Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA ”

Oleh Kelompok 1

Nama : Suci Ramadhani Nama: Nur amalia


Nim : 202001005 Nim : 202001007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
PERIODE 2020/2021

Pengertian
Leukemia, berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan
tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel
semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 :
248 )
 Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukemia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :

1. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik,
1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

2. Radiasi
Salah satu penyebab penyakit leukimia karena disebabkan oleh radiasi, radiasi terbesar
bisa di dapatkan dari bom atom, namun radiasi yang kecil bukanya tidak bisa menjadi
penyebab penyakit leukimia, karena radiasi kecil jika sering terjadi lama kelamaan juga
akan memberikan dampak buruk oleh tubuh, dan salah satunya akan menyebabkan sel di
dalam tubuh berubah menjadi sel tidak normal sehingga berdampak untuk terkena
penyakit leukimia.

3. Infeksi Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya
RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis
leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk ( Kumala, 1990).

4. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang
yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
Klasifikasi
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,
limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan kulit.

Leukemia sering diklasifikasikan sesuai jalur sel yang terkena, seperti limfositik atau mielositik,
dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).

a. Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal. Kepekaan
terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan
yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi dalam organ mengakibatkan berbagai
gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala
atau muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri
tulang akibat penyebaran sumsum tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel
darah menunjukan penurunan baik eritrosit maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total
bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase sel yang normal biasanya sangat menurun.
Specimen sumsum tulang merupakan penegak diagnose, menunjukan kelebihan sel blast imatur.
Adanya batang Auer didalam sitoplasma menunjukan adanya leukemia mielogenus akut (AML).
2) Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi
daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan mercaptopurine
(purinethol). Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk darah dan penanganan infeksi
dengan segera. Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat dekat, maka dapat
dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang normal, setelah
terlebih dahulu dilakukan penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.

3) Prognosis

Pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan kematian
yang biasanya terjadi akibat infeksi atau perdarahan. Schiller (1992) melaporkan bahwa pasien
yang berusia dibawah 40 tahun, angka ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5 bulan. Percobaan
dengan kombinasi baru obat kemoterapi masih terus dilakukan diberbagai pusat onkologi
diseluruh dunia.

b. Leukimia Mielogenus Kronis


Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada
90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang menyerang individu berusia di bawah 20
tahun, namun insidensinya menignkat sesuai pertambahan usia.

1) Manifestasi

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan.
Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala selama bertahun-tahun. Terdapat penignkatan
leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa sering membesar.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran), hydroxyurea, dan
chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid. Ketahanan hidup meningkat secara
bermakna dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien yang berusia di bawah 50 tahun
dengan donor HLA yang sesuai. Interferon alfa merupakan alternative pilihan penanganan,
namun sangat mahal, mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan dan tidak terbukti
memperpanjang ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang penyakitnya tidak
berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan atau terus memberat setelah penanganan.
Pada kebanyakan pasien, kelak akan mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten
terhadap terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat bertahan selama 3 sampai 4 tahun.
Kematian biasanya akibat infeksi atau perdarahan.

c. Leukimia Limfositik Akut.


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan
puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi.

1) Manifestasi

Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer dan menganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terlambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi pada ALL dari pada
bentuk leukemia lain dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala,
muntah karena keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.

2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai ketahanan hidup sampai 5
tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone,
daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah
kekambuhan pada sistem saraf pusat.

d. Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai
individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini sebagai
leukemia yang umum terjadi.
1) Manifestasi klinis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada saat pemeriksaan fisik atu
penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi adalah sehubungan dengan
adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit
dan trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi penurunan jumlah limfosit.
(limfositopenia).

Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila ringan, CLL tidak memerlukan penanganan.
Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering digunakan apabila
gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap terapi ini dapat mencapai
perbaikan dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau
pentostatin. Efek samping utama obat ini adalah penekanan sumsum tulang, yang termanifestasi
dengan adanya infeksi seperti pneumocystis carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan
sitomegalovirus. Penanganan intra vena dengan immunoglobulin cukup efektif mencegah
masalah ini pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

2) Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan masalah gastrointestinal merupakan
komplikasi lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia) angka


trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit). Pasien juga dapat
mengalami perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per
mm3 darah. Dengan alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi
imun mempertinggi resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi atau


meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu
ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke organ abnominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan
lesi mukosa mulut.

Patofisiologi
Leukemia adalah kanker yang terjadi pada jaringan yang menghasilkan leukosit dan terjadi
akibat beberapa faktor diantaranya faktor genetik, radiasi, infeksi virus, bahan kimia, dan
obat-obatan. Dari faktor penyebab tersebut maka terjadilah proliferasi sel kanker, sehingga
sel darah putih menyerang sel kanker dan sel normal, dimana sel yang seharusnya menjadi
pelindung/pertahanan dalam tubuh mengalami keabnormalan, sehingga sel-sel leukemik
menyusup ke dalam sumsum tulang (sebagai tempat produksi sel-sel darah). Sehingga
timbul tiga masalah utama yaitU depresi sumsum tulang, sel kekurangan nutrisi, dan
infiltrasi SSP. Akibatnya, mucul masalah-masalah lain yang menimbulkan tanda-tanda dan
gejala klinis dari leukemia itu sendiri seperti anemia, Berat Badan menurun, Kelelehan,
memar tanpa sebab, anoreksia, mual muntah, pembesaran hepar dan limpe, nyeri abdomen,
nyeri otot. Dari munculnya tanda-tanda dan gejala klinis tersebut maka muncullah masalah
keperawatan yang diakangkat sesuai permasalahan yang ada.
2.2. Pathway
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1. Pilek tidak sembuh-sembuh.


2. Pucat, lesu, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan
di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).

Pemeriksaan Penunjang

1. Darah tepi : Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan


gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik
untuk leukimia.

2. Sum-Sum tulang : Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(apabila skunder).

3. Pemeriksaan lain :
- Biopsi limpa
- Kimia darah
- Cairan cerebrospinal
- Sitogenik
Penatalaksanaan

1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-sel
leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter bisa
memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam
cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV
atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

 Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine
dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem
saraf pusat.
c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

2.Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis,
jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid
kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

3.Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan
ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang.)

4.Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau
keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah
normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem
cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell)
hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-
sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam
jumlah yang memadai.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Bd U
Usia : 8 tahun
JK : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : kebumen
b. Anamnesa
1. Keluhan Utama: Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit tanggal 10 agustus 2020 dengan keluhan sesak
nafas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri pada tulang dan sendi dengan
skala 6 dan intensitas nyeri hilang timbul. Saat pemeriksaan fisik
didapatkan: menggunakan otot bantu nafas, CRT > 3 detik, , konjungtiva
anemis, akral hangat, BB klien turun dari 25 kg menjadi 22 kg, mual (+)
dan muntah (+). Selain itu terdapat pembesaran limfa (splenomegali) dan
hati (hepatomegali). TD : 80/50 mmHg,  N : 80x/menit, RR : 34 x/menit ,
S : 38,600C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab: Hb:
6,7 gr/dl, leukosit: 70.500 ml3, trombosit: 44.000 ml.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah sakit seperti
ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit seperti klien dan penyakit menular serta menurun.
c. Pemeriksaan Fisik
 Kulit / integument : berwarna kecoklatan, turgor kulit elastis, suhunya
hangat
 Rambut / kepala : rambut lurus berwarna hitam , tidak berketombe,
putih dibeberapa bagian, kepala tidak terdapat luka
 Kuku : berwarna putih pucat, bersih dan agak Panjang
 Mata/penglihatan : letak mata simetris, pupil isokor, sklera tdk ikterik,
kongjuctiva tdk anemis,tdk menggunakan alat bantu
 Hudung : tdk ada polip, tdk ada pembengkakan, terpasang
konul oksigen
 Telinga : letaknya simetris, tdk ada seumen, tdk ada nyeri
tekan, tdk ada massa
 Mulut / gigi : terdapat mukosa mulut dalam keadaan kering, tdk terjadi
sianosis, lidah normal, kemampuan menelan tdk terganggu
 Lehar : tdk terdapat pembesaran kelanjar tiroid
 Dada : dada simetris, fremitus kana dan kiri sama, terdengar
bunyi sonor,
 Abdomen : didinding perut cekung dari dada, tdk ada lesi, terdengar
bising usus, tidak ada nyeri tekan
 Perineum dan : tidak ada keluhan
genealia
 Extremitas atas : terpasang infus pada tangan kiri
dan bawah
d. Sistem respiratory Inspeksi : klien tampak kesulitan saat bernafas
menggunakan bantuan pernafasan Sistem kardiovaskular Inspeksi: ictus
cardic tidak tampak Palpasi: ictus cardic kuat angkat Perkusi: batas
jantung tidak melebar Auskultasi: buny jantung I dan II murni Sistes
gastrointestinal Inspeksi: system pencernaan kurang baik,bab tidak normal
seperti biasanya Sistem urinaria Inspeksi: urine berwarna kuning,berbau
khas,tidk terdapat masalah pada urinary Sistem moskuleskeletal Inspeksi:
kekuatan otos (4) mampu menggerakkan extreminas atas dan bawah
Palpasi : tidak ada yeri tekan Sistem neorologi Inspeksi :composmentis
Sistem penglihatan Inspeksi: tidak menggunakan alat bantu kacamat
Sistem pendengaran Inspeksi : tidak menggunakan alat bantu dan tidak
ada keluhan
ANALISA DATA
Tgl/Wakt Data Fokus Masalah Etiologi
u
10/08/20 DS: Gangguan Ketidakseimbangan
08.00 - Keluarga pasien Pertukaran Gas pendistribusian
mengatakan oksigen
pusing saat
bangun
- Keluarga pasien
mengatakan
pasien sesak
nafas
DO:
- Pasien memakai
otot bantu
pernafasan yaitu
otot
sternokleidomast
oid
- CRT > 3 detik
- RR: 34x/menit
- Hb 6,7 gr/dl
10/08/20 DS: Hipertermia Penyakit
08.15 - Keluarga pasien
mengatakan
badan pasien
terasa panas

DO:
- S: 38,600C
- Leukosit 70.500
ml3
10/08/20 DS: Ketidakseimbangan Mual Muntah
08.30 - Keluarga pasien Nutrisi Kurang dari
mengatakan Kebutuhan Tubuh
pasien tidak
nafsu makan
- Keluarga pasien
mengatakan
pasien mual dan
muntah
DO:
A:
 BB sebelum
sakit: 28 Kg
 Bb saat sakit: 24
kg
B: -
C : pasien tampak pucat,
mukosa bibir kering, BB
tampak menurun
D: klien hanya
menghabiskan 3 suap
porsi pemberian dari RS
dan minum air putih 3-4
gelas sehari.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan pendistribusian oksigen
2. Hipertermia b.d penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Hari/Tanggal NOC NIC
1 Senin 10/08/20 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Posisikan pasien semi fowler
2x24 jam diharapkan masalah gangguan 2. Berikan pasien oksigen
pertukaran gas teratasi dengan indikator : 3. Monitor frekuensi dan upaya nafas
Kriteria Hasil 4. Anjurkan bedrest dan membatasi aktivitas pasien
Indikator S T 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
Penggunaan otot bantu nafas 1 5 obat
Frekuensi nafas 2 5
PO2 2 5
2 Senin 10/08/20 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV
2x24 jam diharapkan masalah hipertermia dapat
2. Ajarkan kompres hangat
teratasi dengan indikator :
Kriteria Hasil 3. Anjurkan pasien banyak minum air putih
Indikator S T
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
Suhu tubuh 2 5
obat.
3 Senin 10/08/20 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor asupan makanan
2x24 jam diharapkan masalah ketidakseimbangan
2. Monitor berat badan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
dengan indikator : 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
Kriteria Hasil
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
Indikator S T
Keinginan untuk makan 2 5 makanan sesuai diit dan makanan yang menarik.
Asupan makanan 2 5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu NO.Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
10/08/20 2 Melakukan pemeriksaan
DS:-
09.00 TTV DO:
TD : 80/50 mmHg,
N : 80x/menit,
RR : 34 x/menit
S : 38,600C
10/08/20 4 Mengidentifikasi skala nyeri DS: Pasien
09.15 mengatakan skala
nyerinya 6
DO: Pasien tampak
meringis kesakitan
10/08/20 1 Memposisikan pasien semi DS: pasien
09.00 fowler mengataka
n sesak
nafas
DO: pasien sudah
diposisikan semi
fowler
10/08/20 1 Memberikan oksigen kepada DS:-
09.00 pasien DO: pasien sudah
diberikan oksigen.
10/08/20 4 Memberikan serta
DS: -
09.15 mengajarkan teknik non
DO: Pasien dan
farmakologis untuk keluarga mengikuti
mengurangi nyeri apa yang dilakukan
oleh perawat.
10/08/20 4 Mengkontrol lingkungan
DS:-
09.15 yang memperberat nyeriDO: pasien beserta
keluarga koorperatif
10/08/20 1 Menganjurkan bedrest dan
DS:-
09.30 membatasi aktivitas
DO: pasien dan keluarga
pasien kooperatif.
10/08/20 2 Menganjurkan pasien banyak
DS:-
09.45 minum air putih DO: pasien beserta
keluarga kooperatif
10/08/20 3 Menganjurkan makan sedikit
DS: keluarga pasien
10.00 tapi sering mengatakan pasien
tidak nafsu makan
DO: pasien dan keluarga
kooperatif.
10/08/20 1 Memonitor frekuensi dan
DS:-
09.30 upaya nafas DO: Pasien terlihat
sesak nafas sedikit
berkurang setelah
dipasang oksigen.
10/08/20 3 Memonitor asupan makananDS: Keluarga pasien
11.15 mengatakan pasien
hanya makan
beberapa suap tetapi
lebih banyak
daripada
sebelumnya.
DO: Terlihat makanan
tidak habis.
10/08/20 3 Memonitor berat badan
DS:-
10.00 pasien DO:

- BB sebelum
sakit: 28 Kg
- Bb saat sakit:
24 kg

10/08/20 2 Mengajarkan kompres hangatDS: keluarga pasien


09.45 mengatakan pasien
badannya panas.
DO: Akral teraba hangat
S: 38.600C
10/08/20 3 Berkolaborasi dengan DS:-
ahli gizi untuk pemberian
11.00 DO: Pasien sudah
makanan sesuai diit dan
makanan yang menarik. diberikan makanan
oleh ahli gizi.
10/08/20 1,2,4 Berkolaborasi dengan dokter
DS: -
12.00 untuk pemberian terapi
DO: Pasien sudah
obat diberikan terapi obat
sesuai resep dokter
EVALUASI KEPERAWATAN
Waktu Dx SOAP Paraf
08/10./19 1 S: Keluarga pasien mengatakan pasien sesak nafas.
12.15 O: Nafas pasien terengah-engah, menggunakan otot bantu pernafasan. RR: 32x/menit
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
Indikator S T A
Penggunaan otot bantu nafas 1 5 2
Frekuensi nafas 2 5 3
PO2 2 5 2
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
08/10./19 2 S: Keluarga pasien mengatakan pasien badannya panas
12.15 O: Akral teraba hangat. S; 38.400C

A: Masalah Keperawatan teratasi sebagian


Indikator S T A
Suhu tubuh 2 5 3
P: Lanjutkan Intervensi Keperawatan
08/10./19 3 S: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan
12.15 O: Pasien hanya menghabiskan beberapa suap makanannya.
A: Masalah Keperawatan belum teratasi
Indikator S T A
Keinginan untuk makan 2 5 3
Asupan makanan 2 5 3

P: Lanjutkan Intervensi Keperawatan


08/10./19 4 S: Pasien mengatakan masih nyeri dibagian tulang dan sendi
12.15 O: Pasien tampak meringis kesakitan. Skala:6
A: Masalah keperawatan belum teratasi
Indikator S T A
Keluhan nyeri 2 5 3
Kemampuaan menggunakan 2 5 3
teknik nonfarmakologis
P: Lanjutkan Intervensi Keperawatan
. DAFTAR PUSTAKA

 Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
 Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.
 Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.
 Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987;
Lister, 1990; Rubin,1992.
 http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-leukemia.html
 http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-leukimia.html
 http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-LEUKIMIA.html
 http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makalah-leukimia.html

Anda mungkin juga menyukai