Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Ruang Lingkup dan Tujuan Pelayanan Gizi Puskesmas

Di Susun Oleh :

Mujahadatul Fitriya (P07223119076)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Ruang
Lingkup dan Tujuan Pelayanan Gizi Puskesmas) sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.

Samarinda, 23 Agustus 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3

A. Latar belakang masalah.................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Desfinisi Puskesmas........................................................................................................ 5

B. Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas.................................................6

C. Tujuan dari Pelayanan Gizi Puskesmas.........................................................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagaian
wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan
masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi Puskesmas sebagai ujung tombak
pembangunan bidang kesehatan.
Fungsi Puskesmas dalam melaksanakan dapat mewujudkan empat misi pembangunan
kesehatan yaitu menggerakan pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunan,
mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara
dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta lingkungannya
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita
di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting
(pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada
balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan
kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat
khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional
tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar
37,1%.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang
jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari Pusat
Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di
seluruh Indonesia adalah 9.321 unit,diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan
selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus
membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.

3
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan
di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi
yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan buku Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan, yang membahas kegiatan pokoknya yaitu
penyelenggaraan makan untuk pasien rawat inap dan konseling gizi. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta didorong oleh kebutuhan
akan acuan pelaksanaan pelayanan gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh
baik di Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap. Oleh karena itu, maka
disusunlah buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas. Diharapkan pedoman ini dapat
menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya. Berdasarkan latar
belakang maka dibuatlah makalah Ruang Lingkup dan Tujuan Pelayanan Gizi Puskesmas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Puskesmas
2. Apa saja ruang lingkup pelayanan gizi dari Puskesmas?
3. Apa saja tujuan dari pelayanan gizi dari Puskesmas?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Puskesmas
2. Untuk Mengetahui ruang lingkup pelayanan gizi dari Puskesmas
3. Untuk Mengetahui tujuan dari pelayanan gizi dari Puskesmas

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Puskesmas

Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara


sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian
kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut
harus dilakanakan secara terkait dan berkesinambungan. Depkes, 2004 dalam jurnal (Sagala,
2005).

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagaian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastuktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas
merupakan perangkat pemerintah daerah kebupaten/kota, sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh bupati/walikota, sengan saran teknis dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang telah disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Depkes, 2004
dalam jurnal (Sagala, 2005).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggrakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan atau masyarakat. Sesuai dengan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bentuk dan jenis pelayanan, ruang lingkup kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan
(Korompis, 2012).

Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan dan


mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Karena ruang lingkup
pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peran
pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar (Alamsyah & Muliawati,
2013).

Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit atau gangguan kesehatan


dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Kegiatan luar gedung dilakukan sebagai tindak

5
lanjut dari hasil wawancara/konseling di dalam gedung (puskesmas). Tujuan kunjungan
lapangan pada dasarnya untuk lebih memastikan faktor lingkungan atau perilaku yang
sebelumnya diduga kuat sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit dengan cara
melakukan pengamatan dan pemeriksaan langsung (Depkes RI, 2003).

Dalam melakukan kunjungan rumah, petugas sanitasi seyogyanya memberitahukan


kunjungan kepada perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau
ketua RT/RW) atau tokoh masyarakat setempat serta sedapat mungkin mengikutsertakan
kader kesehatan lingkungan dan petugas kesehatan di desa/kelurahan. Di samping untuk
keterpaduan kegiatan, keterlibatan petugas kesehatan di desa/kelurahan bermanfaat untuk
tindak lanjut keadaan penyakit penderita (Depkes RI, 2003).

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan ini disusun suatu pedoman


penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan, untuk memberikan pedoman kepada
puskesmas yang telah melaksanakan program pelayanan kesehatan lingkungan dan terhadap
puskesmas yang akan melaksanakan pelayanan kesehatan lingkungan.

B. Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas


a. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif,
dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di
dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis
yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap.
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan
gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko
masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah
gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Pengkajian Gizi
Kategori data pengkajian gizi meliputi pengukuran Antropometri
dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas
(LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul
(RLPP), dll. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya

6
kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik
meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti
rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu,
dll. Data Riwayat Gizi dengan dua macam pengkajian data riwayat gizi
pasien yang umum digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif
dan kuantitatif.
b) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara
sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi
puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa
meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam
memberikan layanan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat
merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian
Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas,
WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.
c) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status
kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan
meliputi jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan
pasien/ klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman
gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air,
dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan.
Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium. Konseling yang diberikan sesuai kondisi
pasien/klien meliputi konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI,
konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas
fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).
d) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi membandingkan data hasil monitoring
dengan tujuan rencana diet atau standar rujukan untuk mengkaji
perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya dan mengevaluasi
dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien

7
secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil
pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
a) Pengkajian Gizi
Kategori data pengkajian gizi meliputi pengukuran Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas
(LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul
(RLPP), dll. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik
meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti
rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu,
dll. Data Riwayat Gizi dengan dua macam pengkajian data riwayat gizi
pasien yang umum digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif
dan kuantitatif.
b) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara
sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi
puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa
meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam
memberikan layanan.
Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada
Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI
2014, atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan
Kementerian Kesehatan.
c) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status
kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan
meliputi:
i. Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor

8
stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien
ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil
pemeriksaan laboratorium.
ii. Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling
gizi meliputi hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang,
pemilihan bahan makanan, keamanan pangan, interaksi obat dan
makanan, bentuk dan cara pemberian makanan sesuai keluhan dan
kondisi klinis pasien, kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya.
iii. Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan
kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan
bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.
d) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap
Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian
gizi, penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan
berikutnya adalah monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari
monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi
gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan
status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan
gizi rawat inap antara lain:
i. Perkembangan data antropometri
ii. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
iii. Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis
iv. Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
v. Perkembangan diagnosis gizi
vi. Perubahan perilaku dan sikap
vii. Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap
diet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang
diberikan, adanya mual, mutah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data
laboratorium, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet, yang

9
dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi
pasien.
b. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di
dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif
dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi
yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi
Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan
Kerja (UKK), dll. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di
Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu. Lokasi pelaksanaan
kegiatan ini di Posyandu. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
a) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
Puskesmas
b) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
c) Melakukan penimbangan
d) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan

10
e) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas
f) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas. Lokasi
pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam
pengelolaan manajemen pemberian vitamin A antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia
12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas.
Ketentuan dalam pemberian vitamin A
a) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan
dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
b) Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
c) Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang
menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A
dengan dosis sesuai umur
d) Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas
Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas. Lokasi: di tempat
praktek bidan, Posyandu. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan
manajemen pemberian TTD antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu
tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.

11
d) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas a)
Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai
masa nifas, b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS. Lokasi pelaksanaan
kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Fungsi tenaga gizi puskesmas
dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
a) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi
TTD secara mandiri.
b) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka
tenaga gizi puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja
putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok
sasaran.
c) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
Puskesmas.
d) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
e) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a)
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b)
Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi
terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock
didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan
kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang
terkena bencana. MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal
setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI
lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini
adalah:
a) Merencanakan menu MP-ASI lokal

12
b) Mengadakan bahan MP-ASI lokal
c) Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
d) Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
7. Pengelolaan PMT-Pemulihan
Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
KEK (Kurang Energi Kronik). PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah
makanan ringan padat gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15
gram protein. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan
padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein. Lama
pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari
makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB). Fungsi tenaga gizi
puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara
lain:
a) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran
selama satu tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di
wilayah kerja Puskesmas.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil
KEK wilayah kerja Puskesmas.
8. Surveilence Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi
bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi,
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
a) Lingkup Data
i. Data status gizi
ii. Data konsumsi makanan
iii. Data cakupan program gizi

13
b) Sasaran
Bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
c) Fungsi
i. Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara
melakukan, dan penggunanaan data
ii. Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
iii. Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan
kegiatan gizi di posyandu
iv. Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
v. Membuat laporan surveilans gizi
9. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program
Sasaran seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan,
Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian,
tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program
adalah:
a) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
b) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
c) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
d) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasilan kerjasama
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f) Membuat laporan hasil kerjasama
C. Tujuan dari Pelayanan Gizi Puskesmas
a. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a) Pengkajian Gizi
Dengan tujuan mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab
melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.

14
b) Penentuan Diagnosis Gizi
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi,
factor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.
c) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Betujuan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau
aspek status kesehatan individu. Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan. Tujuan
konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
d) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemajuan, keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien.
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
a) Pengkajian Gizi
Dengan tujuan mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab
melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
b) Penentuan Diagnosis Gizi
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi,
faktor penyebab, tanda dan gejala yang ditimbulkan.
c) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi bertujuan memenuhi kebutuhan gizi pasien
ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil
pemeriksaan laboratorium. Tujuan konseling adalah untuk mengubah
perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
masalah gizi yang dihadapi. Penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat
Inap dilaksanakan dengan tujuan menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh
pasien guna mencapai status gizi yang optimal.
d) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap
Bertujuan mengetahui respon pasien terhadap diet yang diberikan,
bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual,
mutah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data laboratorium, dll.

15
b. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai
dengan risiko/masalah gizi.
2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat
berjalan dengan baik.
4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu
Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran.
6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI
Bertujuan sebagai pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di
daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana.
7. Pengelolaan PMT-Pemulihan
Bertujuan sebagai emulihan untuk balita gizi kurang terutama di daerah
rawan gizi/keadaan darurat/bencana.
8. Surveilence Gizi
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah
gizi dan perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah

16
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)
9. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program
Tujuan meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Kegiatan
pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif
serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam
puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Kegiatan pelayanan gizi di
luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar
gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi.
B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tidak luput dari ketidaksempurnaan,


untuk itu saran dan kritik dari para Bapak dan Ibu dosen sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan pembuatan makalah kami.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D., & Muliawati, R. (2013). Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak (2014)

Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Rizky, A. (2021). Evaluasi Tingkat Penerimaan Pengguna Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas Menggunakan Metode Unified Theory Of Acceptance

And Use Of Technology (UTAUT) Di Puskesmas Kanigaran (Doctoral

dissertation, Politeknik Negeri Jember).

Susanti, E. M., Handayani, O. W. K., & Raharjo, B. B. (2017). Pedoman Pelayanan

Gizi Puskesmas Wonosari II. Yogyakarta : Puskesmas Wonosari II

Ulumiyah, N. H. (2018). Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan

Penerapan Upaya Keselamatan Pasien di Puskesmas. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia, 6(2), 149-155.

19

Anda mungkin juga menyukai