DISUSUN OLEH :
INTAN LAISANI (P07131218 011)
MAISA APRILIA (P07131218 016)
NABILA (P07131218 019)
RASMAWATI (P07131218 025)
ROZI PRADITAMA (P07131218 075)
SITI ASNAWIYATUZUHRIYAH (P07131218 029)
i
DAFTAR ISI
ii
U. Pengembanagn/modifikasi Formula ................................................. 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38
A. Kesimpulan ....................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42
LAMPIRAN .................................................................................................... 43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang di tandai dengan persaingan dalam berbagai
aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang
digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup dan tingkat
Pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat
kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di
dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya
harus di rawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.
(Kemenkes, 2013).
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. (Depkes RI, 2006).
1
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan. Mutu pelayanan
gizi yang baik akan mempengaruhi indicator mutu pelayanan Rumah Sakit. Semakin
baik kualitas pelayanan gizi rumah sakit semakin tinggi tingkat kesembuhan pasien,
semakin pendek lama rawat inap dan semakin kecil biaya perawatan rumah sakit
(Depkes 2007 dalam Uyami, dkk., 2012).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan manajemen sistem penyelenggaraan makanan di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen sudah sesuai dengan standar
penyelenggaraan makanan rumah sakit ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk menganalisis mananajemen sistem penyelenggaraaan
makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bentuk penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
2
6. Pengadaan bahan makanan
7. Pemesanana bahan makanan
8. Pembelian bahan makanan
9. Penerimaan bahan makanan
10. Penyimpanan bahan makanan
11. Penyaluran bahan makanan
12. Persiapan banhan makanan
13. Pengolahan/pemasakan bahan makanan
14. Distribusi dan penyajian bahan makanan
15. Pencatatan dan pelaporan
c. Menganalisis uji kelayakan fisik mutu untuk hygiene dan sanitasi makanan
d. Untuk mengetahui konsep analisis bahaya pada titik pengendalian proses
(HACCP)
e. Menganalisis pengawasan makanan makanan berdasarkan skor keamanan
pangan
f. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi terapan
g. Mengkomunikasikan hasil penelitian dan pengembangan gizi terapan
3
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa
perkuliahan serta dapat menambah wawasan dan pengalaman
c. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi
mahasiswa yang bersangkutan apabila telah menyelesaikan perkuliahan,
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
E. Kompetensi PKL
1. Kompentensi Umum
a. Menetapkan standar makanan dan menginterprestasikan komposisi zat gizi
dalam makanan
4
BAB II
ANALISIS SITUASI PENYELENGGARAAN MAKANAN
2. Sejarah Perkembangan
Rumah Sakit Umum Bireuen mulai dibangun sejak tahun 1929 (pada masa
Kolonial Belanda) di kewedanaan Bireuen. Pada tanggal 1 Desember 1971 sesuai
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahwa setiap Kecamatan seluruh
Indonesia harus memiliki 1 (satu) Puskesmas Induk, maka berubah status menjadi
Puskesmas Jeumpa, yaitu pada masa kepemimpinan dr. Ali Yazir Hasibuan.
Berkat terobosan-terobosan yang dilakukan baik oleh Bupati Aceh Utara (pada
saat itu Bireuen masih dalam wilayah kabupaten Aceh Utara), maupun Kepala
Puskesmas Jeumpa beserta stafnya, maka status Puskesmas Jeumpa berubah menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen sesuai dengan Keputusan Bupati Aceh Utara
Nomor 69 Tahun 1992 dan persetujuan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Nomor :
283 YANMED/RS.UMDIK/ YANKES/II/1992 tanggal 1 Maret 1992 kemudian
disempurnakan dengan kepyutusan Bupati Aceh Utara Nomor 11 Tahun 1994 tanggal
16 Mei 1994 dengan status kelas D serta telah mendapat persetujuan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia dengan teleknya Nomor : 061/1575/SJ/tanggal 4 Mei 1995
dan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor:
310/1/1996 tentang peningkatan kelas RSUD Bireuen dan kelas D menjadi kelas C dan
telah diedarkan dengan nomor 12 tahun 1996.
1
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 48 tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Bireuen Dan Simeuleu, maka Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen yang
selama ini merupakan milik pemeritah Daerah Aceh Utara menjadi milik Pemerintah
Daerah Bireuen dan telah dikeluarkan surat Keputusan Bupati Bireuen Nomor : 44
tahun 2000 tanggal 2 Mei 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen.
Pada tanggal 11 juni 2001 rumah sakit umum daerah bireuen diresmikan
namanya menjadi rumah sakit umum daerah dr fauziah sesuai dengan surat keputusan
Bupati Bireuen Nomor 017 tahun 2001 tanggal 27 jenuari 2001 tentang pemberian
/pengukuhan nama rumah sakit umum dearah Bireuen menjadi rumah sakit umum daerah
dr fauziah bireuen.
3. Keadaan Geografis
Kabupaten bireuen sebelumnya merupakan bagian dari kabupaten Aceh
Utara,kemudian melalui undang –undang nomor 48 tahun 1999 dan di ubah dengan
undang-undang nomor 18 tahun 2000,Bireuen dimekarkan menjadi sebuah kabupaten
yang berdiri sendiri(Otonom) dalam provinsi Aceh.secara geografis,kabupaten bireuen
memiliki posisi strategis,kerena terletak pada koridor pantai timur sumatera dan pada
jalur perdagangan daerah ,yaitu persimpangan jalur lalu lintas Banda Aceh-Medan dan
Benar Meriah,pada garis 04◦54`-05◦18 lintang Utara dan 96◦20`-97◦21 Bujur
Timur,dengan batasbatas sebagai berikut:sebelah utara : selat Malaka :sebelah selatan
Kabupaten benar meriah :sebelah timur.kabupaten aceh utara,sebelah barat kabupaten
pidie jaya kabupaten bireuen mempunyai luas wilayah 1,901,21 km atau 190.121
Ha.Terbagi dalam 17 kecamatan ,75 kemukiman ,609 Gampong.
b. Misi
1. Memerikan pelayanan kesehatan bermutu, berorientasi, pada kecepatan,
ketepatan dan keselamatan berdasarkan etika dan profesionalisme.
2
2. Menyediakan perlatan atau fasilitas, sarana dan prasarana pendukung yang
mutahir.
3. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kompotensi dibidang
nya.
c. Moto
“Kepuasan pelanggan adalah Kebahagian kami berkerja”.
b. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. Motto
N = Nikmat dalam menyeajikan makanan
U = Unggul dalam pelayanan
T = Terampil dalam pelayanan di dapur dan di ruangan
R = Ramah tamah dalam melayani
I = Indah dalam penampilan
3
form uji kelayakan fisik untuk hygiene sanitasi makanan jasa boga golongan B
(PEMENKES RI,NOMOR: 1096 /MENKES/PER/VI/2011).
b. Fasilitas pencucian dari bahan yang kuat,permukaan halus dan mudah dibersihkan
c. Setiap perlatan dibebashamakan dengan larutan kaporit air panas selama 2 menit
d. Setiap tempat pengolahan makanan dilengkapi tempat cuci tangan yang diletakkan di
dekat dapur
f. Tersedia lemari penyimpanan dingin yang dapat mencapai suhu -10C sampai -5C
4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Sistem di borongkan yaitu penyelenggaraan makanan dengan
memanfaatkan perusahaan jasa boga atau katering untuk penyediaan
makanan di rumah sakit. Sistem diborongkan dapat dikategorikan menjadi
2 yaitu, diborongkan secara penuh (full out sourcing) dan diborongkan
hanya sebagaian (semi out sourcing).
c. Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan
yang merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan
sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang ada. Pihak rumah sakit
dapat menggunakan jasa boga atau katering hanya untuk kelas VIP atau
makanan karyawan, sedangkan selebihnya dapat dilakukan dengan
swakelola.
2
B. Mengidentifikasi SDM dan Jumlah Tenaga dan Kualifikasi SDM Pada
Penyelenggaraan Makanan
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam
berbagai aspek, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
tinggi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Kesehatan dan gizi
merupakan factor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas SDM suatu Negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan
ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi
yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam
keluarga dan pelayanan gizi individu yang karena kondisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana, pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS)
(PGRS, 2013)
3
Tanggal/Bulan/Tahun
NO NAMA ASN/Non ASN Jabatan
Mulai Bekerja di Unit
1 NONONG FAUZIAH, SKM 23 September 1997 Ahli Gizi/Nutrisionis Penyelia
2 YULDAWITA RZ 3 September 1995 Ahli Gizi/Nutrisionis Penyelia
3 YUSNA MAHNITA, SKM 19 Juli 1997 Ahli Gizi/Nutrisionis Penyelia
4 MAULIDA, AMG 12 Oktober 1999 Ahli Gizi/Nutrisionis Penyelia
5 NANDA NAFIZATUN ULFA, AMG 14 November 2013 Ahli Gizi/Nutrisionis Mahir Lanjutan
6 NANDA RESTU USWATUL HASANAH, S.Gz 1 Desember 2016 Ahli Gizi/Nutrisionis Pertama
7 LENI ZAHARA, AMG 1 Januari 2020 Ahli Gizi/Nutrisionis Penyelia
8 SARWIKA PUTRI, AMG 5 Juni 2014 Ahli Gizi
9 NAILA FAHIRA AZMAN, STr.Gz 2 Januari 2020 Ahli Gizi
10 IRA ROZATUL, Amd. Gz 2 Januari 2020 Ahli Gizi
11 AUNA AULIANI, Amd. Gz 5 Mai 2021 Ahli Gizi
12 SRI DEVI, STr. Gz 19 Maret 2021 Ahli Gizi
13 MILA MAULINA, STr. Gz 5 Mai 2021 Ahli Gizi
14 QUDDUSIS SARA, Amd.Gz 5 Mai 2021 Ahli Gizi
15 MARIANI 1 November 2006 Pencuci Peralatan
16 NURJANNAH 10 Oktober 2002 Juru Masak/Pengolah Makanan
17 ISWANI 3 Mai 1993 Juru Masak/Pengolah Makanan
18 RATNA DEWI 1 Januari 2002 Juru Masak/Pengolah Makanan
19 NURMASYITAH 17 Januari 2020 Juru Masak
20 IRHAMNI 7 Januari 2010 Juru Masak
21 AGUSTIANI 1 Mai 2003 Juru Masak/Pengolah Makanan
22 NAZARIAH 5 Maret 2013 Juru Masak
23 YUSRA 7 Agustus 2004 Juru Masak/Pengolah Makanan
24 RUKAIYAH Juru Masak/Pengolah Makanan
25 SITTI AISYAH 1 Januari 2001 Juru Masak/Pengolah Makanan
26 DAHLIANA 15 September 2015 Juru Masak
27 MURSYIDAH 1 Januari 1992 Juru Masak/Pengolah Makanan
28 NURLELI 1 Januari 2003 Juru Masak/Pengolah Makanan
29 MARYATI 23 Januari 2008 Juru Masak
30 BASYARULLATIF 25 September 2019 Pramusaji
31 VINDA LAMKARUNA 3 Januari 2019 Pramusaji
32 ZULFIKAR 1 januari 2016 Pramusaji
33 NURUL AKMAL 17 Januari 2020 Pramusaji
34 KARLINA 3 Januari 2019 Pramusaji
35 EDI NUR 3 September 2016 Pramusaji
36 RIZKA FONNA 3 November 2019 Pramusaji
37 IRMAYANTI 05 Maret 2013 Pramusaji
38 ELVIANI 16 November 2020 Pramusaji
39 MAHLIAWATI 22 Oktober 2020 Pramusaji
1
C. Melakukan Identifikasi Fasilitas Fisik dan Tata Letak Dapur
1. Fungsi Dapur Penyelenggaraan Makanan
Dapur adalah tempat untuk memproduksi/mengolah makanan dan
minuman yang berkualitas dari bahan yang belum jadi, dipersiapkan sesuai
dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan, dimana dapur
dilengkapi dengan peralatan yang mendukung proses pengolahan makanan
dan minuman. Dapur sebagai pusat atau jantung dari penyelenggaraan
makanan institusi dan merupakan sarana untuk sub sistem produksi
mempunyai fungsi :
a. Ruang Pencucian
Tipe Garis Lurus (Line Shape) atau Single line
Dapur dengan tipe ini adalah bentuk dapur yang paling sederhana, hanya
berupa susunan kabinet memanjang yang menampung seluruh fungsi
dapur pada satu garis lurus. Keuntungan model ini amat menghemat
tempat, dapur bisa digabungkan dengan ruangan lain seperti ruang
makan. Jarak yang ditempuh pekerja pendek, menghemat waktu dan
energi,
1
bahan makanan tidak menunggu lama sebelum diproses. Ruang
Penyimpanan (alat masak dan alat makanan)
b. Ruang Penerimaan Bahan Makanan
Ruang penerimaan bahan makanan menggunakan tipe L, model ini bisa
diterapkan pada ruang yang terbatas. Karena besar ruangan peneriman
terbatas maka diterapkannya tipe L shape
c. Ruang Pengolahan
Tipe L (L Shape) , Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas.
Jalur sirkulasi pada dapur L relatif lebih nyaman. Bentuknya yang siku
memungkinkan pengelompokan antara dapur bersih dan kotor
ditempatkan pada 2 dinding yang berpotongan (di sudut). Keuntungan
dari tipe dapur ini memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak,
cocok untuk ruangan dapur yang mempunyai panjang ruangan terbatas,
cocok untuk memisahkan dua kelompok peralatan dan
pembagian kerja dapat lebih merata. Kerugiannya memerlukan waktu
dan energi yang lebih banyak.
d. Ruang Penyajian/Pemorsian
Tipe U (U shape), Bentuk dapur U biasanya menempati tiga dinding dan
dapat digabungkan dengan bar. Dapur U bisa dimanfaatkan untuk
penyimpanan yang cukup luas. Salah satu tipe dapur yang dapat
menciptakan tempat penyimpanan peralatan yang cukup banyak dan
efektif. Penataan zonanya lebih fleksibel, tergantung kebutuhan
penggunanya. Cocok untuk ruangan dapur kecil dengan sedikit pekerja.
Kerugiannya ruang gerak pekerja terbatas dan bila peralatan terlalumm
banyak terkesan tidak rapi.
2
f. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Basah
Ruang penyimpanan bahan makanan basah mengggunkan tipe L (L
shape)., tipe ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas. Karena besar
ruangan ini terbatas maka diterapkannya tipe L shape
3
3. Denah Ruangan Instalasi Gizi di RSUD dr. Fauziah Bireuen
R.PENYIMPANAN (pintu masuk bahan makanan)
GUDANG ALAT
Ruang MASAK DAN
persiapa ALAT MAKANAN
n
WC Wastafel
4
Denah Instalasi Gizi Rumah Sakit Tipe B yang Seharusnya
Sistem akutansi biaya mengukur dan mengalokasikan biaya dengan demikian unit
cost dapat ditentukan. Unit ini merupakan informasi yang sangat penting bagi suatu
entitas dengan perhitungan unit cost, efisiensi dan kinerja suatu entitas dapat dimonitor
1
dengan baik. Selain itu perhitungan unit cost akan menghasilkan informasi mengenai
biaya per item. Sehingga akan lebih mudah dalam membuat strategi, penganggaran,
maupun berbagai keputusan penting lainnya.
Sarapan Pagi
No Jenis Makanan Bahan Standar Harga Total
porsi (gr) Satuan/kg Harga
2
3 Tumis Kembang Kembang kol 38 Rp. 8000 Rp. 330
kol + Wortel
Wortel 38 Rp. 8000 Rp. 330
Selingan Pagi
Makanan Siang
3
6 Pisang Pisang ayam 100 Rp.20.000 Rp.1.00
0
Selingan Sore
Makan malam
4
Minyak 5 Rp. 11.000/L Rp.
goreng 150.00
Berdasarkan PGRS (2013) food cost atau biaya makanan merupakan seluruh
biaya (cost) yang dikeluarkan untuk dapat menghasilkan suatu makanan dan minuman
dengan standar resep tertentu. Biasanya dikenal dengan porsi makan. Tujuan perhitungan
food cost ini selain membantu dalam menentukan harga jual juga dapat mengetahui tingkat
efesiensi biaya dalam proses menghasilkan suatu menu (porsi) makanan
tertentu.berdasarkan data di atas perhitungan food cost di hitung berdasarkan menu pagi,
siang dan malam yang mencangkup karbohidrat, protein hewani dan protein hewani sayur
dan buah, tetapi di instalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen di pagi hari jumlah harga
makan perpasien Rp. 2.060, selingan pagi Rp.1000, harga makan siang per pasien Rp.
4.454, selingan sore Rp. 1000 dan harga makan malam per pasien Rp. 3.676. Jadi jumlah
harga makan per pasien serta di tambah selingan RP. 12.290.
Di instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen dalam proses penetapan foodcost
digunakan sistem rekanan. Ada penetapan spesifikasi bahan makanan, Perhitungan bahan
makanan dilakukan oleh petugas gizi sehari sekali dengan mengamprah ke bagian PPTK
(Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan). Kemudian bahan makanan dipesan pada rekanan
yang ditunjuk. Spesifikasi yang telah ditetapkan diberikan kepada pihak rekanan, apabila
bahan makanan yang diberi pihak rekanan tidak sesuai dengan spesifikasi maka bahan
makanan tersebut dikembalikan.
5
Penetapan Pemberian Makanan Rumah Sakit (PPMRS) adalah suatu pedoman
yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
makanan pada pasien dan karyawan yang sekurang kurangnya mencakup, ketentuan
macam konsumen yang dilayani, kandungan gizi, pola menu dan frekruensi makan sehari
serta jenis menu.
Di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen dalam penyelenggaraan makanan
untuk pasien mengacu pada peraturan pemberian makanan rumah sakit yang sudah
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit yang mencakup:
a. Ketentuan macam konsumen yang dilayani seperti pasien yang sedang dirawat inap dan
sedang dalam masa pemulihan di RSUD dr. Fauziah Bireuen.
b. Kandungan gizi seperti makanan yang diberikan untuk pasien rawat inap sesuai porsi
dan kebutuhannya.
c. Siklus pada menu makanan yang diberikan kepada sistem beraneka ragam mulai dari
terpenuhi zat gizi kompleks terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan frekuensi
makanan 3 kali sehari dan 2 kali selingan.
Standar bahan makanan adalah baku terjemahan jenis dan jumlah bahan makanan
sehari yang dibutuhkan oleh konsumen pada sistem penyelenggran makanan sesuai
kecukupan gizi dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan menjadi
6
acuan/pedoman legal dalam penyelenggaraan makanan. Standar makanan disebut juga
sebagai Peraturan Pemberian Makan.
b. Terjemahkan standar gizi menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.
Dirumah sakit dr. Fauziah Bireun penyusunan standar bahan makanan dirumah
sakit dikelola oleh ahli gizi yang bertugas pada bidang penyelanggaraan makanan dan
pengelolaan bahan makanan yang disetujui oleh kepala instalasi gizi.
Di instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen dalam pengadaan bahan makanan ada
penetapan spesifikasi bahan makanan, Perhitungan bahan makanan dilakukan oleh petugas
gizi sehari sekali dengan mengamprah ke bagian PPTK (Pejabat Pelaksanaan Teknis
Kegiatan). Kemudian bahan makanan dipesan pada rekanan yang ditunjuk. Spesifikasi yang
telah ditetapkan diberikan kepada pihak rekanan, apabila bahan makanan yang diberi pihak
rekanan tidak sesuai dengan spesifikasi maka bahan makanan tersebut dikembalikan.
7
Bahan yang diterima sudah lebih dari 1 hari dan tidak sesuai dengan spesifikasi
seperti busuk, tidak segar dan layu maka tidak dapat dikembalikan lagi ke pihak rekanan.
Survei pasar tidak dilakukan oleh petugas gizi, karena survei pasar merupakan tugas rekanan.
Pada pengadaan makanan sudah sesuai dengan standar penyelenggaraan Rumah Sakit.
Di instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Kabupaten Bireuen pembelian bahan makanan
dilakukan oleh rekanan yang sesuai dengan permintaan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
oleh pihak instalasi gizi. Pembelian bahan makanan di RSUD dr. Fauziah Bireuen dilaukan
dengan petunjukan langsung kontraktor yang dipercaya oleh rumah sakit. Pihak yang terlibat
8
dalam proses pembelian bahan makanan ini adalah pihak rumah sakit dan kontraktor. Apabila
ada bahan makanan yang dipesan tidak tersedia di rekanan, maka akan diganti dengan bahan
makanan lain yang harganya akan disesuaikan. Pembelian bahan makanan sudah sesuai
dengan standar penyelenggaraan makanan. Rekanan diberikan aprahan daftar bahan makanan
yang perlu dibelanjakan, dan apabila ada bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan maka bahan makanan tersebut akan dikembalikan oleh pihak instalasi
gizi kepada rekanan untuk menukar kembali bahan makanan tersebut dengan bahan makanan
yang sesuai dengan standar spesifikasi.
1.) Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi bahan
makanan yang dipesan
2.) Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang atau dapat
langsung ke tempat pengolahan bahan makanan.
Pada instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen penerimaan bahan makanan dilakukan
setiap 1 hari sekali. Penerimaan bahan makanan meliputi pemeriksaan/pengecekan oleh
petugas gizi dengan menimbang kembali barang yang diterima untuk mengetahui apakah
barang atau bahan makanan yang telah dipesan itu sesuai dengan jumlah yang dipesan. Jika
ada bahan makanan yang tidak memenuhi kriteria atau tidak sesuai, maka bahan makanan
tersebut dikembalikan ke pihak rekanan setelah dilaporkan kepada kepala instalasi gizi untuk
diganti dengan bahan makanan yang sesuai kriteria. Bahan makanan basah seperti : ikan,
udang, tahu tidak dimasukkan ke dalam ruang penerimaan bahan makanan. Akan tetapi,
langsung dimasukkan ke dalam tempat pencucian peralatan dikarenakan prosesnya lebih
mudah
9
makanan yang diterima dicatat pada lembaran penerimaan bahan makanan dan difoto untuk
dokumentasi pihak PPTK (Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan).
Di instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah waktu penerimaan tidak tepat waktu yaitu jam
08.30 – 10.00. seharusnya bahan makanan diterima dari jam 08.00 – 09.00. Hal ini dapat
mengakibatkan keterlambatan proses persiapan sampai pendistribusian makanan pada pasien.
b) Penyimpanan harus memerhatikan system first in first out (FIFO) Dan first expired
first out (FEFO)
c) Tempat dan wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan
d) Penyimpanan bahan makanan dengan lama waktu penyimpanan <3 hari seperti
̊̊
daging, ikan, udang, dan hasil olahannya, yaitu -5-0 C̊ ̊ , telur 5-7 ̊C, sayuran dan
buah yaitu 10 ̊C, dan tepung 25 ̊C
e) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut :
10
segar seperti daging, ikan, sayuran dan buah disimpan dalam freezer yang terpisah
tetapi freezer yang digunakan terdapat thermometer namun tidak digunakan sehingga
tidak ada standar suhu. Pada bahan makanan kering seperti tepung-tepungan, kecap,
gula, garam dan susu bubuk disimpan dalam box yang tertutup yang sudah diberikan
label nama masing-masing kemudian diletakkan pada rak-rak dan disusun rapi, tetapi
bahan makanan kering seperti beras dan telur tidak tersusun rapi dan pada ruang
penyimpanan bahan makanan kering tidak terdapat thermometer ruangan.
Untuk ruang penyimpanan basah dan kering ada beberapa hal yang belum sesuai,
seperti suhu penyimpanan bahan makanan basah dan suhu pengontrol ruang
penyimpanan kering. Sistem penyimpanan bahan makanan sudah sesuai, namun untuk
tempat penyimpanan bahan makanan belum sesuai dengan standar penyelenggaraan
makanan rumah sakit.
Di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Kabupaten Bireuen, bahan makanan yang akan
disalurkan kepada petugas masak, terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh petugas gizi
yang sesuai dengan menu yang di olah dan jumlah pasien yang ada pada hari tersebut.
Penyaluran bahan makanan berdasarkan menu yang ditetapkan atas permintaan dari ahli
gizi ruangan, menggunakan bon/rekapan diet. Pada penyaluran bahan makanan
tersedianya stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan yang digunakan dalam 1
hari. Untuk penyaluran bahan makanan sudah sesuai dengan standar penyelenggaraan
Rumah Sakit.
11
Diinstalasi RSUD dr. Fauziah Bireuen persiapan bahan maknana dilakukan oleh 4 orang
petugas yang ada dipersiapan.persiapan bahan makanan dilakukan sebelum peengolahan
maknan, tidak ada teknis khusus dalam proses persiapan bahan makanan seperti
membersihkan, memotong, mengupas sayuran dilakukan oleh 2 orang petugas, persipan lauk
hewani dilakukan oleh 1 orang petugas pengolahan untuk membantu membersihkan lauk
hewani dan 1 orang petugas lagi mempersiapkan bumbu. Untuk petugas yang berperan hanya
1 orang petugas tetap diruang persiapan bahan makanan, lainnya petugas pengolahan yang
ikut serta membantu di ruang persiapan bahan makanan. Untuk 1 hari dilakukan sebanyak 3
kali pada pagi, siang, sore. Persiapan bahan makanan dilakukan sesauai dengan menu, standar
porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Pada persiapan bahan makanan masih terdapat
beberapa hal yang belum sesuai dengan standar penyelenggaraan makanan rumah sakit yaitu:
a. Pada proses persiapan bahan makanan seperti sayur, masih ada beberapa petugas yang
memotong sayuran terlebih dahulu sebelum dicuci, seharusnya untuk sayuran dicuci
terlebih dahulu baru dipotong yang bertujuan untuk menimilisir hilangnya zat gizi pada
saat proses pencucian.
b. Sudah menggunakan standar resep, standar bumbu, standar porsi, jadwal persiapan dan
jadwal pemasakan. Hanya saja persiapan bahan makanan yang dilakukan belum sesuai
dengan standar penyelenggaraan makan rumah sakit. Standar porsi yang disajikan juga
terkadang masih belum sesuai dengan standar porsi yang telah disuaikan dengan rumah
sakit dr. Fauziah Bireuen. Standar porsi yang biasanya tidak sesuai adalah lauk hewani.
Di instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah sudah ada standar menu, pedoman menu dan siklus menu
secara tertulis. Pengolahan makanan dilakukan oleh 3 juru masak, peralatan yang digunakan
sebagian sudah sesuai seperti cantong, serokan, baskom, dandang, blender, pisau dan wajan.
Pengolahan menggunakan minyak kelapa sawit (minyak kemasan) yang diganti setiap kali
memasak. Pada pengolahan makanan tidak ditambahkan bahan tambahan makanan, hanya
menggunakan garam dan gula. Pengolahan makanan disesuaikan dengan menu yang
diberikan oleh petugas gizi. Proses pemasakan yang digunakan dalam pengolahan bahan
makanan, seperti menggoreng, menumis, merebus dan menyetup. Tidak adanya pengolahan
12
dengan menggukan oven/memanggang dan membakar. Penilaian hasil pemasakan dilakukan
oleh petugas masak dan di bawah pengawasan ahli gizi. Sudah sesuai dengan sistem
penyelenggaraan makanan rumah sakit.
Prinsip penyajian makanan adalah wadah yang terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Prinsip kadar air yaitu bahan makanan yang mengandung
kadar air yang tinggi baru dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makan cepat
basi. Prinsip edible part, yaitu bahan makanan yang disajikan dapat dimakan, prinsip panas
hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera makan.
Prinsip bersih yaitu setiap peralatan/wadah yang digunakan harus higenis, utuh, tidak cacat
atau rusak. Prinsip handiling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan anggota tubuh. Prinsip tepat penyajian disesuaikan dengan kelas pelayanan dan
kebutuhan (Kemenkes 2013).
Pendistribusian makanan di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Biereun menggunakan sistem
sentralisasi yaitu makanan dibagi dan disajikan kedalam kotak makanan yang sesuai dengan
jenis diet yang didalamnya dalam wadah plastic untuk masing-masing jenis makanan.
Makanan yang telah selesai dipersiapkan didistribusikan dengan menggunakan troli ke
ruangan pasien rawat inap. Jumlah petugas pada pendistribusian makanan yaitu sebanyak 10
orang dengan pembagian pada setiap shiftnya dibagi menjadi 2-3 orang. Distribusi makanan
sudah sesuai dengan standar penyelenggraan makanan rumah sakit.
13
pelaporan dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan pencatatan dan
pelaporan meliputi hal-hal berikut:
14
Control Point) merupakan suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya,
menduga perkiraan resiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan
menitikberatkan mentapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitikberatkan
pada pencegahan dan pengendalian proses pengujian proses akhir yang biasanya dilakukan
dengan cara pengawasan tradisional.
Hazard Analyisis adalah metode analisis risko yang bersifat semi kuantitatif yang dilakukan
untuk mengidentifikasikan semua bahaya dan kejadian kecelakaan potensial yang dapat
menyebabkan terjadinya accident/kecelakaan dan juga hazard analisis dilakukan untuk
mengurutkan kejadian kecelakaan tingkat keparahannya.
Di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen konsep analasisi bahaya pada titik
pengendalian proses pada saat penanganan bahan makanan untuk pencegahahn bahaya
biologis, fisik dan kimia sudah dilakukan yaitu dengan cara sortasi, pencucian, pengupasan,
penyiangan dan pengolahan, namun belum dilakukan secara sitematis dan tidak tersedia
secara tertulis untuk setiap menu yang diolah.
Menurut winarno (2004) hazard analyisis critical control point (HACCP) bersifat
sebagai system pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan distribusikan.
Pada pelaksanaan praktis kerja lapangan, ada dilakukan penerapan HACCP oleh
mahasiswa DIV gizi dan Dietetika yang dilaksanakan pada tanggal 18-20 Maret 2021.
Menu yang dipakai dalam uji HACCP adalah onde-onde ubi, kukus tahu panggang isi
15
udang dan sayur, nasi tim subtitusi dan hati ayam, juanlo soup, pepes tahu+wortel dan
buncis, bola-bola tahu, brownies tempe, bubur saring daging ayam +wortel+labu
sisam dan tempe, fish schanizel, tempe cincang masak putih, pepes ikan dan pepes
daging cincang. Beberapa bahan dan proses dari pembuatan menu tersebut
mempunyai potensi bahaya fisik, kimia, maupun biologis. Pada proses penerimaan
bahan makanan hingga proses pendistribusian terdapat beberapa titik kritis diantara
yaitu:
Pada pelaksanaan praktik kerja lapangan ada dilakukan perhitungan SKP oleh mahasiswa
D-IV Gizi dan Dietetika yang dilakukan pada tanggal 6-7 Oktober 2021 Didapatkan hasil
sebagai berikut:
a. Skor keamanan pangan untuk menu Cah Sayuran Saus Tiram = 0,9497 atau 94,97%
sehingga menu Cah Sayuran Saus Tiram tergolong dalam kategori keamanan pangan
sedang
b. Skor keamanan pangan untuk menu Sayur Manis = 0,9783 atau 97,83% sehingga
menu
Sayur Manis tergolong dalam kategori keamanan pangan baik
c. Skor keamanan pangan untuk menu Ikan Asam Manis = 0,9783 atau 97,83% sehingga
menu Ikan Asam Manis tergolong dalam kategori keamanan pangan rawan tapi masih
aman dikonsumsi
16
d. Skor keamanan pangan untuk menu Tumis Wortel dan Labu Siam = 0,9709 atau
97,09% sehingga menu Tumis Wortel dan Labu Siam tergolong dalam kategori
keamanan pangan baik
e. Skor keamanan pangan untuk menu Ikan Masak Kuning = 0,95 atau 95% sehingga
menu Ikan Masak Kuning tergolong dalam kategori keamanan pangan sedang
f. Skor keamanan pangan untuk menu Ikan Bumbu Acar Tumis = 0,9783 atau 97,83%
sehingga menu ikan bumbu bali tergolong dalam kategori keamanan pangan baik
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa skor keamanan pangan termasuk
kategori baik, sedang dan rawan tapi masih aman jika dikonsumsi.
Keterangan:
1. SKP semua kriteria terpenuhi (maksimum) = 1,000
2. SKP minimum untuk kategori baik =m 0,9703
3. SKP minimum untuk kategori sedang = 0,9332
4. SKP minimum untuk kategori rawan tapi masih aman dikonsumsi = 0,6217
1. Penelitian
Beberapa topik penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa D-IV Gizi di Instalasi Gizi
RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Ketersediaan sarana dan prasarana diinstalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen
akan mempengaruhi kualitas layanan gizi yang diberikan. Pada sarana dan
prasarana di diinstalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen sudah berjalan dengan
baik dan sesuai dengan pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS).
17
pelayanan gizi rawat jalan , rawat inap dan penyelenggaraan makanan (Kemenkes
RI, 2013).
b. Gambaran Hygine penjamah makanan di instalasi gizi rumah sakit dr. Fauziah
Bireuen.
c. Survey kepuasan makanan pasien di instalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengenai gambaran survey
kepuasan pada pasien di ruangan RSUD dr. Fauziah Bireuen dapat disimpulkan
masih banyak pasien yang kurang puas akan menu masakan rumah sakit.
d. Gambaran sisa makanan biasa dan makanan lunak pasien rawat inap di RSUD dr.
Fauziah Bireuen
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengenai gambaran sisa
makanan pada pasien di ruangan RSUD dr. Fauziah Bireuen dapat disimpulkan
untuk makanan pokok hari pertama mendapatkan hasil persentse sisa makanan
biasa nasi sebesar 31.4%, Untuk lauk hewani mendapatkan hasil persentase sisa
makanan scbesar 31.4%, untuk lauk nabati 31.4%, Untuk sayur sebesar 27.8%
dan untuk buah mendapat persentase 20.7%. Pada makanan lunak hari pertama
mendapat hasil persentase sisa makanan pokok nasi sebesar 56.6%, untuk lauk
hewani 56.6%, lauk nabati 56.6%, untuk sayur 56.6%, dan untuk buah 31.6%.
Sisa makanan pokok di hari kedua untuk makanan biasa nasi sebesar 32.9%, untuk
lauk hewani 32.9%, lauk nabati 32.9%, untuk sayur 41.2%, dan untuk buah
32.9%. pada makanan lunak hari kedua mendapatkan persentase nasi 31.6%, lauk
hewani 31.6%, dan sayur 31.6%. Pada hari ketiga mendapatkan persentase
makanan biasa nasi
37.5%, lauk hewani 37.5%, lauk nabati 41.6%, sayur 58.3%, sedangkan untuk
buah 45.8%. Dari hasil sisa makanan sehari rata-rata (≥20) artinya makanan yang
disediakan pada hari tersebut makanan banyak tersisa, sedangkan jika (≤20)
artinya makanan sedikit tersisa.
18
e. Kesesuaian Standar Porsi Makanan Lauk Hewani dan Lauk Nabati Pada Siklus Menu
2,3 dan 4 Waktu Makan Siang yang Disajikan di Instalasi Gizi RSUD dr.Fauziah
Bireuen
Dari hasil penelitian maka diperoleh hasil: untuk kategori Lauk Hewani
pada siklus menu 2,3 dan 4 pada waktu makan siang, skor persentase sebesar
66,5% dengan hasil “kurang sesuai”. Dan untuk Kategori Lauk Nabati pada siklus
menu
2,3 dan 4 pada waktu makan siang diperoleh hasil “sesuai” dengan skor persentase
sebesar 99,66%.
f. Gambaran kesesuaian standar porsi nasi lunak, nasi biasa , dan sayuran yang
disajikan di instalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Dari data hasil penelitian menjelaskan bahwa kesesuaian standar porsi pada
nasi biasa, nasi lunak dan sayuran sebagaian besar baik hingga mencapai angka
96,42% sedangkan yang dikatakan kurang yaitu hanya 3,57%.
1. Kesesuaian Standar Porsi Makanan Lauk Hewani dan Lauk Nabati Yang Disajikan
Di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen.
19
Setelah dilakukannya pengembangan mutu disimpulkan bahwa sebelum
dilakukannya pendidikan dan pelatihan terkait standar porsi, mutu penjamah makanan
dalam melakukan pemorsian adalah 83,08%, sedangkan sesudah pengembangan mutu
persentase mutu penjamah makanan meningkat menjadi 96,37%. Upaya perbaikan
mutu di instalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen dikatakan berhasil dilihat dari
persentase yang meningkat sebanyak 13,29%.
2. Surve kepuasan makanan pasien di rumah sakit umum daerah dr. Fauziah Bireuen.
Berdasarkan prnrlitian yang sudah dilakukan mengenai gambaran survey
kepuasan pada pasien di ruangan RSUD dr. Fauziah Bireuen dapat disimpulkan
banyak pasien yang tingkat kepuasan terhadap makanan berkurang akan menu
masakan rumah sakit.
3. Gambaran kesesuaian standar porsi nasi lunak, nasi biasa dan sayuran di rumah sakit
dengan porsi nasi lunak, nasi biasa, dan sayuran yang disajikan.
4. Sarana dan prasarana diruangan instalasi gizi rumah sakit umum dr. Fauziah Bireuen
diketahui gambaran rata-rata ketepatan penggunaan peralatan di ruang persiapan dan
pengolahan bahan makanan di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen sudah dalam
kategori baik yaitu sebesar 95%.Observasi dilaksanakan setelah dilakukan diklat di
beri penjelasan sedikit demi sedikit kepada petugas penjamah makanan, sehingga ada
perubahan menyangkut ketepatan penggunaan peralatan. Seperti penggunaan pisau
dan talenan sudah di bedakan kelompok bahan makanan seperti buah, bumbu,
daging, ikan dan unggas.Pada saat memotong sayuran pisau yang digunakan masih
mengunakan cutter.
5. Sisa makanan biasa dan makanan lunak pasien rawat inap di RSUD dr. Fauziah
Bireuen.
20
32.9%%, Untuk lauk hewani mendapatkan hasil persentase sisa makanan scbesar
32.9%, untuk lauk nabati 32.9%, Untuk sayur sebesar 41.2% dan untuk buah
mendapat persentase 20.7%. Dari hasil sisa makanan sehari rata-rata (≥20) artinya
makanan yang disediakan pada hari tersebut makanan banyak tersisa, sedangkan jika
(≤20) artinya makanan sedikit tersisa.
6. Gambaran hygiene penjamah makanan di instalasi gizi rumah sakit umum daerah dr.
Fauziah Bireuen.
• Kondisi pasien penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUD dr. Fauziah
Bireuen dalam kategori baik (100%)
• Hygiene penjamah dalam menjaga kebersihan diri berada dalam kategori baik
(100%)
Secara keseluruhan, hygiene penjamah makanan sudah dalam kategori baik yaitu .
(99%)
Ada belom sempurna seperti penjamah makanan tidak memakai ataupun tidak
ada baju seragam penjamah makanan.belum optimal tetapi bukan berarti standar
prosedur operasional lainnya dinyatakan gagal, hanya saja penerapan standar yang
lainnya sering terlewatkan karena faktor kesibukan dan ketenagaan yang kurang dan
waktu.
U. Pengembangan/modifikasi Formula
Pengembangan atau modifikasi formula (resep) dilakukan dengan tujuan meningkatkan mutu
cita rasa makanan. Pengembangan resep yang telah dilakukan yakni:
21
No Kriteria N % SukaN % N % N % N %
Penilaian
1 Aroma - % - % 10 % 40 % 40 %
2 Rasa - % - % - % 30 % 70 %
3 Tekstur - % - % 50 % - % 40 %
4 Warna - % - % - % 60 % 20 %
3. Puding sutra
22
Suka Tidak suka
(1,2)
No Kriteria (3,4,5)
N % N %
1 AromaPen 10 100 0 100%
ilaian
2 Rasa 10 100 0 100%
3 Tekstur 10 100 0 100%
4 Warna 10 100 0 100%
6. Bubur daju
Suka Tidak suka
(1,2)
No Kriteria (3,4,5)
N % N %
1 AromaPen 10 100 0 100%
ilaian
2 Rasa 10 100 0 100%
3 Tekstur 10 100 0 100%
4 Warna 10 100 0 100%
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Pada penyelenggaraan rumah sakit RSUD dr. Fauziah bireuen dilakukan
dengan sitem swakelola, dimana instalasi gizi/unit gizi bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan makanan.
d. Pengadaan bahan makanan di instalasi gizi RSUD dr. Fauziah Bireuen sudah
sesuai dengan spesifikasi bahan makanan. Perhitungan bahan makanan
dilakukan oleh petugas gizi sehari sekali dengan mengamprah ke bagian
PPTK (Penjabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan). Pembelian bahan makanan
sudah sesuai dengan standar penyelenggaraan rumah sakit, di Instalasi Gizi
dr. Fauziah Bireuen pembelian bahan makanan dilakukan oleh rekapan yang
sesuai dengan permintaan dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pihak
Instalasi Gizi.
1
freezer yang digunakanpun terdapat thermometer namun tidak digunakan
sehingga tidak ada standar suhu, dan pada penyimpanan bahan kering tidak
terdapat thermometer ruangan.
h. Pada proses persiapan bahan makanan yang dilakukan belum sesuai dengan
standar penyelenggaraan makanan rumah sakit karena pada proses persiapan
bahan makanan seperti sayuran masih ada beberapa petugas yang memotong
sayuran terlebih dahulu sebelum dicuci, petugas juga menggunakan kater dan
pisau dapur rumahan untuk mempersiapkan bahan, serta pisau dan talenan
yang digunakan tidak sesuai.
j. Distribusi makanan belum sesuai karena tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dan kekurangan pramusaji sehingga penggunaan troli
tertutup tertutup belum dilakukan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
a. Pihak Rumah Sakit dapat lebih memperhatikan instalasi gizi, dikarenakan
instalasi gizi merupakan bagian penting dalam proses pelayanan kesehatan
serta sarana untuk mempercepat penyembuhan pasien dalam bentuk
pemberian makanan.
2
2. Bagi Instalasi Gizi
a. Ahli gizi dapat meningkatkan pengawasan dalam setiap proses
penyelenggaraan makanan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan
kualitas kinerja petugas, hygiene sanitasi, ketepatan penggunaan peralatan,
dan penggunaan APD
3
a. Penjamah makanan lebih meningkatkan lagi kesadaran dalam menggunakan
alat pelindung diri (APD) dengan benar dalam mencapai produktifitas kerja
petugas.
4
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, B., Intiyati, A., & Widartika. (2018). Sistem Penyelenggaraan Makanan
Institusi. 4(3), 354.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktur
Jendral Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak.
Depkes RI, 2006. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
Lampiran 1.
FORM DOKUMEN RANCANGAN HACCP
5
Pada.... (Produk pangan) dl ...... (nama institusi) Oleh :
I. TEAM HACCP
(tetapkan team HACCP dan uraian tugasnya, untuk produk tersebut)
II. DEFINISI HACCP & CCP
(Tuliskan pengertian HACCP & CCP pada produk tersebut)
III. TARGET HACCP
(uraikan target/tujuan penerapan HACCP pada produk tsb)
IV. DESKRIPSI PRODUK
(Uraikan nama produk, bahan, konsumen, cara penyimpanan, cara distribusi, cara konsumsi,
cara produk singkat)
V. INGREDIENTS (Komposisi)
(tuliskan bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan produk)
VI. ANALISIS BAHAYA & KATEGORI RESIKO
(uraikan jenis/kelompok dan nama bahaya form 1)
(lakukan analisa resiko bahaya Form 2)
VII. DIAGRAM ALIR PROSES
(Uraikan diagram alir proses pembuatan produk)
VIII. CCP DESSISSION TREE
(lakukan analisa penetapan CCP untuk bahan, resep/formulasi, dan tahap proses dengan
Lampiran 2.
6
No Bahaya Bahaya Jenis Cara
Mentah/Ingridien/Bahan (B(M)/K/F) Bahaya Pencegahan
Tambahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7
Makanan........
Bahan Mentah :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
A = Produk untuk konsumen beresiko tinggi
B = Mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan E =
kemungkinan kesalahan yang salah selama penyajian, distribusi, penjualan, dan konsumsi
Lampiran 4.
8
Keterangan :
P1 = Apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang berbahaya
P3 = Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk antara atau produk akhir penting
untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima
P6 = Apakah tahap proses ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai
batas aman?
Lampiran 5.
FROM UJI KELAYAKAN FISIK
UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN JASA BOGA
(PERMENKES RI, NOMOR : 1096/Menkes/PER/VI/2011)
penilaian : ........................................................................
setinggi 2 m
6 Pintu dan jendela dibuat dengan baik 1
dan kuat. Pintu dibuat menutup
sendiri, membuka kedua arah dan
dipasang alat menahan lalat dan
baubauan. Pintu dapur yang
berhubungan keluar membuka ke arah
luar
PENC AHAYAAN
10
7 Pencahayaan sesuai dengan 1
kebutuhan dan tidak menimbulkan
bayangan. Kuat cahaya seikitnya 10
fc pada bidang kerja
PEN GHAWAAN
8 Ruang kerja maupun peralatan 1
dilengkapi ventilasi yang baik
sehingga diperoleh kenyamanan dan
sirkulasi udara
AIR B ERSIH
9 Sumber air bersih yang 5
aman,
jumlahnya cukup dan air bertekanan
AIR KOTOR
10 Pembuangan air kotor dari dapur, 1
kamar mandi, WC dan air hujan,
lancar, baik dan kering sekitar
11
14 Keadaan ruangan bersih dari barang 1
yang tidak berguna. Barang tersebut
disimpan rapi digudang
KAR YAWAN
15 Semua karyawan yang bekerja bebas 5
dari penyakit infeksi, penyakit kulit,
bisul, luka terbuka dan ISPA
MAK ANAN
18 Sumbernya, keutuhan dan tidak rusak 5
19 Bahan yang terolah dalam 1
wadah/kemasan asli terdaftar,
berlabel, tidak kadarluarsa
12
22 Perlindungan terhadap peralatan 2
makan dan masak dalam cara
pembersihan, penyimpanan,
penggunaan dan pemeliharaannya
JUMLAH 65
KHU SUS GOLONGAN A.I
27 Ruang pengolahan makanan tidak 1
dipakai ruang tidur
28 Tersedia 1 buah lemari es (kulkas) 4
JUMLAH 70
KHU SUS GOLONGAN A.2
29 Pengeluaran asap dapur dilengkapi 1
dengan alat pembuangan asap
JUMLAH 74
13
KHU SUS GOLONGAN A.3
32 Saluran pembuangan limbah dapur 1
dilengkapi dengan grease trap
(penangkap lemak)
33 Tempat memasak terpisah secara jelas 1
dengan tempat penyiapan makanan
matang
JUMLAH 83
KHU SUS GOLONGAN B
36 Sudut lantai dan dinding konus 1
37 Tersedia ruang belajar 1
38 Alat pembuangan asap dilengakapi 1
filter
JUMLAH 92
KHU SUS GOLONGAN C
41 Ventilasi dilengkapi dengan 1
alat pengatur suhu
14
44 Rak pembawa makanan & alat 1
dilengkapi dengan roda penggerak
JUMLAH 100
...............,.......2021
Pemeriksa,
(................................)
15