Anda di halaman 1dari 33

DIETETIC CONTEST

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN


KEK – GIZI BURUK - TUBERKULOSIS

DISUSUN OLEH :

ZAHRA AULIA MARDIANA 22030116120029


IZZATUL MAGHFIROH 22030116120019
PUJI RAHAYU 22030116130135

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
ASSESMEN

a. Data Antropometri
Domain Data Standar Interpretasi
AD-1.1.1.4 Estimated 161 cm - -
height
AD-1.1.1.4.1 49 cm - -
Knee height
AD-1.1.2.2 45 kg - -
Measured weight
AD-1.1.7.5.1 19,4 cm - -
MUAC
AD-1.1.7.5.2 63,19% >85% Gizi buruk
MUAC persentile
Kesimpulan :
Tn. B memiliki status gizi buruk

b. Data Biokimia
Domain Data Pasien Nilai Normal Satuan Interpretas
i
BD-1.2.1 - Ureum 89,2 10-50 mg/dl Tinggi
BD-1.2.2 - Kreatinin 2 0,6 – 1,3 mg/dl Tinggi
BD-1.5.2 – Glucose, 117 70-200 mg/dl Normal
casual
BD-1.10.1 - 10 13-18 mg/dl Rendah
Hemoglobin (anemia
ringan)
BD-1.10.2 – 31,3 35% - 45% % Rendah
Hematokrit
BD-1.10.2 – MCV 86 80 – 100 fL Normal
Kesimpulan :
Tn B memiliki kadar ureum dan kreatinin tinggi serta kadar hemoglobin dan
hematokrit yang rendah.

c. Data Fisik
Domain Data Keterangan
PD-1.1.3 Sesak napas, batuk, obtruktif Gangguan saat penerimaan
Cardiovascular- dyspnea, makanan, perlu
pulmonary system memperhatikan konsistensi
makanan
PD-1.1.4 Edema pada kaki, sulit berjalan Membutuhkan bantuan
Extremities, mobilitas
muscles, and
bones
PD-1.1.5 Perut kembung Membutuhkan makanan tidak
Digestive system merangsang dan tidak bergas
PD-1.1.9 Kategori Data Nilai Normal Interpretasi
Vital Sign Tekanan 130/70 mmHg >120/80 prehipertensi
Darah mmHg
RR 36x 14-20x Takipnea
Nadi 102x 60-100x Takikardi
Suhu 37oC < 37oC Normal
Kesimpulan :
Tn. B mengalami prehipertensi, takipnea, takikardi, membutuhkan bantuan mobilitas,
serta membutuhkan makanan tidak merangsang/bergas dengan konsistensi sesuai
kemampuan penerimaan makanan pasien.

d. Data Asupan

Domain Data Interpretasi


FH 1.1.1 energy SMRS = 644,4 kkal SMRS = kebutuhan
intake kurang, hanya
memenuhi 32% dari
kebutuhan (2000 kkal)
MRS = 646,4 kkal MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 30,8% dari
kebutuhan (2100 kkal)
FH 1.2.2.3 meal SMRS = 2 kali sehari SMRS = tidak sesua
pattern anjuran (3 kali makan
utama, 2-3 kali selingan)
MRS = 3 kali sehari MRS = tidak sesua
anjuran (3 kali makan
utama, 2-3 kali selingan)
FH 1.5.1.1 total SMRS = 31 gram SMRS = kebutuhan
fat kurang, hanya
memenuhi 50,6% dari
MRS = 37,3 gram kebutuhan (61,8 gr)
MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 51,8% dari
kebutuhan (72 gr)
FH 1.5.2.1 total SMRS = 25,1 gram SMRS = kebutuhan
protein kurang, hanya
memenuhi 41% dari
MRS = 27,1 gram kebutuhan (61gr)
MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 37% dari
kebutuhan (73,2 gr)
FH 1.5.3.1 total SMRS = 68,1 gram SMRS = kebutuhan
carbohydrate MRS = 52,2 gram kurang, hanya
memenuhi 22,7% dari
kebutuhan (300 gr)
MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 18% dari
kebutuhan (288,75 gr)
FH 1.6.1.1 total SMRS = 311,8 mcg SMRS = kebutuhan
Vit A kurang, hanya
memenuhi 52% dari
kebutuhan (600 mcg)
MRS = 1163,9 mcg MRS = kebutuhan
sudah melebihi 194%
dari kebutuhan (600
mcg)
FH 1.6.1.2 total SMRS = 5,9 mg SMRS = kebutuhan
Vit C kurang, hanya
memenuhi 7% dari
MRS = 20,2 mg kebutuhan (90 mg)
MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 22% dari
kebutuhan (90 mg)
FH 1.6.1.4 total SMRS = 1,2 mg SMRS = kebutuhan
Vit E kurang, hanya
memenuhi 8% dari
MRS = 2,1 mg kebutuhan (15 mg)
MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 14% dari
kebutuhan (15 mg)
FH 1.6.1.10 total SMRS = 0,4 mg SMRS = kebutuhan
Vit B6 kurang, hanya
memenuhi 24% dari
kebutuhan (1,7 mg)
MRS = 0,6 mg MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 35% dari
kebutuhan (1,7 mg)
FH 1.6.1.11 total SMRS = 58,9 mcg SMRS = kebutuhan
folic acid kurang, hanya
memenuhi 15% dari
kebutuhan (400 mcg)
MRS = 90,7 mcg MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 23% dari
kebutuhan (400 mcg)
FH 1.6.1.12 total SMRS = 0,8 mcg SMRS = kebutuhan
Vit B12 kurang, hanya
memenuhi 33% dari
kebutuhan (2,4 mcg)
MRS = 1,4 mcg MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 58% dari
kebutuhan (2,4 mcg)
FH 1.6.2.5 total SMRS = 5,9 mg SMRS = kebutuhan
iron kurang, hanya
memenuhi 45% dari
kebutuhan (13 mg)
MRS = 6,3 mg MRS = kebutuhan
kurang, hanya
memenuhi 48% dari
kebutuhan (13 mg)
FH 3.1 - Acetylcystein : terapi hipersekresi mukus Terapi medis yang
medication kental dan tebal pada saluran pernapasan. diberikan kepada pasien
- digoxin : menurunkan ketegangan jantung, bertujuan untuk
menormalkan aritmia menangani gejala
- kalsium karbonat: mengatasi asam lambung penyakit diantaranya
berlebih pengikat fosfat untuk mengatasi mengontrol
hiperfosfatemia yang terjadi akibat kelainan dahak/mukus kental
fungsi ginjal berat pernapasan, aritmia,
- asam folat : intervensi pada anemia mengontrol akibat
- spironolactone : mengurangi edema, untuk kelainan fungsi ginjal,
mengobati tekanan darah tinggi anemia, tekanan darah
- furosemide injeksi : mengurangi edema tinggi, antibiotik, dan
- cefotaxime : antibiotik akibat infeksi edema.
metylprednisolon : mengurangi
pembengkakan/oedema
(sumber: BPOM RI-Pusat Informasi Obat
Nasional, diakses pada tanggal 21 Agustus
2018)
http://pionas.pom.go.id/monografi/asetilsistein
Kesimpulan :
Tn B mengalami inadekuat oral intake yang meliputi semua asupan dan zat gizi serta
mendapatkan terapi medis (mengonsumsi obat dan injeksi) untuk membantu menangani
gejala penyakit yang ada.

e. Riwayat Klien

Domain Data Interpretasi


CH-1.1.1 Age : 66 tahun Lansia
CH-1.1.2 Gender : laki-laki -
CH-1.1.6 Pendidikan formal menengah pertama,
Education : lulus SMP
pengetahuan rendah-sedang
CH-1.1.7 Role in family : sebagai suami Tn B tinggal bersama istri yang
bekerja sebagai buruh pabrik yang
bekerja dari pagi sampai siang hari
CH-1.1.8 Tobacco use : merokok 1 bungkus Perokok aktif
perhari
CH-1.1.9 Physical disability : kedua kaki Sulit mendapatkan akses makanan,
membengkak dan sulit kembali terutama di siang hari karena istri
sehingga sulit berjalan bekerja
CH-1.1.10 Tn B mengalami sulit berjalan
Mobility : sulit berjalan, berjalan ke
sehingga mobilitasnya terbatas dan
luar rumah untuk shalat berjamaah di
jika perlu memerlukan bantuan dari
masjid di sebelah rumah
orang lain
CH-3.1.2 Berkaitan dengan suasana sosial,
Living/housing situation : tinggal
stress, dan pihak yang membantu Tn B
bersama istri
dalam akses makanan di rumah
CH-3.1.6 Occupatuin : pensiunan guru Tn B sudah tidak lagi bekerja
Kesimpulan :
Tn B seorang lansia berusia 66 tahun (pensiunan guru) tinggal bersama Istri (sebagai buruh
pabrik). Tn B mengalami kesulitan mobilitas dan merupakan perokok aktif.
BAB II
DIAGNOSIS GIZI

1. Increased energy and protein needs (NI-5.1) berkaitan dengan malnutrisi


(gizi buruk) dan asupan tidak adekuat ditandai dengan LiLA 19,4 cm
(persentil LiLA 63,19%) dan asupan makanan tidak adekuat (inadequate
oral intake; presentase kecukupan asupan energy, protein, lemak, dan
karbohidrat 40% , 56%, 61%, 28% ).
2. Altered nutrition-related laboratory value (NC-2.2) berkaitan dengan
gangguan metabolik dan sistem organ (penyakit Tuberkulosis dan
kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal) ditandai dengan penurunan
nilai Hb (10 mg/dl ), Ht (31,3%,), ureum (89,2 mg/dl), dan kreatinin (2
mg/dL).
3. Unsupported beliefs/ attitudes about food or nutrition-related topic (NB-
1.2) berkaitan dengan pemahaman dan perilaku mengenai gizi yang
kurang baik serta perilaku merokok ditandai dengan diagnosis
tuberculosis dan gejela klinis atau komplikasi lainnya.
BAB III
INTERVENSI GIZI

PLANNING

1. Jenis Diet : Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)


2. Tujuan Diet :
a. Mencukupi kebutuhan gizi pasien secara bertahap dan mencegah
penurunan BB selama di rumah sakit
b. Memberikan asupan makanan yang dapat mendukung proses
penyembuhan penyakit serta meminimalkan komplikasi gejalanya
seperti prehipertensi dan oedema dengan mengontrol asupan garam
c. Membantu mengatasi malnutrisi dalam jangka panjang
d. Membantu meningkatkan daya penerimaan makan pada pasien
serta mningkatkan derajat kesehatan pasien secara keseluruhan
melalui asuhan gizi yang optimal
3. Syarat / prinsip Diet :
a. Tinggi energi (cukup untuk memperbaiki malnutrisi) terutama
karbohidrat dan protein
b. Lemak vitamin, serta mineral cukup yang berperan pada penyakit
dan mendukung fungsi metabolisme
c. Kebutuhan karbohidrat 55% dari kebutuhan energi total dengan
mengutamakan sumber karbohidrat kompleks dan berserat tinggi.
d. Kebutuhan protein 14% dari kebutuhan energi total (1,2 g/KgBBI).
e. Kebutuhan lemak 31% dari kebutuhan energi total dengan komposisi
lemak jenuh <7% dari kebutuhan energi total, lemak tidak jenuh ganda
<10% dari kebutuhan energi total, kolesterol <300mg/hari.
f. Garam atau natrium disesuaikan dengan kebutuhan yaitu 1200 mg
dan sangat diperhatikan untuk membantu mengontrol tekanan
darah serta mengurangi oedema
g. Vitamin dan mineral yang berfungsi membantu meningkatkan
sistem imun karena infeksi TBC
h. Asupan makanan dibagi dalam 3 makanan besar dan 2 makanan
kecil, dengan ketentuan sarapan pagi 20% dari jumlah kalori,
makanan selingan diantara sarapan pagi dan makan siang 10%
makan siang dari jumlah kalori, makan siang 25% dari jumlah
kalori, cemilan diantara makan siang dan makan malam 10% dari
jumlah kalori, makan malam 25% dari jumlah kalori dan cemilan
sebelum tidur 10% dari jumlah kalori.
i. Asupan serat yaitu dianjurkan 22 g/hari dengan menggunakan serat
larut air.

4. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi :


i. Kebutuhan Energi
- Sebelum Masuk RS
BEE : 66,5 + 13,8 x BB+ 5 x TB - 6,8 x U
: 66,5 + (13,8 x 61) + (5 x 161) – (6,8 x 66)
: 66,5 + 841,8 + 805 – 448,8
: 1.264,5 kkal
TEE : BEE x F.aktivitas
: 1.264,5 x 1,56
: 1972,6 kkal  2000 kkal
- Setelah masuk RS
TEE : BEE x F.aktivitas x F. stress
: 1.264,5 x 1,2 x 1,4
: 2124,3 kkal  2100 kkal
ii. Kebutuhan Protein
- Sebelum masuk RS
Protein : 1 g/kg BBI
: 1 g x 61 kg
: 61 g  244 kkal (12,2%)
- Setelah masuk RS
Protein : 1,2 g/kg BBI
: 1,2 x 61 kg
: 73,2 g  292,8 kkal ( 14%)

iii. Kebutuhan Lemak


- Sebelum masuk RS
Lemak : 27,8% x TEE / 9
: 27,8% x 2000 / 9
: 61,8 gram
- Setelah masuk RS
Lemak : 31% x TEE / 9
: 31% x 2100 / 9
: 72 gram

iv. Kebutuhan Karbohidrat


- Sebelum masuk RS
KH : 60% x TEE / 4
: 60% x 2000 / 4
: 300 gr
- Setelah masuk RS
KH : 55% x TEE / 4
: 55% x 2100 / 4
: 288,75 gr

Pembahasan Preskripsi =

a. Modifikasi kalori : 2100 kkal/hari


b. Rekomendasi karbohidrat : 288,75 g/hari
c. Rekomendasi protein : 73,2 g/hari
d. Rekomendasi lemak : 72 g/hari
e. Rekomendasi cairan : 1600 ml/hari

5. Terapi Diet : Diet TKTP 2100 kkal


Bentuk makanan : makanan lunak
Cara pemberian : Oral
6. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
a. Bahan Makanan yang Dianjurkan
- Makanan tinggi energi : nasi, kentang, singkong, bihun mi,
biscuit, roti
- Lauk hewani dan nabati yang beragam : ayam, daging, ikan,
putih telur, tahu, tempe
- Sayur : sayuran hijau dan sayuran berwarna-warni
- Buah : buah-buahan kaya serat seperti jeruk, apel, melon,
anggur,dsb
- Sumber makanan yang membantu meningkatkan sistem
imun: jeruk, tomat, apel, mangga, pir, papaya, dsb
b. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
- Tinggi natrium : makanan kemasan, ikan asin, kecap, saos
- Protein hewani tinggi purin dan kolesterol: jeroan; otak.
Kuning telur, telur puyuh, hati
- Minuman: minuman mengandung alkohol, soft drink, kopi,
-
7. Rekomendasi Diet

Nama Berat Energi MAKRO MIKRO


Waktu Bahan URT
Masakan Makanan (gr) (kkal)

07.00 Bubur nasi ayam suwir Beras 1/10 gls 30 gr Vit A : 1019,6
mcg
Vit E : 1,7 mg
air ½ gls 120 ml Vit C : 102,3
Daging ayam 1 ptg sdg 40 gr KH : 38,1 gr
mg
Sayur bening brokoli + L : 8 gr
290,7 Vit B6 : 0,3 mg
wortel Brokoli ½ gls 50 gr P : 15,4 gr
A. Folat :75,3
Wortel ½ gls 50 gr S : 5,6 gr
mcg
Papaya Air ¾ gls 150 ml Vit B12 : 0,1
Air putih 1 ptg 110 gr mcg
1 gls 200 ml Fe : 2,5 mg
10.00 Bubur kacang hijau Kacang hijau 2 sdm 20 gr Vit A : 6,4 mcg
Gula 1 sdm 13 gr Vit E : -
santan 1/3 gls 40 ml KH : 19 gr Vit C : 0,4mg
L : 4,1 gr Vit B6 : -
115,9
P : 1,9 gr A. Folat : 44,8
S : 2,4 gr mcg
Vit B12 : -
Fe : 0,8 mg
13.00 Nasi tim Beras 1/10 gls 30 gr Vit A : 875,2
Sayur bayam + gambas Air ½ gls 120 ml mcg
Bayam ¾ gls 70 gr Vit E : 1,3 mg
Gambas ¼ gls 30 gr KH : 46 gr Vit C : 25,8 mg
Ikan goreng Air ¾ gls 150 ml L : 15,8 gr Vit B6 : 0,6 mg
Ikan 1/3 ekor 45 gr 394,1
P : 18,9 gr A. Folat : 92,8
Tahu goreng Minyak 1 sdm 5 gr S : 2 gr mcg
Tahu ½ ptg 55 gr Vit B12 : 0,5
Air putih Minyak 1 sdm 5 gr mcg
1 gls 200 ml Fe : 6,1 mg
16.00 Pisang 2 bh 50 gr Vit A : 4 mcg
teh Teh 1 ktng - Vit E : -
Gula pasir 1 sdm 13 gr KH : 24,7 gr Vit C : 4,5 mg
Air 1 gls 200 ml L : 0,3 gr Vit B6 : 0,3 mg
96,3
P : 0,5 gr A. Folat : 9,5
S : 1,2 gr mcg
Vit B12 : -
Fe : 0,2 mg
19.00 Bubur Beras 1/10 gls 30 gr Vit A : 1113,5
Air ½ gls 120 ml mcg
Kentang ½ bh 50 gr Vit E : 2,6 mg
Perkedel kentang Telur ½ btr 25 gr KH : 50,7 gr Vit C : 86,2 mg
Minyak 1 sdm 5 gr L : 13,2 gr Vit B6 : 0,4 mg
Tumis sawi Sawi 4/5 gls 80 gr 349,8
P : 9,1 gr A. Folat : 110,8
Wortel 1/5 gls 20 gr S : 6 gr mcg
Minyak 1 sdm 5 gr Vit B12 : 0,3
Jeruk 2 bh 110 gr mcg
Air putih 1 gls 200 ml Fe : 2,1 mg
TOTAL Vit A : 3012,6
mcg
KH : 178,5 g Vit E : 5,6 mg
L : 41,3 g Vit C : 219,2 mg
1247 Vit B6 : 1,6 mg
P : 45,9 g
S : 17,1 gr A. Folat : 333,1
mcg
Vit B12 : 0,9
mcg
Fe : 11,6 mg
Kajian Rekomendasi Diet

Energi Protein (g) Lemak (g) KH (g)


(kkal)
Rekomendasi Diet 1247 45,9 41,3 178,5

Kebutuhan (planning) 1200 42 41,3 165

% rekomendasi/kebutuhan 104% 109% 100% 108%


BAB IV

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target


Antropometri BB aktual BBI Jangka Pendek : menjaga agar
tidak terjadi penurunan BB yang
lebih berarti selama di rumah sakit
dan terjadi peningkatan BB
menjadi status gizi normal
Jangka Panjang :
Mempertahankan BB serta status
gizi tetap normal berdasarkan BBI
yaitu 61 kg
LiLA LiLA aktual Meningkatnya persentil LiLA
yang mengindikasikan gizi normal
yaitu > 85%
Biokimia Kadar Hb NIlai Meningkatkan kadar Hb darah
laboratorium mencapai batas normal (13-18
kadar Hb plasma mg/dL)
Kadar Ht darah
NIlai Membantu meningkatkan kadar
laboratorium hematokrit darah hingga mecapai
kadar Ht plasma batas normal (35% - 45%)

Fisik Klinis Sesak napas, batuk, Penilaian subjektif Secara subjektif dari pasien
obtruktif dyspnea dan wawancara keluhan sesak napas, , batuk, dan
pasien obtruktif dyspnea berkurang/
hilang
Edema pada kaki, Penilaian visual Edema di kaki Tn B berkurang
sulit berjalan dan penilaian dan dapat berjalan kembali
subjektif pasien
Perut kembung, Wawancara pasien Pasien merasa perut tidak
nafsu makan terkait rasa kembung lagi dan nafsu makan
kembung dan dapat meningkat
selera makan
Pasien tampak lebih Kenampakan Secara subjektif pasien merasa
segar dan fit visual dan lebh fit dan juga nampak lebih
wawancara pasien segar
apakah pasien
sudah merasa lebih
segar bugar dan fit.
Tanda vital:
-Tekanan darah Pengukuran Tekanan darah Tn B menjadi
dengan tensimeter normal yaitu >120/80
mmHg
-Laju pernapasan Perhitungan Laju pernapasan Tn B menjadi
(RR) frekuensi respirasi normal yaitu dalam rentang 14-
dalam waktu 1 20x per menit
menit
-Frekuensi nadi Palpasi arteri Frekeunsi nadi Tn B mrnjadi
karotis pada tepi normal/tidak takikardia, yaitu
trakea atau arteri dengan frekuensi normal 60-100x
radia permenit
Asupan zat Kecukupan/kuantitas Recall 24 jam dan Asupan kalori pasien mencapai
gizi asupan makan pasien Comstock 80-115% dari jumlah kebutuhan
(penilaian visual) (2100 kkal)
Asupan protein pasien mencapai
80-115% dari jumlah kebutuhan
(45,9 g)
Asupan lemak pasien mencapai
80-115% dari jumlah kebutuhan
(41,3 g)
Asupan karbohidrat pasien
mencapai 80-115% dari jumlah
kebutuhan (178,5 g)

Pengetahuan terkait Pre-post test Skor test pengetahuan mencapai >


gizi konseling, 80%
wawancara review Pasien dan keluarga memahami
hasil konseling materi konseling yang diberikan.
Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

Asupan makanan Pasien dapat -Pengetahuan mengenai Materi konseling


inadekuat (yaitu menghabiskan pentingnya memenuhi disampaikan
<80% dari kebutuhan makanan sehingga kebutuhan zat gizi yang akan melalui lisan yaitu
dan makanan tidak dapat memenuhi berkaitan dengan status gizi dan melalui diskusi,
bervariasi kebutuhan zat waktu lama penyembuhan dari tanya jawab, dan
gizinya sesuai diet penyakit pemaparan materi
yang -Memberi pengarahan kepada jika diperlukan.
direkomendasikan pasien dan keluarga untuk Konseling
Variasi makanan mendukung pasien dalam usaha dilakukan dengan
pasien baik yaitu meningkatkan status gizinya, bahasa yang
konsumsi buah dan yaitu dengan menghabiskan komunikatif,
sayur terpenuhi makanannya sederhana, serta
mudah dimengerti
oleh pasien
maupun keluarga.
Media yang
digunakan yaitu
Perubahan nilai -Pasien dan keluarga -Pentingnya kadar Hbdan Ht dengan leaflet.
laboratorium mengetahui normal dalam darah terkait Ahli gizi
interpretasi data derajat kesehatan/penyakit dan menyampaikan
biokimia hasil pola diet (sebagai salah satu motivasi-motivasi
assessment serta upaya intervensi) dari masalah dan promosi gizi
mengetahui terkait gizi. kepada pasien dan
pentingnya kadar keluarga sehingga
normal nilai diharapkan dapat
laboratorium darah memperbaiki
terkait gizi derajat kesehatan
- Pasien dan keluarga pasien.
mengaetahui serta
melakukan kiat-kiat
menormalkan hingga
mempertahankan nilai
laboratorium rentang
normal.
Kurangnya -Pasien dan keluarga - Penyakit TB
pengetahuan terkait mengetahui pola diet -Keterkaitan penyakit TB
gizi, khususnya yang dan/atau hidup sehat dengan malnutrisi (KEK) serta
berhubungan dengan
yang berkaitan anemia
kondisi penyakit
dengan penyakit saat -Kiat-kiat meminimalkan
ini serta dapat keparahan/ gejala komplikasi
melakukannya penyakit baik dari segi perilaku
sehingga memberi maupun peraturan diet yang
dampak terhadap sesuai dengan penyakit.
derajat
kesehatannya.
-Pasien dapat
mematuhi aturan diet
yang telah
didiskusikan
bersama pasien dan
keluarga.
Penerapan Konseling
a. Sasaran Konseling
1) Pasien
2) Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling
1) Memenuhi kebutuhan asupan makanan Tn. B dengan penerapan
diet TKTP 2100 kkal
2) Meningkatkan asupan sayur dan buah Tn. B sesuai kebutuhan
3) Menurukan penggunaan rokok secara perlahan
4) Memotivasi Tn. B dan keluarga supaya mau memperbaiki gaya
hidup dan berkomitmen menjalankan diet yang disesuaikan
dengan kemampuan pasien
5) Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit dan penerapan
diet pada Tn. B dan keluarga
c. Target Konseling
1) Meningkatnya daya terima makanan tercapainya target
pemenuhan kebutuhan gizi Tn. B dengan metode recall 3x24 jam
2) Meningkatnya jumlah asupan sayur dan buah dengan metode
recall 3x24 jam
3) Menurunnya jumlah penggunaan rokok Tn. B dalam sehari
4) Melalukan perbaikan gaya hidup dan melaksanakan diet sesuai
komitmen bersama ahli gizi
5) Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit dan penerapan
diet pada Tn. B dan keluarga dengan pemberian pre dan post test
pada kunjungan pertama

d. Waktu Konseling
Konseling dilakukan sekitar 30 menit dengan jadwal pada kunjungan
pertama dan setiap satu minggu sekali selama rawat inap dan dua
minggu sekali selama rawat jalan.

e. Metode Konseling
Diskusi dan Tanya jawab antara ahli gizi dan pasien didampingi
dengan keluarga pasien.

f. Alat Bantu Konseling


1) Food model/ foto
2) Diagram piring makan
3) Leaflet terkait penyakit, PHBS, dan pedoman diet

g. Materi Konseling
1) Hubungan riwayat pasien dengan diagnosis penyakit
2) Kebutuhan gizi pasien dan jenis diet yang tepat untuk penyakit
Tuberkulosis disertai dengan malnutrisi
3) Prinsip dan syarat diet TKTP untuk pasien TB dan malnutrisi
4) Pemilihan bahan pangan dan cara pengolahan makanan yang
tepat, serta contoh rekomendasi menu.
h. Rencana monev

Yang diukur Metode Target


Pengetahuan Skor Pre post test Tingkat
pengetahuan pengetahuan baik
dengan nilai >
80
Perilaku Kepatuhan diet Wawancara Pasien mampu
menerapkan diet
Secara mandiri
dan memenuhi
kebutuhan
Perilaku Wawancara Asupan rokok
merokok berkurang secara
bertahap sampai
pasien mampu
berhenti merokok
BAB V
PEMBAHASAN

Tn B (66 tahun ) di bawa kerumah sakit dengan keluhan sesak napas


sejak 2 bulan yang lalu disertai perut kembung, batuk, dan sulit berjalan. Tn
B diberikan asuhan gizi terstandar. Pengkajian data pertama yaitu menegenai
data antropometri. Diketahui data antropometri Tn. B berupa panjang LiLA
dan tinggi lutut. Berdasarkan tinggi lutut pasien dapat diperoleh estimasi
tinggi badan menggunkan rumus Chumlea, yaitu 161 cm.1 Untuk berat badan
pasien, diperoleh melalui estimasi berat badan sebesar 45 kg menggunakan
nilai LiLA.2 Pengukuran estimasi tinggi badan dan berat badan Tn. B
digunakan untuk mengukur kebutuhan dan kecukupan asupan Tn B. Karena
kedua indikator tersebut merupakan estimasi sehingga kurang valid jika
digunakan mengukur status gizi pasien dengan BMI. Oleh sebab itu untuk
menentukan status gizi pasien menggunakan LiLA percentile, diperoleh nilai
persentil 63,19%. Cut off point persentile LiLA untuk status gizi baik adalah
85%, karena nilai persentile LiLA Tn. B < 70% maka beliau memiliki status
gizi buruk.1
Pengkajian selanjutnya yaitu mengenai data biokimia. Berdasarkan
hasil laboratorium diketahui bahwa kadar ureum (cut off normal: 10-50 mg/dl)
dan kreatinin (cut off normal: 0,6 – 1,3 mg/dl) Tn B tergolong tinggi.3 Dari
kadar ureum/BUN dapat dihitung GFR (Glomerulus Filtrate Rate) yang
dapat mengindikasikan adanya gangguan ginjal, begitu pula dengan kreatinin.
Namun dari kreatinin yang tinggi dapat juga mengindikasikan adanya
malnutrisi. Kreatinin merupakan suatu produk antara hasil peruraian kreatinin
otot dan fofokreatinin, dimana produk ini akan diekskresikan melalui ginjal.3
Sealin itu kadar hemoglobin dan hematokrit plasma Tn B adalah rendah. Hal
ini mengindikasikan adanya anemia gizi besi pada Tn B, dan Ht rendah dapat
mengindikasikan adanya kerusakan paru-paru kronik.3 Sedangkan untuk
kadar gula darah sewaktu dan MCV adalah normal.
Pengkajian data klinik sesuai dengan keluhan dan diagnosis medis
pada Tn B yaitu Tn. B mengalami prehipertensi, takipnea, takikardi,
membutuhkan bantuan mobilitas, serta membutuhkan makanan tidak
merangsang/bergas dengan konsistensi sesuai kemampuan penerimaan
makanan pasien.

Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi adalah mengidentifikasi masalah gizi pada pasien


yang aktual. Diagnosis gizi yang dapat dirumuskan yaitu:
- Increased energy and protein needs (NI-5.1) berkaitan dengan
malnutrisi (gizi buruk) dan asupan tidak adekuat ditandai dengan
LiLA 19,4 cm (persentil LiLA 63,19%) dan asupan makanan tidak
adekuat (inadequate oral intake; presentase kecukupan asupan energy,
protein, lemak, dan karbohidrat 40% , 56%, 61%, 28% ).
- Altered nutrition-related laboratory value (NC-2.2) berkaitan dengan
gangguan metabolik dan sistem organ (penyakit Tuberkulosis dan
kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal) ditandai dengan
penurunan nilai Hb (10 mg/dl ), Ht (31,3%,), ureum (89,2 mg/dl), dan
kreatinin (2 mg/dL).
- Unsupported beliefs/ attitudes about food or nutrition-related topic
(NB-1.2) berkaitan dengan pemahaman dan perilaku mengenai gizi
yang kurang baik serta perilaku merokok ditandai dengan diagnosis
tuberculosis dan gejela klinis atau komplikasi lainnya.

Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis (TB)

masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara-negara

berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dalam hal ini

menduduki peringkat tiga besar setelah India dan Cina.4 Pada tahun 2003

WHO mencanangkan TB sebagai global emergency. Tuberkulosis


merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung

pembuluh darah. WHO dalam Anual Report On Global TB Control 2003

menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countries

terhadap TB termasuk Indonesia. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan

penyakit TBC.5

TB dengan Perilaku Merokok

Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru antara lain

kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan

merokok. Meskipun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit

TB Paru, namun kebiasaan merokok dapat merusak mekanisme pertahanan

paru sehingga memudahkan masuknya kuman penyakit seperti kuman

penyakit TB. Ditambah lagi, fenomena merokok di Indonesia masih

dianggap wajar, bahkan dianggap sebagai gaya hidup. Dan diketahui Tn B

adalah perokok aktif yaitu hingga terbiasa merokok 1 bungkus per hari.

Perilaku merokok merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan

masyarakat Indonesia khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam sepuluh tahun

terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar

44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia.6

Keterkaitan TB dengan anemia

Penyakit tuberkulosis diketahui dapat menyebabkan bermacam-

macam kelainan laboratorium seperti anemia, peningkatan sedimentasi

eritrosit, penurunan jumlah serum albumin, hiponatremia, gangguan fungsi

hepar, leukositosis, dan hipokalsemia.7 Anemia dapat diartikan kadar


hemoglobin kurang dari 130 g/l pada laki-laki. Anemia merupakan indikator

dari nutrisi yang buruk dan kesehatan yang buruk.8

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa

penyebab anemia pada TB yaitu dikarenakan penekanan eritropoiesis oleh

mediator inflamasi yaitu IL-6 ,IFN-γ , IL-1β ,TNF-α. Kejadian anemia dapat

diperberat oleh defisiensi zat gizi dan sindrom malabsorbsi.7 Anemia yang

terjadi pada tuberkulosis erupa anemia defisiensi besi (anemia mikrositik

hipokromik) dan anemia akibat inflamasi (anemia normositik normokromik).

Zat besi ini merupakan faktor pertumbuhan terpenting untuk Mycobacterium

tuberculosis.9

Prinsip Terapi Gizi/Diet pada Pasien Tuberkulosis

Prinsip diet untuk pasien TB adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
(ini jika tidak ada indikasi penyakit lain yang berlawanan terkait jumlah
kecukupan asupan protein), cukup lemak, vitamin, dan mineral. Hal ini
berkaitan bahwa umumnya kebutuhan energi penderita penyakit infeksi lebih
tinggi karena selain terjadi hiperkatabolisme, juga terjadi malnutrisi. Seperti
hasil dari pengkajian data pasien diketahui Tn B mengalami malnutrisi.
Kebutuhan energi yang meningkat ini disebabkan karena adanya
hipermetabolisme, peningkatan aktivitas bernafas, infeksi, dan inflamasi.
Akibatnya, katabolisme meningkat, sehingga berat badan, massa lemak, dan
massa bebas lemak berkurang.
Untuk menunjang penyambuhan dan mempertahankan sistem imun,
apasien TB diberikan berbagai vitamin dan mineral yang berperan penting
pada jalur metabolisme, fungsi seluler, dan sistem imun. Selain dari
diet/makanan kecukupan vitamin dan mineral dapat diberikan melalui
suplementasi multivitamin dan mineral, sebab vitamin dan mineral yang
berasal dari makanan diperkirakan tidak dapat memenuhi peningkatan
kebutuhan karena umumnya nafsu makan pasien menurun. Maka dari itu, tim
medis juga memberikan terapi medis yang berupa obat yang berperan sebagai
suplementasi.10 Pada studi penelitian oleh Schwenk et al., dan Paton et al.,
melaporkan bahwa terapi nutrisi yang adekuat berpengaruh pada
penyembuhan pasien TB.11,12

Keterkaitan TB dengan Malnutrisi/KEK


Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, India,
Inggris, dan Jepang, umumnya penyakit TB aktif menurunkan status nutrisi.
Hal ini disebabkan bahwa pada infeksi TB, protein tidak digunakan untuk
sintesis jaringan melainkan dioksidasi menjadi energi. Keadaan seperti ini
disebut anabolic block, yaitu terhentinya proses sintesis jaringan dengan
akibat terjadinya wasting. Selain itu, wasting juga disebabkan oleh anoreksia
dan peningkatan produksi sitokin.13,14 Sitokin berperan peran penting sebagai
mediator antimycobacterial immunity dan interleukin-2 (IL-2) dibutuhkan
untuk meningkatkan respons imun, namun pada keadaan malnutrisi,
produksinya menjadi berkurang.15
Sehingga berdasarkan studi dapat disimpulkan bahwa pasien dengan
penyakit TB rentan mengalami malnutrisi.

Prekripsi Diet pada Pasien


Rekomendasi kecukupan energi untuk pasien TB dengan infeksi
dihitung dan disesuaikan berdasarkan peningkatan kebutuhan energi masing-
masing individu. Kebutuhan energi ditentukan dengan melakukan perhitungan
menggunakan rumus Harris Benedict, dan dihasilkan kebutuhan energy pasien
adalah 2100 kkal.
Asupan karbohidrat perlu dibatasi karena Tn B mengalami sesak
napas. Asupan komposisi asupan lemak meliputi asam lemak jenuh (saturated
fatty acid/SFA) <7%, tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid/PUFA)
<10%, dan tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUFA) hingga
15%.16
Frekuensi makan yang diberikan yaitu sering dengan porsi kecil. Sslain
konsistensi makanan adalah lunak sehingga mudah dicerna. Namun bila
toleransi pasien baik dan sesak napasnya berkurang, maka secara bertahap
konsistensi makanan ditingkatkan menjadi lebih padat.17 Pasien TB aktif
secara bermakna memiliki kadar albumin, hemoglobin, retinol, dan seng
plasma yang lebih rendah. Suplementasi mikronutrien (vitamin A, B, C, D, E,
asam folat, seng, selenium, tembaga), diketahui dapat meningkatkan berat
badan dan menurunkan mortalitas, hal ini seperti yang dilaporkan pada studi
di Tanzania.18
Defisiensi vitamin A berpengaruh terhadap fungsi normal dari

limfosit B dan T, aktivitas makrofag, pertahanan mukosa dan epitel serta

respon antibodi. Vitamin A dapat menghambat multiplikasi basil virulen

pada kultur makrofag manusia. Selenium mempunyai fungsi penting dalam

pertahanan proses imun dan berperan penting dalam pembersihan

mycobacteria.19

Setelah melakukan intervensi gizi dilakukan monitoring serta evaluasi

terkait terapi gizi yang diberikan.


LAMPIRAN

A. SKRINING DATA UMUM

Penilaian Nutrisi Mini


MNA®
Nama Pasien : Tn B LiLA : 19,4 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki TB : 161 cm (estimasi TL= 49 cm)
Usia : 66 tahun BB : 45 kg (estimasi LiLA)

SKRINING
A. Apakah asupan makanan berkurang selama 3 bulan terakhir karena kehilangan nafsu
makan, gangguan pencernaan, kesulitan mengunyah atau menelan?
0 = asupan makanan sangat berkurang
1 = asupan makanan agak berkurang
2 = asupan makanan tidak berkurang
Skor = 1

B. Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir


0 = Penurunan berat badan lebih dari 3 Kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan berat badan antara 1 hingga 3 Kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
a. Skor =1
PERHITUNGAN KEBUTUHAN
C. Mobilitas
0= terbatas di tempat tidur atau kursi
b. 1=
MEDIA KONSELING
mampu bangun dari tempat tidur/kursi tetapi tidak bepergian ke luar rumah
2= dapat bepergian ke luar rumah
Skor = 1

D. Menderita tekanan psikologis atau penyakit yang berat dalam 3 bulan terakhir
0 = ya 2 = tidak
Skor = 2 (tidak)

E. Gangguan neuropsikologis
0 = depresi berat atau kepikunan berat
1 = kepikunan ringan
2 = tidak ada gangguan psikologis
Skor = 2

F. Indeks Massa Tubuh (IMT) (berat dalam kg)/(tinggi dalam m)2


0 = IMT kurang dari 19 (IMT < 19)
1 = IMT 19 hingga kurang dari 21 (IMT : 19 hingga <21)
2 = IMT 21 hingga kurang dari 23 (IMT : 21 hingga <23)
3 = IMT 23 atau lebih (IMT ≥ 23)
Skor = 0

Skor skrining (skor maksimal 14))


skor 12-14: Status gizi normal
skor 8-11: Berisiko malnutrisi
skor 0-7: Malnutrisi

JUMLAH Skor Skrining = 7 (malnutrisi)


B. Antropometri
Estimasi TB (Chumlea’s Method)
TB = 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
= 64,19 – (0,04 x 66) + (2,02 x 49)
= 64,19 – 2,64 + 98,98
= 160,53 161 cm

Estimasi BB
BB = (LiLA /26,3) x (TB-100)
= (19,4/26,3) x (161-100)
= 0,74 x 61
= 45,14 kg  45 kg

Persentil LiLA (WHO-NCHS)


Persentil = x 100%

= x 100%

= 63,19%
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyuningsih R. Penatalaksanaan diet pada pasien. Semarang: Graha Ilmu, 2013.


38p.
2. Anonim. Catatan asuhan gizi instalasi gizi RSUP Sanglah Denpasar.
https://www.scribd.com/doc/149699745/NCP-Kasus-Lanjut-Meningoensefalitis-
IRD-RSUP-Sanglah (diakses pada 18 Agustus 2018)
3. Interpretasi Data Klinik, Kemenkes RI tahun 2010
4. World Health Organization. 2010. Indonesia TB Country Profile,
http://whqlibdoc.who.int/publications/2010 /9789241547833_eng.pdf.
5. Fahreza, E.U. 2012. Hubungan Antara Kualitas Fisik Rumah Dan Kejadian
Tuberkulosis Paru Dengan Basil Tahan Asam Positif Di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 1 (1) : 9-13.
6. Fatmawati. 2006. Materi Bahaya Rokok untuk Kurikulum Sekolah. (Online),
(http://www.sinarharapan.co.id/berita/0609 /15/opi01.html, 25 Januari 2008)
dalam Perilaku Merokok Di Kalangan MahasiswaUniversitas Muhammadiyah
Semarang (Smoking Behaviour Among Students in UNIMUS) Trixie Salawati,
Rizki Amalia.Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS. (Online),
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/ jtptunimus-gdl-odeyahyuhe-6165-4-
daftarp-a.pdf
7. Lee SW, Kang YA, Yoon YS, Um S, Lee SM, Yoo C, et al. The Prevalence and Evolution of
Anemia Associated with Tuberculosis. korean Acad Med Sci. 2006;21(12):1028– 32.
8. WHO. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of Anemia and Assesment of Severity.
Geneva: WHO Press. 2011;1– 5.
9. Nasution S D. Malnutrisi dan Anemia pada Penderita Tuberkulosis Paru. Majority. 2015; 4(8)
10. Papathakis P, Piwoz E. Nutrition and tuberculosis: A review of the literature and
considerations for TB control programs. United States Agency for International
Development, Africa’s Health 2010 Project (2008):1-45.
11. Schwenk A, Hodgson L, Wright A, Ward LC, Rayner CFJ, Grubnic S, et al.
Nutrient partitioning during treatment of tuberculosis: gain in body fat mass but
not in protein mass. Am J Clin Nutr. 2004;79:1006–12.19.
12. Paton NI, Chua YK, Earnest A, Chee CB. Randomized controlled trial of
nutritional
supplementation in patients with newly diagnosed tuberculosis and wasting. Am J
Clin Nutr. 2004;80:460–5.
13. Macallan DC. Malnutrition in tuberculosis.Diagn Microbiol Infect Dis.
1999;34:153–7.
14. Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M,Vishvkarma S. Tuberculosis and
nutrition. Lung India. 2009;26(1):9–16.
15. Dai G, McMurray DN. Altered cytokine production and impaired antimicrobial
immunity in protein malnourished guinea pigs. Infect Immun. 1998;66:3562–8.
16. Escott-Stump S. Nutrition and diagnosis related care. 6th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2002.p. 269–306.
17. Pingleton SK. Enteral nutrition in patients with respiratory disease. Eur Respir J.
1996;9:364–70.
18. Range N, Changalucha J, Krarup H, Magnussen P, Andersen AB, Friis H. The
effect of multi-vitamin/mineral supplementation on mortality during treatment of
pulmonary tuberculosis: a randomised two-by-two factorial trial in Mwanza,
Tanzania. Br J Nutr. 2006;95(4):762–70.
19. Borelli P, Blatt S, Pereira J, Maurino BB De, Tsujita M, Xavier G, et al.
Reduction of erythroid progenitors in protein – energy malnutrition. Britiish J
Nutr. 2007;97:307– 14.

Anda mungkin juga menyukai