Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI SOSIAL

PERILAKU IBU MENYUSUI TERHADAP PEMAHAMAN ASI EKSLUSIF

Desi Andrianovita, Skep.Ns


NPM 19.13101.10.44

Dosen M.Hatta Mamat, SKM, M.Kes

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohman’nirrohim

Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya jualah maka penyusunan Makalah yang berjudul ”Perilaku ibu Menyusui
Terhdap Pemahaman ASI Ekslusif” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Pendidikan
Kesehatan dan Perilaku, pada program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Husada. Dalam kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.
Hatta Mamat, SKM, M.Epid atas bimbingan dan arahanya selama penyusunan Makalah ini.

Demikianlah penyusunan Makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan yang


dilakukan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangatlah penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.

Baturaja, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................4


1.2 Tujuan .................. ...........................................................................................5
1.3 Tata Nilai .......................................................................................................... 6

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Analisa Situasi ..................... ...........................................................................8

2.2 Ketenagaan ....................................................................................................10

BAB III. ANALISA MASALAH GIZI..............................................................................14

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan kesehatan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting
dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Pembangunan jangka panjang bidang kesehatan sejalan dengan Visi Departemen
Kesehatan RI yaitu menuju Indonesia sehat 2015 dan selanjutnya dijabarkan dalam Misi
Depkes yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau dengan semakin mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.
Dalam melaksanakan misi tersebut diatas maka, ada beberapa strategi yang
diterapkan yaitu terciptanya paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi.
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini juga tertuang dalam bentuk
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan
bagian integral dan terpenting dari pembangunan Kesehatan Nasional. Untuk mencapai
kondisi tersebut perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu serta berkesinambungan.
Puskesmas merupakan salah satu unit fungsional terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan 7 program pokok dan
16 program inovatif sebagai usaha poko kesehatan (Basic Health Service) yang
dilaksanakan baik didalam maupun diluar gedung, utamanya program prioritas dalam
rangka meningkatkan jangkauan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan tidak mengesampingkan peningkatan sumber
daya.

4
Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada empat azas
penyelenggaraan, yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
masyarakat, azas keterpaduan, dan azas rujukan. Puskesmas mempunyai kewenangan
untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung
kemampuan manajemen yang baik. Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian.
Salah satu penerapan fungsi manajemen puskesmas adalah penyusunan rencana
kegiatan (POA) puskesmas. POA ini disusun berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan
puskesmas, yang termasuk fungsi perencanaan. Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya dengan
tetap mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Dengan POA ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban dengan tetap mempertimbangkan
hambatan, dukungan dan potensi yang ada.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui standarisasi operasional prosedur


sehingga dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan cakupan kunjungan posyandu


2. Meningkatkan cakupan Asi eksklusif
3. Meningkatkan cakupan IMD
4. Meningkatkan cakupan desa dengan garam beryodium baik

5
5. Meningkatkan cakupan pemberian vitamin A sehingga tidak terjadi resiko
kekurangan vitamin A
6. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada ibu hamil
7. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada Remaja
8. Menurunkan prevalensi bumil KEK
9. Menurunkan cakupan anak BGM.
10. Meningkatkan Pengetahuan PMBA yang benar pada Masyarakat Sehingga
menurunkan angka pravelensi Stunting dan Underweight pada Balita di wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Baru.

1.2.3 Target
 Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai
target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada Balita
dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan
menyusui serta lansia

1.3 VISI, MISI DAN TATA NILAI PROGRAM GIZI


1.3.1 Visi Program Gizi

Menjadikan program gizi di wilayah UPTD Puskesmas Sekar Jaya


sebagai pusat pelayanan gizi yang profesional, bermutu dan terjangkau.

1.3.2 Misi Program Gizi


 Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan khususnya gizi
di kecamatan Baturaja Timur.
 Mendorong kemandirian masyarakat di Kecamatan Baturaja Timur
untuk memenuhi kecukupan gizi.
 Memelihara, meningkatkan dan mengembangkan pelayanan gizi di
wilayah UPTD Puskesmas Tanjung Baru yang bermutu, merata dan
terjangkau.
6
 Memelihara, meningkatkan dan mengembangkan status individu,
keluarga dan masyarakat di kecamatan Baturaja Timur.

1.3.3 Tata Nilai Program Gizi

“ GIAT ”
 Giat
Giat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
 Inovatif
Berusaha memberikan ide-ide perubahan perilaku kepada masyarakat
 Antusias
Antusia dalam melaksanakan perbaikan gizi masyarakat
 Terbaik
Memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat dengan
sepenuh hati tanpa pamrih

7
BAB 2
ANALISA SITUASI

A. DATA UMUM
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Tanjung Baru terletak di Desa Tanjung Baru Baturaja Timur
dengan luas wilayah kerja 48.14405 Km persegi.Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tanjung baru berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Batumarta II
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kemalaraja
d. Sebelah Timur berbatasan dengan OKU Timur
Luas daerah 50,01 Km, rata-rata penduduk per km 2537,0575

8
DATA WILAYAH DAN FASILITAS PELAYANAN

NO KELURAHA DESA DESA LUAS JARAK KE JUMLA JUML JUML JUMLAH SEKOLAH JUMLAH FASILITAS
KESEHATAN
N/ DESA TERTI GONDOK WILA PUSKES H AH AH
TK SD/ SMP/ SLTA PO POLIN PUS POS
NGGA ENDEMIK YAH MAS RT/RW RUMA KK
MI MTS /SM NT DES TU KES
L H
K RE DES
N
1. Tanjung - - 24,0 2 Menit 1.875 7 4 3 3 - - 1 2
Baru
2. Kemelak - - 7,8 8 Menit 1.552 2 2 1 - - - 1 1

3. Sepancar - - 18,3 14 1.002 4 2 1 - 2 - 1 2


Menit
Total - - 50,0 - 4.428 13 8 5 3 - 3 5

9
B. KETENAGAAN DI PUSKESMAS TANJUNG BARU
a. Sumber daya manusia di Puskesmas Tanjung Baru
Untuk ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Tanjung Baru
beserta jaringannya dapat dilihat tabel berikut :
No Jenis Pendidikan Jumlah Status Kepegawaian
( Orang PNS / PTT TKS TKS
CPNS KONTRAK
1. SI Kedokteran 4 2 2 0

2. DIII Teknisi.Gigi 1 1 0 0

3. SI Kesehatan Masyarakat 9 5 0 1 3

4. SI Keperawatan Profesi 7 4 0 0 3

5. DIV Kesling 1 1 0 0 0

6. DI Kesling 1 1 0 0 0

7. DIV Kebidanan 7 3 0 0 3

8. DIII Kebidanan 50 9 14 0 26

9. DIII Gizi 1 0 0 0 1

10. DIII Gigi 2 1 0 1 0

11. DIII Farmasi 4 2 0 1 1

12. DIII Analis Kesehatan 2 1 0 0 1

13. DIII Keperawatan 33 14 0 7 12

14. SPK 3 2 0 1

15. SLTA 3 1 0 0 2

Total 129 48 17 11 53

10
C. Data Binaan Gizi
1. DESA BINAAN GIZI
No Nama Desa/ Kelurahan Jumlah KK
1. Tanjung Baru 1.875
2 Kemelak 1.552
3 Sepancar 1.001
4.428

2. Institusi Pendidikan Binaan


No Nama Sekolh Alamat
SMP
1. SMPIT Fathona Tanjung Baru
2. SMPIT Tunas Cendikia Tanjung Baru
3. SMP YPKP Tanjung Baru
4. SMP 23 OKU Kemelak
5. SMP 34 OKU Sepancar
SD
1. SDIT Fathona Tanjung Baru
2. SDIT Tunas Cendikia Tanjung Baru
3. SDN 22 OKU Tanjung Baru
4. SDN 23 oku Kemelak
5. SDN 24 OKU Kemelak
6. SDN 25 OKU Sepancar
7. SDN 26 OKU Sepancar
8. SDN 185 OKU Tanjung Baru

3. Fasilitas kesehatan
No Nama Kantor Alamat

11
1. Puskesmas Tanjung Baru Tanjung Baru

2 Pustu Tanjung Baru Tanjung Baru

3 Poskesdes Lubuk Dingin Tanjung Baru

4 Poskesdes Tanjung Baru Tanjung Baru

5 Pustu Kemelak Kemelak

6 Klinik Hesti Dodik Kemelak

7 Poskesdes Kemelak Kemelak

8 Pustu Sepancar Sepancar

9 Poskesdes sepancar Sepancar

10 Poskesdes Tegal Arum Sepancar

11 RSIA Graha Kurnia Tanjung Baru

12 RS santo Antonio Tanjung Baru

A. Sarana Posyandu UPTD Puskesmas Tanjung Baru


No Nama Alamat Tanggal Bidan Strata
Posyandu
Lrng Bukit Damai Dpn Muslimaini Madya
1. Bukit Damai DIKNAS 02
2. Della Desmita Madya
Cinta Sehat Lr Iman Blng Kader 05
3. Cempaka Tebing Umbara 07 Andes Safitri Madya
4. Mekar Sari Lubuk Dingin 08 Indri Majesty Madya
Desy Anita Madya
5. Aisyah Depan Musolah Dkt Puskes 09
Selva Dwi Madya
6. Aster Depan Bakso Masdul 10 Saputri
7. Sakura Belakang Gor 13 Kiki Chintia Madya
8. Pancur sehat Lr Masjid Almuhlisin 14 Ana Vitara Madya
9. Bougenvile Kalang Rebo 15 Desy Anita Madya

12
Muslimaini Madya
10. Nusa Indah Dekat Lr depan Pom Bensin 18
11. Niagara Hill PERUM Niagara Hill 12 Seni Darti Madya
Desi Puspita Madya
12. Dahlia Kantor Kades 20 Sari
13. Teratai Dodik 04 Rita Zahara Madya
14. Bunga Belakang DISPENDA 06 Susi Indryani Madya
Depan Rumah Makan Sumarni Madya
15. Kenanga Malina 11
16. Melati Pustu Kemelak 13 Septy Madya
17. Tiara Suci Madya
Tunas Harapan Dkt PAUD Tunas Harapan 15 Pertiwi
18. Septy Madya
Harapan Jaya Sebelum REL 21 Wulandari
19. Anggrek Sukamaju 04 Madya
20. Sedap Malam Pinggir Jalan 05 Madya
21. Mawar Merah Pustu Sepancar 08 Purnama
22. Bunga asoka Tegal arum 14 Purnama

1. Desa siaga
No Desa Strata
1 Desa Tanjung Baru Pratama
2 Kelurahan Kemelak Bindung Langit Pratama
3 Kelurahan sepancar lawang kulon Pratama

13
BAB 3
ANALISA MASALAH GIZI

3.1 Identifikasi Masalah berdasarkan hasil Indikator Program Gizi


Tabel 3.1.1 identifikasi masalah
No Indikator/Upaya Target Capaian Masalah

1 Persentase Balita 6-59 bulan


Sudah tercapainya persentase balita
mendapat kapsul Vitamin A 78 81
yang mendapatkan vitamin A dosis tinggi
dosis tinggi

2 Persentase bayi 0-6 bulan Masih ada 2 % Bayi baru lahir yang
47 45
mendapat Asi Eksklusif belum mendapat Asi Eklusif

3 Cakupan rumah tangga Semua rumah tangga mengkonsumsi


mengkonsumsi garam 80 83
garam beryodium
beryodium
4 Persentase balita gizi buruk Semua balita gizi buruk mendapat
mendapat perawatan 100 100 perawatan

5 Persentase balita ditimbang Sudah tercapainya pesentase balita


70 83
berat badannya D/S ditimbang berat badannya D/S yaitu 83 %

6 Persentase bayi baru lahir Masih ada 8 % bayi yang belum


47 39
mendapat IMD mendapat IMD dari target 47 %

7 Persentase balita kurus Semua balita kurus sudah mendapat


mendapat PMT 85 100 PMT

8 Persentase remaja putri Sudah tercapainya persentase Fe Remaja


mendapat tablet tambah 25 37
Putri
darah
9 Persentase ibu hamil Masih Ada 1 % ibu hamil mendapat 90
mendapat 90 tablet tambah 95 94
tablet tambah darah
darah
14
10 Persentase ibu hamil KEK Semua ibu hamil KEK sudah mendapat
yang mendapat makanan 80 100
makanan tambahan (PMT)
tambahan
11 Pravelensi Kekurangan gizi ( 17.5 0.6 Hanya ditemukan 0.6 % dari Pravelensi
Underweight ) 17 % pd balita
12 Pravelensi Stunting 28% pada 29.5 0.2 Hanya ditemukan 0.2 % dari pravelensi
anak Baduta

Dari 12 indikator gizi berikut penjelasan masalah gizi yang diperoleh :


1. Sudah tercapainya Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A dosis
tinggi dengan capaian target 81% dari target 78 %
2. Masih ada 2 % Persentase bayi 0-6 bulan yang belum mendapat Asi Eksklusif dari
target 47%
3. Semua rumah tangga yang diperiksa sudah mengkonsumsi garam beryodium.
4. Balita gizi buruk yang ditemukan sudah 100% mendapat perawatan
5. Sudah tercapainya Persentase balita ditimbang berat badannya D/S dari target 70%
yaitu dengan besar capaian 83%
6. Belum tercapainya Persentase bayi baru lahir mendapat IMD dengan capaian 39 %
dari target 47%
7. Persentase balita kurus mendapat PMT dari target 85% sudah tercapai 100 %
mendapat PMT
8. Sudah tercapainya Persentase remaja putri mendapat tablet tambah darah dari
target 25%
9. Masih ada 1 % ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah dengan capaian 93 %
dari target 95 %
10. Sudah tercapainya Persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan
dengan capaian 100% dari target 80%
11. Hanya ditemukan 0.6 % dari Pravelensi Kekurangan gizi ( Underweight ) 17 % pd
balita
12. Hanya ditemukan 0.2 % dari pravelensi Stunting 28% pada anak Baduta

15
3.2 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah secara
sekaligus atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu
dipilih prioritas masalah dengan menggunakan metode USG. Penetapan masalah
prioritas tersebut dipandang dari segi Urgency (tingkat urgensi), Seriousness (tingkat
keseriusan) dan Growth (tingkat perkembangan) yang disajikan dalam tabel berikut :

TABEL.3.2
MENETAPKAN URUTAN PRIORITAS MASALAH DENGAN USG
PUSKESMAS TANJUNG BARU

S Rengking
NO MASALAH U G TOTAL Prioritas

Persentase Balita 6-59 bulan


1 mendapat kapsul Vitamin A dosis 1 1 1 3 7
tinggi

Persentase bayi 0-6 bulan mendapat


2 4 3 1 8 2
Asi Eksklusif

3 Cakupan rumah tangga 1 1 1 3 8


mengkonsumsi garam beryodium
Persentase balita gizi buruk
4 1 1 1 3 9
mendapat perawatan
Persentase balita ditimbang berat
5 2 1 1 4 4
badannya D/S
Persentase bayi baru lahir mendapat
6 3 2 2 8 1
IMD
Persentase balita kurus mendapat
7 2 1 1 4 6
PMT
8 Persentase remaja putri mendapat 1 1 1 3 5

16
tablet tambah darah
Persentase ibu hamil mendapat 90
9 2 2 1 5 3
tablet tambah darah

10 Persentase ibu hamil KEK yang 1 1 1 3 10


mendapat makanan tambahan
Pravelensi Kekurangan gizi
11 1 1 1 3 11
( Underweight ) 17 % pd balita

Pravelensi Stunting 28% pada anak


12 1 1 1 3 12
Baduta

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 12 indikator yang ada diprioritaskan sesuai
dengan urutan ranking, yaitu :
1. Masih rendahnya cakupan bayi 0-6 bulan mendapat asi ekslusif
2. Belum tercapainya cakupan IMD pada bayi baru lahir

3.3 Perumusan Masalah


Setelah menentukan prioritas masalah, maka dirumuskan 2 masalah terpilih yang akan
dipecahkan, antara lain :
1. Cakupan bayi 0-6 bulan mendapat asi ekslusif dari target 47 % yang harus dicapai
tetapi hanya tercapai 45 %.
2. Cakupan IMD bayi baru lahir dari target 47 % baru tercapai 39 %, masih ada 8 %
yang belum tercapai.

3.4 Mencari Akar Penyebab Masalah


Upaya pencarian akar penyebab masalah dengan menelusuri faktor penyebab
yang berpengaruh terhadap masalah tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan kuesioner kepada 10 orang responden yaitu ibu-ibu
yang sedang menyusui anaknya.

17
Kuesioner ditujukan kepada ibu yang seang menyusui Lokasi wawancara
dilaksanakan di Puskesmas Tanjung baru dan Kunjungan rumah didampingi ibu ketua
RT.

Pewawancara :
Tgl wawancara :
Alamat Responden :

I. Identitas
1. Nama ibu :

2. Nama anak :

3. Tanggal lahir anak :

4. Anak ke :

5. Status bekerja ibu :


a. PNS
b. Wiraswasta
c. Petani
d. Buruh
e. Tidak bekerja / IRT

II. Pengetahuan Ibu Tentang ASI


No Pertanyaan Ya Tidak
1 ASI diberikan segera setelah bayi lahir.
ASI pertama kali keluar, berwarna kekuning-kuningan dan kental harus
2
diberikan pada bayi.
3 Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan kental harus dibuang.
4 Makanan pendamping diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas.
ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lain
5
sampai bayi berusia 6 bulan.
ASI diberikan pada bayi di manapun dan kapanpun saat bayi
6
membutuhkan.
Semakin banyak bayi menghisap ASI, maka semakin banyak pula produksi
7
ASI
8 ASI harus tetap diberikan ketika ibu bekerja.
Bayi dapat mengalami diare ketika diberi makanan tambahan sebelum
9
usia 6 bulan.
10 Ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan selama menyusui

18
11 Menyusui harus dilakukan dengan perasaan senang
12 Ketika bayi sakit, ASI harus tetap diberikan
Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang selama
13
menyusui.
Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara
14
ibu dan anak
15 Menyusui menyebabkan penampilan ibu tidak menarik lagi
16 Memberi ASI eksklusif saja menyebabkan bayi kekurangan gizi
ASI merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi karena sesuai dengan
17
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
18 Memberikan ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
19 Menyusui secara ekslusif dapat menunda kehamilan.
20 Memberi ASI sangat merepotkan

III. Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Bayi diberi ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai usia 6 bulan.
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya akan menunjang
2
pemberian ASI pada anak berikutnya
Pertumbuhan bayi akan terganggu apabila hanya diberi ASI saja sampai
3
berumur 6 bulan
4 ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak
5 Menyusui secara eksklusif sangat merepotkan ibu.
6 Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Menyusui secara eksklusif dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi
7
bayi
8 Menyusui lebih praktis dan tidak merepotkan
9 Menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu
10 Susu formula lebih praktis dari ASI

IV Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI


No Pertanyaan Jawaban
1. Ya
1
Apakah ibu memberikan ASI eksklusif ? 2. Tidak

Berapa lama ibu memberikan ASI kepada 1. Sampai umur 6 bulan


2
[NAMA ANAK]? 2. Kurang dari 6 bulan
3. Lebih dari 6 bulan
Apakah Ibu memberikan
3 minuman/makanan lain selain ASI saat bayi 1. Ya( lanjut ke nomer 4 dan 5 )
berusia 0-6 bulan? 2. Tidak(lanjut ke nomer 4)
4 Apa alasan ibu memberikan ASI? 1. Perintah agama/anjuran

19
pemerintah/petugas kesehatan
2. Mengikuti kebiasaan masyarakat
3. Banyak kebaikan dan manfaat ASI bagi
bayi, ibu, dan keluarga
4. Dapat mempererat kasih sayang antara
ibu dan bayi

1. Produksi ASI kurang


2. Bayi terlanjur mendapat susu
formula/makanan/minuman lain pada
5 Apa alasan ibu tidak memberikan ASI awal kelahiran
3. Puting ibu lecet/luka/bengkak
4. Ibu bekerja
5. Ibu hamil lagi padahal masihmenyusui

V. Pemberian ASI
1. Apakah ibu masih memberikan ASI pada bayi ibu sekarang ini?
a. Ya
b. Tidak, kenapa....
2. Jika tidak, sampai usia berapa bayi ibu diberi ASI saja tanpa makanan/minuman
lainnya....................... hari/ bulan

Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa pemahaman ibu tentang kolostrum dan
manfaatnya masih sangat bervariasi. Untuk itu dukungan dari petugas kesehatan maupun
keluarga dalam pemberian kolostrum sangat berperan penting. Penyampaian informasi yang
detail, jelas, dan mudah dipahami ibu dan keluarga perlu ditingkatkan dan dipromosikan
dengan baik.
Demikian juga tentang pemahaman ibu tentang pemberian makanan tambahan/padat
masih bervariasi. Sebagian ibu paham dan tahu waktu yang tepat dalam pemberian
makanan padat, sebagian ibu menyatakan pemberian makanan tambahan dapat dilakukan
sebelum umur enam bulan, kalau si anak mau dan pencernaannya tidak bermasalah.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa pemahaman ibu tentang
pemberian makanan tambahan/padat masih sangat kurang. Masih banyak fasilitas
kesehatan yang terlibat dalam promosi makanan tambahan/padat, seperti susu formula,
biskuit, cereal, dan makanan padat lainnya. Hal ini terbukti dari masih banyak ibu yang
menerima susu formula dari fasilitas kesehatan pada saat mereka melahirkan.
20
Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa ibu dengan
pendidikan tinggi cenderung memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini karena si ibu
sudah paham dan tahu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Hasil ini sesuai
dengan penelitian. Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan jumlah balita, menunjukkan bahwa
sebagian ibu dengan jumlah balita diatas satu, masih tetap memberikan bayinya ASI
Eksklusif.
Dari hasil penelitian ini jelas terlihat bahwa jarak kelahiran juga sebagai faktor pemicu,
jika jarak kelahiran lebih dari satu tahun, maka si ibu dapat memberikan ASI Eksklusif dengan
baik. Untuk itu sebaiknya jarak kehamilan tidak terlalu dekat, sehingga si bayi dapat
mendapat ASI sampai umur dua tahun. Untuk itu program keluarga berencana perlu
digalakkan kembali.Gambaran Faktor Pemungkin (Enabling Factors)Inisiasi menyusu dini
sangat penting dilakukan, untuk menekan kematian neonatus.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini adalah faktor
pemungkin, di mana sebagian besar ibu belum memahami tentang inisiasi menyusu dini.
Pengetahuan ibu berdasarkan pendidikan maupun pekerjaan tidak jauh berbeda. Kondisi ini
menunjukkan bahwa sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini belum maksimal, dan pesan-
pesan yang disampaikan belum semua sampai kepada ibu-ibu hamil. Selain itu faktor
penentu untuk inisiasi menyusui dini adalah dari penolong persalinan itu sendiri atau
petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan tidak mau melakukan, maka proses inisiasi dini
tidak akan berjalan.
Selain itu, kemungkinan tata laksana rumah sakit atau tempat bersalin tidak
mendukung keberhasilan menyusui karena prosedur yang harus dilakukan, seperti
memandikan bayi, atau pembuatan identitas bayi, dan lain-lain. (Solihah, dkk. 2010) Banyak
petugas tidak melakukan hal tersebut karena butuh waktu dan tempat. Pemerintah harus
mencari solusi agar setiap proses persalinan, inisiasi menyusu dini dapat dilakukan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang pada saat melahirkan dilakukan proses
inisiasi menyusui ternyata cenderung memberikan bayinya ASI Eksklusif. Hal ini karena
insting dan rangsangan bayi baik sehingga ASI cenderung cepat keluar, dan si bayi dapat
menyusui dengan baik Hasil analisis menunjukkan bahwa tempat melahirkan juga sebagai
faktor pendukung dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Jika fasilitas kesehatan
mendukung pemberian ASI Eksklusif, maka petugas kesehatan tidak akan mengizinkan
21
Beberapa fasilitas kesehatan masih banyak yang melakukan promosi susu formula
kepada ibu yang baru melahirkan. Untuk itu perlu dilakukan sangsi yang keras dan tegas
kepada petugas yang melanggar aturan. Berdasarkan ketersediaan ruang untuk menyusui di
tempat kerja, menunjukkan bahwa tidak ada satu fasilitas kerja pun yang menyediakan
ruang untuk bayi.
Ketersediaan ruang menyusui di tempat-tempat umum seperti kantor, mall, dan
lainnya akan sangat mendukung di si ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi.
Gambaran Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Status kesehatan ibu adalah salah satu
faktor penguat ibu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang kondisi
tubuhnya sehat, maka produksi ASI juga akan semakin banyak. Namun status kesehatan ibu
yang sehat harus juga dibarengi dengan kemauan atau niat ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
Dukungan keluarga, termasuk suami, orang tua, dan keluarga dekat sangat
menguatkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Keluarga yang rukun,
saling kerja sama dan mendukung akan sangat mempengaruhi produksi ASI si ibu, karena
jika si ibu tidak nyaman maka produksi ASI juga akan terganggu.
Dalam proses pemberian ASI Eksklusif kepada bayi, faktor penolong persalinan juga
sebagai penguat untuk memberikan yang terbaik untuk bayinya. Jika penolong kesehatan
atau petugas kesehatan sejak dini atau pada saat melahirkan telah memberikan penjelasan
tentang pentingnya ASI Eksklusif, maka si ibu akan paham sehingga punya keinginan untuk
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Karakteristik ibu yang memberikan ASI kepada bayinya adalah sebagian besar adalah
ibu dengan pendidikan tinggi. Faktor pemicu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi
adalah faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu, di mana sebagian besar ibu masih belum
paham tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif, dan sebagian kecil walaupun sudah tahu
manfaatnya, namun dalam pelaksanaannya mereka tidak memberikan bayinya ASI
Eksklusif.Faktor pekerjaan, pendidikan, dan balita juga sebagai pemicu untuk terjadinya
pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang bekerja mengalami kendala waktu dan
tempat untuk proses menyusui yang maksimal kepada bayinya.
Pendidikan ibu lebih tinggi, cenderung pengetahuan juga semakin luas. Namun
pendidikan juga harus disertai dengan niat yang kuat untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya. Demikian juga jika balita semakin banyak, maka jarak kelahiran juga
semakin dekat. Hal ini mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.Faktor pemungkin dalam pemberian ASI Eksklusif adalah Inisiasi Menyusu Dini,
tempat melahirkan, dan ketersediaan ruangan untuk menyusui.
Keeratan si ibu terjadi jika proses inisiasi menyusu dini dilakukan pada saat proses
persalinan. Demikian juga tempat melahirkan (fasilitas kesehatan) yang mendukung program
ASI Eksklusif akan mendukung dan menganjurkan si ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya. Ketersediaan ruang untuk menyusui di tempat kerja juga salah satu faktor
pemungkin untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi, namun harus didukung oleh
keinginan ibu untuk memberikan yang terbaik kepada bayinya.Status kesehatan ibu,
dukungan keluarga dan petugas yang menolong persalinan sebagai faktor penguat untuk
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi.

23
1.2 Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif kepada bayi, pemerintah khususnya bagian program Gizi di Kementerian Kesehatan
harus mempromosikan tentang ASI Eksklusif lebih intensif, dan membuat pesan dan
informasi yang sederhana namun mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat
awam.Kementerian Kesehatan harus memonitoring fasilitas kesehatan dalam mendukung
program ASI Eksklusif dan menegakkan disiplin kepada petugas kesehatan yang terlibat
mempromosikan susu formula.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi terhadap Pemberian ASI (Ingan Ukur Tarigan,
dan NK. Aryastami) atau makanan padat lainnya dengan sangsi yang tegas.Pemerintah
khususnya kementerian kesehatan harus menindak tegas perusahaan yang memproduksi
susu formula dan makanan tambahan lainnya yang melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan.Pelarangan iklan susu formula atau makanan padat di bawah usia enam bulan
harus ditegakkan, dan sebaiknya merek susu formula umur di bawah enam bulan tidak boleh
sama dengan merek susu formula diatas enam bulan, karena jika sama masyarakat tidak
akan dapat membedakannya.Pemerintah harus menegakkan peraturan tentang penyediaan
ruang menyusui/ruang laktasi di tempat kerja, selain itu pemerintah juga memfasilitasi ruang
menyusui/ruang laktasi di tempat-tempat umum.

24

Anda mungkin juga menyukai