1600 KKAL
INSTALASI GIZI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG
Disusun oleh :
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang besar penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
sebagai Tuhan dan Juru Selamat atas kasih karunia dan penyertaan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan rotasi gizi penyelenggaraan makanan dengan
judul “Pengembangan Produk Enteral Bubuk Bagi Pasien Ppok 1600 Kkal Instalasi
Gizi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung” dengan sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Judiono, MPS. selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Bandung
2. Ibu Yenny Moviana, MND.,RD selaku Ketua Prodi Profesi Gizi
3. Ibu Agustina Indri Hapsari, SST. M.Gizi, selaku dosen pembimbing Rotasi
Gizi Penyelenggaraan Makanan Diet Rumah Sakit (PAMDRS)
4. Ibu Dyah Widyastuti, SKM., MKM, RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
5. Ibu Dyah Widyastuti, SKM, M.KM, RD selaku pembimbing tugas
Pengembangan Enteral Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
6. Teman teman kelompok 2 bang Billah, Mia, syifa, dan Nur’aini yang telah
luarbiasa menjadi support system untuk semangat menyelesaikan laporan ini.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
Tentu laporan ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saran dan kritik sangat
dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam menambah
pengetahuan dan wawasan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 2
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada kesempatan ini penulis ingin meneliti dan membuat Formula Enteral
Rumah Sakit (FRS) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan tujuan untuk
menambah variasi pengembangan produk enteral yang diberikan kepada pasien
15
yang memiliki harga ekonomis dibandingkan dengan formula komersial yang
mungkin cukup mahal sehingga dibutuhkan alternatif bahan makanan yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk membuat formula enteral rendah natrium dan
rendah lemak dengan berharga ekonomis.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap
kualitas formula meliputi pemenuhan persyaratan diet pasien PPOK dan sifat
organoleptik.
1.3.2. Tujuan Khusus
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara disaluram napas yang bersifat progresif
nonreversible atau reversible parsial. PPOK terdiri atas bronchitis kronis dan
emfisema atau gabungan keduanya. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal diserta kerusakkan dinding alveoli sehingga
pasien selalu kehabisan napas dan lebih sulit aktif.
Pasien dengan PPOK rentan memiliki status gizi yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh kesulitan yang dihadapi pasien untuk makan dan adanya
penurunan nafsu makan. Hubungan antara nutrisi dan PPOK yaitu efek
katabolisme, salah satunya dengan status gizi. Klien PPOK mengalami asupan
kalori yang kurang, tubuhnya akan memecah protein yang terdapat dalam otot
termasuk otot-otot pernapasan. Hilangnya lean body mass pada setiap otot akan
berdampak pada fungsi otot tersebut. Malnutrisi yang dialami pasien PPOK dapat
terjadi karena bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik yang menyebabkan hipermetabolisme.
Kondisi ini berpengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, dan fungsi paru,
kekuatan dan ketahanan otot pernafsan, mekanisme pertahanan imunitas paru, dan
pengaturan nafas.
2.2.Makanan Enteral
Makanan enteral atau formula enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang
dapat diberikan secara oral maupun melalui pipa selama saluran pencernaan
masih berfungsi dengan baik. Formula enteral diberikan pada pasien yang tidak
bisa makan melalui oral seperti dalam kondisi penurunan kesadaran, gangguan
37
menelan(disfagia), dan kondisi klinis lainnya atau pada pasien dengan asupan
makan via oral tidak adekuat.
Prinsip/syarat Formula Enteral standar adalah kandungan energi ± 1,0 – 2
kkal/ml, protein 12 – 20 %, lemak 30 – 40 %, dan karbohidrat 40 – 60 %
(Sharma & Joshi, 2014). Syarat penting lainnya adalah viskositas dan
osmolaritas.
Menurut Bierd et al, (1980) dalam Huda, tahun 2014, viskositas dapat
didefinisikan sebagai suatu cara untuk menunjukkan daya aliran yang diberikan
oleh suatu cairan. Viskositas dapat mengukur kecepatan dari suatu cairan
mengalir melalui pipa gelas. Formula enteral harus dapat mengalir dalam pipa
makanan ukuran 8 – 14 French.
Penelitian Aitonam tahun 2006 dalam Huda (2014) menyebutkan viskositas
makanan cair DM komersial di RS Cipto Mangunkusumo berkisar 7 – 13,5 cP.
Penelitian lain melaporkan viskositas optimum formula enteral(blenderized)
berkisar antara 3.5 – 10 cP (Itoh et al, 2016). Viskositas pada formula enteral
sangat penting karena berpengaruh pada kelancaran masuknya makanan enteral
ke dalam selang, berpengaruh pada metode pemberian/feeding, dan menentukan
ukuran selang (tube) yang digunakan. Semakin tinggi viskositas formula akan
semakin sulit untuk dialirkan dan meningkatkan resiko terjadinya sumbatan di
dalam pipa makanan. Sebaliknya, formula enteral dengan viskositas yang rendah
dapat menyebabkan diare atau muntah sehingga mempersulit pemenuhan
kebutuhan gizi pasien (Itoh et al, 2016).Osmolaritas sama dengan cairan tubuh
350 –400 mOsm/L atau osmolalitas 290 mOsm/kg
47
inilah yang menyebabkan pasien dengan PPOK derajat sedang atau berat dapat
mengalami asupan diet yang rendah, kehilangan berat badan, dan kakesia.
Pernafasan atau respirasi adalah proses reaksi kimia yang terjadi bila sel tubuh
menyerap oksigen, menghasilkan Co2 dan air. Pemberian makanan tinggi energy
perlu disesuaikan dengan keadaan pasien, terutama dalam penentuan jumlah
karbohidrat. Hal ini dikarenakan karbohidrat tinggi akan meningkatkan kadar Co2
yang pada akhirnya meningkatkan tekanan pada system ventilator. Dalam
pengaturan diet pada pasien PPOk, tatalaksana terapi diet adalah mengurangi
asupan sumber karbohidrat dan meningkatkan asupan sumber lemak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ruth R widjaja (dkk) pemberian diet
rendah karbohidrat dapat menurunkan kadar Co2 dan memperbaiki respirasi pasien
PPOK. Pemberian makanan khusus dalam bentuk cair dapat membantu proses
pencernaan dan pengosongan lambung lebih cepat dari diet mengkonsumsi nasi.
Secara teoritis, pross pencernaan makanan membutuhkan energy yang cukupbesar
sedangkan pasien PPOK membutuhkan energy untuk kerja otot-otot pernafasan.
Makanan padat menyebabkan lambung terisi penuh dan perlu waktu lama untuk
pengosongannya. Lambung yang penuh akan mendorong diafragma keatas
sehingga mengganggu pengembangan paru dan menyebabkan pasien bertambah
sesak.
2.4.Labu Kuning
Labu kuning termasuk salah satu jenis tanaman yang bisa ditemui di hampir
semua kepulauan nusantara karena pemeliharaannya yang mudah. Labu kuning
dapat dijadikan pangan fungsional, karena kandungan gizinya yang cukup lengkap
dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pangan
fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen
pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu yang
terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Labu kuning
mengandung kadar air cukup tinggi dan memiliki volume besar yang menyebabkan
57
mudah rusak selama proses pengangkutan sehingga perlu diolah menjadi suatu
produk yang lebih tahan lama dalam penyimpanan dan praktis, seperti menjadi
tepung. Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang
lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diolah dan dibentuk menjadi berbagai
macam olahan makanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta lebih
mudah dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis.
Labu kuning diketahui mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh salah satunya adalah protein. Protein merupakan zat gizi yang paling penting
bagi tubuh, karena berfungsi sebagai sumber energi, selain itu protein juga
berfungsi membentuk jaringan baru. Labu kuning memiliki ciri khas warna kuning
cerah pada daging yang menunjukkan bahwa labu kuning mengandung salah satu
pigmen karotenoid yaitu β- karoten. Labu kuning dianggap sebagai rajanya β-
karoten (Winarni, 2006). Dikatakan sebagai rajanya β -karoten karena kandungan
karotennya yang sangat tinggi, sehingga warna kuning pada labu kuning yang
membantu melindungi tubuh dengan menetralkan molekul oksigen jahat yang
disebut juga radikal bebas (Majid, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau
molekul yang mempunyai elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan
tersebut menyebabkan radikal bebas sangat reaktif yang kemudian menangkap atau
mengambil elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat, dan DNA
untuk menetralkan diri. Radikal bebas dapat masuk kedalam tubuh dan menyerang
sel-sel yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan fungsi dan
strukturnya.
67
2.5. Definisi Operasional
pembuatan enteral
Skala : Interval
Skala : Interval
7
11
2.5.3. Sifat Organoleptik
Enteral
Skala : Ordinal
8
11
2.6. Syarat dan preskripsi diet
a. Tujuan :
Selain data primer, data uji alir juga diperlukan untuk mengetahui
apakah makanan enteral yang dbuat dapat diberikan kepada pasien yang
menggunakan NGT. Uji yang digunakan adalah uji alir (Flow behavior
13
9
2.8.Teknik Analisis Data
2. Setelah produk telah dibuat, alirkan 50 ml produk enteral tersebut dalam selang
NGT dengan ketinggian 92 cm
3. Tekuk selang bagian atas tepat dibawah spuit (sebagai titik start)
10
14
BAB III
PEMBAHASAN
Formula yang digunakan pada penelitian utama adalah formula yang digunakan
sesuai resep asli. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan makanan enteral
diantaranya sendok pengaduk, gelas ukur, kompor gas, saringan, wadah, panic,
sendok.
Tahap-tahap pembuatan makanan enteral dapat dilhat pada alur berikut (gambar 2).
Bahan bahan yang digunakan diantaranya tepung labu kuning, susu full krim, susu
skim, tepung kuning telur, minyak jagung,.
1. Bahan yang digunakan :
Sendok pengaduk
Panci
Kompor
15
11
Saringan
Wadah plastik
Blender
Oven
Selang NGT
3. Cara pembuatan
Bahan ditimbang,
12
3.3. Analisa Nilai gizi
Bahan makanan Gram Energi P L KH
berat
Bahan Energi protein lemak Karbohidrat
(gr)
tepung labu kuning 65 208.5005 5.0895 0.6825 45.5
susu skim 160 574.4 56.96 1.6 83.2
susu full cream
bubuk 80 112 5.6 5.6 10.4
Kuning telur ayam 35 124.25 5.705 11.165 0.245
minyak jagung 50 400 0 45 0
gula pasir 50 193.5 0 0 49.99
Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar sesudah
17
13
air. Fungsi utama protein ialah membangun serta memelihara jaringan tubuh.
Fungsi lain ialah sebagai pembentu ikatan-ikatan esensial tubuh, seperti hormon,
enzim dan antibodi, mengatur keseimbangan air dan mengangkut zat-zat gizi.
Protein juga merupakan sumber energi yang ekivalen dengan karbohidrat. Jika
asupan karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi dengan mengalahkan fungsi utama protein
sebagai zat pembangun. Sebaiknya apabila asupan karbohidrat makanan
mencukupi, maka protein akan digunakan sebagai zat pembangun.
Sumber energi tubuh selain dari karbohidrat dan protein juga berasal dari
lemak. Lemak mempunyai fungsi sebagai sumber energi dan penghemat protein.
Ketika kadar glukosa di dalam tubuh terbatas, maka sel akan menggunakan asam
lemak untuk membentuk glukosa dan energi. Lemak dapat menghemat
penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein tidak digunakan
sebagai sumber energi.
17
14
Harga Formula Enteral
Total 65.350
Berdasarkan tabel diatas harga formula enteral bubuk labu kuning 1600 kkal
sebesar Rp 2.200per porsi atau sajian.
Uji Organoleptik
17
15
Aspek penilaian Tingkat kesukaan Total
1 2 3 4 5
N % n % n % n % N %
Warna 2 13,33 3 20 7 46,7 3 20 100 100%
Porsi 4 26.7 10 66,7 1 6,7 100%
Konsistensi 9 60 6 40 100%
aroma 6 40 6 40 3 20 100%
Tingkat 4 26.7 9 60 2 13.33 100%
kematangan
rasa 1 8 53,3 4 26,7 2 13.33 100%
keseluruhan 6 40 9 60 100%
warna yang dihasilkan dari produk ini adalah berwarna cokelat muda seperti gambar
berikut :
17
16
Gambar 3.3 produk setelah diseduh
warna
3 3
STS TS NETRAL S SS
Dari hasil penilaian panelis, diketahui bahwa dari 15 panelis terdapat 2 panelis yang
sangat tidak suka dan 2 panelis yang tidak suka. Para panelis tersebut menyampaikan
bahwa warnanya kurang bagus dan agak keruh. Terdapat 7 panelis yang memberikan
jawaban netral ,dan 4 panelis suka.
17
17
konsistensi
STS TS NETRAL S SS
porsi
10
STS TS netral S SS
Pada penyajiannya produk ini dikemas dalam platik berukuran 20 gr dan disajikan
pada sebuah cup seperti pada gambar 3.3. Sejumlah 4 panelis netral terhadap
penilaian, 5 panelis menyampaikan suka dan 1 panelis sangat suka.
17
18
6 panelis menilai netral terhadap aroma produk, 6 panelis menilai suka terhadap
aroma produk, 3 panelis menilai sangat suka terhadap aroma produk.
tingkat kematangan
STS TS NETRAL S SS
Penilai tingkat kematangan 4 panelis menilai netral terhadap produk ini, 9 panelis
menyampaikan suka, dan 2 panelis menyampaikan sangat suka
17
19
rasa
2
1
STS TS NETRAL S SS
Terhadap penilaian rasa 1 panelis menilai tidak suka, 8 panelis menilai netral, 4
panelis menilai suka, dan 2 panelis menilai sangat suka. Beberapa panelis
menyarankan untuk menambahkan pada gula dan eksrak. Hal ini disebabkan karena
rasa dari entral ini agak tawar, jika ditambahkan gula akan lebih menyempurnakan
rasanya.
keseluruhan
STS
TS
40%
netral
60%
S
SS
Secara umum tingkat penilaian keseluruhan dari produk ini, 60% pasien suka
terhadap produk ini dan 40% pasien menilai netral pada produk ini.
17
20
3.6 Uji Daya Alir
Uji daya alir dilakukan dengan menggunakan selang NGT. Pada tahap ini,
50 ml cairan produk dimasukkan kedalam spuit, dalam posisi selang ditekuk
terlebih dahulu. Ketika selang diluruskan, langsung hitung waktu yang
dibutuhkan 50 ml cairan untuk melewati selang NGT hingga spuit kosong.
Percobaan1 6 detik
Percobaan 2 11detik
Percobaan 3 11 detik
Rata-Rata 9 detik
17
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Pengaruh labu enteral terhadap pemenuhan syarat diet produk ini adalah 65 gram labu
kuning menyumbang 208,5 kkal energy yang dapat digunakan sebagai sumber energy pasien
PPOK
b) Enteral berbahan dasar labu kuning adalah mengandung1612,5 kkal , 73,4 gram Protein ,
64,1 gram Lemak , dan 189.4 gram Karbohidrat
c) Diketahui dari rata-rata uji organoleptic, penerimaan panelis terhadap warna produk adalah
2,7 (tidak suka-suka), sedangkan penerimaan terhadap konsisntensi, porsi,aroma,tingkat
kematangan dan rasa adalah 3.4 ; 3.8 ; 3.8 ; 3.9 ; dan 3.5 , yang berarti berada rentang netral-
suka
d) Harga produksi formula enteral berbahan dasar labu kuning adalah Rp 65.350
4.2 Saran
a) Perlu dilakukan penemuan untuk dapat memaksimalkan tekstur labu kuning
agar dapat larut sempurna dalam produk enteral bubuk
b) Perlu adanya penambahan gula dan ekstra untuk menyempurnakan rasa
17
22
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, H., Yunus, F., 2008, Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), J Respire Indo, Vol 28 No 3, Jakarta.
American Lung Association, 2010, Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
COPD, Amerika.
Hasibuan. 2015. Karakterisasi Morfologi Tanaman Labu Kuning (Cucurbita sp) Di
Kecamatan Danau Kembar Dan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.
Universitas Andalas. Padang.
Pratiwi, LE, Noer, ER. 2014. Analisis Mutu Mikrobiologi dan Uji Viskositas
Formula Enteral Berbasis Labu Kuning (Cucurbita moschata) dan Telur
Bebek. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
17
23
DOKUMENTASI
17
24
Foto Proses Foto Proses
17
25