Bismillahirrohman’nirrohim
Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya jualah maka penyusunan Makalah yang berjudul ”Perilaku ibu Menyusui
Terhdap Pemahaman ASI Ekslusif” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Pendidikan
Kesehatan dan Perilaku, pada program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Husada. Dalam kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.
Hatta Mamat, SKM, M.Epid atas bimbingan dan arahanya selama penyusunan Makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada empat azas
penyelenggaraan, yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
masyarakat, azas keterpaduan, dan azas rujukan. Puskesmas mempunyai kewenangan
untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung
kemampuan manajemen yang baik. Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian.
Salah satu penerapan fungsi manajemen puskesmas adalah penyusunan rencana
kegiatan (POA) puskesmas. POA ini disusun berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan
puskesmas, yang termasuk fungsi perencanaan. Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya dengan
tetap mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Dengan POA ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban dengan tetap mempertimbangkan
hambatan, dukungan dan potensi yang ada.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
5
5. Meningkatkan cakupan pemberian vitamin A sehingga tidak terjadi resiko
kekurangan vitamin A
6. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada ibu hamil
7. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada Remaja
8. Menurunkan prevalensi bumil KEK
9. Menurunkan cakupan anak BGM.
10. Meningkatkan Pengetahuan PMBA yang benar pada Masyarakat Sehingga
menurunkan angka pravelensi Stunting dan Underweight pada Balita di wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Baru.
1.2.3 Target
Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai
target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada Balita
dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan
menyusui serta lansia
“ GIAT ”
Giat
Giat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Inovatif
Berusaha memberikan ide-ide perubahan perilaku kepada masyarakat
Antusias
Antusia dalam melaksanakan perbaikan gizi masyarakat
Terbaik
Memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat dengan
sepenuh hati tanpa pamrih
7
BAB 2
ANALISA SITUASI
A. DATA UMUM
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Tanjung Baru terletak di Desa Tanjung Baru Baturaja Timur
dengan luas wilayah kerja 48.14405 Km persegi.Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tanjung baru berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Batumarta II
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kemalaraja
d. Sebelah Timur berbatasan dengan OKU Timur
Luas daerah 50,01 Km, rata-rata penduduk per km 2537,0575
8
DATA WILAYAH DAN FASILITAS PELAYANAN
NO KELURAHA DESA DESA LUAS JARAK KE JUMLA JUML JUML JUMLAH SEKOLAH JUMLAH FASILITAS
KESEHATAN
N/ DESA TERTI GONDOK WILA PUSKES H AH AH
TK SD/ SMP/ SLTA PO POLIN PUS POS
NGGA ENDEMIK YAH MAS RT/RW RUMA KK
MI MTS /SM NT DES TU KES
L H
K RE DES
N
1. Tanjung - - 24,0 2 Menit 1.875 7 4 3 3 - - 1 2
Baru
2. Kemelak - - 7,8 8 Menit 1.552 2 2 1 - - - 1 1
9
B. KETENAGAAN DI PUSKESMAS TANJUNG BARU
a. Sumber daya manusia di Puskesmas Tanjung Baru
Untuk ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Tanjung Baru
beserta jaringannya dapat dilihat tabel berikut :
No Jenis Pendidikan Jumlah Status Kepegawaian
( Orang PNS / PTT TKS TKS
CPNS KONTRAK
1. SI Kedokteran 4 2 2 0
2. DIII Teknisi.Gigi 1 1 0 0
3. SI Kesehatan Masyarakat 9 5 0 1 3
4. SI Keperawatan Profesi 7 4 0 0 3
5. DIV Kesling 1 1 0 0 0
6. DI Kesling 1 1 0 0 0
7. DIV Kebidanan 7 3 0 0 3
8. DIII Kebidanan 50 9 14 0 26
9. DIII Gizi 1 0 0 0 1
14. SPK 3 2 0 1
15. SLTA 3 1 0 0 2
Total 129 48 17 11 53
10
C. Data Binaan Gizi
1. DESA BINAAN GIZI
No Nama Desa/ Kelurahan Jumlah KK
1. Tanjung Baru 1.875
2 Kemelak 1.552
3 Sepancar 1.001
4.428
3. Fasilitas kesehatan
No Nama Kantor Alamat
11
1. Puskesmas Tanjung Baru Tanjung Baru
12
Muslimaini Madya
10. Nusa Indah Dekat Lr depan Pom Bensin 18
11. Niagara Hill PERUM Niagara Hill 12 Seni Darti Madya
Desi Puspita Madya
12. Dahlia Kantor Kades 20 Sari
13. Teratai Dodik 04 Rita Zahara Madya
14. Bunga Belakang DISPENDA 06 Susi Indryani Madya
Depan Rumah Makan Sumarni Madya
15. Kenanga Malina 11
16. Melati Pustu Kemelak 13 Septy Madya
17. Tiara Suci Madya
Tunas Harapan Dkt PAUD Tunas Harapan 15 Pertiwi
18. Septy Madya
Harapan Jaya Sebelum REL 21 Wulandari
19. Anggrek Sukamaju 04 Madya
20. Sedap Malam Pinggir Jalan 05 Madya
21. Mawar Merah Pustu Sepancar 08 Purnama
22. Bunga asoka Tegal arum 14 Purnama
1. Desa siaga
No Desa Strata
1 Desa Tanjung Baru Pratama
2 Kelurahan Kemelak Bindung Langit Pratama
3 Kelurahan sepancar lawang kulon Pratama
13
BAB 3
ANALISA MASALAH GIZI
2 Persentase bayi 0-6 bulan Masih ada 2 % Bayi baru lahir yang
47 45
mendapat Asi Eksklusif belum mendapat Asi Eklusif
15
3.2 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah secara
sekaligus atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu
dipilih prioritas masalah dengan menggunakan metode USG. Penetapan masalah
prioritas tersebut dipandang dari segi Urgency (tingkat urgensi), Seriousness (tingkat
keseriusan) dan Growth (tingkat perkembangan) yang disajikan dalam tabel berikut :
TABEL.3.2
MENETAPKAN URUTAN PRIORITAS MASALAH DENGAN USG
PUSKESMAS TANJUNG BARU
S Rengking
NO MASALAH U G TOTAL Prioritas
16
tablet tambah darah
Persentase ibu hamil mendapat 90
9 2 2 1 5 3
tablet tambah darah
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 12 indikator yang ada diprioritaskan sesuai
dengan urutan ranking, yaitu :
1. Masih rendahnya cakupan bayi 0-6 bulan mendapat asi ekslusif
2. Belum tercapainya cakupan IMD pada bayi baru lahir
17
Kuesioner ditujukan kepada ibu yang seang menyusui Lokasi wawancara
dilaksanakan di Puskesmas Tanjung baru dan Kunjungan rumah didampingi ibu ketua
RT.
Pewawancara :
Tgl wawancara :
Alamat Responden :
I. Identitas
1. Nama ibu :
2. Nama anak :
4. Anak ke :
18
11 Menyusui harus dilakukan dengan perasaan senang
12 Ketika bayi sakit, ASI harus tetap diberikan
Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang selama
13
menyusui.
Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara
14
ibu dan anak
15 Menyusui menyebabkan penampilan ibu tidak menarik lagi
16 Memberi ASI eksklusif saja menyebabkan bayi kekurangan gizi
ASI merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi karena sesuai dengan
17
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
18 Memberikan ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
19 Menyusui secara ekslusif dapat menunda kehamilan.
20 Memberi ASI sangat merepotkan
19
pemerintah/petugas kesehatan
2. Mengikuti kebiasaan masyarakat
3. Banyak kebaikan dan manfaat ASI bagi
bayi, ibu, dan keluarga
4. Dapat mempererat kasih sayang antara
ibu dan bayi
V. Pemberian ASI
1. Apakah ibu masih memberikan ASI pada bayi ibu sekarang ini?
a. Ya
b. Tidak, kenapa....
2. Jika tidak, sampai usia berapa bayi ibu diberi ASI saja tanpa makanan/minuman
lainnya....................... hari/ bulan
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa pemahaman ibu tentang kolostrum dan
manfaatnya masih sangat bervariasi. Untuk itu dukungan dari petugas kesehatan maupun
keluarga dalam pemberian kolostrum sangat berperan penting. Penyampaian informasi yang
detail, jelas, dan mudah dipahami ibu dan keluarga perlu ditingkatkan dan dipromosikan
dengan baik.
Demikian juga tentang pemahaman ibu tentang pemberian makanan tambahan/padat
masih bervariasi. Sebagian ibu paham dan tahu waktu yang tepat dalam pemberian
makanan padat, sebagian ibu menyatakan pemberian makanan tambahan dapat dilakukan
sebelum umur enam bulan, kalau si anak mau dan pencernaannya tidak bermasalah.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa pemahaman ibu tentang
pemberian makanan tambahan/padat masih sangat kurang. Masih banyak fasilitas
kesehatan yang terlibat dalam promosi makanan tambahan/padat, seperti susu formula,
biskuit, cereal, dan makanan padat lainnya. Hal ini terbukti dari masih banyak ibu yang
menerima susu formula dari fasilitas kesehatan pada saat mereka melahirkan.
20
Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa ibu dengan
pendidikan tinggi cenderung memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini karena si ibu
sudah paham dan tahu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Hasil ini sesuai
dengan penelitian. Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan jumlah balita, menunjukkan bahwa
sebagian ibu dengan jumlah balita diatas satu, masih tetap memberikan bayinya ASI
Eksklusif.
Dari hasil penelitian ini jelas terlihat bahwa jarak kelahiran juga sebagai faktor pemicu,
jika jarak kelahiran lebih dari satu tahun, maka si ibu dapat memberikan ASI Eksklusif dengan
baik. Untuk itu sebaiknya jarak kehamilan tidak terlalu dekat, sehingga si bayi dapat
mendapat ASI sampai umur dua tahun. Untuk itu program keluarga berencana perlu
digalakkan kembali.Gambaran Faktor Pemungkin (Enabling Factors)Inisiasi menyusu dini
sangat penting dilakukan, untuk menekan kematian neonatus.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini adalah faktor
pemungkin, di mana sebagian besar ibu belum memahami tentang inisiasi menyusu dini.
Pengetahuan ibu berdasarkan pendidikan maupun pekerjaan tidak jauh berbeda. Kondisi ini
menunjukkan bahwa sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini belum maksimal, dan pesan-
pesan yang disampaikan belum semua sampai kepada ibu-ibu hamil. Selain itu faktor
penentu untuk inisiasi menyusui dini adalah dari penolong persalinan itu sendiri atau
petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan tidak mau melakukan, maka proses inisiasi dini
tidak akan berjalan.
Selain itu, kemungkinan tata laksana rumah sakit atau tempat bersalin tidak
mendukung keberhasilan menyusui karena prosedur yang harus dilakukan, seperti
memandikan bayi, atau pembuatan identitas bayi, dan lain-lain. (Solihah, dkk. 2010) Banyak
petugas tidak melakukan hal tersebut karena butuh waktu dan tempat. Pemerintah harus
mencari solusi agar setiap proses persalinan, inisiasi menyusu dini dapat dilakukan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang pada saat melahirkan dilakukan proses
inisiasi menyusui ternyata cenderung memberikan bayinya ASI Eksklusif. Hal ini karena
insting dan rangsangan bayi baik sehingga ASI cenderung cepat keluar, dan si bayi dapat
menyusui dengan baik Hasil analisis menunjukkan bahwa tempat melahirkan juga sebagai
faktor pendukung dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Jika fasilitas kesehatan
mendukung pemberian ASI Eksklusif, maka petugas kesehatan tidak akan mengizinkan
21
Beberapa fasilitas kesehatan masih banyak yang melakukan promosi susu formula
kepada ibu yang baru melahirkan. Untuk itu perlu dilakukan sangsi yang keras dan tegas
kepada petugas yang melanggar aturan. Berdasarkan ketersediaan ruang untuk menyusui di
tempat kerja, menunjukkan bahwa tidak ada satu fasilitas kerja pun yang menyediakan
ruang untuk bayi.
Ketersediaan ruang menyusui di tempat-tempat umum seperti kantor, mall, dan
lainnya akan sangat mendukung di si ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi.
Gambaran Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Status kesehatan ibu adalah salah satu
faktor penguat ibu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang kondisi
tubuhnya sehat, maka produksi ASI juga akan semakin banyak. Namun status kesehatan ibu
yang sehat harus juga dibarengi dengan kemauan atau niat ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
Dukungan keluarga, termasuk suami, orang tua, dan keluarga dekat sangat
menguatkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Keluarga yang rukun,
saling kerja sama dan mendukung akan sangat mempengaruhi produksi ASI si ibu, karena
jika si ibu tidak nyaman maka produksi ASI juga akan terganggu.
Dalam proses pemberian ASI Eksklusif kepada bayi, faktor penolong persalinan juga
sebagai penguat untuk memberikan yang terbaik untuk bayinya. Jika penolong kesehatan
atau petugas kesehatan sejak dini atau pada saat melahirkan telah memberikan penjelasan
tentang pentingnya ASI Eksklusif, maka si ibu akan paham sehingga punya keinginan untuk
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Karakteristik ibu yang memberikan ASI kepada bayinya adalah sebagian besar adalah
ibu dengan pendidikan tinggi. Faktor pemicu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi
adalah faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu, di mana sebagian besar ibu masih belum
paham tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif, dan sebagian kecil walaupun sudah tahu
manfaatnya, namun dalam pelaksanaannya mereka tidak memberikan bayinya ASI
Eksklusif.Faktor pekerjaan, pendidikan, dan balita juga sebagai pemicu untuk terjadinya
pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang bekerja mengalami kendala waktu dan
tempat untuk proses menyusui yang maksimal kepada bayinya.
Pendidikan ibu lebih tinggi, cenderung pengetahuan juga semakin luas. Namun
pendidikan juga harus disertai dengan niat yang kuat untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya. Demikian juga jika balita semakin banyak, maka jarak kelahiran juga
semakin dekat. Hal ini mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.Faktor pemungkin dalam pemberian ASI Eksklusif adalah Inisiasi Menyusu Dini,
tempat melahirkan, dan ketersediaan ruangan untuk menyusui.
Keeratan si ibu terjadi jika proses inisiasi menyusu dini dilakukan pada saat proses
persalinan. Demikian juga tempat melahirkan (fasilitas kesehatan) yang mendukung program
ASI Eksklusif akan mendukung dan menganjurkan si ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya. Ketersediaan ruang untuk menyusui di tempat kerja juga salah satu faktor
pemungkin untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi, namun harus didukung oleh
keinginan ibu untuk memberikan yang terbaik kepada bayinya.Status kesehatan ibu,
dukungan keluarga dan petugas yang menolong persalinan sebagai faktor penguat untuk
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi.
23
1.2 Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif kepada bayi, pemerintah khususnya bagian program Gizi di Kementerian Kesehatan
harus mempromosikan tentang ASI Eksklusif lebih intensif, dan membuat pesan dan
informasi yang sederhana namun mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat
awam.Kementerian Kesehatan harus memonitoring fasilitas kesehatan dalam mendukung
program ASI Eksklusif dan menegakkan disiplin kepada petugas kesehatan yang terlibat
mempromosikan susu formula.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi terhadap Pemberian ASI (Ingan Ukur Tarigan,
dan NK. Aryastami) atau makanan padat lainnya dengan sangsi yang tegas.Pemerintah
khususnya kementerian kesehatan harus menindak tegas perusahaan yang memproduksi
susu formula dan makanan tambahan lainnya yang melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan.Pelarangan iklan susu formula atau makanan padat di bawah usia enam bulan
harus ditegakkan, dan sebaiknya merek susu formula umur di bawah enam bulan tidak boleh
sama dengan merek susu formula diatas enam bulan, karena jika sama masyarakat tidak
akan dapat membedakannya.Pemerintah harus menegakkan peraturan tentang penyediaan
ruang menyusui/ruang laktasi di tempat kerja, selain itu pemerintah juga memfasilitasi ruang
menyusui/ruang laktasi di tempat-tempat umum.
24