PENDAHULUAN
A. Pengertian
Resiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien
anorexia, kondisi mulut dan gigi yang buruk, gangguan pencernaan, diare, infeksi
berat, penurunan kesadaran dan pasien yang menjalani kemoterapi. Pasien yang
mengalami penurunan status gizi akan mempunyai resiko kekambuhan yang
signifikan dalam waktu singkat Tingginya prevalensi malnutrisi dan komplikasi
pasien dengan malnutrisi menyebabkan perlunya pelayanan gizi melalui pendekatan
multidisiplin dalam tim gizi.
Asupan nutrisi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien.
Asuhan gizi menitikberatkan pengelolaan pasien secara menyeluruh dengan
keterlibatan aktif dokter, ahli gizi, perawat, dan profesi lain dalam suatu tim. Asuhan
gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Proses asuhan gizi harus dilaksanakan secara berurutan
dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi
(ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan
merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien.
Masalah gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan
tubuh akan zat gizi. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan
kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh
akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit dan berbagai tahap
pertumbuhan. Apabila asupan gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan
utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah gizi.
Dalam upaya penanganan masalah gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab
yang mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan
memberikan pilihan intervensi yang lebih sesuai. Keberhasilan asuhan gizi
ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang
efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi
dengan profesi lain sangat mempengaruhi asuhan gizi. Monitoring dan evaluasi
menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan
keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan
proses asuhan gizi.
1
PANDUAN ASUHAN GIZI
B. Tujuan
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mempertahankan dan atau meningkatkan
status gizi pasien rawat jalan maupun rawat inap dengan mengintervensi berbagai
faktor penyebab masalah gizi.
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Standar Nasional Pelayanan Gizi Klinik, PDGKI 2009, ISBN 978-979-17611-2-3
4. Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit Departemen
Kesehatan RI 2009
5. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/Per/II11998 tahun 1998 tentang
Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1045/Menkes/Per/XI1 2006 tahun 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 512 /Menkes/Per/IV/ 2007 tahun 2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/ SK/VI/1993 tahun 1993 tentang
Pelayanan Medik
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SKIII/2007 tentang Standar
Profesi Gizi.
2
PANDUAN ASUHAN GIZI
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien
rawat jalan dan rawat inap.
3
PANDUAN ASUHAN GIZI
BAB III
TATA LAKSANA
4
PANDUAN ASUHAN GIZI
Kategori data asesmen gizi:
1) Riwayat gizi
Data riwayat gizi meliputi asupan makanan dan zat gizi pasien. Nutrisionis
menggali pola makan utama dan snack, menggali komposisi dan kecukupan
asupan makan dan zat gizi sehingga diperoleh total asupan energy dan
makronutrien.
2) Antropometri
Antropometri adalah pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain pengukuran tinggi badan (TB) dan
berat badan (BB). Pada kondisi TB dan BB tidak dapat diukur dapat digunakan
tinggi lutut (TL) dan lingkar lengan atas (LLA). Parameter antropometri yang
penting untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak dan remaja adalah
pertumbuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan:
a. Indeks Massa Tubuh (IMT), untuk pasien dewasa dengan BB dan TB yang
dapat diukur.
b. % Lingkar Lengan Atas, untuk pasien dewasa dengan BB dan TB yang tidak
dapat diukur.
c. Z – Score untuk pasien anak.
3) Data biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari
data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data asesmen gizi
lainnya. Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan
status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin,
sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan. Contoh data biokimia adalah gula
darah sewaktu, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol dan trigliserida.
4) Pemeriksaan fisik klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi dan kemampuan daya terima makanan atau
dapat menimbulkan masalah gizi. Contoh pemeriksaan fisik adalah tekanan
darah, edema, asites, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk,
kemampuan menelan serta nafsu makan.
5) Riwayat personal
Menggali penyakit atau kondisi pasien dan terapi medis atau terapi pembedahan
yang berdampak pada status gizi.
Tenaga kesehatan yang melakukan asesmen gizi adalah nutrisionis lulusan DIII/
S1/ S2 Gizi yang memiliki STR dan SIK.
5
PANDUAN ASUHAN GIZI
2. Diagnosis gizi
Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab nutrisionis
untuk menanganinya. Tujuan diagnosis gizi adalah untuk mengidentifikasi adanya
masalah gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan
gejala yang melandasi masalah gizi.
3. Intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan atau aspek status kesehatan individu. Tujuannya
untuk mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan
implementasi.
Perencanaan intervensi meliputi:
1) Penetapan tujuan intervensi, harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan
waktunya.
2) Preskripsi diet, berisi rekomendasi kebutuhan energy dan zat gizi individual, jenis
diet, bentuk makanan dan frekuensi makan.
Langkah-langkah implementasi intervensi:
1) Komunikasikan rencana intervensi dengan pasien (edukasi/konsultasi gizi)
2) Laksanakan rencana intervensi
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap
intervensi yang dilakukan serta untuk mengukur tingkat keberhasilan dari intervensi
yang diberikan..
6
PANDUAN ASUHAN GIZI
Gambar . 1
Mekanisme Pelayanan Gizi
Pasien masuk
Perlu tindak lanjut
Intervensi gizi:
Skrining gizi Asesmen &
Diagnosis gizi konseling gizi
tidak berisiko
Asesmen Penentuan
Intervensi gizi :
gizi Monitor &
Diagnosis Pemberian Evaluasi Gizi
gizi Edukasi&Diet,
Konseling Gizi
Permintaan, pembatalan,
perubahan Diet
Penyajian makanan
di ruang rawat inap Distribusi makanan Persiapan &
pengolah makanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang
terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, nutrisionis harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, laboratorium, farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi.
7
PANDUAN ASUHAN GIZI
BAB IV
DOKUMENTASI
8
PANDUAN ASUHAN GIZI