Pasien Komplikasi
Disusun Oleh :
SALATIGA
2019
1
BAB I
PENEMUAN KASUS
1.1 Identifikasi Kasus
Ny. W datang ke Rumah Sakit dengan keluhan Sesak nafas sejak 08 oktober 2019
dirasakan memerat, terdapat benjolan besar dileher sejak kurang lebih 40 tahun, pusing.
Ny. W menempati ruang Dahlia 3 B RST. dr. Asmir Salatiga.
Obs Dyspneu adalah perasaan sulit bernafas ditandai dengan nafas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernafasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kaardiovaskular, emboli paru, penyakit paru intertisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkis, asma), kecemasan. (Price dan Wilson,
2006).
PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) disebebkan oleh adanya keterbatasan aliran
udara yang terus menerus yang diikuti respon inflamasi pada saluran nafas dan paru-paru
akibat adanya partikel asing atau gas beracun (GOLD,2013). Respon inflamasi pada saluran
nafas yang dipicu oleh infeksi bakteri, virus atau polusi lingkungan akan menyebabkan
PPOK eksaserbasi akut yang ditandai dengan gejala dyspnea, batuk dan produksi sputum.
Patofisiologi dari respon inflamasi belum banyak diketahui tetapi biasnya ditandai dengan
meningkatnya neutrofil dan eosnofil pada dahak ( Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2011).
Tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang terletak dipangkal leher bagian depan, di
bawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu dengan dua sayap yang
merupakan lobus tiroid kiri dan kanan di sekitar trakea. Fungsi tunggal tiroid adalah
membuat hormon tiroid (tiroksin dan triiodotironin) yang berperan meningkatkan aktvitas
metabolisme pada hampir semua jaringan tubuh. Kelenjar tiroid dikontrol oleh kelenjar
pituitari yang mengeluarkan hormon pemacu tiroid (TSH).
2
Tabel 1. Malnutrition Screening
No. RM 13.26.71
FORMULIR SKRINING GIZI Nama Ny. Y
Tanggal lahir 02/01/1950
Tanggal MRS 09-10-2019
DIAGNOSA MEDIS
BB : TB : IMT :
Skor IMT
Hasil
3
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama (Initial) : Ny. Y No RM : 13.26.71
Umur : 69 tahun Ruang : Dahlia 3B
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 09 Oktober2019
Agama : Islam Tgl Kasus : 09 oktober 2019
Pekerjaan/Penghasilan : Ibu Rumah Alamat : Soklatan 05/03
Tangga Bringin, Semarang
Pendidikan : SD Diagnosis Medis : Obs. Dypsneu
dengan PPOK dan Hipertiroid.
Aktivitas Fisik : Ringan Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama Sesak nafas sejak 08 oktober 2019
dirasakan memerat, terdapat benjolan
besar dileher sejak kurang lebih 40 tahun,
pusing dan batuk.
Riwayat Penyakit Dahulu DM dan HT 2 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga Ayah dari Ny. Memiliki penyakit Asma
Riwayat Penyakit Sekarang/Diagnosis Medis Obs Dypsneu dengan PPOK dan Hipertiroid
Riwayat Gizi
Alergi/Pantangan terhadap makanan Tidak ada
tertentu
Diit yang pernah dijalankan
Kebiasaan Makan Makan nasi 3x/hari dengan jumlah yang sedikit,
sayur bayam 1x/minggu, labu siam 1x/minggu,
wortel 1x/minggu, tahu 1x/hari, tempe 1x/hari,
daging ayam (opor), buah pepaya, pisang,
mangga dan melon.
Suplementasi Gizi
Cara Pengolahan Makanan Semua Jens Olahan
Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Perubahan Berat Badan
Lain-lain
IV RIWAYAT PERSONAL
4
BAB II
PENGKAJIAN KASUS
2.1 Pengkajian Antropometri
5
tinggi, dan MCHC tinggi.
6
4. Sayur Bayam 1 sds 30 gram 1x/minggu 4,28
Terong 1 sds 30 gram 1x/minggu 4,28
ungu
Sawi putih 1 sds 30 gram 1x/minggu 4,28
Labu siam 1 sds 30 gram 1x/minggu 4,28
5. Buah Pisang raja 1 buah 50 gram 1x/minggu 7,14
Pepaya 1 ptg sdg 100 gram 1x/minggu 14,2
Jeruk 1 buah 50 gram 1x/minggu 7,14
6. Lain-lain Teh (gula) 1 sdm 10 gram 1x/hari 1,42
Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kcal) (gram) (gram) (gram)
631,1 34,4 14,6 93,6
7
Berat makanan Energi Protein Lemak KH
Waktu
Hari Menu Bahan Makanan yang dimakan (kkal) (gram) (gram) (gram)
Makan
(gram)
Selasa SMRS Makan 97,5 1,8 0,2 21,5
Nasi 1 ½ centong Beras 75 gram
08/10/2019 Selasa Siang
Daging ayam 60 gram 170,9 16,1 11,3 -
Opor ayam 1 ptg
Santan 15 gram 10,6 0,1 1,0 0,4
Makan
selasa Nasi Beras 50 gram 65,0 1,2 0,1 14,3
Malam
Daging ayam 60 gram 170,9 16,1 11,3 -
Opor ayam
Santan 15 gram 10,6 0,1 1,0 0,4
Rabu SMRS Beras 50 gram 65,0 1,2 0,1 14,3
Makan Soto ayam
09/10/2019 Ayam suwir 10 gram 28,5 2,7 1,9 -
Rabu Siang Teh manis
SMRS Teh manis (gula) 10 gram 38,7 - - 10,0
Total 1315,8 kkal 39,4 26,9 60,9
Kebutuhan 2.808 105,3 62,44 456,3
% Asupan 46,5% 37,41% 43,08% 13,34%
MRS Beras 50 gram 39,6 1,0 0,3 8,1
Bubur
Ikan 40 gram 33,6 5,9 0,9 -
Rolade ikan ½ ptg
Tahu 55 gram 41,8 4,5 2,6 1,0
Tahu bb kalio 1 ptg
Makan rabu Jamur 15 gram 2,7 0,2 0,1 0,5
Sup jamur, wortel
Sore Wortel 15 gram 6,7 0,2 - 1,6
kapri
Kapri 10 gram 12,6 0,8 - 2,3
Teh manis (gula)
Gula pasir 10 gram 38,7 - - 10,0
8
Kamis Pagi Bubur Beras 50 gram
10/10/19 Telur bb terik Telur 55 gram 39,6 1,0 0,3 8,1
Tumis buncis putren Buncis 15 gram 85,3 6,9 5,8 0,6
Putren 15 gram 5,2 0,3 - 1,2
8,9 0,3 0,1 2,1
9
BAB III
DIAGNOSIS GIZI
.1 Simpulan Hasil Pengkajian Kasus
Pasien atas nama Ny. Y umur 69 tahun dengan diagnosis medis Obs Dyspneu dengan
THD dan PPOK dengan keluhan Appendicitis dengan keluhan Sesak nafas sejak 08
oktober 2019 dirasakan memerat, terdapat benjolan besar dileher sejak kurang lebih 40
tahun, pusing. Memiliki riwayat penyakit DM dan HT. Dibawa ke RST dr Asmir Salatiga
pada tanggal 09 oktober 2019.
.2 Diagnosa Gizi
NI-2.1 Asupan makan menurun berkaitan dengan sesak nafas ditandai dengan hasil
recall energi 25,6 % (defisit berat), protein 21,08 % (defisit berat), lemak 16,97 %
(defisit berat), dan KH 10,82 (defisit berat).
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan zat gizi untuk infeksi kronik ditandai dengan hasil
diagnosa medis dan asupan makan yang tidak adekuat dengan kebutuhan pasien.
NC-3.1 Berat badan kurang dari normal berkaitan dengan intake energi kurang
ditandai dengan hasil perhitungan IMT yaitu 18,2 (underweight).
10
BAB IV
INTERVENSI GIZI
4.1 Perencanaan Intervensi Gizi
1. Tujuan Diet
Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
Memberi rekomendasi asupan yang tidak memberatkan kondisi paru-
paru pasien.
11
2 Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
BBI = (TB-100)-10%
= (150-100)-10%
= 45 kg
AMB = 40 x BB
= 40 x 45
= 1.800 kkal
TEE = AMB X FA X FS
= 1. 800 x 1,3 x 1,2
= 2.808 kkal
15 421,2
Protein =100 𝑥2.808 = 4
= 105,3 gram
20 562
Lemak = = 100 𝑥2.808 = 9
= 62,44 gram
65 1.805,2
Karbohidrat = 100
𝑥2. 808= 4 = 456,3 gram
12
Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter Media / cara Target
Pemeriksaan Leukosit Melihat Rekam medis Untuk menurunkan
Biokimia kadar leukosit
hingga mendekati
batas normal
GDS Melihat Rekam medis Untuk menurunkan
kadar GDS hingga
mendekati batas
normal
MCV Melihat Rekam medis Untuk menurunkan
kadar MCV hingga
mendekati batas
normal.
MCHC Melihat Rekam medis Untuk menurunkan
kadar MCH hingga
mendekati batas
normal.
Fisik Klinis Tekanan darah Melihat rekam Penurunan
medis/setiap hari
Asupan zat gizi Energi, Recall 24 jam Mencapai asupan
Protein, Asupan energi 25,6 % batas normal (80-
Lemak, (defisit berat), 120)
Karbohidrat Protein 21,08%
(defisit berat
Lemak 16,97% (defisit
berat)
KH 10.82 % (defisit
berat)
13
menu diet
- Monev :
mereview
kembali
untuk
mengetahui
pemahaman
pasien.
4.2 Pelaksanaan
1. Pemberian Diet
a. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
Jenis diet : Diet TKTP
Bentuk makanan : Makanan Lunak (Bubur)
Cara pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makan utama, 2x selingan
Nutrisi Oral :
14
a. Rekomendasi Diit
Jenis Makan Standar Diet Rekomendasi
Makan Pagi Bubur 1 p Bubur 1p
Galantin yakiniku 1 p Telur dadar 1 p
Tahu bb rujak 1 p Tahu bb rujak 1 p
Oseng buncis putren 1 sds Sayur asam 1 p
Teh manis Teh manis
Selingan Pagi -
Makan Siang Bubur 1 p Bubur 1 p
Ayam filet asam manis 1 p Semur daging ayam 1 p
Tempe kuning 1 p Sayur sop 1 sds
Sayur bobor 1 sds Tempe bacem 1 p
Buah melon 1 ptg Jus Apel
5. Pendidikan Gizi
Pendidikan gizi yang sudah diberikan kepada pasien yang dapat dikategorikan cukup
baik karena pasien beserta keluarga Ny.W sudah di edukasi atau diberikan informasi
dengan pengetahuan terkait gizi dan pentingnya bagi kebutuhan tubuh serta terhadap
penyakit usus buntu meliputi makanan yang dianjurkan dan makanan yang tidak
dianjurkan (dikurangi/dibatasi).
6. Konseling Gizi
Konseling gizi sudah diberikan pada tanggal 11 Oktober 2019 dengan baik karena
pasien dan keluarga menerima apa yang sudah dikonselingkan. Pihak keluarga melalui
tanya jawab telah diberikan informasi yang penting terkait penatalaksanaan Obs
Dipsneu, THD, dan PPOK, informasi tersebut mencakup gaya hidup serta pola makan
yang harus dibatasi, dihindari dan dianjurkan sesuai keadaan penyakit pasien dengan
mengacu kepada riwayat penyakit, personal dan FFQ kepada pasien.
7. Koordinasi dengan tim lain
Dalam melakukan pelaksanaan intervensi serta monitoring evaluasi yang dilakukan
terhadap pasien konselor berkoordinasi atau bekerjasama denga tim lainnya yang
mengambil bagian seperti perawat, dimana dalam pengambilan data pasien (identias
15
pasien, riwayat personal, data laboratorium, dan data klinis) pada CM perawat ambil
ikut ambil bagian dalam hal ini.
16
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
1. Tabel Monitoring Data Biokimia
No Tanggal GDS
1. 09 oktober 2019 212 mg/dl
17
BAB VI
PEMBAHASAN
Ny Y berusia berusia 69 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 09 oktober 2019 dengan
keluhan sesak nafas sejak 08 oktober 2019 dirasakan memerat, terdapat benjolan besar dileher
sejak kurang lebih 40 tahun, pusing dan batuk. Pasien memiliki riwayat penyakit sebelum yaitu
DM dan Hipertennsi selama 2 tahun dan memiliki riwayat penyakit dari keluarga yaitu ayah
dari Ny.W pernah memiliki penyakit Asma. Penyakit yang didiagnosa dokter pada Ny Y yaitu
Obs.Dypsneu dengan PPOK dan Hipertiroid. PPOK didefinisikan sebagai penyakit atau gangguan
paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi
abnormal paru terhadap partikel asing atau gas yang berbahaya. Ny. Y mengalami gangguan
pernafasan (dyspnea) seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pasien PPOK
mengalami kesulitan bernafas dan hanya mendapatkan sedikit oksigen untuk memenuhi
fungsionalitas organ. Denyut nadi Ny.Y mencapai 120x/menit dan laju respirasi sebanyak
27x/menit. Dua indikator tersebut berada pada kategori tinggi. Sedangkan hipertiroid yaitu
salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang disebabkan karena peningkatan produksi
hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar tiroid. (Anwar,R 2005).
Monitoring dan evaluasi data antropometri dilakukan pada awal dan akhir pengambilan studi
kasus. Data antropometri pasien yang diperoleh adalah tinggi badan dan berat badan. Tinggi
badan Ny.Y dari hasil pengukuran ULNA yang diperoleh 150 cm dan berat badan pasien adalah
41 kg Data ini digunakan agar dapat mengetahui status gizi pasien dari perhitungan IMT . IMT
yang dimiliki pasien adalah 18,2 kg/m2 dengan hasil IMT ini status gizi pasien termasuk
kategori kurang. Pasien dengan PPOK memiliki status gizi yang lebih rendah dibandingkan
dengan orang normal tanpa PPOK disebabkan kesulitan pasien untuk makan dan nafsu makan
pasien menurun. Pasien dengan PPOK pada umumnya mengalami penurunan berat badan yang
disebabkan adanya peningkatan kebutuhan energi dimana energi tersebut digunakan untuk
bernafas dan akibat dari adanya penurunan nafsu makan menyebabkan penurunan terhadap
asupan makan.
Pada assesment domain data biokimia, ditemukan bahwa Ny.Y memiliki Leukosit tinggi, yaitu
32,23 ribu/dl dengan batas normal yaitu 13ribu-16 ribu/dl, GDS tinggi yaitu 212 mg/dl dengan
batas normal yaitu <200 mg/dl, MCV tinggi yaitu 95,7 fL dengan batas normal yaitu 82,0-95,0 fL,
yang terakhir yaitu MCH tinggi yaitu 33,0 pg/sel dengan batas normal yaitu 27,0-31,0.
18
Pada pemeriksaan data fisik/klinis, Ny.Y memiliki Kondisi umum yang lemah, suhu tubuh
normal yaitu 36,5OC, Respirasi Rate Tinggi yaitu 27x/menit dengan batas normal yaitu 16-
20x/menit, tekanan darah tinggi yaitu 175/97 dengan batas normal yaitu 90/60-120/80
mmHg, dan denyut nadi tinggi yaitu 120x/menit dengan batas normal yaitu 60-100x/menit.
Diagnosis gizi dibuat berdasarkan permasalahan gizi ditemukan dalam assesment gizi atau
pengkajian gizi. Permasalahan tersebut harus disesuaikan dengan diagnosis dari domain inteke
atau asupan, domain klinis dan domain perilaku. Diagnosis gizi yang ditentukan untuk pasien
dengan Obs.Dypsneu dengan PPOK dan Thyroid yaitu: NI-2.1 Asupan makan menurun berkaitan
dengan sesak nafas ditandai dengan hasil recall energi 25,6 % (defisit berat), protein 21,08 %
(defisit berat), lemak 16,97 % (defisit berat), dan KH 10,82 (defisit berat), NI 5.1 Peningkatan
kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat berkaitan dengan peningkatan kebutuhan
zat gizi untuk infeksi kronik ditandai dengan hasil diagnosa medis dan asupan makan yang tidak
adekuat dengan kebutuhan pasien, NC-3.1 Berat badan kurang dari normal berkaitan dengan
intake energi kurang ditandai dengan hasil perhitungan IMT yaitu 18,2 (underweight).
19
BAB VII
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ny.W didiagnosis
dokter Obs.Dypsneu dengan PPOK dan THD. Ny W masuk rumah sakit pada tanggal 09 oktober
2019 dengan keluhan sesak nafas sejak 08 oktober 2019 dirasakan memerat, terdapat benjolan
besar dileher sejak kurang lebih 40 tahun, pusing dan batuk. Pasien memiliki riwayat penyakit
sebelum yaitu DM dan Hipertennsi selama 2 tahun dan memiliki riwayat penyakit dari keluarga
yaitu ayah dari Ny.W pernah memiliki penyakit Asma. Dari hasil perhitungan antropometri
Ny.W memilik status gizi kurus dengan IMT 18,2 kg/m2. Tingkat asupan zat gizi pasien
berdasarkan hasil Recall 24 Jam yaitu energi yaitu 631,1 kkal, protein 34,4 gram, lemak 14,6
gram, dan karbohidrat 93,6. Sedangkan dari hasil recall didapatkan hasil %asupan kebutuhan
yaitu energi 25,6% (defisit berat), Protein 21,08 defisit berat, lemak 16,97% (defisit berat), dan
karbohidrat 10,82% (defisit berat).
20
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, R. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid . 2005. Subbagian Fertilitas dan Endokrinologi
Reproduksi Bagian ObGin FK UNPAD Bandung.
GOLD. 2013. Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. Global Initiative for Cronic Obstruktive Lung Disease. (GOLD).
PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003.
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta.
21