidak tercukupi dengan baik dan distribusi makanan tidak merata sehingga
balita dalam keluarga tersebut mengalami kekurangan gizi. Namun, hasil penelitian
Amin dan Julia (2014) menunjukkan nilai yang berbeda, dimana tidak terdapat
hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada anak (p<0,05).
Pada umumnya, keluarga denga anggota keluarga yang banyak menhabiskan lebih
banyak biaya untuk kebutuhan pangan dan keterbatasan dalam penyediaan makanan
g. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir
dengan kelahiran sekarang. Ibu membutuhkan waktu untuk pulih dengan sempurna dari
kondisi setelah melahirkan sehingga membutuhkan waktu yang cukup, saat ibu sudah
merasa nyaman dengan kondisinya maka ibu akan menciptakan pola asuh yang baik
bagi anaknya. Jarak kelahiran <2 tahun berpengaruh terhadap bayi yang dilahirkan
>2 tahun. jarak kelahiran yang dekat akan berpengaruh pada status gizi dalam keluarga
rumah.
Anak yang lahir dari ibu yang memiliki tinggi badan rendah lebih berpeluang
mengalami status gizi pendek yaitu stunting. Tinggi badan anak dipengaruhi oleh faktor
ibu yaitu tinggi badan. Penelitian di mesir menyatakan bahwa anak yang terlahir dari
untuk tumbuh stunting. Namun, banyak faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
stunting pada anak terutama interaksi antara genetik dan faktor lingkungan.14
Tinggi ibu merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor genetik dan
berkontribusi terhadap tinggi badan anak. Ibu dengan tinggi badan yang lebih pendek
cenderung untuk memiliki anak yang stunting. Ibu yang memiliki tinggi badan yang
rendah atau cenderung pendek berisiko 2 kali lebih besar memiliki anak stunting dari
Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita merupakan kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak yang didasarkan pada indeks antropometri berat badan
menurut umur yang dibedakan berdasakan jenis kelamin. Kartu Menuju Sehat (KMS) ini
digunakan untuk mencatat berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan
sebagai media penyuluhan gizi dan kesehatan, serta digunakan juga sebagai instrumen
penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian
Kartu Menuju Sehat (KMS), menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat
badan, dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut dari hasil
yaitu sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak, sebagai catatan pelayanan
kesehatan anak, dan sebagai alat edukasi. Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) ada
tiga, yaitu:
a. Bagi orang tua balita yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan agar
b. Bagi kader yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk mencatat
berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil
penimbangan. Bila berat badan anak tidak naik satu kali, kader dapat
Bila berat badan anak tidak naik dua kali atau berat badan berada di bawah
garis merah, maka kader perlu merujuk anak ke petugas kesehatan agar
c. Bagi petugas kesehatan yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk
imunisasi dan kapsul vitamin A, sebagai alat edukasi kepada orang tua
pengasuhan anak
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN
Pada tahap persiapan ini, dilakukan wawancara dan tinjauan terhadap laporan
permasalahan yang terdapat di Puskesmas. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 04 Juni
2021. Dari hasil tinjauan dan diskusi dengan Kepala Puskesmas dan pemegang program
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), didapatkan salah satu prioritas masalah adalah masih
adanya balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Talawi sebanyak 124 orang (7,6 %) dari
jumlah sasaran.
stunting di wilayah kerja Puskesmas Talawi. Lalu dilakukan diskusi dengan Kelompok
Perencanaan Pangan dan Gizi guna membahas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
sebagai upaya intervensi dalam masalah gizi yang didapatkan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelaksanaan kegiatan intervensi yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan inovasi
Puskesmas Talawi dengan melaksanakan penyuluhan tentang gizi seimbang balita, konseling
balita dan demo masak menu sehat balita di Desa kumbayau Kecamatan Talawi.
4.2. Do (Tahap Pelaksanaan)
Kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang Balita diawali dengan persiapan materi terlebih
dahulu oleh kelompok. Materi didiskusikan bersama dan ditentukan waktu pelaksanaan
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang cara pengolahan dan
menu sehat dan seimbang untuk balita maka salah satu bentuk kegiatan dilakukan demo
masak di Desa di Kumbayau. Dengan harapan setelah pelaksanaan demo masak ini, maka ibu
balita dapat memahami dan mempraktekkan di rumah sehingga kecukupan gizi balita dapat
terpenuhi.
Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan kenaikan Berat Badan Balita
4.4.1. Adanya Pemantauan Tumbuh Kembang Balita oleh Kader dan Puskesmas
Salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang Balita adalah
meningkatkan pengetahuan Ibu Balita dalam memenuhi kecukupan gizi balita sehingga
tumbuh kembang balita dapat berjalan sesuai umurnya. Dengan harapan berkurangnya balita
dengan stunting dan gizi kurang. Kader dapat melakukan pemantauan tumbuh kembang balita
Puskesmas.
Salah satu kegiatan Pos Gizi salah satunya adalah Demo Memasak, kegiatan demo
memasak bertujuan meningkatkan pemahaman Ibu Balita tentang Pengolahan dan Menu
Seimbang bagi Balita sehingga dalam mencukupi kebutuhan balita ibu sudah dapat
mempraktekkannya. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan di Posyandu lain yang ada di
Kecamatan Talawi.
II
1. Pengumpulan data primer dan sekunder 02 Juni 2021
2. Penetapan kegiatan inovasi dan program 03 Juni 2021
kegiatan
3. Penetapan jadwal kegiatan dan penanggung 05 juni 2021
dibutuhkan
4. Persiapan pelaksanaan kegiatan 08 Juni 2021
5. Pelaksanaan kegiatan 09 Juni 2021
Stunting
Anggota Rizki Mulyanti
Ardia Regita
4. Koordinator Demo Masak Menu Siska Anelia
Seimbang
Anggota Nabila Bilqis
Fatthiya Azzahra
5. Koordinator Konseling Gizi/SDIDTK Novela Hustama Putri
Anggota Vitria Jaya Lestari
Nur Afifah Lubis
BAB IV
melihat kenaikan berat badan balita dan hasil e-PPGBM pada bulan berikutnya.
Peserta baik balita dan ibu balita yang hadir tampak sangat antusias dan memiliki
respon positif yang dapat dilihat dari feedback yang diberikan. Selain itu,
pengetahuan ibu mengenai perilaku kesehatan dan menu seimbang juga bertambah
dengan adanya pemberian materi tentang gizi seimbang dan menu seimbang balita
serta tentang stunting. Selain itu juga diberikan doorproze kepada balita yang hadir
A. Kesimpulan
sebanyak 124 orang (7.6%) dari jumlah sasaran dan balita dengan gizi kurang
sebanyak 81 orang (5.0%) dari jumlah sasaran. Jumlah balita stunting paling banyak
ditemukan di Desa Talawi Hilir jika dibandingkan Desa lain di wilayah kerja
Puskesmas Talawi.
B. Saran
Talawi dalam rangka pencegahan dan penatalaksanaan balita stunting dan gizi kurang
Puskesmas Talawi untuk para kader di setiap kelurahan dalam upaya meningkatkan
ilmu pengetahuan dan terkait dengan permasalahan yang ada disekitar wilayah kerja
Puskesmas Talawi.
Melaksanakan kegiatan lanjutan berupa penyuluhan dan Praktek Makan Balita dan
Diharapkan juga dilaksanakan kelas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Talawi seperti evaluasi kegiatan posyandu perbulan serta evaluasi pertumbuhn dan
perkembangan anak yang bisa dipantau dari Kartu Menuju Sehat (KMS), pemberian
bantuan sumber makanan tambahan kepada balita dengan gangguan gizi untuk
meningkatkan status gizi balita serta membuat toga yang didalamnya terdapat daun
DAFTAR PUSTAKA