Anda di halaman 1dari 24

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PENATALAKSANAAN DIIT PADA KASUS PRE OPERASI


TUMOR INTRA ABDOMEN GRADE III PSEUDOMYXOMA
PERITONEI

DI RUANG KEMUNING 5

RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Oleh:

Andi Hakim Jodi S I14120118

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor Intra Abdomen memiliki angka kejadian di Amerika Serikat hanya


sekitar 2% dari seluruh karsinoma yang ada. Tumor tersebut terbilang sangat langka
terjadi bila dibandingkan dengan tumor ganas lainnya (Ratini 2014).
Tumor intra abdomen merupakan massa padat yang terdapat pada rongga
abdomen disebabkan karena sel tubuh mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom. Secara patologi, sel ini dapat terkelupas dengan sendirinya dan meluas ke
lapisan peritoneum sehingga menyebabkan tumor peritoneum. Etiologi pada tumor
ini belum diketahui secara pasti. Namun menurut Silbernagl dan Lang (2000),
pembelahan sel yang abnormal disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu
hereditas genetik, virus (HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Papyloma), zat
bersifat racun bagi tubuh (bahan-bahan kimia, nuklir), dan gaya hidup tidak sehat
(alkohol, penggunaan tembakau).
Tanda dan gejala yang terjadi pada tumor intra abdomen antara lain mual,
diare, konstipasi, kembung dan keram perut, kehilangan nafsu makan, pendarahan
rectum, serta penurunan berat badan tiba-tiba (Ratini 2014).
Pada kasus ini akan dibahas seorang pasien bernama Tn. E berumur 62 tahun
dengan diagnosa Tumor Intra Abdomen. Pasien beresiko memiliki tumor intra
abdomen karena kebiasaan makan-makanan karsinogen dan tinggi lemak (goreng-
gorengan) saat usia muda. Pasien mulai mengalami penurunan nafsu makan sejak
terdapat nyeri diperut dan perut terasa kembung. Selain itu berdasarkan hasil
Subjective Global Assesment (SGA) yang dilakukan, pasien mengalami perubahan
berat badan, dilihat dari perubahan ukuran baju/celana, porsi makan berubah turun,
kapasitas fungsional bedrest, hubungan penyakit dengan kebutuhan metabolic
(stress) tinggi. Setelah dilakukan assessment awal dengan SGA diperoleh hasil
yaitu malnutrisi berat (C), Oleh karena itu pasien dijadikan kasus besar untuk di
monitoring lebih lanjut.
BAB II
Tumor Intra Abdomen grade III Pseudomyxoma Peritonei

A. ASSESMENT
1. Riwayat Pasien
a. Data Personal
Nama : Tn. E
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama/Suku : Islam/Sunda
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Rekam Medik : 0001490892
Ruang : Kemuning lantai 5/ kelas II/kamar 8
Tanggal Masuk Ruangan : 17 November 2015
Tanggal Asessment : 18 November 2015
Pendidikan : Sekolah Lanjutan Atas (SLA)
Diagnosa : Tumor Intra Abdomen
Cara Pembayaran : Kontraktor BPJS Askes
Perokok : Tidak
b. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien pernah mengalami tindakan operatif pada bagian
abdomen di RS Majalengka 1 tahun yang lalu. Pasien
didiagnosa Tumor Intra Abdomen.
Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering mengeluh nyeri pada
perut bagian atas dan perut terasa seperti kembung. Terdapat
benjolan pada bagian perut.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami lemah, nyeri
perut dan rasa kembung hebat, serta pembengkakan pada perut.
Kemudian oleh keluarga langsung dibawa ke RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
Pasien masuk Rumah Sakit tanggal 17 November 2015 dan
kemudian dirawat di ruang Kemuning 5. Pasien didiagnosis
menderita Tumor Intra
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama
dengan pasien.
c. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien mempunyai 1 orang istri dan 3 orang anak. Pasien adalah seorang
wiraswasta. Saat ini, pasien hanya tinggal sendiri dan dijaga oleh ketiga
anaknya secara bergantian. Tempat tinggal pasien terletak di daerah
kabupaten Majalengka Jawa Barat.

2. Riwayat Terkait Gizi dan Makanan


a. Asupan Makanan dan Zat Gizi
Riwayat Makan 10 bulan SMRS
Sejak 1 tahun yang lalu, pasien mendapatkan tindakan operatif pada
bagian abdomen. Awalnya kondisi pasien membaik pasca operasi.
Namun 2 bulan pasca operasi pasien mengalami keluhan nyeri perut
dan menyebabkan nafsu makan pasien menurun, sehingga intake
makanan pasien kurang dalam sehari. Dari hasil Semi Quantitaive-Food
Frequency Questionaire (SQ-FFQ) didapatkan bahwa kebiasaan makan
pasien selama 10 bulan terakhir adalah bubur 1P, bubur sumsum 1P,
lauk hewani 0.5P, lauk nabati 1.5P, sayur 0.5P, buah 1P, dan minyak
2P setiap harinya.
Tabel. 1 Hasil SQ-FFQ sepuluh bulan terakhir
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 778 25.0 23.6 112.0
Kebutuhan 2200 82.5 61.1 330.0
% 35.4 30.3 38.7 33.9

Recall 24 Jam
Kebiasaan makan pasien selama dirawat di rumah sakit: Pasien pada
awal masuk Rumah Sakit dokter memberikan diit bubur saring, rute
makanan per oral, frekuensi pemberian makanan 3x makanan utama
dan 2x makanan selingan. Pasien hanya mampu mengonsumsi bubur
sumsum + kinca 1P, buah 0.5P, dan susu sapi 0.5P. Adapun hasil recall
nya adalah sebagai berikut
Tabel. 2 Hasil Recall 24 Jam
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 378 13.0 9.6 58.0
Kebutuhan 1800 67.5 50.0 270.0
% 21.0 19.3 19.3 21.5

COMPARATIVE STANDARD 10 Bulan SMRS


Rumus The Mifflin-St J Equations (1990)
Laki-laki :
BMR = (10 x BB) + (6.25 x TB) (5 x U) + 5
= (10 x 63) + (6.25 x 158) (5 x 62) + 5
= 1312.5 kkal
TEE = BMR x FS x FA
= 1312.5 x 1.4 x 1.2
= 2205 kkal => 2200 kkal
P = 15% x TEE = 82.5 gr
4
L = 25% x TEE = 61.1 gr
9
KH = 60% x TEE = 330.0 gr
4
COMPARATIVE STANDARD saat MRS
Rumus The Mifflin-St J Equations (1990)
Laki-laki :
BMR = (10 x BB) + (6.25 x TB) (5 x U) + 5
= (10 x 57) + (6.25 x 158) (5 x 62) + 5
= 1252.5 kkal
TEE = BMR x FS x FA
= 1252.5 x 1.4 x 1
= 1753.5 kkal => 1800 kkal
P = 15% x TEE = 67.5 gr
4
L = 25% x TEE = 50.0 gr
9
KH = 60% x TEE = 270.0 gr
4
b. Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap Tentang Gizi
Pasien sebelumnya belum pernah mendapatkan konseling dan
pengetahuan tentang gizi. Pasien tidak memiliki pantangan makanan,
alergi dan ketidak sukaan dengan makanan. Pasien memiliki kebiasaan
makan makananan yang bersifat karsinogen seperti daging yang dibakar,
serta makan goreng-gorengan.
c. Aktivitas
Aktivitas 10 bulan lalu : aktivitas sehari-hari pasien berdiam diri
dirumah melakukan aktivitas ringan.
Aktivitas Sekarang : pasien dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin,
pada awal assessment pasien mengalami
perubahan kapasitas fungsional yaitu bedrest.
d. Riwayat Obat-Obatan
Di rumah sakit pasien mendapatkan obat yaitu :
Tabel 3. Obat-obat yang dikonsumsi pasien selama dirawat
Nama
No Kegunaan Interaksi Efek Samping
Obat
Saluran cerna:
untuk
diare, dispepsia,
penatalaksanaan
Ketorolac nyeri
nyeri akut sedang
1 3x1 amp Tidak ada gastrointestinal,
sampai berat
IV nausea.
setelah prosedur
Susunan saraf
bedah.
pusat: sakit
kepala, pusing,
mengantuk,
berkeringat.
Efek pada GI:
konstipasi, mual,
terapi ulkus
muntah, nyeri
duodenum dan
dan
Ranitidine ulkus lambung
ketidaknyamanan
2. 2x1 amp yang aktif, Tidak ada
pada perut, dan
IV gasthroesophageal
pada sebagian
reflux desease
kecil pasien
(GERD),
dapat mengalami
pankreatitis.

3. Antropometri (18 November 2015)


LILA : 27 cm
% LILA : 77% (Gizi Kurang)
Standar LILA : 34,7 cm
BB biasanya :-
Estimasi BB dari LILA : 57 kg
Tinggi Badan : 161 cm

COMPARATIVE STANDARD
Kategori > 85% : Gizi Baik
70-85 % : Gizi Kurang
< 70 % : Gizi Buruk

4. Data Biokimia
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan biokimia 17 November 2015
Tabel 4. Hasil pemeriksaan biokimia
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan

Hemoglobin 10.8 gr/dl 13,5 17,5 gr/dl Rendah


Hematokrit 34 % 40 52 % Rendah
Leukosit 14,400/mm3 4400 11300/mm3 Tinggi
Eritrosit 4,5 juta/ul 4,5 6,5 juta/uL Normal
150.000
Trombosit 499.000/mm3 Tinggi
450.000/mm3
Albumin 2.8 g/dL 3.5-5.0 g/dL Rendah
Natrium 129 mEq/L 135-145 mEq/L Rendah
Klorida 95 mEq/L 98-109 mEq/L Rendah

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami


malnutrisi akibat tumor.

5. Data Fisik dan Klinis Gizi


Hasil Pemeriksaan Fisik
Adapun keadaan fisik pasien yang muncul seperti :
a. Kesadaran Compos Mentis
b. Hilangnya lemak subkutan
c. Tidak nafsu makan (anoreksia)
d. Mengeluh kembung perut
Hasil pemeriksaan Klinis tanggal 18 November 2015
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Klinis
Jenis
Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Compos
Mentis, nyeri
Keadaan
perut 3/10, - Kurang
Umum
kembung, nafsu
makan buruk
Nadi 81 kali/menit 80-100 x/menit Normal
Tekanan Darah 130/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
Respirasi 21 kali/menit 20 x/menit Normal
Suhu 37C 37oC Normal

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan


klinis pasien pada umumnya normal. Namun keadaan umum pasien
masih belum baik diakibatkan pengaruh penyakit yang diderita.
B. DIAGNOSA GIZI
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu
makan dan perut kembung ditandai dengan hasil recall < 50% dari
kebutuhan (Energi 21%, Protein 19%, Lemak 19%, Karbohidrat 21%).
NI.5.2 Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya asupan makan dalam
waktu yang lama dan peningkatan kebutuhan ditandai dengan asupan
makan kurang dalam 10 bulan terakhir (%SQ-FFQ E 35%, P 30%, L
39%, dan KH 33%), status gizi kurang (% LILA 77%), dan hilangnya
lemak subkutan.
NB.1.1 Pengetahuan kurang terkait makanan dan gizi berkaitan dengan
sebelumnya kurang terpapar informasi yang akurat terkait gizi ditandai
dengan riwayat makan terdahulu buruk yaitu kurang dari kebutuhan (1
kali sehari), kebiasaan makan makanan dibakar dan goreng-gorengan.

C. INTERVENSI GIZI
1. Rencana Intervensi Gizi
a. Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan LILA serta status gizi pasien
agar tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut.
3. Memberikan edukasi kepada pasien tentang formula enteral polimerik,
mulai dari cara pembuatannya, jadwal pemberiannya, kegunaannya
bagi tubuh, dan hubungannya dengan kondisi yang sedang dialami.
b. Prinsip dan Syarat Diit
Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 1800 kkal.
Protein diberikan 15% dari kebutuhan energi yaitu 67.5 gr.
Lemak diberikan 25% dari kebutuhan energi yaitu 50.0 gr.
Karbohidrat diberikan 60% dari kebutuhan energi yaitu 270.0 gr.
Bentuk Makanan : Saring
Jenis Diit : Gizi seimbang
Route makanan : Per oral
Frekuensi Makanan : 3 kali makan utama, 2 kali selingan,
dan 2 x 55 gram Formula Enteral
Polimerik.
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi
COMPARATIVE STANDARD
Rumus The Mifflin-St J Equations (1990)
Laki-laki :
BMR = (10 x BB) + (6.25 x TB) (5 x U) + 5
= (10 x 57) + (6.25 x 158) (5 x 62) + 5
= 1252.5 kkal
TEE = BMR x FS x FA
= 1252.5 x 1.4 x 1
= 1753.5 kkal => 1800 kkal
P = 15% x TEE = 67.5 gr
4
L = 25% x TEE = 50.0 gr
9
KH = 60% x TEE = 270.0 gr
4
d. Rancangan Diit
Rancangan diit sehari makanan cair pada tanggal 19 s/d 22 November
2015 yaitu :
Tabel 6. Perencanaan menu makanan pasien
Nilai Gizi
Waktu Bahan Berat
Penukar E L KH
Pemberian Makanan (gr) P (gr)
(kkal) (gr) (gr)
Bubur
1P 200 gr 116 2.5 0.6 25
sumsum
Kinca 1P 26 gr 100 0 0 24
Telur 1P 55 gr 75 7 5 0
Siang
Buah 1P - 50 0 0 24
Formula
Enteral - 55 gr 238 9.2 7.3 34.8
Polimerik
Susu sapi
16.00 1P 200cc 125 7 6 10
segar
Bubur
Sore 1P 200 gr 116 2.5 0.6 25
sumsum
Kinca 1P 26 gr 100 0 0 24
Telur 1P 55 gr 75 7 5 0
Buah 1P - 50 0 0 24
Formula
Enteral - 55 gr 238 9.2 7.3 34.8
Polimerik
Bubur
1P 200 gr 116 2.5 0.6 25
sumsum
Kinca 1P 26 gr 100 0 0 24
Pagi Telur 1P 55 gr 75 7 5 0
Formula
Enteral - 55 gr 238 9.2 7.3 34.8
Polimerik
Susu sapi
10.00 1P 200cc 125 7 6 10
segar
Total 1937 70.0 50.9 295.5
Kebutuhan 1800 67.5 50.0 270.0
% 107.6 103.7 101.8 109.4

Tabel. 7 Distribusi rancangan makanan dalam sehari


Jumlah/ Distribusi Sehari
BM
Penukar Pagi 10.00 Siang 16.00 Sore
Bubur
3 x 200 gr 200 gr - 200 gr - 200 gr
Sumsum
Kinca 3 x 26 gr 26 gr - 26 gr - 26 gr
Telur 3 x 55 gr 55 gr - 55 gr - 55 gr
Buah 2P - - 1P - 1P
Susu sapi
2 x 200 cc - 200 cc - 200 cc -
segar
Formula
Enteral 3 x 55 gr 55 gr - 55 gr - 55 gr
Polimerik

e. Rencana Implementasi
Pelaksanaan asuhan gizi ini dilakukan bersama dengan Ahli Gizi Ruangan,
pramusaji ruangan, keluarga pasien serta pasien sendiri :
Dokter dan perawat
Melakukan koordinasi dengan dokter dan perawat untuk mengetahui
preskripsi diit awal yang berikan, memperoleh data-data tentang jenis
obat yang diberikan, dan data-data fisik klinis pasien.
Ahli Gizi
Melakukan koordinasi dengan ahli gizi tentang cara penentuan
kebutuhan pasien, menterjemahkan jenis diit yang diberikan oleh
dokter ke dalam makanan, menentukan jenis diit yang akan diberikan
kepada pasien serta perubahan jenis diit sesuai dengan kondisi pasien.
Pramusaji Ruangan
Setelah rancangan diit dibuat, kemudian informasi jenis perubahan diit
dan penambahan extra diberitahukan kepada pramusaji ruangan agar
makanan diubah untuk pasien. Makanan yang akan di berikan kepada
pasien ditimbang terlebih dahulu (diporsikan secara akurat sesuai
dengan rancangan kebutuhan yang dibuat). Dan apabila terdapat sisa
makanan, maka perlu ditimbang juga agar diketahui dengan pasti nilai
asupan yang diterima oleh pasien.
Keluarga Pasien dan Pasien
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang formula
enteral polimerik, mulai dari cara penggunaannya, jadwal
pemberiannya, kegunaannya bagi tubuh, dan hubungannya dengan
kondisi yang sedang dialami.
f. Rencana Edukasi
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Waktu : Sebelum pemberian makan sore
Tempat : Kemuning lantai 5, kamar 8 bed 5
Materi :
1. Anjuran untuk menghabiskan makanan yang telah disajikan
2. Hubungan kebutuhan gizi pasien dengan penyakit yang
diderita.
3. Cara menggunakan formula enteral yang baik dan benar.
4. Cara dan frekuensi pemberian makanan.
5. Kegunaan dan tujuan pemberian makanan cair sesuai
kebutuhan.
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien

2. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Tabel 8. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan Pasien dapat menghabiskan makanannya Setiap hari
secara bertahap dimulai dari 80%, dengan
bentuk saring ditambah dengan formula
enteral sesuai dengan kebutuhan
Antropometri Nilai LILA pasien dapat bertambah atau Hari Terakhir
minimal tetap dan tidak mengalami Monitoring
penurunan.
Edukasi Pasien atau keluarga pasien menjadi tahu Selama
tentang pentingnya asupan zat gizi, implementasi
hubungan kebutuhan gizi pasien dengan
penyakit yang diderita. Cara dan waktu
mengonsumsi formula enteral yang baik
dan benar. Kegunaan dan tujuan
pemberian makanan sesuai kebutuhan

3. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 3 hari, pada tanggal 19 November 2015
dimulai dari waktu makan siang sampai dengan tanggal 22 November 2015
waktu makan snack. Pada implementasi kasus ini, frekuensi makanan yang
disajikan untuk pasien ini yaitu 3 kali makan utama dalam bentuk saring, 2
kali selingan susu, serta 3 kali formula enteral polimerik. Makanan yang akan
diberikan pada pasien, terlebih dahulu dipesan dari dapur susu dan dapur diit
menggunakan form rancangan diit khusus yang telah di setujui oleh ahli
gizi ruangan, makanan yang dipesan sesuai dengan rancangan diit yang telah
dibuat. Dan pemberian edukasi setiap sebelum makan sore selama 3 hari
implementasi kepada pasien dan keluarganya tentang makanan yang
diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien pada saat ini.
D. MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan Evaluasi Hari Pertama
a. Hasil Monitoring
Asupan Makanan
Tabel 9. Hasil monitoring asupan ke 1
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Keterangan
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 1793 40.8 36.4 222.2
Kebutuhan 1800 67.5 50 270
% 99.6 60.4 72.9 82.3

Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Tabel 10. Hasil fisik-klinis hari ke 1
Keadaan Tekanan
Nadi Respirasi Suhu
Umum Darah
Compos
Mentis,
nyeri perut
Hasil 3/10, 81x/ 130/80 21x/
37oC
hari ke-1 kembung, menit mmHg menit
nafsu
makan
buruk
Compos
Mentis,
tidak ada
80-
Comparative nyeri perut, 120/80 16-20x/
100x/ 37oC
Standard tidak mmHg menit
menit
kembung,
nafsu
makan baik

b. Hasil Evaluasi Hari Pertama


Asupan makan pasien pada hari pertama implementasi mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum dilakukan implementasi. Namun
pada waktu pemberian makan pertama, dimana pasien diberikan bubur
sumsum sebanyak 200 gr, kinca 26 gr, telur 55 gr, dan entramix 55 gr,
asupan pasien sangat rendah. Pasien hanya mengonsumsi bubur
sebanyak 111 gr, kinca sebanyak 13 gr, telur 0 gr, dan entramix 40 gr.
Hal ini dikarenakan pasien mengaku tidak mampu memakan bubur
sumsum dalam jumlah banyak dan tidak dapat merasakan makanan padat
yang disajikan. Oleh karena itu, dilakukan perubahan rancangan agar
pasien dapat menerima makanan yang disajikan.
Tabel 11. Perubahan perencanaan menu makanan pasien
Nilai Gizi
Waktu Bahan Berat
Penukar E L KH
Pemberian Makanan (gr) P (gr)
(kkal) (gr) (gr)
Bubur
0.5P 100 gr 58 1.25 0.3 12.5
Siang sumsum
Kinca 0.5P 13 gr 50 0 0 12
Formula
12.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Formula
Enteral
14.00 Polimerik - 30 gr 119 7.1 1.4 20
tinggi
protein
Formula
16.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Bubur
0.5P 100 gr 58 1.25 0.3 12.5
Sore sumsum
Kinca 0.5P 13 gr 50 0 0 12
Formula
18.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Formula
20.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Formula
Enteral
06.00 Polimerik - 30 gr 119 7.1 1.4 20
tinggi
protein
Bubur
Pagi 0.5P 100 gr 58 1.25 0.3 12.5
sumsum
Kinca 0.5P 13 gr 50 0 0 12
Susu
bubuk 1P 20 gr 75 7 0 10
skim
Gula 0.6P 8 gr 31 0 0 7.4
Formula
08.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Formula
10.00 Enteral - 45 gr 205 6.5 8.2 27.8
Polimerik
Total 1895 64.3 52.9 297.8
Kebutuhan 1800 67.5 50.0 270.0
% 105.3 95.3 105.8 110.3
Tabel. 12 Distribusi perubahan rancangan makanan dalam sehari
Jumlah/ Distribusi Sehari
BM
Penukar 06.00 Pagi 08.00 10.00 Siang 14.00 16.00 Sore 20.00
Bubur 3 x 100 100 100 100
- - - - - -
Sumsum gr gr gr gr
13 13
Kinca 3 x 13 gr - - - 13 gr - - -
gr gr
Susu skim 20
1 x 20 gr - - - - - - - -
bubuk gr
Gula 1 x 8 gr - 8 gr - - - - - - -
Formula
45
Enteral 6 x 45 gr - - 45 gr 45 gr 45 gr - 45 gr 45 gr
gr
Polimerik
Formula
Enteral
Polimerik 2 x 30 gr 30 gr - - - - 30 gr - - -
tinggi
protein

Setelah dilakukan perubahan terdapat peningkatan asupan seperti yang


dapat dilihat pada tabel 9. Asupan energi dan karbohidrat pasien sudah
membaik yakni > 80% dari yang direncanakan. Hal tersebut dikarenakan
perubahan rancangan serta kombinasi makanan rancangan pertama
dengan rancangan kedua. Namun asupan protein dan lemak pasien masih
rendah, akan tetapi sudah meningkat dibandingkan asupan hasil Recall
24 jam.
Untuk pemeriksaan fisik pasien masih mengalami kembung perut dan
nyeri perut bagian atas. Meski asupan sudah membaik namun nafsu
makan pasien tetap rendah. Sedangkan hasil pemeriksaan biokimia
belum ada data terbaru sehingga tidak dapat di evaluasi kembali dihari
pertama. Edukasi yang diberikan pada hari pertama berupa motivasi
untuk menghabiskan makanan, pentingnya menghabiskan makanan,
perubahan diit yang diberikan, frekuensi pemberian dan cara penggunaan
makanan yang disediakan.
2. Monitoring dan Evaluasi Hari Kedua
a. Hasil Monitoring
Asupan Makanan
Tabel 13. Hasil monitoring asupan ke 2
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Keterangan
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 1718 57.9 50.7 264.6
Kebutuhan 1800 67.5 50 270
% 95.4 85.7 101.5 98.0

Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Tabel 14. Hasil fisik-klinis hari ke 2
Keadaan Tekanan
Nadi Respirasi Suhu
Umum Darah
Compos
Mentis,
nyeri perut
Hasil 3/10, 80x/ 110/70 20x/
37oC
hari ke-2 kembung, menit mmHg menit
nafsu
makan
buruk
Compos
Mentis,
tidak ada
80-
Comparative nyeri perut, 120/80 16-20x/
100x/ 37oC
Standard tidak mmHg menit
menit
kembung,
nafsu
makan baik

b. Hasil Evaluasi Hari Kedua


Asupan makan pasien pada hari kedua sudah menggunakan perubahan
rancangan menu makanan. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 13, asupan
protein dan lemak pada hari kedua mengalami peningkatan secara
berturut-turut yakni 85% dan 101% dibandingkan hari pertama 60% dan
72%.
Untuk pemeriksaan fisik pasien masih mengalami kembung perut dan
nyeri perut bagian atas. Meski asupan sudah membaik namun nafsu makan
pasien tetap rendah. Sedangkan hasil pemeriksaan biokimia belum ada
data terbaru sehingga tidak dapat di evaluasi kembali dihari pertama.
Edukasi yang diberikan pada hari kedua berupa tanya jawab terkait
keluhan yang dialami terkait makanan dan penyakit pasien.
3. Monitoring dan Evaluasi Hari Ketiga
a. Hasil Monitoring
Asupan Makanan
Tabel 15. Hasil monitoring asupan ke 3
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Keterangan
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 636 21.5 18.1 100.1
Kebutuhan 1800 67.5 50 270
% 35.3 31.8 36.2 37.1

Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Tabel 16. Hasil fisik-klinis hari ke 3
Keadaan Tekanan
Nadi Respirasi Suhu
Umum Darah
Hasil
- - - - -
hari ke-3
Compos
Mentis,
tidak ada
80-
Comparative nyeri perut, 120/80 16-20x/
100x/ 37oC
Standard tidak mmHg menit
menit
kembung,
nafsu
makan baik

Pengukuran LILA
Tidak dilakukan pengukuran LILA pada hari terakhir
implementasi.

b. Hasil Evaluasi Hari Ketiga


Monitoring pada hari ketiga tidak bisa dilakukan sampai selesai. Hali ini
disebabkan karena pasien telah meninggal dunia pada 22 November 2015
pukul 06.00 WIB.
BAB III
PEMBAHASAN

Tumor merupakan pembengkakan abnormal pada tubuh yang disebabkan karena


terbentuknya sel-sel baru yang tidak terbatas, tidak terkontrol dan terkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh (Kusuma 2001). Sel baru
yang tidak berguna dalam tubuh tersebut dapat tumbuh pada hampir semua bagian
tubuh. Tumor intra abdomen merupakan massa padat yang terdapat pada rongga
abdomen disebabkan karena sel tubuh mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom. Secara patologi, sel ini dapat terkelupas dengan sendirinya dan meluas ke
lapisan peritoneum.
Penyebab terjadinya tumor yakni pembelahan sel yang abnormal disebabkan
beberapa faktor diantaranya yaitu hereditas genetik, virus (HIV, Hepatitis B,
Hepatitis C, Hepatitis D, Papyloma), zat bersifat racun bagi tubuh (bahan-bahan
kimia, nuklir), dan gaya hidup tidak sehat (alkohol, penggunaan tembakau)
(Silbernagl dan Lang 2000).
Tanda dan gejala yang terjadi pada tumor intra abdomen antara lain mual, diare,
konstipasi, kembung dan keram perut, kehilangan nafsu makan, pendarahan rectum,
serta penurunan berat badan tiba-tiba (Ratini 2014).
Pasien bernama Tn. E mengeluh merasakan kembung dan nyeri pada bagian perut.
Selain itu terdapat benjolan pada perut. Tn. E juga tidak nafsu makan sehingga
mengalami penurunan berat badan selama 10 bulan terakhir. Pasien mengalami
perubahan asupan makanan sehingga didapatkan diagnosa gizi yaitu NI.2.1 Asupan
oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan dan perut kembung
ditandai dengan hasil recall < 50% dari kebutuhan (Energi 21%, Protein 19%,
Lemak 19%, Karbohidrat 21%). Terapi diit yang diberikan kepada pasien adalah
diit makanan saring disertai dengan pemberian Formula Enteral. Pasien mengaku
tidak memiliki selera makan diakibatkan pengcapan terasa hambar. Tidak terdapat
ganguan menyunyah dan menelan namun keinginan pasien untu mengonsumsi
makanan padat rendah. Makanan ini akan diberikan secara bertahap berubah sesuai
dengan kondisi pasien. Dimulai dari pemberian makanan saring, kemudian
makanan lunak, dan terakhir dapat dilanjutkan dengan makanan padat. Untuk
pasien ini dirancang makanan saring yang mengkombinasikan pemberian makanan
saring dan formula enteral polimerik, dengan frekuensi 3 kali makanan utama, 2
kali selingan, serta pemberian formula enteral polimerik komersil (3 x 55 gram).
Hal ini di lakukan untuk memenuhi dan mencukupi semua nilai gizi (energi,
protein, lemak, karbohidrat) sesuai kebutuhan pasien. Rancangan diit diatas
diimplementasikan dari hari pertama pada 19 November 2015, namun terdapat
evaluasi karena pasien tidak dapat menghabiskan bubur sumsum serta tidak
mengonsumsi telur. Kemudian dilakukan perubahan diit dengan prinsip diit
seimbang, bentuk saring dengan frekuensi 3 kali bubur sumsum dan kinca disertai
dengan pemberian formula enteral polimerik seimbang dan formula enteral
polimerik tinggi protein.
Terapi diit yang diberikan sudah menunjukkan adanya peningkatan asupan makan
pasien dibandingkan dengan sebelum diberikan implementasi. Dan dapat dilihat
dari grafik di bawah ini.
Grafik 1. Asupan Makan Selama 3 Hari
120

100

80

60

40

20

0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

Pada hari pertama implementasi, asupan pasien sudah mengalami peningkatan


dibandingkan dengan sebelum dilakukan implementasi. Pasien telah dapat
menghabiskan 99% dari makanan yang disajikan. Namun kecukupan protein dan
lemak masih sangat rendah. Ini dikarenakan ketidaksesuaian kombinasi antara
rancangan makanan pertama dengan rancangan makanan kedua.
Pada hari kedua implementasi, asupan protein dan lemak pasien lebih meningkat
dibandingkan dengan hari pertama implementasi. Pasien telah dapat menghabiskan
95% dari makanan yang disajikan, menurun dibandingkan asupan sebelumnya.
Namun terdapat peningkatan pada asupan zat gizi protein dan lemak. Hal tersebut
dikarenakan sudah sesuainya asupan dengan menggunakan rancangan untuk hari
kedua.
Pada hari ketiga implementasi, monitoring sudah tidak bisa dilakukan secara penuh
dikarenakan pasien meninggal dunia pada 22 November 2015 pukul 06.00 WIB.
Pasien meninggal diakibatkan tumor intra abdomen sudah bermetastase ke
peritoneum dan masuk pada grade 3 (Pseudomyxoma Peritonei) Berdasarkan
pengamatan hasil implementasi dalam waktu 2 hari, diketahui bahwa intervensi
yang diberikan dari hari pertama hingga hari kedua secara bertahap mengalami
peningkatan. Pengukuran antropometri pasien pada hari terakhir (ketiga) tidak
dapat dilakukan. Saat proses implementasi, pasien dan keluarga diberikan edukasi
setiap menjelang pemberian formula enteral polimerik pukul 16.00, edukasi ini
berisi tentang betapa pentingnya asupan makan untuk pasien terutama dalam
mempertahankan atau meningkatkan status gizi pasien. Selama proses edukasi ini,
pasien dan keluarga pasien sudah mengerti dan mau menerima apa yang telah
disampaikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dari hasil monitoring dan evaluasi selama 2 hari, dapat disimpulkan
bahwa pasien dapat menerima terapi diit makanan saring dengan
kombinasi pemberian formula enteral polimerik komersil yang
diberikan, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan asupan makan
mencapai > 80% kebutuhan.
2. Pengukuran antropometri pasien tidak dapat dilakukan.
3. Edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga pasien mengerti
dengan edukasi yang diberikan selama intervensi dilakukan dalam
waktu 2 hari.
4. Rencana monitoring dan evaluasi yang ditargetkan selama 3 hari di
mulai tanggal 19 November 2015 sampai 22 November 2015 hanya
berlangsung 2 hari dikarenakan pasien meninggal dunia pada 22
November 2015 pukul 06.00 WIB

B. Saran
Dalam pemberian makanan kepada pasien sebaiknya sesuai dengan kondisi pasien
dan intervensi yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan pasien, sehingga dapat
menghilangkan atau mengurangi masalah gizi yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2010). Penuntun Diit. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Smelster, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
Gutawa, M. (2013). Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Bandung.
International Diitetics and Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual:
Standarize Language for the nutriotion Care Processes.2013.4th ed.
Chicagu,IL.Academy Of Nutrition And Diitetics.

Anda mungkin juga menyukai