Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.F DENGAN


KASUS KANKER AML (LEUKIMIA AKUT) DIRUANG ANGGREK II
RS KANKER DHARMAIS

GITA AGUSTYA INDRI


201901017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SAPTA BAKTI PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Leukimia adalah kanker yang berasal dari sel-sel yang normalnya akan menjadi
sel-sel darah. Leukimia sendiri dapat terjadi secara akut ataupun kronik yang
bergantung pada cepatnya penyakit muncul dan berkembang. Sel-sel darah sendiri yang
menjadi komponen dari darah diprodukdi pada sumsum tulang dan berasal dari stem
cell. Stem cell ini yang akan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel-sel darah ini
terdiri atas 2 jenis yaitu limfoid dan mieloid. Stem cell tipe limfoid nantinya akan
berkembang menjadi sel-T, sel-B, sel NK (Natural Killer). Sedangkan stem cell mieloid
akan berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih (neutrofil, eosinofil,
basofil, dan monosit) dan platelet
Leukemia mieloid akut (Acute Myeloid Leukemia/ AML), nama lain penyakit ini
antara lain leukemia mielositik akut, leukemia mielogenou sakut, leukemia granulositik
akut, dan leukemia non-limfositik akut. Istilah akut menunjukkan bahwa leukemia
dapat berkembang cepat jika tidak diterapi dan berakibat fatal dalam beberapa bulan.
Istilah myeloid sendiri merujuk pada tipe sel asal, yaitu sel-sel myeloid imatur (sel
darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit).
Di AS, diperkirakan ada sekitar 19.950 kasus baru AML dan sekitar 10.430
kematian karena AML pada tahun 2016, sebagian besar pada dewasa.1 Data di
Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di Yogyakarta adalah 8 per
satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai usia, puncaknya pada usia ≥
65 tahun.4 Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML sekitar 67 tahun. Berdasarkan
data, AML merupakan jenis leukimia akut yang sering ditemukan pada orang dewasa.
Kurang lebih 80% kasus akut leukimia pada orang dewasa adalah AML
AML ditunjukkan dengan adanya produksi berlebih dari sel darah putih imatur
yang disebut myeloblast atau leukaemicblast. Akibatnya pembentukan sel darah normal
terganggu bahkan sel darah putih imatur tersebut juga dapat beredar melalui aliran
darah dan bersirkulasi di seluruh tubuh. Karena sel-sel darah putih yang tidak matur
tersebut maka sangat sulit bagi tubuh untuk mencegah dan melawan infeksi yang
terjadi.
Hingga saat ini penyebab pasti dari penyakit ini masih belum diketahui secara
jelas, namun ada beberapa faktor risiko yang turut meningkatkan insiden terjadinya
AML. Padahal penyakit ini membutuhkan perawatan yang segera dikarenakan penyakit
ini berkembang dengan cepat. Penanganan yang diberikan untuk pasien-pasien yang
didiagnosis dengan AML bergantung pada subtipenya. Kemoterapi merupakan terapi
utama untuk AML
Gejalanya yang terkadang hanya berupa sakit kepala, lemas, gusi mudah berdarah,
ataupun memar-memar pada tubuh sering kali disepelekan oleh masyarakat. Karena
tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang yang spesifik, perlu bagi masyarakat
luas untuk mendapatkan edukasi mengenai penyakit ini, sehingga penderita AML dapat
dengan cepat mendapatkan penanganan sebelum penyakitnya memburuk dengan cepat
atau tejadi komplikasi-komplikasi lain dari penyakit ini.
2. Tujuan penulis
a. Tujuan umum
Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit AML
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
AML
2) Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan penyakit
AML
3. Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengumpulkan data-data yang diambil dari
sumber internet, referensi penunjang dan diskusi kelompok
BAB II
TEORITIS

1. Definisi AML
Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga dikenal dengan istilah Acute
Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia merupakan penyakit
keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal sel induk
hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan transformasi
sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen sumsum tulang
belakang yang normal. Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu
banyak sel darah putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel
darah yang imatur ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan
adanya infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi
granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel
normal di sumsum tulang
2. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.12 Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut adalah:
a. Umur, jenis kelamin, ras: Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut
umur. LMA terdapat pada umur 15-39 tahun. Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia
(kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.10 Leukemia menyumbang
sekitar 2% dari semua jenis kanker. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang
leukemia daripada anak-anak.
b. Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di
Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan 7 insiden penyakit ini.
Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan
tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian leukemia.
c. Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida, pestisida
d. Obat – obatan : golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon,
heksaklorosiklokeksan
e. Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
menderita leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating agents.
Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan
pertimbangan rasio manfaat-risikonya.
f. Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita AML maka
kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia
pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita AML
g. Sindroma mielodisplastik : sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan
pembentukkan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel (hiposelularitas)
pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang
dengan kelainan ini berisiko tinggi untuk berkembang menjadi leukemia

3. Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-klon sel-sel
hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang
menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis
pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid
(non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk
mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit.
Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik
yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu,
sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal
dalam sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang
kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme
sel dan fungsi organ
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid dan berasal
dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang
mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi molekular
tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melaluiprogeni sel
Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana
mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk
tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan
meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
4. Manifestasi klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone marrow menghasilkan sel
darah yang normal dalam jumlah yang memadai dan atau akibat infiltrasi sel-sel
leukemik pada berbagai organ, Gejala pasien leukemia bevariasi tergantung dari jumlah
sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Infeksi sering terjadi,
anemia dan trombositopenia sering berat. Durasi perjalanan penyakit bervariasi.
Beberapa pasien, khususnya anakanak mengalami gejala akut selama beberapa hari
hingga 1-2 minggu. Pasien lain mengalami durasi penyakit yang lebih panjang hingga
berbulan-bulan.Adapun gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien AML
antara lain
a. Kelemahan Badan dan Malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar 90 %
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Ratarata
didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau diagnosis AML
dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan
badan ini sebanding dengan anemia.
b. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris juga
didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya demam ini
timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu febris
juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tandatanda infeksi lain.
c. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana penderita
mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis, purpura dan lain-
lain. Beratnya keluhan perdarahan berhubungan erat dengan beratnya trombositopenia.
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan berat badan
ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utamaPenurunan berat badan juga
sering bersama-sama gejala anoreksia akibat malaise atau kelemahan badan.
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
mengakibatkan terjadi infark tulang

BAB III
KASUS
Tanggal pengkajian : 14 maret 2022
Jam :
Diagnosa : AML

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Lampung utara

Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Alamat : Lampung utara
Hub. Keluarga : Istri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan merasa lemes.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah dirawat dengan keluhan AML. Pasien sebelumnya belum
pernah menderita penyakit kronik dan menular. Pasien mempunyai riwayat alergi
udang dan kepiting, reaksi dari alergi berupa gatal-gatal dan bentol. Dan pasien belum
pernah mempunyai riwayat operasi.
D. Riwayar Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit dari keluarga.
E. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan meroko tetapi setelah sakit pasien sudah berhenti merokok, pasien
mengatakan tidak meminum alkohol dan obat-obatan terlarang, dan pasien sering
berolahraga.
F. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan riwayat kesehatan lingkungan baik, pasien tidak tidak di lingkungan
area pabrik, pasien juga tidak tinggal di dekat area bengkel. Dan pasein bekerja di
dalam ruangan dan tidak bekerja di luar ruangan,

G. Observasi dan Pemeriksaan fisik


1. Tanda-tanda Vital
Kesadaran : Alert
TD :113/60 mmHg
Nadi :109 X/menit
Suhu : 36 C
Pernafasan : 99
2. Sistem Pernapasan
a. RR : 26x/menit
b. Keluhan : Pasien mengatakan sesak saat duduk dan terpasang oksigen
c. Pola nafas : irama teratur
d. Jenis : dispnoe
e. Bentuk dada : simestris
f. Suara nafas : vasikuler
g. Alat bantu nafas : ada, terpasang nasal kanul 4 lmp dengan SPO2 98%.
3. Sistem Kardiovaskuler
a. TD : 113/60 mmHg
b. N : 109 x/menit
c. HR : tidak ada
d. Keluhan nyeri : Tidak ada
e. CRT : tidak ada
f. Konjungtiva : Anemis
g. Bunyi jantung : Lup-dup
h. Irama jantung : Reguler
i. Akral : Hangat
j. Siklus perifer : Normal
4. Sistem Persyarafan
a. Kesadaran : alert
GCS 15
b. Pupil : Isokor
c. Sclera : Anikterus
d. Konjungtiva : Anemis
e. Istirahat/tidur : cukup
f. Tidak ada nyeri
5. Siklus Perkemihan (B4)
a. Kebersihan genetalia : bersih
b. Sekret : tidak ada
c. Ulkus : tidak ada
d. Kebersihan meatus uretra : Bersih
e. Keluhan kencing : Tidak ada
f. Kemampuan berkemih : spontan
g. Produksi urine :
h. Kandung kemih : membesar
i. Nyeri tekan : tidak
j. Intake cairan : oral :
k. Balance cairan :
6. Sistem pencernaan
a. TB : 165 cm BB : 55 kg
b. IMT : 20,2 ( normal)
c. Mulut : bersih
d. Mukosa mulut : Lembab
e. Tenggorokan : tidak ada masalah
f. Abdomen : supel
Pembesaran heper : tidak ada
Pembesaran lien : tidak ada
Ascite : tidak ada
Drain : tidak ada
Mual : tidak ada
Muntah : Tidak ada
Terpasang NGT : tidak ada
Bising usus : 25x/menit
g. BAB : 1x/hari, konsitensi keras
7. Sistem penglihatan
a. Tidak ada gangguan pengelihatan
b. Tidak ada nyeri tekan
c. Tidak ada luka operasi
8. Sistem pendengaran
a. Tidak ada keluhan nyeri
b. Tidak ada luka operasi
c. Tidak menggunakan alat bantuan dengar.
9. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen (B6)
a. Kekuatan otot
b. Pergerakan sendi, terhambat karena dapat menyebabkan resiko pendarahan
c. Kelainan ekstremitas : tidak ada
d. Tidak ada fraktur
e. Tidak ada terpasang gips/ traksi
f. Tidak ada keluhan nyeri
g. Kulit : sianosis
h. Akral : hangat
i. Turgol :
j. Odema tidak ada
k. Pasien tidak merasa nyeri saat bangun, tetapi pasien merasa sesak saat duduk.
Mk : intoleransi aktifitas.
10. Sistem Integumen
a. Warna kulit pucat, karena HB rendah
b. Tidak ada piting edema
c. Ekskoriasi tidak ada
d. Psoriasis tidak ada
e. Urtikaria tidak ada
11. Sistem Endokrin
a. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
b. Tidak ada kelenjar getah bening
c. Hiperglekimia tidak ada
H. Pengkajian Psikososial
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Pasien menganggap penyakit ini cobaan dari tuhan.
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Pasien mengatakan gelisa dan murung terhadap penyakit yang dideritanya saat ini.
3. Reaksi saat interaksi
Reaksi pasien saat interaksi kooperatif.
4. Gangguan konsep diri
Pasien mengalami gangguan konsep diri dimana selama sakit pasien tidak dapat
berkerja dan merasaa takut kehilangan pekerjaannya.
Mk:
I. Pengkajian Spiritual
Kebiasaan pasien sebelum sakit rajin beribadah dan setelah sakit pasien jarang
melakukan ibadah dikarena susah untuk bangun.
J. Personal Hygine
a. Kebersihan diri
Kebersihan diri, pasien di bantu oleh istrinya.
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan
Mandi, ganti pakaian, sikat gigi, memotong kuku, berhias, makan semua dibantu oleh
keluarga terutama istri.
Dx: Defisit perawatan diri
K. Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan tanggal
HB 7,5
Leukosit 1.44
Trombosit 24
Eritrosit 2,57
Hematokrit 20,9
Absolut neurtophil count 0,81
Anc 0,68

L. Terapi
M.Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Ketidak seimbangan Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan antara suplai dan
lemas, lelah kebutuhan oksigen
Do :
Pasien tampak lemas
Kesadaran : alert
TTV
TD : 113/60 mmhg
Nadi : 109 x/menit
Suhu : 36 ℃
Saturasi : 99 x/menit
Akral teraba hangat
HB : 7,5
2. Ds : Ketidak adekuatan Resiko infeksi
Pasien mengatakan pertahanan tubuh
hidung seperti keluar sekunder : Penurunan
cairan hemoglobin
Do :
Leukosit : 1,44
HB : 7,5
3. Ds : Gangguan koagulasi : Resiko pendarahan
Pasien mengatakan Trombositopenia
BAB berwarna
kehitaman
Do :
Trombosit : 24
Konjungtiva anemis

N. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lelah, merasa lemah
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan hemoglobin ditandai dengan hidung keluar cairan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi : Trombositopenia ditandai
dengan BAB berwarna kehitaman, trombosit : 24

O. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
o
1. Intoleransi Luaran utama: Intervensi utama: manajemen
aktivitas b.d Toleransi aktivitas energi
ketidakseimbangan Frekuensi nadi sedang Observasi:
antara suplasi dan Saturasi oksigen sedang - Identifikasi gangguan fungsi
kebutuhan oksigen Kemudahan dalam tubuh yang mengakibatkan
d.d dispnea melakukan aktivitas kelelahan
saat/setelah sehari-hari menurun - Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas Keluhan lelah emosional
meningkat - Monitor pola dan jam tidur
Dispnea saat aktivitas- Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
Dispnea setelah melakukan aktivitas
aktivitas meningkat Teraupetik
Perasaan lemah- Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat rendah stimulus (mis: cahaya,
Warna kulit cukup suara, kunjungan)
memburuk - Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/ aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitas duduk disisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
2. Resiko inpeksi Luaran utama : Tingkat Intervensi utama: pencegahan
infeksi inpeksi
Kemampuan mengikuti Observasi
perintah cukup Monitor tanda dan gejala infeksi
meningkat lokal dan sistemik
Kemampuan mengingat Teraupetik
peristiwa saat ini Batasi jumlah pengunjung
menurun Berikan perawatan kulit pada
Depresi meningkat area edema
Gelisah meningkat Cuci tangan sebelum sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

3 Resiko pendarahan Luaran utama : Tingkat Intervensi utama: pencegahan


perdarahan perdarahan
Kelembapan membran Observasi:
mokosa sedang Monitor tanda dan gejala
Kelembapan kulit Monitor nilai
sedang hrmatokrit/hemoglobin sebelum
Hemoglobin memberuk dan setelah kehilangan darah
Monitor tanda-tanda vital
ortostatik
Monitor koagulasi (mis.
Prothrombin hmc (pt), patral
thromboplastin time (ptt),
fibrinogen.degradasi fibrin dan/
piatelet)
Teraupetik
Pertahankan bed rest selama
perdarahan
Batasi tindakan infasif, jika perlu
Gunakan kasur pencegahan
decubitus
Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
Anjurkan menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin k

P. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
1. Intoleransi aktifitas berhubungan S : Pasien mengatakan setelah
dengan ketidak seimbangan antara dilakukan tindakan manajemen energi
suplai dan kebutuhan oksigen mengeluh lelah, merasa lemas sudah
ditandai dengan pasien mengeluh tidak terasa lagi
lelah, merasa lemah O : Pasien tampak tidak lemas dan
lemah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan S : Pasien mengatakan setelah
ketidak adekuatan pertahanan dilakukan tindakan risiko infeksi,
tubuh sekunder : Penurunan infeksi dapat berkurang
hemoglobin ditandai dengan O : Pasien tampak tidak lemas dan
hidung keluar cairan gelisa
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Risiko perdarahan berhubungan S : Pasien mengatakan setelah
dengan gangguan koagulasi : dilakukan tindakan resiko perdarahan,
Trombositopenia ditandai dengan tidak terdapat perdarahan lagi
BAB berwarna kehitaman, O : Pasien tampak lebih tenang
trombosit : 24 A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Acute Myeloid Leukima (AML) merupakan keganasan berasal dari sel-sel
mieloid imatur yang jika tidak diterapi, dapat berakibat fatal dalam beberapa bulan.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada dewasa dan rata-rata didiagnosis pada usia
sekitar 67 tahun. AML tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang spesifik. Terapi
terdiri dari terapi induksi, dimana terapi “3 + 7” masih menjadi standar; dan terapi
konsolidasi dengan kemoterapi atau transplantasi sel punca hematopoietik. Walaupun
telah terdapat perkembangan mengenai pemahaman dan molekuler AML, pasien dapat
mengalami kekambuhan. Belum semua terapi yang dikembangkan memberikan hasil
memuaskan, dan terapi-terapi lain masih terus dikembangkan.
Dalam laporan kunjungan ini, pasien yang berusia 55 tahun, lebih kurang sejak 3
tahun yang lalu didiagnosis dengan AML. Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian
dubur, lemas, demam, dan kulit yang terlihat lebih pucat yang menunjukkan gejala-
gejala klinis dari leukemia. Pada pasien kemudian juga dilakukan terapi berupa
kemotarpi yang merupakan first line therapy dari penyakit ini. Kemoterapi untuk
penderita AML sendiri sesuai teori dibagi menjadi dua fase yaitu fase induksi dan fase
konsolidasi. Pada pasien masih dilakukan terapi berupa kemoterapi reinduksi. Terapi-
terapi lain yang diberikan pada pasien merupakan terapi suportif.
Kondisi pasien saat ini sudah membaik. Masalah ekonomi mungkin tidak menjadi suatu
kendala pada pasien dikarenakan biaya pengobatan pasien yang dibantu oleh jaminan
kesehatan (BPJS). Selain itu, penjelasan mengenai kepatuhan dan lamanya pengobatan
yang akan dijalankan oleh pasien harus dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pasien
tentunya juga membutuhkan dukungan baik secara psikis, fisik, dan material untuk
dapat menjalankan pengobatannya dengan lancar.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
kita tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit AML (Acute Myeloid
Leukima) . kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terimakasih
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai