Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN PRODUK ENTERAL BUBUK BAGI PASIEN PPOK

1600 KKAL
INSTALASI GIZI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

Untuk melengkapi salah satu tugas rotasi


Penyelenggaraan Asuhan Makanan Diet Rumah Sakit

RSUP Dr. Hassan Sadikin Bandung

Disusun oleh :

Jessica Winel Tiblola ( P17331112710 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN GIZI PRODI PROFESI DIETISIEN

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Penugasan rotasi PAMDRS dengan judul


“Pengembangan Produk Enteral Bubuk Bagi Pasien Ppok 1600 Kkal”
Instalasi Gizi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

Telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing


RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Bandung, Juni 2022

Pembimbing,

Dyah Widyastuti, SKM, M.KM, RD


Sri Afiani Soelistyawati S, S.Gz, RD
NIP. 19740606199703200
NIP. 196905171994032004

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang besar penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
sebagai Tuhan dan Juru Selamat atas kasih karunia dan penyertaan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan rotasi gizi penyelenggaraan makanan dengan
judul “Pengembangan Produk Enteral Bubuk Bagi Pasien Ppok 1600 Kkal Instalasi
Gizi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung” dengan sebagaimana mestinya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Judiono, MPS. selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Bandung
2. Ibu Yenny Moviana, MND.,RD selaku Ketua Prodi Profesi Gizi

3. Ibu Agustina Indri Hapsari, SST. M.Gizi, selaku dosen pembimbing Rotasi
Gizi Penyelenggaraan Makanan Diet Rumah Sakit (PAMDRS)
4. Ibu Dyah Widyastuti, SKM., MKM, RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
5. Ibu Dyah Widyastuti, SKM, M.KM, RD selaku pembimbing tugas
Pengembangan Enteral Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6. Teman teman kelompok 2 bang Billah, Mia, syifa, dan Nur’aini yang telah
luarbiasa menjadi support system untuk semangat menyelesaikan laporan ini.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini

Tentu laporan ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saran dan kritik sangat
dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam menambah
pengetahuan dan wawasan.

Bandung, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3


2.1 Review Literatur .................................................................................... 3
2.2. Makanan Enteral .................................................................................... 3
2.3. Terapi Gizi Pasien PPOK ...................................................................... 4
2.4. Labu Kuning… .......................................................................................5
2.5 Definisi Operasional .............................................................................. 7
2.6 Syarat dan Preskripsi Diet ..................................................................... 9
2.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 9
2.8 Teknik Analisis Data ............................................................................ 10

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 11


3.1. Waktu Pelaksanaan. ............................................................................ 11
3.2. Bahan dan Cara Membuat ................................................................... 11
3.3. Analisis Zat Gizi..................................................................................12
3.4. Analisis Biaya ..................................................................................... 13
3.5. Uji Organoleptik ................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan...........................................................................................20
4.2 Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 21
DOKUMENTASI ..................................................................................... 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam penyelenggaran makanan yang dilakukan dalam jumlah besar atau


massal diperlukan suatu sistem agar dapat menghasilkan makanan yang
bermutu,tepat, efisien, dan sesuai dengan kondisi dan harapan dari konsumennya.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit merupakan serangkaian kegiatan
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, memasak
makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan, dan penilaian (Kemenkes RI,2003).

Nutrisi enteral didefinisikan sebagai pemberian makanan yang langsung


diberikan ke traktus gastrointestinal pasien (pipa nasogastrik, pipa nasointestinal,
pipa gastrostomi, pipa jejunostomi). Terdapat dua macam formula enteral, yaitu
formula komersial dan formula blenderized. Formula enteral komersial adalah
formula yang diproduksi oleh suatu industri dan diberikan dalam bentuk cairan
dari berbagai viskositas atau dalam bentuk bubuk dengan kondisi yang selalu
steril. Kelebihan dari formula enteral komersial yaitu memiliki komposisi
makronutrien yang seimbang, akan tetapi formula ini tidak dicakup oleh asuransi
kesehatan, sehingga menimbulkan beban keuangan lebih lanjut pada pasien. Oleh
karena itu kebutuhan zat gizi pasien dapat dipenuhi tidak hanya dari formula
enteral komersial namun juga dari formula enteral blenderized. Formula enteral
blenderized adalah makanan cair yang terbuat dari bahan makanan utuh yang
kemudian diblender dan diperuntukkan bagi pasien yang mendapatkan makanan
melalui pipa (tube feeding).

Pada kesempatan ini penulis ingin meneliti dan membuat Formula Enteral
Rumah Sakit (FRS) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan tujuan untuk
menambah variasi pengembangan produk enteral yang diberikan kepada pasien

15
yang memiliki harga ekonomis dibandingkan dengan formula komersial yang
mungkin cukup mahal sehingga dibutuhkan alternatif bahan makanan yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk membuat formula enteral rendah natrium dan
rendah lemak dengan berharga ekonomis.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatkan rumusan masalah penelitian


sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh pengembangan labu kuning menjadi
Produk Enteral Bubuk Bagi Pasien Ppok 1600 Kkal terhadap kualitas formula
meliputi pemenuhan persyaratan diet pasien PPOK dan sifat organoleptik?”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap
kualitas formula meliputi pemenuhan persyaratan diet pasien PPOK dan sifat
organoleptik.
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan standar formula enteral yang memenuhi persyaratan makanan


enteral 1600 kkal untuk pasien PPOK
2. Mendapatkan data kandungan zat gizi enteral berbahan labu kuning

3. Mendapatkan data sifat organoleptik (warna, rasa, aroma, dan konsistensi)


formula enteral Labu kuning.
4. Mengetahui harga produksi formula enteral berbahan labu kuning

25
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Review Literatur

PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara disaluram napas yang bersifat progresif
nonreversible atau reversible parsial. PPOK terdiri atas bronchitis kronis dan
emfisema atau gabungan keduanya. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal diserta kerusakkan dinding alveoli sehingga
pasien selalu kehabisan napas dan lebih sulit aktif.
Pasien dengan PPOK rentan memiliki status gizi yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh kesulitan yang dihadapi pasien untuk makan dan adanya
penurunan nafsu makan. Hubungan antara nutrisi dan PPOK yaitu efek
katabolisme, salah satunya dengan status gizi. Klien PPOK mengalami asupan
kalori yang kurang, tubuhnya akan memecah protein yang terdapat dalam otot
termasuk otot-otot pernapasan. Hilangnya lean body mass pada setiap otot akan
berdampak pada fungsi otot tersebut. Malnutrisi yang dialami pasien PPOK dapat
terjadi karena bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik yang menyebabkan hipermetabolisme.
Kondisi ini berpengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, dan fungsi paru,
kekuatan dan ketahanan otot pernafsan, mekanisme pertahanan imunitas paru, dan
pengaturan nafas.

2.2.Makanan Enteral

Makanan enteral atau formula enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang
dapat diberikan secara oral maupun melalui pipa selama saluran pencernaan
masih berfungsi dengan baik. Formula enteral diberikan pada pasien yang tidak
bisa makan melalui oral seperti dalam kondisi penurunan kesadaran, gangguan

37
menelan(disfagia), dan kondisi klinis lainnya atau pada pasien dengan asupan
makan via oral tidak adekuat.
Prinsip/syarat Formula Enteral standar adalah kandungan energi ± 1,0 – 2
kkal/ml, protein 12 – 20 %, lemak 30 – 40 %, dan karbohidrat 40 – 60 %
(Sharma & Joshi, 2014). Syarat penting lainnya adalah viskositas dan
osmolaritas.
Menurut Bierd et al, (1980) dalam Huda, tahun 2014, viskositas dapat
didefinisikan sebagai suatu cara untuk menunjukkan daya aliran yang diberikan
oleh suatu cairan. Viskositas dapat mengukur kecepatan dari suatu cairan
mengalir melalui pipa gelas. Formula enteral harus dapat mengalir dalam pipa
makanan ukuran 8 – 14 French.
Penelitian Aitonam tahun 2006 dalam Huda (2014) menyebutkan viskositas
makanan cair DM komersial di RS Cipto Mangunkusumo berkisar 7 – 13,5 cP.
Penelitian lain melaporkan viskositas optimum formula enteral(blenderized)
berkisar antara 3.5 – 10 cP (Itoh et al, 2016). Viskositas pada formula enteral
sangat penting karena berpengaruh pada kelancaran masuknya makanan enteral
ke dalam selang, berpengaruh pada metode pemberian/feeding, dan menentukan
ukuran selang (tube) yang digunakan. Semakin tinggi viskositas formula akan
semakin sulit untuk dialirkan dan meningkatkan resiko terjadinya sumbatan di
dalam pipa makanan. Sebaliknya, formula enteral dengan viskositas yang rendah
dapat menyebabkan diare atau muntah sehingga mempersulit pemenuhan
kebutuhan gizi pasien (Itoh et al, 2016).Osmolaritas sama dengan cairan tubuh
350 –400 mOsm/L atau osmolalitas 290 mOsm/kg

2.3. Terapi Gizi pasien PPOK

Untuk merencanakan terapi gizi untuk pasien PPOK, identifikasi terkait


penyebab berkurangnya asupan makan perlu dilakukan. Asupan oral pasien PPOK
sering tidakadekuat karena beberapa factor, yaitu anoreksia, cepat kenyang, sesak,
kembung dan keadaan tubuh yang lebih yang membatasi aktivitas makan. Hal

47
inilah yang menyebabkan pasien dengan PPOK derajat sedang atau berat dapat
mengalami asupan diet yang rendah, kehilangan berat badan, dan kakesia.
Pernafasan atau respirasi adalah proses reaksi kimia yang terjadi bila sel tubuh
menyerap oksigen, menghasilkan Co2 dan air. Pemberian makanan tinggi energy
perlu disesuaikan dengan keadaan pasien, terutama dalam penentuan jumlah
karbohidrat. Hal ini dikarenakan karbohidrat tinggi akan meningkatkan kadar Co2
yang pada akhirnya meningkatkan tekanan pada system ventilator. Dalam
pengaturan diet pada pasien PPOk, tatalaksana terapi diet adalah mengurangi
asupan sumber karbohidrat dan meningkatkan asupan sumber lemak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ruth R widjaja (dkk) pemberian diet
rendah karbohidrat dapat menurunkan kadar Co2 dan memperbaiki respirasi pasien
PPOK. Pemberian makanan khusus dalam bentuk cair dapat membantu proses
pencernaan dan pengosongan lambung lebih cepat dari diet mengkonsumsi nasi.
Secara teoritis, pross pencernaan makanan membutuhkan energy yang cukupbesar
sedangkan pasien PPOK membutuhkan energy untuk kerja otot-otot pernafasan.
Makanan padat menyebabkan lambung terisi penuh dan perlu waktu lama untuk
pengosongannya. Lambung yang penuh akan mendorong diafragma keatas
sehingga mengganggu pengembangan paru dan menyebabkan pasien bertambah
sesak.

2.4.Labu Kuning

Labu kuning termasuk salah satu jenis tanaman yang bisa ditemui di hampir
semua kepulauan nusantara karena pemeliharaannya yang mudah. Labu kuning
dapat dijadikan pangan fungsional, karena kandungan gizinya yang cukup lengkap
dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pangan
fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen
pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu yang
terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Labu kuning
mengandung kadar air cukup tinggi dan memiliki volume besar yang menyebabkan

57
mudah rusak selama proses pengangkutan sehingga perlu diolah menjadi suatu
produk yang lebih tahan lama dalam penyimpanan dan praktis, seperti menjadi
tepung. Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang
lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diolah dan dibentuk menjadi berbagai
macam olahan makanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta lebih
mudah dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis.

Gambar 2.1 Labu Kuning

Labu kuning diketahui mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh salah satunya adalah protein. Protein merupakan zat gizi yang paling penting
bagi tubuh, karena berfungsi sebagai sumber energi, selain itu protein juga
berfungsi membentuk jaringan baru. Labu kuning memiliki ciri khas warna kuning
cerah pada daging yang menunjukkan bahwa labu kuning mengandung salah satu
pigmen karotenoid yaitu β- karoten. Labu kuning dianggap sebagai rajanya β-
karoten (Winarni, 2006). Dikatakan sebagai rajanya β -karoten karena kandungan
karotennya yang sangat tinggi, sehingga warna kuning pada labu kuning yang
membantu melindungi tubuh dengan menetralkan molekul oksigen jahat yang
disebut juga radikal bebas (Majid, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau
molekul yang mempunyai elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan
tersebut menyebabkan radikal bebas sangat reaktif yang kemudian menangkap atau
mengambil elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat, dan DNA
untuk menetralkan diri. Radikal bebas dapat masuk kedalam tubuh dan menyerang
sel-sel yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan fungsi dan
strukturnya.

67
2.5. Definisi Operasional

2.5.1. Formula Enteral Cair


Definisi: Uraian bahan makanan dan berat yang digunakan dalam

pembuatan enteral

Alat ukur: Timbangan digital

Cara ukur : Menimbang bahan-bahan yang digunakan

Skala : Interval

Hasil ukur : Formulasi enteral

2.5.2. Kandungan Zat Gizi


Definisi Jumlah kandungan zat gizi yang terkandung dalam formula enteral

: berbahan dasar labu kuning

Alat ukur Nutrisurvei

Cara ukur Menghitung menggunakan Microsoft Excel

Skala : Interval

Hasil ukur Gram, milligram dan microgram

7
11
2.5.3. Sifat Organoleptik

Definisi Karakteristik produk enteral yang dinilai melalui anggota tubuh


yaitu panca indera :
:
a. Warna merupakan respon indera penglihatan terhadap
enteral
b. Besar porsi adalah besarnya porsi bahan makanan per
sajian pada tiap kali makan
c. Rasa merupakan respon indera pengecap terhadap enteral

d. Konsistensi merupakan respon indera peraba yang bersifat


kompleks dan terkait dengan struktur bahan
e. Aroma merupakan respon indera pencium terhadap

Enteral

f. Tingkat kematangan merupakan indikator matang atau


tidaknya suatu makanan
g. Overall merupakan penilaian enteral secara keseluruhan
Alat ukur : Formulir uji hedonik
Cara ukur : Uji hedonik

Skala : Ordinal

Hasil ukur : Skala organoleptik 1 – 5

8
11
2.6. Syarat dan preskripsi diet

a. Tujuan :

 Untuk memenuhi kebutuhan asupan zat gizi dengan


mempertimbangkan keadaan PPOK yang dialami pasien
b. Preskripsi dan syarat diet :

 Pemberian asupan 1600 kalori/hari sesuai dengan kebutuhan pasien

 Pemberian KH 45% dari kebutuhan, lemak 35% dari kebutuhan, dan


protein 20% dari kebutuhan
 Makanan yang diberikan menjadi 6x dalam porsi kecil

 Makanan tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap

 Sangat rendah sisa (residu)

2.7. Teknik pengumpulan data

Data primer sifat organoleptic makanan enteral diperoleh melalui uji


mutu hedonik (kesukaan) pada aspek warna, aroma, rasa, dan tekstur dengan
skala 1-5. Uji ini melibatkan 15 orang panelis yang tidak terlatih dengan kriteria
sehat wal’afiat, tidak mengalami kehilangan indra penciuman, tidak mengalami
gangguan indra pengecap. Data dari setiap panelis dihitung dan ditabulasikan
sehingga dapat dilihat skala rata-rata penerimaan produk pada panelis.

Selain data primer, data uji alir juga diperlukan untuk mengetahui
apakah makanan enteral yang dbuat dapat diberikan kepada pasien yang
menggunakan NGT. Uji yang digunakan adalah uji alir (Flow behavior

13
9
2.8.Teknik Analisis Data

Kualitas produk yang dihasilkan dianalisis melalui uji organoleptic


dengan pendekatan uji hedonic (kesukaan). Mutu hedonic adalah uji dimana
panelis menyatakan kesan pribadi tentang baik atau buruk. Kesan mutu hedonic
lebih spesifik tidak sekedar suka atau tidak suka tetapi bersifat spesifik dari sifat
khas produk. Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan
ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rata-rata pada setiap panelis
pada tingkat kepercayaan 95%. Skoring 1-5 mewakili skor sangat suka, suka,
agak suka,biasa, agak suka, tidak suka, sangat tidak suka
Terkait dengan fungsinya untuk pasien yang menggunakan NGT, maka
produk ini juga akan menggunakan uji alir. Cara melakukan uji alir adalah
sebagai berikut :
1. Pasang spuit dan selang NGT

2. Setelah produk telah dibuat, alirkan 50 ml produk enteral tersebut dalam selang
NGT dengan ketinggian 92 cm
3. Tekuk selang bagian atas tepat dibawah spuit (sebagai titik start)

4. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan formula dalam selang

5. Stopwatch dihentikan ketika produk telah melewati spuit (garis start)

6. Catat dalam ml/detik

10
14
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Waktu pelaksanaan

Hari : Kamis, 12 Mei 2022


Tempat : Lab Tekpang Poltekkes Bandung

Tanggal : 12 Mei 2022


Waktu : Total waktu pengerjaan makanan enteral adalah 90 menit

3.2. Bahan Cara membuat

Formula yang digunakan pada penelitian utama adalah formula yang digunakan
sesuai resep asli. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan makanan enteral
diantaranya sendok pengaduk, gelas ukur, kompor gas, saringan, wadah, panic,
sendok.
Tahap-tahap pembuatan makanan enteral dapat dilhat pada alur berikut (gambar 2).
Bahan bahan yang digunakan diantaranya tepung labu kuning, susu full krim, susu
skim, tepung kuning telur, minyak jagung,.
1. Bahan yang digunakan :

a. Tepung labu kuning 65 gr d. susu full cream 70 gr


b. Gula 50 gr e. susu skim 70 gr
c. Minyak 50 gr f. kuning telur 35 gr

2. Alat yang digunakan :

Sendok pengaduk

Panci
Kompor

15
11
Saringan
Wadah plastik
Blender
Oven

Selang NGT

3. Cara pembuatan

Buat tepung kuning telur dengan mengeringkan kuning telur


dalam oven. Setelah kering, belnder hingga menjadi halus

Masukkan campuran tepung labu, susu skim bubuk,susu full


cream bubuk, tepung kuning telur dan gula yang telah dihaluskan .
masukkan minyak jagung, aduk merata smua bahan

Keringkan sekali lagi smua bahan dalam oven

Bahan ditimbang,

Gambar 3.1 Diagram alur pembuatan makanan enteral

12
3.3. Analisa Nilai gizi
Bahan makanan Gram Energi P L KH

berat
Bahan Energi protein lemak Karbohidrat
(gr)
tepung labu kuning 65 208.5005 5.0895 0.6825 45.5
susu skim 160 574.4 56.96 1.6 83.2
susu full cream
bubuk 80 112 5.6 5.6 10.4
Kuning telur ayam 35 124.25 5.705 11.165 0.245
minyak jagung 50 400 0 45 0
gula pasir 50 193.5 0 0 49.99

Total 1612.651 73.3545 64.0475 189.335


Kebutuhan 1600 72 62.22222 188

Asupan energi dari makanan harus seimbang dengan kebutuhan energi


individu, asupan energi yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Asupan energi yang kurang dari kebutuhan tubuh akan menyebabkan
tubuh menggunakan cadangan energi tubuh, bila kondisi berlangsung lama maka
akan terjadi penurunan berat badan dan berpengaruh terhadap status gizi.

Sumber utama energi bagi tubuh berasal dari karbohidrat, karbohidrat


menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh kemudian mengubahnya menjadi energi
(Almatsier,2003). Glukosa akan diserap dan masuk ke dalam darah kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh, jaringan hepar, otot skelet, ginjal, otak, sel darah
merah, jaringan lemak dan jaringan lain. Asupan glukosa yang tidak adekuat akan
menyebabkan tubuh memecah glikogen menjadi glukosa melalui proses
glikogenolisis, apabila proses glikogenolisis berlangsung dalam waktu yang lama
maka akan menyebabkan terjadinya penurunan status gizi.

Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar sesudah

17
13
air. Fungsi utama protein ialah membangun serta memelihara jaringan tubuh.
Fungsi lain ialah sebagai pembentu ikatan-ikatan esensial tubuh, seperti hormon,
enzim dan antibodi, mengatur keseimbangan air dan mengangkut zat-zat gizi.
Protein juga merupakan sumber energi yang ekivalen dengan karbohidrat. Jika
asupan karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi dengan mengalahkan fungsi utama protein
sebagai zat pembangun. Sebaiknya apabila asupan karbohidrat makanan
mencukupi, maka protein akan digunakan sebagai zat pembangun.

Sumber energi tubuh selain dari karbohidrat dan protein juga berasal dari
lemak. Lemak mempunyai fungsi sebagai sumber energi dan penghemat protein.
Ketika kadar glukosa di dalam tubuh terbatas, maka sel akan menggunakan asam
lemak untuk membentuk glukosa dan energi. Lemak dapat menghemat
penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein tidak digunakan
sebagai sumber energi.

3.4. Analisa Biaya

Pembuatan formula enteral harus memperhatikan biaya yang dibutuhkan dalam


pembuatannya agar sesuai dengan food cost yang sudah ditetapkan rumah sakit.
Biaya bahan makanan yang dibutuhkan untuk membuat formula modifikasi enteral
dan formula enteral cair rendah garam 1600 kkal di RSUP Dr. Hasan Sadikin, serta
perbandingannya dengan formula enteral rumah sakit dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

17
14
Harga Formula Enteral

Bahan Berat dibeli harga Berat yang Harga


dipakai

Tepung Labu 100 g 13.000 65 g 8.450

Susu skim Tropical naslim 180 g 35.000 160 g 31.100


Susu full cream fraisain Flag 400 g 41.500 80 g 8.300
Tepung kuning telur 45 gr 12.000 35 g 9.300
Minyak jagung ml /450 g 64.600 50 g 7.200
Gula pasir ¼ kg 5.000 50 g 1.000

Total 65.350

Menghasilkan 30 sachet, isi 20 gr 2.178


=2.200

Berdasarkan tabel diatas harga formula enteral bubuk labu kuning 1600 kkal
sebesar Rp 2.200per porsi atau sajian.

Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan kepada 15 orang panelis menggunakan metode uji


hedonik dengan lima skala, yaitu sangat tidak suka (1), tidak suka (2), netral (3),
suka (4), dan sangat suka (5). Berikut merupakan tabel hasil uji cita rasa
berdasarkan analisis dari panelis menurut tingkat kesukaan terhadap warna, besar
porsi, konsistensi, aroma, tingkat kematangan, rasa, dan overall :

17
15
Aspek penilaian Tingkat kesukaan Total
1 2 3 4 5
N % n % n % n % N %
Warna 2 13,33 3 20 7 46,7 3 20 100 100%
Porsi 4 26.7 10 66,7 1 6,7 100%
Konsistensi 9 60 6 40 100%
aroma 6 40 6 40 3 20 100%
Tingkat 4 26.7 9 60 2 13.33 100%
kematangan
rasa 1 8 53,3 4 26,7 2 13.33 100%
keseluruhan 6 40 9 60 100%

warna yang dihasilkan dari produk ini adalah berwarna cokelat muda seperti gambar
berikut :

Gambar 3.2 Produk serbuk enteral

17
16
Gambar 3.3 produk setelah diseduh

warna

3 3

STS TS NETRAL S SS

Dari hasil penilaian panelis, diketahui bahwa dari 15 panelis terdapat 2 panelis yang
sangat tidak suka dan 2 panelis yang tidak suka. Para panelis tersebut menyampaikan
bahwa warnanya kurang bagus dan agak keruh. Terdapat 7 panelis yang memberikan
jawaban netral ,dan 4 panelis suka.

17
17
konsistensi

STS TS NETRAL S SS

Penilaian konsistensi 9 panelis menilai netral dan 6 panelis menilai suka

porsi

10

STS TS netral S SS

Pada penyajiannya produk ini dikemas dalam platik berukuran 20 gr dan disajikan
pada sebuah cup seperti pada gambar 3.3. Sejumlah 4 panelis netral terhadap
penilaian, 5 panelis menyampaikan suka dan 1 panelis sangat suka.

17
18
6 panelis menilai netral terhadap aroma produk, 6 panelis menilai suka terhadap
aroma produk, 3 panelis menilai sangat suka terhadap aroma produk.

tingkat kematangan

STS TS NETRAL S SS

Penilai tingkat kematangan 4 panelis menilai netral terhadap produk ini, 9 panelis
menyampaikan suka, dan 2 panelis menyampaikan sangat suka

17
19
rasa

2
1

STS TS NETRAL S SS

Terhadap penilaian rasa 1 panelis menilai tidak suka, 8 panelis menilai netral, 4
panelis menilai suka, dan 2 panelis menilai sangat suka. Beberapa panelis
menyarankan untuk menambahkan pada gula dan eksrak. Hal ini disebabkan karena
rasa dari entral ini agak tawar, jika ditambahkan gula akan lebih menyempurnakan
rasanya.

keseluruhan

STS
TS
40%
netral
60%
S
SS

Secara umum tingkat penilaian keseluruhan dari produk ini, 60% pasien suka
terhadap produk ini dan 40% pasien menilai netral pada produk ini.

17
20
3.6 Uji Daya Alir

Uji daya alir dilakukan dengan menggunakan selang NGT. Pada tahap ini,
50 ml cairan produk dimasukkan kedalam spuit, dalam posisi selang ditekuk
terlebih dahulu. Ketika selang diluruskan, langsung hitung waktu yang
dibutuhkan 50 ml cairan untuk melewati selang NGT hingga spuit kosong.

Dari hasil itu didapatkan data sebagai berikut :

Percobaan1 6 detik

Percobaan 2 11detik

Percobaan 3 11 detik

Rata-Rata 9 detik

17
21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a) Pengaruh labu enteral terhadap pemenuhan syarat diet produk ini adalah 65 gram labu
kuning menyumbang 208,5 kkal energy yang dapat digunakan sebagai sumber energy pasien
PPOK
b) Enteral berbahan dasar labu kuning adalah mengandung1612,5 kkal , 73,4 gram Protein ,
64,1 gram Lemak , dan 189.4 gram Karbohidrat
c) Diketahui dari rata-rata uji organoleptic, penerimaan panelis terhadap warna produk adalah
2,7 (tidak suka-suka), sedangkan penerimaan terhadap konsisntensi, porsi,aroma,tingkat
kematangan dan rasa adalah 3.4 ; 3.8 ; 3.8 ; 3.9 ; dan 3.5 , yang berarti berada rentang netral-
suka
d) Harga produksi formula enteral berbahan dasar labu kuning adalah Rp 65.350
4.2 Saran
a) Perlu dilakukan penemuan untuk dapat memaksimalkan tekstur labu kuning
agar dapat larut sempurna dalam produk enteral bubuk
b) Perlu adanya penambahan gula dan ekstra untuk menyempurnakan rasa

17
22
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H., Yunus, F., 2008, Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), J Respire Indo, Vol 28 No 3, Jakarta.
American Lung Association, 2010, Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
COPD, Amerika.
Hasibuan. 2015. Karakterisasi Morfologi Tanaman Labu Kuning (Cucurbita sp) Di
Kecamatan Danau Kembar Dan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.
Universitas Andalas. Padang.
Pratiwi, LE, Noer, ER. 2014. Analisis Mutu Mikrobiologi dan Uji Viskositas
Formula Enteral Berbasis Labu Kuning (Cucurbita moschata) dan Telur
Bebek. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

17
23
DOKUMENTASI

Foto bahan Foto alat

Foto bahan Foto bahan

17
24
Foto Proses Foto Proses

17
25

Anda mungkin juga menyukai