Anda di halaman 1dari 48

Amalia Purwandari, S.ST, M.

Gz, RD
Instalasi Gizi RSUD Dr Soetomo Surabaya
 Kondisi pasien kritis
 Pasien yg nyawanya dalam ancaman

Kondisi Kritis :
Semua keadaan yg dapat mengakibatkan
kematian dengan segera
Contoh : hipoksia, shock, keracunan,perubahan
homeostatis, gagal fungsi organ.
 Kesadaran menurun
 Vital sign abnormal :
* RR / Pernafasan
* Nadi
* Tensi/tekanan darah
* Suhu
Diperlukan segera :
 Penyelamatan nyawa
 Menghilangkan pengancam

Tindakan Medis/ Critical care


( di tempat s/d ICU) → langkah ABCD
Merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit yg
terpisah, dengan tenaga dan perlengkapan
khusus yg ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yg
menderita penyakit atau penyulit yg
mengancam jiwa atau potensial mengancam
jiwa
Pasien elektif pasca operasi mayor
Pasien emergency akibat trauma
mayor
Pasien dgn sepsis
Pasien gagal nafas
Sistem skoring APACHE II :
 Acute Physiologic Score
 Age Point
 Chronic Health Points

Total APACHE Score


 Dilakukan life support
 Dilakukan Diagnosis dan terapi intensif
 Pencegahan komplikasi
 Perawatan intensif, nutrisi dan fisioterapi
yang adekuat

Dukungan nutrisi px kritis : bagian penting


perawatan
 Gangguan hemodinamik
 Perubahan Metabolisme
 Gangguan GI Tract
 Gangguan keseimbangan asam
basa
 Tahap I ( Ebb Phase ) :
Produksi hormon stress, pergeseran cairan,
kebutuhan energi ↓.
 Tahap II ( Ebb Phase ) :
Katabolisme, resistensi insulin, kebutuhan
energi ↑.
 Tahap III ( Flow Phase ) :
Anabolisme.
Pasien Kritis di ICU :

Cenderung mangalami malnutrisi :

 Nutrisi
tidak adekwat
 Keterlambatan memulai pemberian nutrisi
Akibat Malnutrisi pada pasien kritis :

 Meningkatkan morbiditas, mortalitas


 Penurunan pertahanan tubuh
 Ketergantungan dengan ventilator
 Tingginya angka infeksi
 Penyembuhan luka yang lama
 Hari rawat pasien memanjang
 Menjamin kecukupan zat gizi dan
menghindari masalah yang disebabkan
overfeeding atau refeeding syndrom.
 Memberikan nutrisi pasien sesuai kebutuhan

Perlu penilaian Status Gizi


Anamnese Gizi
Antropometri : BB,TB, LLA, LOLA
Biokimia : Albumin, pre-albumin, Hb
Imunologi : TLC
SGA ( Subyektif Global Assesment )
 Kebiasaan makan
 Kehilangan BB baru/ kronis
 Gangguan gastrointestinal
 Penurunan kapasitas fungsional
 Penilaian jaringan lemak
 Kondisi klinis
 Level stres
ENERGI :
Formula Harris Benedict :
BEE : Laki-laki : 66,47 + (13,75 x BB) + ( 5 x TB ) – ( 6,76 x U )
Perempuan : 655 + (9,56 xBB) + (1,85 x TB) – (4,67 x U )
Energi = BEE x Faktor Stress
Faktor Stress : post op :1 – 1,3
Kanker : 1,1 – 1,3
Peritonitis : 1,2 – 1,4
Syndrom kegagalan Organ : 1,2 – 1,4
Luka Bakar : 1,2 – 2

Rule of Thumb : 25 – 30 kal/kg BB/hari


 PROTEIN :
* 1,2 – 1,5 gr/kgBB/hari
* 0,5 gr/kgBB/hr
(kegagalan hati akut , uremia )
* 1,5 – 2
( Luka Bakar, inflamasi yg tdk terkontrol)

 LEMAK :
30-50 % total kalori

 KH :
50 - 60 % total kalori
 MIKRONUTRIENT :
Vitamin A,E,K, B1, B6,C,asam pantotenat dan
asamfolat

 NutrisiTambahan:
Glutamin, BCAA, arginin
NUTRISI :
 ORAL
 ENTERAL
 PARENTERAL
Indikasi Nutrisi Enteral dan Parenteral
Penilaian Nutrisi
Keputusan untuk memulai dukungan nutrisi
Peritonitis
Fungsi Saluran Pencernaan Obstruksi Intestinal
Ya Tidak Ileus
Diare
Nutrisi Enteral Nutrisi Parenteral
Jangka Panjang Jangka Pendek
Gastrotomi Nasogastrik
Jejunostomi Nasoduodenal
Jangka Panjang atau
Nasojejunal
Jangka Pendek pembatasan cairan
Fungsi saluran cerna

Normal Compromised NutrisiParenteral Perifer Nutrisi Parenteral Central

Nutrisi Standart Formula khusus Fungsi saluran cerna membaik

Ya Tidak
Nutrient tolerance Mencukupi- lanjut ke
Mencukupi
Tidak mencukupi diet yg lebih kompleks
berlanjut ke
Nutrisi Parenteral dan makanan oral
makanan oral
sebagai suplemen sesuai dengan penerimaan

Dilanjutkan ke nutrisi enteral total


 Makanan dalam bentuk cair
 Diberikan melalui oral/pipa (sonde)
 Kondisi saluran cerna masih berfungsi

Indikasi pemberian :
 Pasien tidak bisa makan melalui oral
 Gangguan kesadaran
 Gangguan Psikologi berat (anorexia)
Tujuan Pemberian Nutrisi Enteral :
 Memenuhi kebutuhan gizi yang optimal
sesuai dengan kebutuhan
 Mempertahankan atau memperbaiki status
gizi pasien guna membantu mempercepat
proses penyembuhan

Nutrisi Enteral dapat diberikan :


 Secarakeseluruhan
 Sebagai suplemen
Syarat Pemberian Nutrisi Enteral :
 Kepadatan kalori cukup(1 kkal dalam 1cc
cairan)
 Kandungan nutrisi seimbang
 Osmolaritas sama dengan cairan tubuh
(350-400mOsm/L)
 Mudah diabsorbsi
 Tanpa/kurang mengandung serat
 Bebas/rendah laktosa
 Jenis yang umum : polimerik
JENIS NUTRISI ENTERAL :
1 Formula Rumah Sakit :
Dibuat dari beberapa bahan makanan yang
disiapkan & dibuat sendiri
Contoh : sonde TKTP (1 cc =1,1 kal)
Komposisi :tepung maizena 2,5 gr
susu sapi 500 cc
gula pasir 25 gr
minyak jagung 10 gr
telur ayam 50 gr

Nilai gizi/500 cc :
Energi 576 kalori
Protein 22,6 gr
Lemak 33,34 gr
HA 47,2 gr
2. Formula Komersial :
Dibuat dari bahan yang siap dicairkan dan
langsung pada pasien.
Contoh formula komersial ( per 100 gr bahan ):

No Produk Energi Protei Lemak KH (


(kal ) n ( gr) (gr) gr)

1 PanEnteral 510 15,3 25,7 54,5


2 Proten 407 19,2 11,1 53,5
3 Peptisol 397 4,6 4,6 66,7
4 Ensure 450 22,2 15,9 61,8
KOMPONEN ZAT GIZI PADA NUTRISI ENTERAL :
1. Karbohidrat :
- Sumber energi utama pada hampir seluruh
nutrisi enteral
- Bentuk KH berpengaruh thd :
> Osmolaritas
> tingkat kemanisan
> daya cerna
2. Protein
- Bentuk bervariasi (intact proteinasam
amino)
3. Lemak : LCT, MCT
4. Air
5. Serat
PENGGOLONGAN NUTRISI ENTERAL :
1. Berdasarkan kelengkapan zat gizi :
a. Lengkap (complete)
b. Modular
c. Kombinasi

2. Berdasar jenis protein


a. Polimerik
b. Semi elemental
c. Elemental
Pemberian Nutrisi Enteral melalui pipa :
Cara pemasangan pipa :
1. Tidak melalui operasi
- Nasogastric (NGT)
- Nasoduodenal
- Nasojejunal
2. Melalui operasi
- Gastrotomy
- Jejunostomy
Cara Pemberian Nutrisi Enteral :

1. Intermitent
2. Bolus
3. Siklik
4. Kontinyu
MONITORING PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL
Tujuan : - mendeteksi komplikasi potensial
- menilai efektifitas terapi diit yang diberikan
Aspek yang dimonitor :
1. Asupan gizi :
- daya terima pasien
- kesesuaian formula
- komplikasi
2. Status gizi
- Antropometri
- Protein umum
- Klinis
3. Keseimbangan cairan & elektrolit
Komplikasi yang terjadi pada pemberian nutrisi
enteral :
1. Mekanik :
- posisi pipa kurang tepat
- penyumbatan pipa
- retensi lambung, aspirasi paru
- iritasi nasofaring, erosi mukosa
2. Gastro intestirial
- Nausea, muntah,distensi
- Konstipasi
- Diare
3. Metabolik
- Overhidrasi
- Peningkatan respiratory quotient
Kelebihan Nutrisi Enteral dibandingkan
Parenteral :

 Bersifat fisiologis
 Lebih Efektif
 Komplikasi mudah dikurangi
 Kalori tinggi mudah dicapai
 Tehnik relatif lebih mudah
 Biaya lebih murah
Nutrisi parenteral :
Pemberian Nutrisi melalui pembuluh
darah vena
Cara pemberian :
* vena perifer → supor f/suplemen
* vena sentral → total
Indikasi Nutrisi Parenteral :
 Fungsi saluran cerna terganggu ( tidak mampu
mencerna atau menyerap makanan)
 Suplemen terhadap makanan enteral ( asupan
enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik )

Kondisi yg membutuhkan NutrisiParenteral :


 Ileus obstruksi
 peritonitis
 syndrom malabsorsbsi berat
 diare berat.
Komplikasi pemberian nutrisi parenteral :
 Komplikasi teknis →berkaitan dengan
pemasangan kateter ( emboli udara)
 Komplikasi infeksi → demam, flebi s
 Komplikasi metabolik → gangguan keseimbangan
glukosa, elektrolit

Fokus perhatian dalan pemberian nutrisi parenteral :


 jumlah kebutuhan cairan
 Kebutuhan energi,protein ,lemak.
 Elektrolit ( Na, K )
 Osmolaritas
CONTOH JENIS LARUTAN PARENTERAL :

 Karbohidrat : Dextrose, Martos


 Asam amino : AMIPAREN,Kalbamin
 Elektrolit : Asering
 Elektrolit dan KH : KaEn Mg 3
Pasien Ny S, Ibu Rumah Tangga usia 35 tahun,
Masuk Rumah Sakit karena Kecelakaan Lalu Lintas
sepeda motor menabrak mobil. Pada saat kejadian
jatuh terpelanting dan pingsan. Oleh dokter
didiagnosa : COR ( cedera Otak Ringan + Mutiple
Fraktur Costae D/S + Hematopneumothorax D/S +
Open Fraktur Antebranchii D Segmental + Gagal
Nafas Akut. Pasien ditangani diobservasi di Ruang
Rawat Darurat dan setelah itu dipindah ke Ruang
ICU.
PENGKAJIAN :
Data Subyektif :
RPS : MRS karena KLL motor vs mobil
RPD : Hipertensi (-),DM (-)
Riwayat Gizi :Tidak ada alergi/pantangan makanan

Data Obyektif :
Antropometri : PB : 156→ BBI : 50,4 kg
Fisik: keadaan umum lemah, terpasang ventilator
mekanis, BD D/S, eksternal fixasi pada
antebranchii, GCS 4x5.
Klinis : T : 120/70 mmHg, t : 37oC, N : 99 x/menit
Hasil lab :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb (gr/dl) 5,8 11,4 – 15,1
Leuko (. 103/L) 7,8 4,3 – 11,3
Albumin (gr/dl) 3,7 3,8 – 5,4
Na ( meq/L) 138 136 – 144
K (meq/L) 3,22 3,8 -5
pO2 (mmHg) 40,4 80 -107
pCo2(mmHg) 49 35-45
pH 7,34 7,35 – 7,45
BE 1,2 -3,5 +2
Sat O2 79%

Hasil Radiologi :
Foto thorax AP : multiple fr costae D/S,
pneumothoraxD, hematothorax S
Foto Antebranchii D : OF Antebranchii D segmental
Foto Pelvis AP : symphisolisis
DIAGNOSA :
Diagnosa Medis :
COR + Multiple fr costae D/S +
Hematopneumothorax D/S + OF Antebranchii D
Segmental + Gagal Nafas Akut
Diagnosa Status Gizi : SGA ( St Gizi Ringan- Sedang)
Diagnosa Gizi :
 Gangguan pergerakan makanan dan minuman dari
mulut ke lambung yg disebabkan karena gangguan
neurologis yang ditandai dengan pasien tdk bisa
makan peroral
 Ketidaknormalan hasilpemeriksaan Analisa Gas
Darah yg disebabkan gangguan fungsi pernafasan yg
ditandai dengan pCO2 diatas normal dan pO2
dibawah normal.
INTERVENSI :
Jenis diet : Enteral
Tujuan : memberikan nutrisi sesuai kebutuhan
untuk mencegah terjadinya penyulit.
Perhitungan kebutuhan gizi :
Cairan : 2000 cc
Energi : 1500 kalori
Protein : 60gr ( 16 % )
Lemak : 30% ( 50 gr )
KH : 202 gr
Terapi nutrisi :
Sonde RS 3x 250 cc+ Sonde komersial 2 x 250 cc +
saribuah 1 x 200 cc + KaEnMg 3 500 cc
Parameter yang dimonitor :

 Fisik : GCS
 Klinis : suhu, nadi, tensi
 Hasil Lab : Hb,Leuko,Albumin, RFT, GDA,
Na, K, Analisa Gas Darah
 Hasil kultur : darah, urine sputum, pus
 Perkembangan diet
 Intake : enteral, parenteral, retensi lambung
 Tujuan pemberian nutrisi pada pasien kritis
adalah menunjang metabolik.
 Kebutuhan Nutrisi pada pasien kritis
tergantung dari kondisi penyakitnya.
 Penilaian obyektik terhadap status nutrisi
pasien kritis adalah sulit.
 Pemberian nutrisi pasien kritis bisa berupa
enteral, parenteral atau kombinasi dari
keduanya.

Anda mungkin juga menyukai