TINJAUAN PUSTAKA
1
Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan congenital. Pada sebagian penderita dengan
leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan
untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.
b. Agent
Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel
pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T.
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan.
Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
Benzena telah dikenal lama sebagai karsinogen yang sifat karsinogeniknya
menyebabkan leukimia. Paparan benzena kadar tinggi dapat menyebabkan
aplasia sum-sum tulang, kerusakan kromosom dan leukimia.
Merokok
c. Lingkungan (pekerjaan)
2
1.1.3 Patofisiologi Acute Myeloid Leukimia
AML (Acute Myeloid Leukimia) merupakan penyakit dengan
transformasi maligna dan perluasan klon-klon sel-sel hematopoetik yang
terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi
bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis
pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk
mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel
T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit,
granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi
dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu,
sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel
darah normal dalam sumsum tulang.
Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah
yang kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan
gangguan metabolisme sel dan fungsi organ. Sel-sel leukemik tertimbun di
dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang
menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan
ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka
melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk
tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa
menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan
organ lainnya. (Anwar dan Widyaningsih, 2017)
3
ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya
gejala kelemahan badan ini sebanding dengan anemia.
b. Febris
c. Perdarahan
e. Nyeri tulang
4
1.2 Bisitopenia
5
BAB II
Nama : Ny. H
Usia : 33 tahun
1. Identitas Pasien
Tabel 1. Data Pasien
Nama Ny. H
Usia 33 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Tanggal lahir 23-12-1986
Agama Islam
No. RM 01883805
Bangsal Dahlia 1
No. Kamar 10
Tanggal Masuk RS 19/03/2019
Tanggal Skrinning 20/03/2019
Diagnosa Medis Acute Myeloid Leukimia dengan Bisitopenia
Sumber: Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2019
2. Skrining Awal
Tabel 2. Skrining Gizi Dewasa (2002)
Jawaban
No Kriteria
Ya Tidak
1 Apakah IMT < 20,5 ? √
2 Apakah pasien kehilangan BB √
dalam 3 bulan terakhir ?
3 Apakah asupan makanan pasien √
menurun 1 minggu terakhir ?
6
Jika tidak untuk semua kriteria skrinning (Ulang seminggu kemudian)
Jika ada 1/lebih dengan jawaban ya (skrinning lanjut)
3. Skrining Lanjut I
4. Skrining Lanjut II
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor=0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (Skor=1) Fraktur, Pasien kronik (Sirosis Hati.
COPD, HD Rutin, DM, Kanker)
Sedang (Skor=2) Bedah mayor, Stroke, Pneumonia
berat, Kanker darah
Berat (Skor=3) Cidera kepala, Transplantasi Sumsum,
Pasien ICU
7
2.2 ASSESMENT GIZI
1. Data Personal
2. Riwayat Penyakit
8
diri ke dokter dan dokter mengatakan ada
gangguan darah, yaitu nilai Hemoglobin
rendah 2 g/dl. Pasien kemudian
ditransfusi PRC 7 kantong dan trombosit
6 kantong. Saat masuk RS. Sardjito
muncul lebam-lebam di kedua lengan dan
di paha bagian kanan dan pasien juga
mengalami gummy bleeding (gusi
berdarah).
Riwayat Penyakit HT (-) DM (-) Penyakit Jantung (-),
Keluarga Penyakit Ginjal (-).
9
4. Riwayat Makan
10
FH.2.1.1 Pemesanan Diet Makanan Biasa (Nasi)
FH.2.1.2 Pengalaman Mendapatkan bubur sum-sum saat di rawat
Diet di RS yang ada di Magelang.
FH.2.1.3 Lingkungan Pasien makan bersama keluarga, masakan di
Makan rumah di masak sendiri oleh pasien.
FH.4.1 Pengetahuan Pasien sudah pernah mendapatkan edukasi
tentang gizi mengenai makanan yang dapat
makanan dan meningkatkan nilai hemoglobin.
gizi
Penjelasan :
Pola asupan makan Ny. H saat di rumah yaitu 3 kali makanan utama dan 2
kali selingan. Pasien tidak memiliki alergi. Berdasarkan kebiasaan makan, pola
makan pasien teratur.
Penjelasan :
Pola asupan makan Ny.H saat di rumah yaitu 3 kali makanan
utama 2 kali selingan dan tergolong bervariasi. Berdasarkan kebiasaan Ny.
H saat di rumah atau SMRS, asupan Ny. H termasuk dalam kategori defisit
tingkat ringan ( 80-89 %) (WNPG, 2012).
11
5. Recal 24 jam (FH.7.2.8)
Recall pada tanggal 20 Maret 2019
Tabel 7. Hasil Recall 24 Jam
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan Oral 1150,2 45,3 32,6 210
Kebutuhan 2012 87 55,8 290
(Standar Kebutuhan
by Mifflin)
% Asupan 57,1 52 58,4 72,4
Penjelasan :
Berdasarkan hasil recall 1 x 24 jam, persentase asupan oral
dibandingkan dengan kebutuhan (standar RS TETP Nasi) adalah termasuk
dalam kategori defisit berat ( < 70% ) untuk energi, protein dan lemak.
Sedangkan untuk karbohidrat termasuk dalam kategori defisit tingkat
sedang (70-79%) (WNPG, 2012). Asupan oral recall 1x24 jam pasien
defisit berat disebabkan oleh nafsu makan pasien yang menurun akibat
nyeri pada perut dan kesulitan mengunyah akibat adanya gusi berdarah
pada pasien.
12
7. Antropometri (AD.1.1)
13
Penjelasan :
Berdasarkan pemeriksaan fisik/klinis, pasien mengeluh merasakan
nyeri pada perut dan kaki bagian kanan.
Konjungtiva pasien tampak pucat yang menandakan pasien
anemia. Tidak terdapat sklera ikterik yang menandakan tidak terjadi
ikterus obstruktif pada pasien. Pasien mengalami gummy bleeding (gusi
berdarah) akibat penyakit yang diderita pasien. Pada pasien
trombositopenia terdapat perdarahan baik kulit seperti patekia atau
perdarahan mukosa mulut (Guyton dan Hall, 2007).
9. Biokimia (BD)
Penjelasan :
Berdasarkan hasil laboratorium dapat diketahui bahwa, nilai
hemoglobin pasien rendah (anemia), eritrosit rendah, dan trombosit yang
juga rendah (trombositopenia). Jika terdapat penurunan dua dari tiga
komponen sel darah yakni (trombosit, eritrosit, lekosit) hal tersebut
menandakan terjadinya bisitopenia. Netrofil rendah (Neutropenia)
merupakan kondisi di mana kondisi neutrofil di dalam darah berada di
bawah batas normal. Kondisi ini berhubungan dengan leukimia.
14
10. Terapi Medis dan Fungsi
Tabel 12. Terapi Medis dan Fungsi
Kode Jenis Terapi Fungsi Interaksi dengan
IDNT Medis Makanan
ND.3.1 Infus NaCl Cairan untuk Tidak ada interaksi
mengganti cairan dengan makanan
tubuh yang keluar.
ND.3.1 Transfusi PRC dan Digunakan untuk Tidak ada interaksi
trombosit meningkatkan sel dengan makanan
Hemoglobin dan
trombosit pada
pasien.
ND.3.1 Lidokaine Menghilangkan rasa St Johns wort dapat
sakit. menurunkan level
lidokain
Penjelasan :
Pasien diberikan transfusi PRC (Packet Red Cells) dan trombosit
untuk meningkatkan kadar hemoglobin, eritrosit, dan trombosit pada
pasien agar mendekati nilai normal. Pasien diberikan injeksi obat lidokain
untuk mengurangi rasa nyeri pada bagian perut dan kaki.
15
2. Domain Clinis (NC)
-
3. Domain Behavior (NB)
-
16
Karbohidrat : 2012 – (348 + 503)
: 1161 Kkal = 290 g
Penjelasan :
Standar diet RS sudah memenuhi standar kebutuhan dan
termasuk dalam kategori normal (90-119%), sehingga diet dapat
diberikan (WNPG, 2012).
17
Makan Siang Nasi 200 g Tim 200 g
Lauk Hewani 50 g Lauk Hewani 50 g
Lauk Nabati 25 g Lauk Nabati 25 g
Putih Telur 50 g Putih Telur 50 g
Sayur 100 g Sayur 100 g
Buah 100 g Buah 100 g
Selingan Sore Susu 200 cc Susu 200 cc
Snack 1 porsi Snack 1 porsi
Makan Nasi 200 g Tim 200 g
Malam Lauk Hewani 50 g Lauk Hewani 50 g
Lauk Nabati 25 g Lauk Nabati 25 g
Putih Telur 50 g Putih Telur 50 g
Sayur 100 g Sayur 100 g
Buah 100 gram Buah 100 gram
Selingan - -
Malam
Nilai Gizi Energi : 2497,5 Kkal Energi : 2018,5 Kkal
(124%) (100% )
Protein : 88,90 g (102%) Protein : 77,4 g (90%)
Lemak : 73,50 g (131%) Lemak : 65 g (116%)
KH : 385,86 g (127%) KH : 283 g (94%)
Penjelasan :
Rekomendasi diet yang diberikan pada pasien adalah TETP
lunak (Tim). Pasien diberikan makanan dalam bentuk lunak karena
pasien mengalami kesulitan dalam mengunyah, sehingga pasien
meminta untuk diganti menjadi nasi tim. Standar diet TETP tim
yang diberikan diubah beratnya menjadi 200 gram untuk nasi tim,
dikarenakan persen standar kebutuhan lebih dari angka kebutuhan
yang direkomendasikan jika menggunakan nasi tim dengan berat
300 gram.
18
2.7 Edukasi Gizi
Di edukasi dilakukan pada tanggal 25 Maret 2019.
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien.
Tempat : Ruangan Dahlia 1, Kamar 10.
Kolaborasi (RC)
Dokter kolaborasi dalam pemberian obat dan interaksinya
terhadap makanan.
Perawat kolaborasi mengenai monitoring tanda vital, fisik klinis
pasien
19
2.8 Monitoring dan Evaluasi
Data Subyektif
Berdasarkan data subyektif awal MRS, pasien mengeluh nyeri
pada perut dan kaki bagian kanan dari lutut hingga ke bawah serta
muncul lebam-lebam di kedua lengan dan di paha bagian kanan. Saat
MRS ini pasien juga mengalami gummy bleeding (gusi berdarah).
20
Data Obyektif
a. Monitoring Antropometri
Tabel 17. Hasil Monitoring Antropometri
Tanggal % LILA Status Gizi
20 Maret 2019 122 Overweight
25 Maret 2019 122 Overweight
Penjelasan :
Monitoring antropometri diperoleh dengan mengukur
lingkar lengan pasien dikarenakan pasien tidak dapat berdiri dan
berjalan dengan baik. Pengukuran dilakukan pada awal studi
kasus mendalam dan akhir studi kasus mendalam. Status gizi
pasien di awal kasus dan di akhir kasus berdasarkan %LILA tetap
yaitu 122% (overweight).
b. Monitoring Biokimia
Hematologi
Lekosit 4,50-11,50 9,07.103 5,55.103 5,36.103
Eritrosit 4,60-6,00 2,88.106 2,84.106 2,73.106
Hemoglobin 13,0-18,0 8,0 g/dl 8,1 g/dl 7,7 g/dl
g/dl
Hematokrit 40-54 % 24% 24% 23,2%
MCV 80,0-94,0 83,3 fL 84,5 fL 85 fL
fL
MCH 26,0-32,0 27,8 pg 28,5 pg 28,2 pg
pg
Trombosit 150 – 450 1.103 23.103 50.103
Netrofil 50,0 - 70,0 39,1 % 28% 24%
21
Penjelasan :
Hasil monitoring dan evaluasi biokimia diperoleh mulai
tanggal 19 - 25 Maret 2019. Pada hari awal kasus 19 Maret 2019
data biokimia yang diperoleh adalah Lekosit, Eritrosit,
Hemoglobin, Hematokrit, MCV, MCH, dan trombosit. Data
biokimia Ny.H hanya ada pada tanggal 19, 21, dan 22 Maret 2019.
Berdasarkan hasil laboratorium tersebut, dapat diketahui bahwa,
Ny. H mengalami anemia, bisitopenia, dan neutropenia. Pada
tanggal 21 Maret 2019 kadar hemoglobin meningkat, dikarenakan
adanya transfusi PRC (Packet Red Cells) sebanyak 3 kantong,
namun mengalami penurunan kembali pada tanggal 22 Maret
2019. Nilai Eritrosit pasien juga mengalami penurunan menjadi 7,7
g/dl pada tanggal 22 Maret 2019.
Pada tanggal 21 dan 22 Maret, nilai trombosit pasien
mengalami peningkatan dikarenakan adanya transfusi trombosit
(TC dan TA) sebanyak 6 kantong dan 2 kantong. Penggunaan
profilaksis trombosit dan dukungan transfusi darah sangat
bermakna dalam menurunkan angka perdarahan (Nency, 2011).
Neutrofil pasien mengalami penurunan diakibatkan oleh penyakit
leukimia yang di derita pasien. Profil trombosit pasien dari awal
kasus hingga akhir kasus telah mengalami peningkatan akan tetapi
masih belum mendekati angka normal, sedangkan untuk profil
hemoglobin mengalami peningkatan di awal kasus, akan tetapi
mengalami penurunan kembali di akhir kasus, sedangkan untuk
profil eritrosit dan neutrofil pasien terus mengalami penurunan.
22
c. Monitoring Fisik Klinis
Keluhan Nyeri pada Nyeri pada Nyeri pada Nyeri pada Nyeri pada
perut serta perut serta perut serta perut dan perut dan
kaki bagian kaki bagian kaki bagian kaki mulai kaki mulai
kanan, gusi kanan, gusi kanan, gusi berkurang, berkurang.
berdarah berdarah (+), berdarah gusi gusi
(+), BAK BAK merah (-), BAK berdarah (-), berdarah (-),
merah (+) (+) merah (-) BAK merah BAK merah
(-) (-)
TD (mmHg) 120/85 120/70 140/70 117/79 119/70
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
t (oC) 36,6 36,3 36,8 36,6 36,7
Respirasi
20 21 22 20 20
(x/mnt)
Nadi(x/mnt) 100 101 98 100 102
Konjungtiva
+ + + + +
anemis
Sklera ikterik - - - - -
Penjelasan :
Hasil monitoring fisik/klinis pasien diperoleh mulai tanggal
21 – 25 Maret 2019. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa, keadaan umum pasien pada saat awal kasus adalah pasien
dalam dalam keadaan compos mentis (sadar) dan lemah, dan pada
akhir kasus keadaan umum pasien membaik menjadi compos
mentis (sadar) sedang. Keluhan pasien pada saat awal kasus adalah
23
nyeri pada perut, nyeri pada kaki bagian kanan, adanya gummy
bleeding (gusi berdarah), dan BAK (air seni) berwarna merah.
Namun, pada saat akhir kasus keadaan pasien mulai
membaik, pasien sudah dapat duduk dengan baik, nyeri pada perut
dan kaki bagian kanan mulai berkurang, tidak adanya gummy
bleeding (gusi berdarah) dan BAK (air seni) sudah tidak berwarna
merah dikarenakan pasien telah diberikan obat anti nyeri dan
mendapatkan transfusi darah dan trombosit. Tensi darah, nadi, suhu
dan respirasi pasien mulai awal kasus hingga akhir kasus terpantau
normal. Konjungtiva mata pasien mulai dari awal kasus hingga
akhir kasus tampak pucat dikarenakan pasien mengalami anemia,
namun tidak tampak sklera ikterik yang menandakan pasien tidak
mengalami obstruktif ikterus.
24
Penjelasan :
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa asupan rata-rata
energi, dan protein termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang (70-
79% angka kebutuhan), sedangkan lemak termasuk dalam kategori normal
(90-119% angka kebutuhan) dan karbohidrat termasuk dalam kategori
defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) (WNPG, 2012).
Pembahasan :
1.
Energi
120%
100% 100%
80% 79.20% 84.20%
76.20% 71.80%
70%
60%
40% Energi
20%
0%
25
Asupan energi pada hari ke empat kembali meningkat yaitu
1593,6 Kkal (79,2%) dikarenakan gusi berdarah sudah tidak
muncul (membaik) dan pasien menyukai menu pada hari tersebut,
sehingga pasien mengonsumsi nasi tim ½ bagian, lauk hewani dan
nabati habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan snack habis.
Asupan energi terus mengalami peningkatan pada hari kelima,
yaitu menjadi 1695,3 Kkal (84,2%) dikarenakan nafsu makan
pasien mulai membaik, gusi berdarah sudah tidak muncul dan nyeri
pada perut berkurang, sehingga pasien mengonsumsi nasi tim ¾
bagian, lauk hewani dan nabati habis, sayur ½ bagian, buah habis,
susu dan snack habis.
2.
Protein
100%
90% 86.20%
80% 80.80% 84.20%
70% 71%
60% 60.60%
50%
40%
30% Protein
20%
10%
0%
26
pasien juga mengeluh merasakan sakit pada dada bagian atas
setelah menjalani tes sum-sum tulang, sehingga pasien hanya dapat
mengonsumsi makanan ¼ bagian saja.
Asupan protein pada hari ke empat kembali meningkat yaitu
73,3 g (84,2%) dikarenakan gusi berdarah sudah tidak muncul
(membaik) dan pasien menyukai menu pada hari tersebut, sehingga
pasien mengonsumsi nasi tim ½ bagian, lauk hewani dan nabati
habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan snack habis. Asupan
protein terus mengalami peningkatan pada hari kelima, yaitu
menjadi 75 g (86,2%) dikarenakan nafsu makan pasien mulai
membaik, gusi berdarah sudah tidak muncul dan nyeri pada perut
berkurang, sehingga pasien mengonsumsi nasi tim ¾ bagian, lauk
hewani dan nabati habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan
snack habis.
3.
Lemak
140%
120% 117.00%
100% 99.00%
85% 88% 86%
80%
60%
40% Lemak
20%
0%
27
mengalami penurunan di hari ketiga yaitu 48,2 g (86%)
dikarenakan pasien kurang menyukai menu lauk hewani yang
disediakan rumah sakit pada hari tersebut, dan pasien juga
mengeluh merasakan sakit pada dada bagian atas setelah menjalani
tes sum-sum tulang, sehingga pasien hanya dapat mengonsumsi
makanan ¼ bagian saja.
Asupan lemak pada hari ke empat kembali meningkat yaitu
55,7 g (99%) dikarenakan gusi berdarah sudah tidak muncul
(membaik) dan pasien menyukai menu pada hari tersebut, sehingga
pasien mengonsumsi nasi tim ½ bagian, lauk hewani dan nabati
habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan snack habis. Asupan
lemak terus mengalami peningkatan pada hari kelima, yaitu
menjadi 65,8 g (117%) dikarenakan nafsu makan pasien mulai
membaik, gusi berdarah sudah tidak muncul dan nyeri pada perut
berkurang, sehingga pasien mengonsumsi nasi tim ¾ bagian, lauk
hewani dan nabati habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan
snack habis.
4.
Karbohidrat
69%
68% 68% 68%
67% 67%
66% 66%
65% 65% Karbohidrat
64%
63%
28
makan. Di hari kedua asupan karbohidrat sebesar 205,1 g (68%),
ada peningkatan konsumsi karbohidrat dikarenakan nafsu makan
pasien mulai membaik, gusi berdarah pada pasien sudah berkurang.
Asupan karbohidrat mengalami penurunan di hari ketiga yaitu 200
g (66%) dikarenakan pasien mengeluh merasakan sakit pada dada
bagian atas setelah menjalani tes sum-sum tulang, sehingga pasien
hanya dapat mengonsumsi makanan ¼ bagian saja.
Asupan karbohidrat pada hari ke empat kembali meningkat
yaitu 201 g (67%) dikarenakan gusi berdarah sudah tidak muncul
(membaik) dan pasien menyukai menu pada hari tersebut, sehingga
pasien mengonsumsi nasi tim ½ bagian, lauk hewani dan nabati
habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan snack habis. Asupan
karbohidrat terus mengalami peningkatan pada hari kelima, yaitu
menjadi 203,2 g (68%) dikarenakan nafsu makan pasien mulai
membaik, gusi berdarah sudah tidak muncul dan nyeri pada perut
berkurang, sehingga pasien mengonsumsi nasi tim ¾ bagian, lauk
hewani dan nabati habis, sayur ½ bagian, buah habis, susu dan
snack habis.
29
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
A. Assessment
1. Keluhan fisik klinis nyeri pada perut dan kaki kanan, kesadaran
compos mentis, kondisi umum lemah, gusi berdarah, BAK merah,
tidak ada mual dan muntah, Tekanan darah normal 120/85 mmHg,
Nadi normal 100x/menit, Respirasi normal 20x/menit, suhu normal
36,6°C, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-).
2. Asupan di Rumah Sakit tergolong kurang memenuhi kebutuhan ≤
80% yaitu asupan energi 57,1% ; asupan protein 52 % ; asupan
lemak 58,4 % dan asupan karbohidrat 69 %.
3. Antropometri berat badan 80 kg dan tinggi badan 165 cm, %LILA :
122 % (Overweight).
4. Nilai lab Hb rendah 8,0 mg/dL ; Lekosit normal 9,07.103 ; Eritrosit
rendah 2,88. 106 ; Trombosit rendah 1. 103 .
B. Re-assessment
1. Keluhan fisik klinis nyeri pada perut dan kaki mulai berkurang,
muntah tidak ada, tidak ada gusi berdarah, tidak ada BAK merah,
tekanan darah normal 119/70 mmHg, suhu 36,7 normal, nadi
102x/mnt dan respirasi 20 x/mnt normal.
2. Asupan rata-rata selama 5 hari di Rumah Sakit meningkat yaitu
asupan energi 76,4% ; asupan protein 76,6% ; asupan lemak 95,5%
dan asupan karbohidrat 70% .
3. Antropometri berat badan tetap, status gizi overweight.
4. Nilai lab biokimia mengalami kenaikan dan penurunan. Nilai
trombosit meningkat setelah transfusi. Nilai Hb meningkat setelah
transfusi akan tetapi mengalami penurunan kembali.
30
3.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien dapat menerapkan diet energi cukup tinggi protein di rumah
yang telah diberikan di rumah sakit. Dengan pemberian konseling,
leaflet dan bahan makanan penukar diharapkan pasien dapat
memenuhi kebutuhan gizi.
31
LAMPIRAN
32
LAMPIRAN MENU
33
5 Telur ayam Nogosari Ayam cc bb Moscovis Ikan marlin
(25-08-2019) bb rujak gadon bks bb acar
Tahu ungkep daun kuning
Cah sayuran Tempe bersantan
semur Tempe orek
Tumis putel Daging
(TP) cincang bb
Sayur menir lapis (TP)
Melon Tumis
sayuran
Jeruk manis
34
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Sisa Makan Pagi dan Siang Pasien pada Tanggal 22 Maret 2019
35
Sisa Makan Siang Pasien pada Tanggal 25 Maret 2019
36
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C and J.E Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakart :
EGC.
Nency, Yetty. 2011. Perbedaan Kebutuhan Transfusi Darah Selama Fase Induksi
pada Leukimia Limfoblastik Akut. Jurnal Sari Pediatri : vol. 13 no. 4. Departemen
Pediatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Widya Nasional Pangan dan Gizi. 2012. Ketahanan Pangan dan Gizi.
37