Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

EVALUASI SISA MAKANAN PADA DIET MAKANAN BIASA PADA PASIEN


RAWAT INAP DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELONG

Disusun untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


di Rumah Sakit Umum Daerah Selong

Diajukan Oleh :
MUH. KHAIRUL HADI (P07131120013A)
NURLAILI SURYANI (P07131120018A)
BAIQ LISNIARTI NINGSIH (P07131120006A)
NUNIK MEDIYANTI (P07131120017A)
FITHRIANI ULFAH (P07131120010A)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN GIZI
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan “Evaluasi Sisa Makanan Pada Diet Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap
Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Selong ” ini telah mendapat persetujuan
pada

Tanggal 20 April 2021

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping


LEMBAR PENGESAHAN

Usulan Proposal Penelitian Sederhana

Evaluasi Sisa Makanan Pada Diet Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang
Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Selong Disusun oleh :

1. MUH. KHAIRUL HADI (P07131120013A)


2. NURLAILI SURYANI (P07131120018A)
3. BAIQ LISNIARTI NINGSIH (P07131120006A)
4. NUNIK MEDIYANTI (P07131120017A)
5. FITHRIANI ULFAH (P07131120010A)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat,

karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Evaluasi

Sisa Makanan Pada Diet Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Nifas

Rumah Sakit Umum Daerah Selong” tanpa izin, kemudahan, ridho-Nya, niscaya

proposal penelitian ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. …………………………………. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram

2. Bapak Gde Narda Widiada, (gelar) selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram

3. Kepada Kepala Instalasi gizi dan staf RSUD R. Soedjono Selong

4. Kepada Kedua Orang Tua dan teman-teman yang telah banyak memberikan

dukungan baik dari segimateri, moril maupun spiritual selama penulis menyusun

proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan selanjutnya.

Mataram, 20 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

LEMBARPERSETUJUAN........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Tinjauan Pustaka............................................. 1


......................................................................................................................

B.Tujuan Penelitian.............................................................................. 11

C.Manfaat Penelitian........................................................................... 12

BAB II METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 13


......................................................................................................................

B. Sampel Penelitian…………………………………………………… 14
......................................................................................................................

C. Data yang dikumpulkan............................................................... 14

D. Cara Pengumpulan Data............................................................. 15

E. Cara Pengolahan Data................................................................. 15

F. Cara Analisis Data……………………………………………………. 16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………… 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 24

B. Saran …………………………………………………………………….. 24
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil penelitian sisa makanan lauk hewani (ayam) Pasien rawat inap ruang

perawatan Nifas…………………………………………………………18

Tabel 1. 2 Evaluasi sisa makanan pasien yaitu lauk hewani pada pasien di ruang

perawatan Nifas…………………………………………………………20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pelayanan Gizi Rumah sakit
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan

pada berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Kesehatan dan

gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap

kualitas SDM di suatu Negara yang digambarkan melalui pertumbuhan

ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan

tinggi hanya dapat dicapai oleh orang sehat dan status gizi baik. Untuk itu

diperlukan upaya untuk meningkatkan status gizi dalam keluarga maupun

pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di

institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005 dalam

penelitian BaiQ Liza).

Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah

rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama

memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan,

tindakan medis, asuhan nutrisi dan diagnostic serta upaya rehabilitasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien (Moehyi,1999).

Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang

disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status


gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat

berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses

perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Salah

satu dari pelayanan gizi rumah sakit yaitu diselenggarakannya

penyeleggaraan makanan institusi (PGRS, 2013).

Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian

kegiatan penyelenggaraan makanan yang dimulai dari perencanaan menu

sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen / klien.

Berdasarkan sifatnya Penyelenggaraan makanan institusi dibagi 3 (tiga)

yakni penyelenggaraan makanan komersial, semi komersial dan sosial.

Penyelenggraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat non

komersial) adalah penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu

instansi baik dikelola pemerintah, badan swasta ataupun yayasan social

yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Bentuk penyelenggaraan ini

biasanya berada didalam satu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah

sakit, perusahaan, lembaga kemasyarakatan dan lain- lain. Rumah Sakit

Umum Daerah Selong merupakan salah satu dari bentuk penyelenggaraan

makanan yang bersifat komersial dimana bertujuan untuk memberikan

pelayanan terhadap pasien untuk melengkapi aktivitas mencapai tujuan

institusi dalam jumlah yang banyak (Moehyi, 1992).

Rumah Sakit Umum Daerah Selong merupakan suatu instansi yang

memberikan pelayanan kepada pasien dalam jumlah yang besar.

Beragamnya jenis pasien yang dilayani oleh RSUD Selong, sebanding


dengan beragamnya jenis makanan yang diproduksi yakni mulai dari

makanan khusus orang sakit yang memiliki diet khusus hingga makanan

yang memiliki jenis diet biasa. Setiap kelas mempunyai berbagai macam

makanan yang berbeda dalam setiap jenis diet serta makanan yang

diberikan.

Makanan bergizi sangat dibutuhkan oleh pasien khususnya makanan

yang mengandung protein. Protein merupakan zat gizi yang multifungsi bagi

tubuh, yakni untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh,

berperan dalam pemeliharaan / pembentukan sel tubuh yang rusak, dan

sebagai sumber energi cadangan. Protien bersumber dari lauk hewani dan

nabati. Protein hewani tidak kalah bagusnya dengan protein nabati, karena

mengandung asam amino yang lengkap

2. Sisa Makanan
a. Pengertian Sisa Makanan

Keberhasilan pelayanan gizi di ruang rawat inap dapat dievaluasi

dengan melihat sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh pasien. Adanya

sisa makanan menggambarkan tidak terpenuhinya kebutuhan/kecukupan

zat gizi pasien. Artinya semakin banyak sisa makanan maka semakin

tidak terpenuhi asupan zat gizi pasien yang berdampak pada status gizi

semakin berkurang dan sebaliknya semakin sedikit sisa makanan maka

semakin terpenuhi asupan zat gizi yang berdampak pada status gizi

pasien semakin baik (Moehyi, 1999).

Untuk mengetahui asupan zat gizi pada pasien dapat dilakukan

dengan melakukan evaluasi terhadap sisa makanan (Barker, 2011). Daya


terima makanan merupakan makanan yang habis dikonsumsi sedangkan

sisa makanan (waste) merupakan makanan yang tidak habis termakan

dan dibuang sebagai sampah (Azwar, 1990 dalam jurnal daya terima atau

gizi pasien rumah sakit) sedangkan menurut Murwani (2001) yang

dimaksud sisa makanan pasien adalah semua tau sebagian makanan

yang disajikan kepada pasien dan benar–benar dapat dimakan, tetapi

tidak habis dimakan atau tidak makan dan dibuang sebagai sampah. Sisa

makanan merupakan salah satu dari berbagai hal yang ada di rumah sakit

yang harus di perhatikan. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka

dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi pasien

yang kemudian akan menimbulkan malnutrisi. Hal ini kemudian dapat

berdampak pada lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah sakit

serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula

meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan (Depkes, 2007 dalam karya

tulis ilmiah baiq liza).

Menurut Moehyi (1999) sisa makanan dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Waste yaitu makanan yang hilang karena tidak dapat diperoleh/diolah

atau makanan hilang karena tercecer.

2) Platewaste yaitu makanan yang terbuang karena setelah dihidangkan

tidak habis dikonsumsi.

Sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin,

jenis penyakit, tingkat pendidikan, kelompok umur, cita rasa makanan,

kelas perawatan, dan lama rawat inap. Data sisa makanan umumnya
digunakan untuk mengevaluasi efektifitas program penyuluhan gizi

ruangan, penyelenggaraan pelayanan makanan dan kecukupan konsumsi

makanan pada kelompok atau perorangan (Moehyi, 1999).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan (Rosari,

2002 dalam Aryawan, 2012)

1) Rasa, aroma dan tekstur makanan dapat menekan atau merangsang

selera makan

2) Rasa enggan, beberapa orang memliki rasa enggan terhadap

makanan baru atau kerinduan terhadap suatu makanan

3) Pengaruh lingkungan orang yang lebih suka makan makanan hangat

dimusim dingin atau sebaliknya.

4) Pengaruh sosial, budaya, agama menentukan makanan yang dapat

diterima oleh seseorang

5) Pengaruh metabolik, kebutuhan akan menimbulkan asupan yang

cukup dan syarat serta hormon ikut mengatur pengiriman ketika selera

untuk makan

6) Pengaruh obat-obatan beberapa obat dapat menekan atau

merangsang selera makan.

7) Selera bawaan, rasa haus akan menimbulkan keinginan untuk minum,

suka asin akan menimbulkan untuk makan makanan asin

8) Pengaruh penyakit, beberapa penyakit akan menimbulkan pengaruh

selera makan atau sensitifitas selera makan


9) Waktu penyajian makanan sampai ke pasien ini akan mempengaruhi

ketepatan pasien dalam menerima makanan dari rumah sakit.

c. Pengamatan Sisa Makanan

Pengamatan sisa makanan merupakan salah satu kegiatan

pemantauan dan evaluasi pelayanan gizi rumah sakit. Penentuan sisa

makanan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1) Metode Penimbangan

Metode penimbangan pangan merupakan gold standar (baku

emas) untuk menentukan seberapa banyak makanan dan minuman

dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok masyarakat (Widajanti,

2009). Prinsip dari metode penimbangan adalah mengukur secara

langsung berat dari setiap jenis makanan yang tidak dikonsumsi

kemudian dihitung persentase sisa makanan (waste) dengan rumus

sebagai berikut (Almatsier, 1992 dalam Ibadiri, 2012) :

Berat sisa makanan


x100 %
Sisa makanan = berat makanan yang disajikan

Menurut PGRS, 2013 berdasarkan kuantitasnya persentase berat sisa

makanan dibagi menjadi dua kategori yaitu:

a) Bersisa : Bila sisa makanan lebih dari 20 %.

b) Tidak bersisa : Bila sisa makanan kurang dari sama dengan

20%
Dalam metode penimbangan, yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana cara menimbang yang baik dan benar.

a) Kelebihan metode penimbangan adalah (Almatsier, 1992 dalam

Ibadiri, 2012) :

o Lebih akurat dibandingkan dengan metode lain.

o Mampu melihat secara langsung jumlah, jenis bahan makanan

yang tersisa.

o Metode penimbangan mempunyai validitas yang tinggi.

b) Kekurangan metode penimbangan (Aryawan, 2012) :

o Tidak praktis

o Memerlukan waktu lama untuk menimbang makanan

o Memerlukan keterampilan khusus

o Memerlukan tempat yang luas untuk menampung sisa

makanan.

2) Metode Taksiran Visual

Prinsip metode taksiran visual adalah para penaksir (estimator)

menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk

setiap golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut

bisa dalam bentuk berat makanan (gram) atau dalam bentuk skor

(skala pengukuran). Metode taksiran visual dikembangkan oleh

Comstock yang terdiri dari 6 skala dengan kriteria sebagai berikut

(Almatsier, 1992 dalam Ibadiri, 2012) :

• 0 : Jika tidak ada porsi makanan yang tersisa (100%


dikonsumsi)

• 1 : Jika tersisa ¼ porsi (hanya 75% yang dikonsumsi)

• 2 : Jika tersisa ½ porsi (hanya 50% yang dikonsumsi)

• 3 : Jika tersisa ¾ porsi (hanya 25% yang dikonsumsi)

• 4 : Jika tersisa hampir mendekati utuh (hanya

dikonsumsi sedikit atau 5%)

• 5 : Jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh)

Skala comstock tersebut pada mulanya digunakan oleh para

ahli biotetik untuk mengukur sisa makanan. Untuk memperkirakan

berat sisa makanan. Hasil pengukuran tersebut dikonversi menjadi

persen dan dikalikan dengan berat awal. Hasil dari penelitian tersebut

juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara taksiran visual

dengan persentasi sisa makanan (Almatsier, 1992 dalam Ibadiri,

2012).

Metode taksiran visual mempunyai kelebihan dan kekurangan.

• Kelebihan dari metode taksiran visual antara lain:

a) Waktu yang diperlukan relatif singkat, dapat dilakukan dengan

cepat, tidak memerlukan alat yang banyak dan tidak rumit.

b) Menghemat biaya dan dapat mengetahui sisa makanan

menurut jenisnya.

• Kekurangan dari metode taksiran visual antara lain :

a) Memerlukan penaksir (estimator) yang terlatih, teliti, dan

terampil.
Memerlukan kemampuan menaksir dan mengamati yang

tinggi dan sering terjadi kelebihan dalam menaksir (over estimate)

atau kekurangan dalam menaksir (under estimate).

Penelitian Lau dan Gregoire tahun 1998 dalam jurnal daya

terima atau gizi pasien rumah sakit membuktikan daya terima pasien

atau sisa makanan pasien ditentukan oleh cita rasa serta kualitas

makanan yang disajikan atau diberikan kepada pasien. Kualitas

makanan dipengaruhi 6 faktor yaitu penampilan makanan, rasa

makanan, pelayanan makanan, kebersihan makanan, lama perawatan

serta kondisi anoreksia pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Lau dan Gregoire tahun 1996 makanan sisa lebih disebabkan

oleh penampilan makanan yang terdiri dari warna makanan, besar

porsi atau ukuran makanan, tekstur/ konsistensi makanan, serta

bentuk makanan yang disajikan. Dari penelitian yang dilakukan

didapatkan untuk sisa makanan responden rata – rata sebesar

19,12% yang berada dalam kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabet

(2011) pada 58 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta

tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan yang ada di

Rumah Sakit Haji Jakarta mencapai 20,27%. Nilai tertinggi sisa

makanan yang ditinggalkan oleh responden adalah 57,94% (Elizabeth,

2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nida (2011) di Rumah

Sakit Jiwa Sambang Lihum, rata- rata sisa makanan pasien bersisa

banyak (> 25 % ) pada jenis makanan sayur yaitu sebesar 67,8 % ,

lauk hewabi bersisa 52,2 % dan lauk nabati bersisa 50,8 %.

Penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang gambaran

sisa makanan biasa yang disajikan di ruang Mawar oleh Handayani

(2009) dalam karya tulis ilmiah Baiq Liza menunjukkan bahwa sisa

makanan pokok sebanyak 54,3 % , lauk hewani sebanyak 51%, lauk

nabati sebanyak 60,7%, sayur sebanyak 58,4% dan buah sebanyak

42,9 %.

Dari hasil study pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan April

2021 masih terdapat sisa makanan biasa yang disajikan di ruang

perawatan rawat inap Nifas di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Selong

(BRSUD Selong). Data yang didapatkan dari 6 orang pasien yang di rawat

di ruang perawatan rawat inap Nifas pada makan malam menunjukkan

sisa makanan sebesar 52,8 %.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik dan

ingin melakukan penelitian serta melakukan pengembangan resep

tentang evaluasi sisa makanan sumber lauk hewani yaitu ayam pada diet

makanan biasa pada pasien rawat inap di ruang Nifas Badan Rumah

Sakit Umum Daerah Selong.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran evaluasi sisa makanan pada diet makanan

biasa pada pasien rawat inap di ruang nifas Badan Rumah Sakit Umum

Daerah Selong.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik sampel meliputi umur, jenis penyakit

pasien.

b. Mengidentifikasi faktor–faktor penyebab sisa makanan pada diet

makanan biasa pada pasien rawat inap di ruang Nifas Badan Rumah

Sakit Umum Daerah Selong.

c. Mengidentifikasi gambaran evaluasi sisa makanan pada diet makanan

biasa pada pasien rawat inap di ruang Nifas Badan Rumah Sakit Umum

Daerah Selong.

d. Mendeskripsikan kaitan antara sisa makanan dengan jenis penyakit

pasien.

C. MANFAAT

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilakukan agar dapat menambah pengetahuan, wawasan,

pengalaman khusunya mengenai evaluasi sisa makanan pada diet makanan

biasa pada pasien rawat inap di ruang Nifas Badan Rumah Sakit Umum

Daerah Selong.

2. Bagi Rumah Sakit


Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu

pengetahuan dan membantu mengembangkan cara berfikir ilmiah mengenai

evaluasi sisa makanan pada diet makanan biasa pada pasien rawat inap di

ruang Nifas Badan Rumah Sakit Umum Daerah Selong.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai penambah pengetahuan masyarakat khusunya pasien dan

keluarga pasien yang sedang rawat inap di Rumah Sakit sehingga dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari.


BAB II

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang Nifas Badan Rumah Sakit

Umum Daerah Selong. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Di ruang Nifas banyak terdapat sisa makanan yaitu sebesar 52,8 %.

b. Di ruang Nifas merupakan salah satu ruang perawatan rawat inap yang

banyak terdapat pasien.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2021.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara Observasi Deskriptif karena dilakukan

dengan cara pengamatan / pemantauan. Dilihat dari segi waktu penelitian ini
bersifat Cross Sectional karena variabel bebas dan variabel terikatnya

dikumpulkan pada waktu yang sama.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di ruang

Nifas Badan Rumah Sakit Umum Daerah Selong.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah adalah semua pasien rawat inap di

ruang Nifas Badan Rumah Sakit Umum Daerah Selong yang diambil pada

saat jam makan siang (12.00- 13.00 WIB).

D. Data yang Dikumpulkan

1. Data Primer

a. Identitas sampel (nama, usia, jenis penyakit)

b. Sisa makanan diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap sisa

makanan pasien dengan menggunakan metode pengamatan atau

wawancara dengan menggunakan kuesioner dan ceklist.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer
a. Identitas sampel (nama, usia, jenis penyakit) dikumpulkan melalui

wawancara secara langsung dengan sampel menggunakan kuesioner.

b. Sisa makanan diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap sisa

makanan pasien dengan menggunakan metode pengamatan atau

wawancara dengan menggunakan kuesioner atau ceklist.

F. Cara Pengolahan Data

1. Data Primer

a. Data identitas sampel meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis penyakit

dianalisa dengan cara deskriptif, yaitu dengan cara melakukan

pengelompokkan berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, jenis

penyakit

b. Data Sisa makanan diperoleh berdasarkan hasil pengamatan terhadap

sisa makanan pasien akan diolah dengan cara mengelompokkan sisa

makanan.

Dengan kategori :

Habis :0%

Tidak Habis : >20%

G. Analisa Data

Data tentang sisa makanan pasien akan dianalisis secara deskriptif yang

disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan diagram batang .


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sisa Makanan Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Nifas

Penelitian ini dilakukan selama 3 hari, dimana setiap harinya melibatkan 15

responden yang mendapat diet makanan biasa (tanpa diet khusus) dan diambil dari

ruang rawat inap nifas. Gambaran sisa makanan responden ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1.Gambaran Sisa Makanan pada hari I

Nama 0 (100%) 1 (75%) 2 (50%) 3 (25%) 4 (4%) 5 (0%) Jumlah


Makanan n % n % n % n % n % n % n %
Nasi/Bubur 7 46,7 4 26,7 2 13,3 1 6,7 1 6,7 0 0,0 15 100
Lauk Hewani 10 66,7 5 33,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 15 100
Lauk Nabati 10 66,7 5 33,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 15 100
Sayur 8 53,3 4 26,7 2 13,3 1 6,7 0 0,0 0 0,0 15 100
Dari Data tabel diiatas diketahui bahwa yang paling banyak waste yaitu untuk

kelompok bahan makanan makanan pokok dan sayur dimana untuk skala 2 atau

tingkat konsumsi makanan sebesar 50% yaitu sebanyak 13,3% atau 2 orang

respondens. Demikian juga untuk tingkat konsumsi 25% ada 6,7% dari total

respondes yang mengkonsumsi makan pokok dan sayur.

Tabel 2.Gambaran Sisa Makanan pada hari II

Nama 0 (100%) 1 (75%) 2 (50%) 3 (25%) 4 (4%) 5 (0%) Jumlah


Makanan
n % n % n % n % n % n % n %
Nasi/Bubur 10 66,7 2 13,3 2 13,3 1 6,7 0 0,0 0 0,0 15 100
Lauk Hewani 9 60,0 3 20,0 2 13,3 0 0,0 1 6,7 0 0,0 15 100
Lauk Nabati 9 60,0 5 33,3 0 0,0 1 6,7 0 0,0 0 0,0 15 100
Sayur 7 46,7 4 26,7 2 13,3 1 6,7 1 6,7 0 0,0 15 100

Berdasarkan hasil pengamatan hari kedua untuk sisa makan siang, didapatkan

dari data tabel diatas untuk asupan makanan pokok terjadi peningkatan menjadi

66,7% dari total respondens untuk skala 100% makanan yang dihabiskan, untuk lauk

hewani dan nabati sebanyak 60,0% dari total respondens dan yang palih rendah

adalah tingkat konsumsi sayur yaitu 46,7% atau sekitar 7 orang respondesn yang

menghabiskan menu sayur tanpa sisa. Untuk sisa (waste) kelompok makanan sayur

yang memiliki waste paling tinggi dari skala 2 sampai dengan skala 6 yaitu sebesar

26,67% dari total respondesn atau sekitar 4 orang.

Tabel 3.Gambaran Sisa Makanan pada hari III

Nama 0 (100%) 1 (75%) 2 (50%) 3 (25%) 4 (4%) 5 (0%) Jumlah


Makanan n % n % n % n % n % n % n %
Nasi/Bubur 9 60,0 2 13,3 2 13,3 1 6,7 1 6,7 0 0,0 15 100
Lauk Hewani 9 60,0 5 33,3 0 0,0 1 6,7 0 0,0 0 0,0 15 100
Lauk Nabati 9 60,0 4 26,7 1 6,7 1 6,7 0 0,0 0 0,0 15 100
Sayur 5 33,3 5 33,3 2 13,3 2 13,3 1 6,7 0 0,0 15 100

Dari tabel diatas bisa dilihat terjadi peningkatan waste untuk konsumsi kelompok

makanan sayur dimana terjadi penurunan asupan untuk kategori skala 0 (100%)

makanan dihabiskan yaitu sebesar 33,3% dari total respondens atau sekitar 5 orang

dari total 15 respondens.

Berikut dibawah ini ditampilkan grafik gambaran sisa makanan berdasarkan

kelompok bahan makanan.

Grafik 1. Gambaran
Waste Makanan Pokok
Sisa Makanan
180.0 Kelompok Makanan
160.0
60.0 Hari III Hari II Hari I
140.0 Pokok
120.0
100.0
66.7
80.0
Dari data
60.0 13.3
40.0 13.3 13.3
grafik diatas bisa
46.7 13.3
20.0 26.7 6.7 0.0
13.3 6.7 6.7
0.0
6.7 6.7
0.0 digambarkan
100% 75% 50% 25% 4% 0%
bahwa angka sisa

(waste) untuk makanan pokok yang paling banyak yaitu di hari III dan I dengan melihat

jumlah komulatif persentase dari nilai pada skala 2 sampai dengan skala 5 yaitu

sebanyak 26,67% dari semua respondens.

Grafik 2. Gambaran Sisa Makanan Kelompok Makanan Lauk Hewani


Waste Lauk hewani
80.0
66.7
70.0 Hari I Hari II Hari III
60.0
60.0

50.0

40.0 33.3
30.0
20.0
20.0 13.3
10.0 6.7 6.7
0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
100% 75% 50% 25% 4% 0%

Sedangkan untuk waste pada kelompok bahan makanan lauk hewani yaitu

dapat dilihat dari grafik diatas bahwa rata – rata respondens yang menghabiskan lauk

hewani sebanyak 62,22%, sedangkan untuk yang tingkat konsumsi 75% sebanyak

28,89%, dan yang menghabiskan setengahnya yaitu sebanyak 4,44%, dan 2,22%

daro total respondens untuk tingkat konsumsi skala 3 dan 4.

Grafik 3. Gambaran Sisa Makanan Kelompok Makanan Lauk Nabati

Waste Lauk Nabati


0.3 0.3 1.0 0.5

0.4
0.3

0.5

0.4 0.4

0.0 0.0 0.0 0.0


100% 75% 50% 25% 4% 0%

Hari I Hari II Hari III


Demikian juga dengan tingkat konsumsi lauk nabati masih didapatkan

adanya waste makan pasien yaitu rata-ratanya sebesar 6,66% lebih rendah dari sisa

makanan lauk hewani, tapi dibandingkan dengan tingkat asupan kategori seratus

persen atau untuk skala 0 memilki nilai yang sama yaitu sebesar 62,22% respondens

yang menghabiskan lauk nabati.

Grafik 4. Gambaran Sisa Makanan Kelompok Makanan Sayur

Waste Sayur
0.2 0.4 0.3 0.5 0.5

0.4
0.3
0.3

0.3 0.5
0.4
0.3 0.3
0.3

0.0 0.0
100% 75% 50% 25% 4% 0%

Hari I Hari II Hari III

Berdasarkan data dari grafik diatas dapat digambarkan bahwa tingkat asupan

pasien untuk konsumsi sayur masih rendah yaitu rata – rata konsumsi selama

pengamatn selama 3 hari masih dibawah 50% atau sekitar 44,44%. Dan waste

tertinggi terjadi pada pengamatan di hari ketiga yaitu sebesar 33,3%.


Dalam buku pedoman standar pelayanan gizi rumah sakit (PGRS, 2013)

dikatakan bahwa ketepatan diet adalah memberikan pelayanan atau servis makanan

kepada pasien sesuai dengan keadaan pasien atau penyakit yang diderita pasien

sehingga makanan atau diet yang diberikan dapat membantu mengoptimalkan

keadaan pasien kembali dalam keadaan umum yang baik.

Terjadinya sisa makana bisa desebabkan beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi yang berakibat pada asupan makan selain faktor yang berasal dari

dalam diri pasien atau faktor internal, juga faktor di luar pasien atau faktor eksternal.

Faktor internal meliputi nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya

makanan tambahan dari luar. Pada umumnya, bagi pasien yang berada dalam

keadaan sedih, merasa takut karena menderita suatu penyakit, ketidakbebasan gerak

karena adanya penyakit tertentu sering menimbulkan rasa putus asa, sehingga pasien

kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, bila pasien dalam keadaan sehat dan senang

biasanya mempunyai nafsu makan yang lebih baik atau meningkat.

Kebiasaan makan pasien dapat mempengaruhi pasien dalam menghabiskan

makanan yang disajikan. Bila kebiasaan makan sesuai dengan makanan yang

disajikan baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung

dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan

kebiasaan makan pasien, maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian dan ada

kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit.

Rasa bosan biasanya timbul bila pasien mengkonsumsi makanan kurang

bervariasi, sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan. Rasa bosan

juga dapat timbul bila suasana lingkungan pada waktu makan tidak berubah. Untuk
mengurangi rasa bosan tersebut, selain meningkatkan variasi menu, juga perlu

adanya perubahan suasana lingkungan pada waktu makan. Faktor eksternal meliputi

cita rasa makanan, penampilan, cara penyajian, waktu penyajian, dan sikap petugas.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Waste (sisa) terbanyak untuk kelompok bahan makanan sayur yaitu rata –
rata 26,67% dari total respondens sebanyak 15 orang selama pengamatan 3
hari.
2. Beberapa faktor – faktor penyebab sisa makanan pada pasien yaitu :
a. Adanya asupan makanan dari luar layanan makan yang diberikan rumah
sakit
b. Kebiasaan makan pasien yang tidak sesuai dengan jenis menu yang biasa
di konsumsi di rumah.
c. Kondisi Psikis pasien yang dalam kondisi tidak nyaman akibat baru
melahirkan.
d. Tidak ada nafsu makan.
B. SARAN
1. Sebaiknya memberikan makanan yang sesuai dengan diet pasien dan
mempertimbangkan kultur budaya setempat.
2. Lebih memperhatikan dalam bentuk dan rasa makanan sehingga dapat
menggugah keinginan dari pasien untuk

DAFTAR PUSTAKA

 Kementerian kesehatan republik Indonesia. 2013. Pedoman pelayanan gizi


rumah sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
 Arisman. 2010. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta:Penerbit buku kedokteran
 Moehyi , syhmin. 1992, Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga,
dalam jurnal kesehatan republik Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2014 jam
18.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai