DI SUSUN OLEH :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung merupakan institusi yang mendidik tenaga
profesional dalam bidang gizi. Dalam Pasal 11 Undang-Undang nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan dinyatakan bahwa salah satu kelompok tenaga kesehatan adalah
tenaga gizi; dan jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi terdiri
atas nutrisionis dan dietisien. Penyelenggaraan pelayanan gizi harus dilakukan oleh tenaga
gizi yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan terus menerus harus ditingkatakan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan pelayanan gizi memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi
terkini.Kegiatan pelayanan gizi secara profesional di masyarakat meliputi analisis situasi,
identifikasi masalah, intervensi Gizi (edukasi gizi dan promosi kesehatan), monitoring, dan
evaluasi. Pelayanan gizi profesional dengankonsep Nutrition Care Proces (NCP) atau Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) tergolong baru diterapkan di Indonesia mulai tahun
2018menggunakan bukti empirisdari penelitian-penelitian di masyarakat. Dapat disimpulkan
bahwa, cara penanganan masalah gizi harus spesifik dan sensitifsehingga diperlukan
kompetensi khusus bagi tenaga gizi yang bekerja di pelayanan tersebut.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan gizi kepada masyarakat,
diperlukan Dietesien yang profesional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan
terpadu. Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang “Pusat Kesehatan Masyarakat”,
merupakan landasan hukum penyelenggaraan Puskesmas. Pengelolaan Puskesmas agar
berjalan dengan baik, efektif dan efisien harus dipimpin oleh tenaga kesehatan yang
kompeten untuk mengelola fasilitas tersebut, salah satunya adalah tenaga gizi yang handal
dan profesional.Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang
membedakannya dari pekerjaan lainnya, yaitu keterampilan berdasarkan pengetahuan
teoritis, asosiasi profesi,
pendidikan yang ekstensif (pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi), ujian
kompetensi, pelatihan institusional, lisensi, otonomi kerja, kode etik, pengaturan diri, layanan
publikdan altruisme, serta status dan imbalan yang tinggi. Sebagai profesi, tenaga gizi telah
memiliki karakteristik sebagai berikut:a.Memiliki serangkaian pengetahuan (body of
knowledge) yang melandasi praktek atau suatu pekerjaan di bidang gizib.Pendidikan gizi
sebagai pendidikan profesi dikembangkan dalam sistem pendidikan tinggi melalui jalur
akademik strata 1 sebagai bagian integral dari sistem pendidikan tinggi gizi nasional.
Kebijakan Program Gizi yangmerupakan bagian dari rotasi gizi masyarakat. Dalam hal
ini calon Registered Dietisienharus mempunyai pengalaman kerja lapangan di Puskesmas.
Dengan demikian diharapkandiperolehnya para lulusan yang lebih siap bekerja secara
profesional dan lebih percayadiri dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat,khususnya
dalam pelayanan gizi masyarakat.
1.2 Tujuan Rotasi
1.2.1 Tujuan Umum
Pada akhir praktik kerja lapangan, peserta didik mampu menguasai mempelajari
perencanaan dan pengelolaan program gizi tingkat puskesmas, mmerencanakan asuhan
gizi individu dan masyarkat serta mengambil keputusan untuk meningkatkan kualitias
pelayanan gizi dengan penuh tanggungjawan dan akuntabel sesuai kode etik dan standar
profesi dietesien
Misi :
a. Data wilayah
Puskesmas Melong Asih merupakan salah satu dari 13 (tiga belas) puskesmas
yang berada di lingkup Dinas Kesehatan Kota Cimahi, terletak di Jalan Melong Raya
Blok I
Nomor 1 RT 01/RW 31, Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas Melong Asih merupakan dataran rendah
terletak pada ketinggian sekitar 920 meter di atas permukaan laut, memiliki suhu udara
rata-rata sekitar 180C - 290C, dilalui oleh anak sungai dengan debet air dibawah 200 l/dt.
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Melong Asih berupa jalan beraspal yang dapat
dilalui dengan kendaraan roda dua dan empat, terdiri dari daerah pemukiman padat,
daerah perumnas/komplek perumahan dan daerah industri.
Berdasarkan peta wilayah kerja Puskesmas Melong Asih dapat dilihat bahwa batas
geografis wilayah kerja Puskesmas Melong Asih mencakup: Sebelah Utara : Kelurahan
Cibeureum (Kota Cimahi)
Wilayah kerja Puskesmas Melong Asih hanya meliputi sebagian dari seluruh RW yang ada di
Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan dengan luas 3.130 km2 terdiri atas 20 RW dan
108 RT, dengan rincian sebagai berikut, yaitu RW 06, RW 07, RW 09, RW 10, RW 11, RW 12,
RW
13, RW 14, RW 15, RW 16, RW 17, RW 19, RW 20, RW 22, RW 26, RW 27, RW 31, RW 32,
RW 33, dan RW 34. Sementara sebagian RW lainnya merupakan wilayah kerja Puskesmas
Melong Tengah
. Puskesmas Melong Asih cukup mudah dijangkau oleh sarana transportasi. Untuk mencapai
puskesmas, pasien dapat menggunakan kendaraan roda 4 dan 2 maupun kendaraan umum berupa
angkutan kota, delman, becak dan ojek. Rata-rata waktu tempuh ke puskesmas adalah 10 menit
menggunakan sepeda motor. Kondisi inilah yang memudahkan masyarakat mencari pelayanan
kesehatan.
b. Data Kependudukkan
1) Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Melong Asih Tahun 2020
No Data Jumlah
1 Penduduk Laki-laki 18.366 jiwa
2 Penduduk Perempuan 18.267 jiwa
Jumlah 36.633 jiwa
Sumber: Database Kependudukan Kota Cimahi
2) Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Puskesmas Melong Asih
Tingkat Pendidikkan
Tidak/blm Tamat tamat SLTP/ SLTA/ D1/D2 Akademi/D3 D4/ S2 S3
sekolah SD/ SD sederjat sederajat / S.muda S1
sederajat
1. Konseling dan suplementasi gizi ibu hamil (TTD dan makanan tambahan ibu hamil KEK)
2. promosi dan konseling PMBA (IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI dan melanjutkan menyusui
hingga 2 tahun atau lebih)
ruang lingkup kegiatan pelayanan Puskesmas merupakan pelayanan Giz di dalam gedung
(gedung Puskesmas) dan pelayanan Gizi di luar gedung, meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu Hamil,
Ibu Menyusui, bayi 0 – 23 bulan), balita dan remaja seperti Posyandu, Posbindu, sekolah dan
rumah masyarkat.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Terdapat 21 posyandu yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Melong Asih, dimana posyandu Sedap Malam pada RW 7 adalah
posyandu dengan balita terbanyak yaitu 282 balita dan paling sedikit adalah Posyandu Sari
Asih yaitu 29 balita.
Terdapat 21 indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Puskesmas Melong Asih
tahun 2020. Berikut adalah table 21 indikator kinerja tersebut.
3 Persentase ba yi 67 76.12
usia kurang da ri
an
6 bul SI
mendapat A
ekslusuf
4 Persentase bali ta 97 100
RT
mengkonsumsi
garam
beryodium
mendapat TTD
minimal 90
tablet selama
kehamilan
9 Persentas 37 d t TTD
e m a
e p
remaja puteri n a
8.33 Sek kan selama 28.67
olah pandemic
dili sehingga untuk
bur pemantauan tidak
maksimal
(2T)
17 Persentase balita <5% 0,21 4.79
di bawah garis
merah (BGM)
Terdapat 21 indikator dalam program gizi puskesmas, dari 21 indikator tersebut dapat
diindentifikasi cakupan yang rendah dan kesenjangannya yang paling tinggi, maka didapatkan
indikator yang cakupannya rendah dan kesenjangannya besar yaitu indicator cakupan Persentase
balita yang ditimbang berat badannya, Persentase remaja puteri mendapat TTD dan Persentase
ibu hamil yang mendapat TTD minimal 90 tablet selama kehamilan.
Prioritas masalah yang diangkat dari Puskesmas Melong Asih tahun 2020 adalah
Terdapat 21 indikator dalam program gizi puskesmas, dari 21 indikator tersebut dapat
diindentifikasi cakupan yang rendah dan kesenjangannya yang paling tinggi, maka didapatkan
indikator yang cakupannya rendah dan kesenjangannya besar yaitu indicator cakupan Persentase
balita yang ditimbang berat badannya, Persentase remaja puteri mendapat TTD dan Presentase
balita yang ditimbang naik berat badan (N/D)
BAB III
HASIL KEGIATAN
Pelayanan gizi adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial (UKM
esensial) seperti tercantum dalam pasal 36, ayat (2) Permenkes 43/2020 tentang
Puskesmas. Dengan terjadinya pandemi COVID-19, status tanggap darurat yang diikuti
dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berdampak signifikan
tidak hanya pada aktivitas masyarakat tetapi juga terhadap kondisi ekonomi sebagian
besar masyarakat yang bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan
berpengaruh terhadap menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan
pangan bergizi. Jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan terjadi kerawanan pangan
dan gizi terutama di wilayah-wilayah yang teridentifikasi rentan. Kerawanan pangan dan
gizi meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut (gizi kurang dan gizi buruk) pada
kelompok rentan, bahkan masalah gizi kronik (stunting) pun mungkin akan meningkat
jika penetapan tanggap darurat COVID-19 berlangsung dalam waktu yang cukup lama
(prolonged emergency situation).
Oleh karena itu, pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan
balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui pada situasi pandemi COVID-19
diharapkan dapat tetap berjalan dengan melakukan beberapa penyesuaian terkait dengan
kebijakan pembatasan sosial yang diatur oleh pemerintah daerah setempat untuk
mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Selain masalah Persentase remaja puteri mendapat TTD dan Persentase ibu hamil
yang mendapat TTD minimal 90 tablet selama kehamilan, masalah presentase balita yang
ditimbang tidak naik berat badannya juga perlu menjadi perhatian. Balita merupakan
kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan
zatzat gizi yang tinggi dan jumlah relative besar, Pada masa ini akan berpengaruh besar
terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Asupan zat gizi
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak dari bayi hingga masa remaja.
Diet seimbang tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga berfungsi
sebagai imunitas, penunjang kemampuan intelektual, dan pembentukkan emosional.
5.
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan waktu yang
tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu tadi
b. Seriuosness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkam isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah maslaah dan penyebab isu lain kalau masalah tersebut akan
menimbulkan maslah lain yang lebih serius
c. Growth
Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan
masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Dalam penerapan metode ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka masing masing
kriteria tersebut diberika skor dengan nilai ordinas, misalnya antara angka 1 menyatakan
terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi. Setelah diberikan skor maisng-maisng
kriteria, dilakukan perkalian untuk melihat masalah mana yang sangat kontras.
Berikut tabel perhitungan prioritas masalah cakupan program gizi tersebut.
Indicator U S G Skor
Persentase balita yang ditimbang berat badan nya 3 4 3 36
Persentase ibu hamil yng mendapat TTD minimal 90 tablet selama 3 4 5 60
kehamilan
Dari tabel prioritas masalah di atas, persentase balita yang ditimbang naik berat badan menjadi prioritas utama masalah gizi yang perlu
menjadi perhatian untuk diselesaikan. Persentase balita yang ditimbang naik berat badan menjadi prioritas ditunjang dengan data bulan
maret Puskesmas Melong Asih bahwa dari target pencapaian 70%, nilai capaiannya hanya 35,60%. Nilai ini menurun sangat drastis
dari capaian tahun 2020 75,57%.
Pemeliharaan kesehatan anak sebaiknya dilakukan dititikberatkan pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan. Upaya tersebut dapat dilakukan diposyandu yang merupakan salah satu
bentuk upaya kesehatan yang strategis, yang menyediakan layanan kesehatan masyarakat. Pada
lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
masa ini berlagsung pendek dan tidak dapat diulangi sehingga disebut masa keemasan (golden
period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis ( critical period). Penilaian
pertumbuhan balita dapat dilakukan dengan cara melakukan penimbangan berat badan (BB)
setiap bulan dengan tujuan untuk memantau pertumbuhannya. Tindak lanut hasil pemantauan
pertumbuhan dapat berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen gizi
dan rujukkan.
Berdasarkan laporan puskesmas penurunan anak ditimbang yang berat badannya naik
pada bulan maret 2021 sangat turun dari 75,57% menjadi 35,60% dari target capaian 70%. Berarti
sekitar 34.4% anak ditimbang berat badan tidak naik atau bahkan mengalami penurunan berat
badan. Perubahan berat badan merupakan indicator yang penting untuk memantau pertumbuhan
anak sehingga dapat diketahui apabila kenaikkan berat badan anak lebih rendah dari yang
seharusnya berarti pertumbuhan anak terganggu dan anak beresiko mengalami kekurangan gizi.
, dan lain-lain.
Menuurt Fachriana (2010) anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat dari anak
perempuan karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dari perempuan
Menurut Soetjiningsih (2008) anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi
rendah cenderung lebih kecil daripada anak dari keluarga status sosial tinggi
Menurut fachrina ( 2010) anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan hormone steroid adrenal yang berlebihan. Kondisi berakibat pada berkurangnya
pembentukkan horman pertumbuhan. Hasil penelitian lain dari Endan Rini Sukamti (2006)
tentang “pengaruh kesehatan terhadap percepatan pertumbuhan fisik anak usia 0-2 tahun”
menunjukkan bahwa seorang ibu yang memperhatikan dan menjaga ksehatan anak yang dalam
masa pertumbuhan akan berdampak positif terhadap perkembangan fisik maupun mental anak.
Menurut soetjingsih (2008) anak yang sehat biasanya memiliki tubuh yang lebih berat dari
anak sakit. Faktor kesehatan ini adalah faktor utama yang mengambarkan status kesehatan anak
secara umum. Faktor ini ditentukan status kesehatan anak itu, status gizi dan kondisi sanitasi.
Penelitian yang dilakukan UNICEF baru baru ini menunjukkan bahwa dengan tidak adanya
tindakkan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalam wasting atau kekurangan gizi akut
dibawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 ppersen (%) tahun ini karena
COVID19. Dalam laporan Puskesmas tahun 2020 rata – rata jumlah sasaran per tahun diwilayah
Puskesmas yaitu sebanyak 2384 balita, balita yang datang dan ditimbang di posyandu sebanyak
1055 balita, jumlah balita yang naik timbangannya sebanyak 481 balita, artinya terdapat 574
balita yang berat badan tidak nak bahkan mengalami penurunan. Hal ini menjadi gambaran
peningkatan resiko wasting, suatu kondisi yang ditandai dengan berat baan rendah jika
dibandingkan dengan tinggi badan. Kondisi pandemic yang diikuti dengan kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berdampak signifikan tidak hanya pada aktivitas masyarakat
tetapi juga terhadap kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat yang bekerja pada sektor
informal. Hal ini akan berpengaruh pada akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan
pangan bergizi. Jika hal tersebut tidak diantisipasi maka akan terjadi kerawanan pangan dan gizi
terutama di wilayahwilayah yang terindentifikasi rentan. Kerawanan pangan dan gizi
meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut (gizi kurang dan gizi buruk) pada kelompok
rentan, bahkan masalah gizi kronik (stunting) pun mungkin akan meningkat jika penetapan
tanggap darurat COVID-19 berlangsung dalam waktu yang cukup lama (prolonged emergency
situation).
Dari beberapa anak yang mengalami penurunan berat badan dan tidak mengalami
peningkatan berat badan, menurut wawancara dengan orangtuanya anak tersebut sedang
mengalami penurunan nafsu makan karena sedang sakit, ada juga disebabkan karena kebiasaan
anak yang tidak mau makan banyak dan pilih pilih makanan.
aktivitas ibu
ibu pekerja
38%
ibu rumah tangga
62%
Dari 20 ibu yang mengisi form ini, terdapat 13 orang ibu rumahtangga dan 8 orang ibu
pekerjaan
• Berdasarkan umur balita
Kategori umur jumlah
0-12 bulan 2
13-24 bulan 8
25 -36 bulan 2
37-48 bulan 4
49-60 bulan 4
Jumlah 20 balita
11%
25%
64%
1x
2x
lebih dari 2x
0
nasinasi dan kentangnasi,mie kentang rotinasi, mie, kentang
dari hasil survey juga ditemukan bahw 8 (40%) dari 20 balita tidak
a
3kali
40%
2kali
45%
Dari hasil tersebut bahwa dari 20 balita, 45% mengkonsumsi cemilan 2kali
dalam sehari, mengkonsumsi cemialn 3kali sehari 40%
mengkonsumsi protein hewani setiap hari dan jenis yang paling sering
dikonsumsi adalah ikan, telur, dan daging ayam. 15 balita dari 20 balita (75%)
tidak mengkonsumsi protein nabati setiap hari dan jenis nabati yang paling
dikonsumsi adalah tahu dan tempe. Begitu juga kebiasaan makan buah dan
sayur, dari 20 balita, 15 balita (75%) balita tidak mengkonsumsi sayur
hari,padahal 14 ibu balita (70%) mengaku anaknya menyukai dan suka makan
sayur. Terkait konsumsi susu formula 17 dari 20 balita mengkonsumsi susu
formula dengan frekuensi paling banyak 2-3kali sehari.
• Terkait kebiasaan makan anaknya, 5 ibu mengaku kebiasaan makan anaknya
baik. Sisanya menyatakan bahwa kebiasaan anaknya perlu perhatian khusus
karena hanyalahap 2-4 suap sisanya dilepeh, hanya mau makan ketika mood,
nafsu makannya menurun, dan makannya tidak pernah habis. 9 ibu
menyatakan anaknya suka lama menguyah dan makannya lama
• Terkait respon ibu, kebanyakkan ibu berpikir bahwa anaknya sudah kenyang
karena sudah ngemil sebelum makan.
Mengacu dari hasil kajian ini di dapatkan bahwa peran keluarga terutam ibu sangat
besar pada pemecahan masalah berat badan anak. Maka itu, dibuat rencana alternative
yang dapat dilaksanakan penyelenggara posyandu selama masa pandemic yaitu
dengan:
2. sharing dan tukar pikiran dengan ibu tentang segala factor yang berhubungan
dengan kondisi anak 1 bulan terakhir. Bagaimana pola makan dan cara
meningkatkan nafsu makan anak agar mau mengkonsumsi makanan sehat sesuai
kebutuhan sehari anak
3. Mengirimkan dan membagikan BUKU SAKU inovasi resep makanan yang mudah
dibuat oleh ibu. Resep makanan yang dibuat dapat berupa makanan selingan
maupun makanan utama. Mengedukasi ibu untuk menyiapkan makanan bervariasi
dan menyiapkan makanan yang menarik bagi anaknya.
IBU PIFJTAR,
KELUARGA SEHAT
Gambar contoh BUKU SAKU yang berisi modifkasi makanan
Rancangan Pemberian makanan Tambahan (PMT) menarik bagi anak balita
• Sosis
• Kentang
• Tepung maizena
• Telur
• Tepung roti
Cara membuat :
• Rebus kentang hingga lembek, hancurkan dengan garpu sampai jadi adonan. Tambahkan
garam, tepung maizena. Aduk rata
Menu baby Gurita ini adalah makanan selingan yang dibuat dari bahan pangan yang mudah
didapati dipasar yaitu kentang dan sosis. Menu diibuat diharapakan dapat menjadi alternatif bagi
anak balita untuk mengkonsumsi cemilan sehat. Cemilan ini tinggi kalori sehingga tepat di
konsumsi oleh anak yang sedang mengalami penurunan nafsu makan saat mengkonsumsi
makanan utama.
Bahan jumlah E KH P L
kentang 1 potong 87.5 20 20 -
Sosis 1 buah 50 - 7 5
Tepung 1 sdm 17.5 4 0.4 -
maizena
Warna 2 5 3 3 4 5 3 3 3.5
Porsi 3 2 5 5 4 4 3 3 3.6
Bentuk 2 4 5 3 4 3 5 3 3.6
Bumbu 3 3 2 2 4 5 4 3 3.3
Tekstur 2 2 5 3 3 5 4 3 3.4
Aroma 3 3 2 2 4 4 3 3 3
Tingkat 3 3 5 2 4 4 4 3 3.5
kematangan
overaall 3 3 4 4 4 4 4 3 3.7
Keterangan : Rata-rata hasil daya terima panelis pada menu ini adalah 3 yaitu netral
• Antropometri
berat badan april : 8,4 kg ; berat badan bulan maret : 8,8 kg
Tinggi badan : 75 cm
Status gizi BB/ U : berat badan kurang
Status gizi TB/U : sangat pendek (severely stunted)
Status gizi BB/PB : normal
Berat badan ideal : 11,1 kg
• Riwayat Makan
Riwayat makan adalah hasil wawancara bersama orangtuanya (ibu)
a. pasien suka pilih-pilih makan
b. lebih banyak mengkonsumsi cemilan dari pada makanan utama
c. pasien tidak memiliki jadwal makan, makanbersama ibunya atau makan
tergantung mood dan jika mau
DIAGNOSA
= 22 + 260,82 + 120
= 402,82 kkal
INTERVENSI
Tujuan diet :
Implementasi :
MONITORING EVALUASI
• Antropometri
berat badan april : 11,8 kg Tinggi
badan : 87,8 cm
• Riwayat Makan
Pasien termasuk anak yang pilih makanan
Jarang menghabiskan makanan, selalu makan dalam porsi sedikit
Sayur yang disuka hanya wortel
Biasanya makan 3x sehari, namun dalam porsi kecil
Menelan makanan lama Tidak
menyukai susu
DIAGNOSA
Asupan makanan secara oral kurang dari standar berkaitan dengan terbatasnya daya terima
makanan ditandai dengan asupan yang tidak konsisten
Perhitungan kebutuhan
= 995,15 kkal
INTERVENSI
Tujuan diet :
Implementasi :
Client History
Nama : M Firman
Umur : 4 tahun
Antropometri
Berat badan bulan april : 11 kg, berat badan bulan sebelumnya : 11 kg ( sasaran
tidak naik berat badan 3 bulan berturut
BB/TB : normal
IMT/U : normal
Riwayat Makan
DIAGNOSA
Asupan makanan secara oral kurang dari standar berkaitan dengan terbatasnya day terima
makanan ditandai dengan kecepatan pertumbuhan yang tidak sesuai
INTERVENSI
Tujuan diet :
Memodifikasi makanan agar pasien mengalami peningkatan daya terima makanan sehingga
• DATA BIOKIMIA
Tanggal 22 maret Tekanan Darah : 160/100
Kolesterol 303 mmHg
• ANTROPOMETRI
Berat badan : 50 kg (pasien mengatakan berat badan turun 1 kg )
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 22,2 ( normal)
• RIWAYAT MAKAN
1bulan terkahir pasien sering mengkonsumsi sate, udang dan lontong kari
Pasien suska mengkonsumsi daging merah
Suka mengkonsumsi jengkol goring
Pasien jarang makan sayur dan buah-buahan, selain pisang. Hampir setiap
hari makan pjsang
DIAGNOSA GIZI
Pemilihan makanan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang berkaiatan dengan kurang motivasi
untuk menerapkan makan sehat ditandai dengan meningkatnya nilai kolesterol pasien
=1, 132, 4 = 1133 kkal x aktvas fsik (termasuk kategori sedang 1,7
INTERVENSI
TUJUAN :
Implementasi :
Menganjurkan pasien melakukan diet rendah lemak dengan menunjukkan pemilihan bahan
makanan yang baik untuk diikonsumsi
Menganjurkan pasien meningkatkan asupan serat pasien, terutama serat larut air yang terdapat
pada apel, beras merah, sayur ,dan lain lain
Contoh menu sehari
Client History
Umur : 72 tahun
Antropometri
Berat Badan : 45 kg
IMT : 22,95
Data Biokimia
Keluhan : berobat ke puskesmas karena sakit lutut, menderita maag 1 minggu terakhir
Riwayat Makan :
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi buah karena asam dan merasa tidak baik bagi lambung
Pengetahuan yang tidak akurat berkaitan dengan kepercayaan yang salah mengenai makanan
ditandai dengan tidak mengkonsumsi buah karena takut meningkatkan asam lambungnya
= 1200, 72
INTERVENSI
Memberi diet rendah garam III (1200 mg Na) dengan menganjurkan membatasi makanan olahan
dan makanan asinan
Menganjurkan pasien untuk tetap mengkonsumsi buah. Memberi edukasi tentang fakta dan mitos
tentang buah dapat membuat asam lambung naik
Beri penjelasan tentang jadwal dan pola makan yang baik untuk penderita maag, dengan makan
tepat waktu, dan makan dengan porsi kecil namun sering untuk mencegan pengosngan lambung
MONITORING EVALUASI
Asupan makan pasien, apakah pasien telah menjalankan anjuran yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya
Contoh menu sehari :
Bahan :
cara membuat :
• buat tepung kacang hijau dengan meng-sangrai kacang hijau, setelah disangrai, dinginkan
lalu blender hingga halus menjadi tepung
• campurkan tepung terigu dan tepung kacang hijau dengan perbandingan 65 gr : 35 gr
• masukkan margarin. Aduk hinggan menyatu
• tambahkan kuning telur
• cetak adonan dalam cetakkan. Tusuk bagian dasar pie dengan garpu. Panggang selama 20
menit
• sambil menunggu, buat vla untuk isian pie. Campurkan tepung maizena dengan setengah
susu, masukkan kuning telur. Aduk rata dan sisihkan sebentar
• rebus sisa susu dengan gula hingga mendidih, masukkan campuran tepung maizena tadi.
Aduk cepat
• hingga meletup. Masukkan margarin dan vanili. Aduk rata hingga mendidih. Angkat
tuangkan secukupnya ke atas pie. Letakkan buah diatasnya.
• Letakkan di kulkas sbntar
Analisis terkait Menu “Pie buah”
Pie buah ini diinovasikan menggunakan tepung kacang hijau. Tanaman kacang hijau sebagai
sumber protein nabati dan karbihidrat sangat berguna bagi pemenuhan gizi keluarga. Kacang
hijau kaya akan protein seperti Isoleusin 6,95%, Leucin 12,90%, Lysin 7,94%, Methionin 0.84%
dan asam amoni nonesensial lainnya. Kacang hijau mengandung banyak nutrisi, salah satunya
adalah potassium yang baik untuk kerja jantung, serta beberapa vitamin dan mineral yang dapat
mengontrol tekanan darah. Pada studi Kasus yang dilakukan oleh peneliti, 3 pasien PTM dengan
keluhan datang berbeda dan memiliki Tekanan darah tinggi sama sama memiliki riwayat jarang
mengkonsumsi sayur, dan buah-buahan dan cenderung mengkonsumsi selingan seperti gorengan
Nilai gizi pie buah
Bahan jumlah E KH P L
Kacang hijau 250 gr 900 84 60 36
Tepung 100 gr 350 80 8
terigu
Kuning telur 1 btr 75 7 5
Margarin 10 gr 100 10
Susu UHT 250 ml 150 12 8 8
Tepung 25 gr 43.75 10 4
maizena
overaall 4 5 5 4 4 4 4 4 4.25
Keterangan : rata rata hasil daya terima panelis terhadap menu ini adalah 4, yaitu suka
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh banyak
faktor, sehingga penanggulannya tidak cukup dengan pendekatan medis maupun
pelayanan kesehatan saja ( Supariasa dkk, 2012). Selain 21 indikator program gizi, ada
10
besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas Melong Asih tahun 2020,
yaitu
diagnosa L P Grand total
Penyakit saluran pernafasan Atas akut 1357 1667 3024
Hipertensi primer 506 1145 1651
Myalgia 478 988 1466
Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 240 375 615
Diare dan Gastroenterititis 245 260 505
Dispepsia 132 372 504
Demam yang tidak diketahui sebabnya 241 257 498
Diabetes Melitus tidak spesifik 143 334 477
Gastritis 118 335 453
Tuberkulosa paru Bta (+) 176 250 426
Dari data tersebut 3 penyakit terbanyak adalah ISPA, Hipertensi, dan Myalgia.
Dari studi kasus yang dilakukan oleh peneliti 3 sasaran yang menjadi studi kasus peneliti
mempunyai pola makan yang sama yaitu jarang mengkonsumsi sayur dan buah dan
masih belum mengontrol asupan natrium sehingga hal itu terlihat dari tekanan darah ke
tiga sasaran yang tinggi dan lebih dari normal 120/80 mmHg.
Hipertensi adalah kondisi ketika terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis, dan
dalam jangka panjang yang menyebabkan kerusakkan organ serta akhirnya meningkatkan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu yang dapat diubah dan yang tidak
dapat diubah. Faktir yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin,
gender/suku/ras. Peningkatan tekanan darah sisitolik terjadi pada umur diatas 50 atau 60
tahun dan tekanan darah sistolik mulai menurun. Penyebab hipertensi yang dapat diubah
antara lain berat badan, aktivutas fisik, stress, kebiasaan merokok, minuman beralkohol,
dan asupan makanan tidak sehat seperti makanan tinggi garam tetapi kurang sayuran dan
buah-buahan. Informasi dari website kota cimahikota.go.id desember 2019, pola
konsumsi pangan masyarakat masih menunjukkan kecenderungan kurang beragam dari
jenis pangan dan
keseimbangannya. Disamping itu, konsumsi sayur dan buah-buahan, umbi umbian,
pangan hewani dan kacang kacangan masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu peneliti mencoba membuat suatu menu menggunakan bahan pangan local,
seperti ikan nila agar meningkat konsumsi masyarakat akan ikan
Beras
Beras ketan
Timun jepang
Wortel
Telur
Daging ikan nila giling
Tepung terigu
Bawang putih
Bawang merah
Lada
Garam
Cara membuat :
1. Buat dahulu nugget ikan nila dengan mencampurkan ikan nila dengan bawang merah
bawang ptih giling lada garam dan tepung terigu. Aduk rata hingga rata. Kukus
hingga matang
2. Setelah matang potong memancang balur di telur lalu di tepung roti. Lalu goring
hingga kecoklatan
3. Buat nasi sushi dengan memasak beras dicampur beras ketan putih. Ketika masak
dengan kaldu
4. Potong wotel memanjang goreng 30 detik
5. Buat telu telur dadar tipis. Lalu letakkan di atasnya nasi+ wortel+ timun + nugget ikan
6. Gulung telur hingga isi di dalamnya padat
7. Ptong dan sajikan. Tusuk dengan lidi agar tidak mudah lepas
Bahan jumlah E KH P L
nasi 25 g 43.75 10 1 -
Nasi ketan 25 gr 43.75 10 1
Timun jepang 50 gr 12.5 1.25 0.25 -
Wortel 50 gr 12.5 12.5 0.25 -
Daging ikan nila 100 gr 96 - 20.08 1.7
Tepung terigu 50 gr 87.5 20 2 -
telur 2 btr 150 - 14 10
20 potong Total 446 42.5 38.58 11.7
1 slise 22.3 2.13 2 0.6
Warna 3 5 4 4 4 3 3 3 3.6
Porsi 4 4 2 4 3 3 2 3 3.2
Bentuk 5 4 4 4 4 3 3 3 3.8
Bumbu 3 5 3 3 3 2 4 3 3.3
Tekstur 5 5 4 4 4 3 4 3 4
Aroma 2 3 4 2 4 2 3 3 2.9
Tingkat 5 5 4 3 3 2 3 3 3.5
kematangan
overaall 4 5 4 3 4 2 3 4 3.7
Hasil uji organoleptic, menunjukkan bahwa daya terima menu ini adalah 3.5 yaitu netral
BAB IV
4.1 Simpulan
1. Alternatif program gizi yang direncanakan yaitu mebuat BUKU SAKU yang
berisi cara pembuatan PMT dan info gizi pada ibu dalam menyiapkan makanan
bergizi bagi balitanya
2. gamabaran makan balita menurut survey konsumsi makan diketahui bahwa balita
masih sangat kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang
dan bervariasi, bahkan balita lebih sering mengkonsumsi jajan warung atau
cemilan daripada menu utama
3. Studi kasus yang dilakukan peneliti, rata rata pasien yang memiliki tekanan
darh tinggi memiliki riwayat pemilihan makan yang salah dan masih sangat
jarang mengkosumsi sayur dan buah setiap hari
4.2 Saran
1. peran ibu sangat diperlukan dalam menentukan status gizi anak, karena itu ibu
perlu terus di dorong dan di edukasi dalam menyiapkan asupan bergizi
seimbang bagi anaknya.
2. Perlu nya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi sayur
dan buah dan konsumsi pangan bervariasi agar memenuhi gizi seimbang
DAFTAR PUSTAKA
ILMU GIZI: TEORI & APLIKASI. (2017). Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Dari,Rizky Anggun & Nurlela Hasan. 2017. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERTUMBUHAN FISIK ANAK BALITA DIPUSKESMAS SUKAMAKMUR KABUPATEN
ACEH BESAR. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Falkutas Keperawatan. Vol 2 (4)
Ratnasari, Diah, Yuniarti Dewi R, dkk. 2021. Potensi Kacanh Hijau Sebagai Makanan Alternatif
Penyakit Degeneratif. JAMU. Vol 1 (2)