Anda di halaman 1dari 71

MODUL PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN ANAK I

DISUSUN OLEH :

Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH SIDRAP
T.A 2020/2021
VISI DAN MISI

1.1 Visi Program Studi


Program Studi Prodi Ilmu Keperawatan & Profesi Ners ITKES Muhammadiyah
Sidrap memiliki visi yaitu “Menjadi Program Studi Ners yang kompetitif dan islami
dengan keunggulan keperawatan komunitas masyrakat pedesaan Tahun 2025”
1.2 Misi Program Studi
Sesuai dengan visi tersebut, Program Studi Ilmu Keperawatan & Profesi Ners
ITKES Muhammadiyah Sidrap menetapkan misi sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pendidikan yang unggul dan berkualitas dengan berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan nilai-nilai islam dan etika
keprofesian.
2. Mengembangkan riset-riset keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan
komunitas.
3. Berperan aktif dalam membina masyarakat melalui asuhan keperawatan yang islami,
organisasi Profesi, dan peerintah dibidang kesehatan.
4. Menjalin kerjasama di berbagai bidang untuk meningkatkan mutu caturdharma
Perguruan Tinggi
1.3 Tujuan
Tujuan Program Studi Ilmu Keperawatan & Profesi Ners ITKES
Muhammadiyah Sidrap sebagai berikut :
1. Tersusun dan terlaksananya kurikulum berbasis kompetensi melalui pengembangan
straegi pembelajaran metode mutakhir yang berdasarkan perkembangan IPTEK, nilai-
nilai Islam dan etik keprofesian
2. Dihasilkannya lulusan Ners unggul, berkualitas, dan islami
3. Terlaksananya penelitian secara berkesinambungan untuk pengembangan IPTEK di
bidang keperawatan komunitas
4. Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat hidup sehat dalam bidang keperawatan komunitas
5. Terlaksananya kerjasama dengan berbagai bidang, instansi, serta institusi dalam
meningkatkan mutu Catur dharma Perguruan Tinggi

iii
1.4 Sasaran
Sasaran Program Studi Ilmu Keperawatan & Profesi Ners ITKES
Muhammadiyah Sidrap sebagai berikut :
1. Memiliki dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi melalui pengembangan
strategi pembelajaran metode mutakhir yang berdasarkan perkembangan IPTEK, nilai-
nilai Islami dan etik keprofesian.
2. Menghasilkannya lulusan Ners yang unggul, berkualitas, dan Islami dengan IPK
minimal 3,00 melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan baik dan
benar.
3. Menghasilkan karya-karya ilmiah dosen melalui riset yang terus menerus dan
mengimplemantasikan dalam proses pendidikan dan pengajaran.
4. Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat hidup sehat dalam bidang keperawatan komunitas.
5. Terciftanya jejaring kerjasama yang kuat untuk meningkatkan kualitas lembaga
dengan berbagai pihak baik dalam negri maupun luar negri.

iii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga Modul ini dapat tersusun. Modul ini
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Sidrap
Diharapkan mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dapat mengikuti
semua kegiatan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul
ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis bersedia menerima saran
dan kritik dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakan modul ini di kemudian hari.
Semoga dengan adanya modul ini dapat membantu proses belajar mengajar dengan lebih baik
lagi.

Pangkajenne ,Agustus 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................………………………………..i
VISI DAN MISI………………………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL...................................................................................v
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER.........................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Deskripsi Mata Ajar........................................................................................................1
B. Capaian Pembelajaran Lulusan.......................................................................................1
C. Strategi Perkuliahan........................................................................................................3
BAB 2 KEGIATAN BELAJAR................................................................................................4
A. Kegiatan Belajar 1-5.......................................................................................................4
B. Kegiatan Belajar 6-10...................................................................................................27
C. Kegiatan Belajar 11.......................................................................................................32
D. Kegiatan Belajar 12.......................................................................................................36
E. Kegiatan Belajar 13.......................................................................................................42
F. Kegiatan Belajar 14.......................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................60
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Petunjuk Bagi Dosen


Dalam setiap kegiatan belajar dosen berperan untuk:
1. Membantu mahasiswa dalam merencanakan proses belajar
2. Membimbing mahasiswa dalam memahami konsep, analisa, dan menjawab
pertanyaan mahasiswa mengenai proses belajar.
3. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok.

B. Petunjuk Bagi Mahasiswa


Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan dalam modul ini antara lain:
1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar. Bila ada materi
yang belum jelas, mahasiswa dapat bertanya pada dosen.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada dosen.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus kepada respon
anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai akhir masa
remaja baik dalam keadaan sehat ataupun sakit akut, di masyarakat ataupun dirawat di
rumah sakit, serta intervensi keperawatannya baik yang bersifat mandiri maupun
kolaboratif. Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan ilmu keperawatan
dasar dan ilmu dasar keperawatan yang membantu mengantarkan mahasiswa untuk
mendalami tentang bagaimana melakukan asuhan keperawatan profesional (holistik),
memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarganya
dengan menerapkan komunikasi efektif, serta membuat keputusan dengan
mempertimbangkan aspek legal dan etik. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada
pencapaian kemampuan berfikir sistematis, komprehensif dan kritis dalam
mengaplikasikan konsep dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar
penyelesaian masalah serta mengembangkan sikap profesional (pengembangan soft
sklills) melalui beberapa model belajar yang relevan.

B. Capaian Pembelajaran Lulusan


1. Sikap
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama,moral, dan etika;
c. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
d. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri.

2.Keterampilan Umum
a. Bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya;
b. Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya
berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;

1
c. Meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui

2
pelatihan dan pengalaman kerja;
d. Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik
profesinya;
e. Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang profesinya;
f. Bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah
pekerjaan bidang profesinya;
g. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi dan
kliennya;
h. Mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan
kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya;
i. Meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
3. CP Keterampilan Khusus
a. Memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan melaksanakan
rencana asuhan keperawatan profesional di klinik dan komunitas sesuai
kompetensi dan kewenangan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan dan menjadikan etika profesi sebagai tuntunan dalam melakukan
praktik profesional (care provider)
b. Memiliki kemampuan berkreasi dalam berkarya untuk suatu perubahan di
komunitas dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
keperawatan dengan penekanan pada upaya health promotion dan health
prevention sesuai dengan kecenderungan global bidang perawatan (Education
And Health Promotion)
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, masyarakat dan
komunitas) dan tenaga keperawatan dibawah tanggung jawabnya (Communicator)
d. Memiliki kemampuan mewujudkan pelayanan primer sebagai mekanisme utama
dan melakukan penataan praktik mandiri keperawatan melalui pengenalan praktik
keperawatan profesional dekat dan terjangkau masyarakat (manager and Leader),
Memiliki kemampuan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan klien,
Memiliki kemampuan dalam mengelola untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien,
dan Memiliki kemampuan dalam mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
e. Memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian sederhana dengan
mengidentifikasi bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia,
melalui analisis yang mendasar tentang hal-hal yang melatarbelakangi dan
3
menganalisis berbagai upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut
(researcher)
4. CP Pengetahuan
a. Menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik;
b. memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang profesinya;
c. bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah
pekerjaan bidang profesinya;
d. mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi dan
kliennya;
e. mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan
kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya;
f. meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
C. Strategi Perkuliahan
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning. Dimana
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan
lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station) dan Problem base
learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara
mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan lainlain,
yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan
untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk
memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan
keterampilan, metode yang yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi.
Berikut metode pembelajaran yang akan digunakan dalam perkuliahan ini:
1. Lecture
2. Case Studi
3. SGD
4. Simulation
5. Demonstrasi
6. Role play

4
BAB 2
KEGIATAN BELAJAR

A. Kegiatan Belajar 1-5


1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Konsep keperawatan anak dalam konteks keluarga
2. Uraian Materi
Konsep Keperawatan Anak
Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep

A. Perkembangan Keperawatan Anak


Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk
mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatn anak. Sebelum abad ke-19,
kesehatan anak kurang mendapati perhatian dari berbagai pihak. Jumlah tenaga
kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di
banyak tempat dan tidak terkontrol. Selain itu, buku-buku informasi tentang kesehatan
anak sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak hanya terbatas pada
daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan perawatan tradisional.
Statistik tentang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah penyakit pada anak
banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjadi epidemik secara perlahan,
terutama karena penyakit TBC dan gangguan gizi.
Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the
dark age of paediatric) sammpai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi
kesehatan anak yang dilakukan seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi
yang melakukan penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia memperhatikan
kesehatan anak khususnya pada tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh
seorang wanita yang bernama Lilian Wald, yang menggembangka pelayanan
keperawatan yang juga berfokus pada kegoiatan sosial, program sosial, dan pendidika
khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit. Selanjutnya, tumbuh upaya
kesehatan anak sekolah (UKS) dan berkembang kursus-kursus kesehatan sekolah.
Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit
menular. Orang tua dilarang untuk megunjungi anak dan membawa barang-barang
atau mainan dari rumah ke rumah sakit. Akan tetapi pada tahun 1940 ditemukan efek
psikologis dari tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stress selam berada dirumah sakit.
5
Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada dirumah sakit tanpa ada

orang tua disampingnya, orang tua pun semakin stress. Akhirnya, orientasi pelayanan
keperawatan berubah menjadi rooming, yaitu orang tua boleh tinggal bersama
anaknya selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting
untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orang tuanya sebelum
dirawat dirumah sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehtan untuk orang tua menjadi sangat penting
untuk dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orangtua dan team kesehtan
dirasakan besar manfaatnya dan orang tua didorong untuk berpartisipasi aktif dalam
perawatan anaknya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya.
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam
perawatan anaknya dirumah sakit. (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995).
Keberadaan orang tua terutama kelompok orang tua yang anaknya mempunyai
jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orangtua lebih percaya diri dalam
merawat anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat
berkerjasama sebagai mitra team kesehatan.
B. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di miliki
perwat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang berfokus pada
keluarga (Family centered care),pencegahan terhadap trauma (atraumatic care),dan
manajemen kasus.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keperawatan anak teah mengalami
beberapa perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara memandang terhadap
klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.
C. Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit memerlukan
keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dan Farrell, 1992). Waktu kunjungan bagi orang
tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan
layanan pendidikan kesehatan pada orang tua yang terprogram secara reguler. Anak
membutuhkan orang tua selama proses hospital.
Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus dirawat dirumah
sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami
kecemasan tinggi saat dirawat dirumah sakit, orang tua menjadi stress. Hal ini terjadi
seperti satu lingkaran setan. (Supartini, 2000).
6
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang
dirawat dirumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim
kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan
olleh orang tua, dengan bantuan tenaga keesehatan yang mengemukakan bahwa
prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga,
untuk memnuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Karena anak sebagai anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan masyarakat,
maka keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri, akan
tetapi kultur keluarga dan amsyarakat harus diperhatikan seperti masalah
pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan dan lain-lain. Kesemuanya dapat
mempengaruhi pada proses pelayanan keperawatan yang diberikan. Sebagai bagian
dari keluarga salah satu aspek yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga
dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga bersama-sama dalam
memberikan perawatan.
Anak dan remaja membutuhkan pembelaan dari orang dewasa untuk
mempertahankan, meninhgkatkan dan memperbaiki kesehatan, pembelaan tersebut
merupakan salah satu dari hak anak yang harus dibela dan dilindungi dari berbagai
perlindungan kesehatan dan kesejahteraan anak. Dalam penanganan pelayanan
kesehatan anak harius didahulukan dalam penanganan, mengingat anak merupakan
salah satu generasi penerus yang harus dilindungi dari kecacatan. Perlindungan atau
pembelaan dari orang dewasa merupakan suatu kewajiban seseorang yang telah
dewasa yang telah mampu mengatasi permasalahan yang ada. Anak sangat tergantung
pada orang dewasa serta lingkungan yang ada di sekitarnya yang dapat memfasilitasi
dalam segala pemenuhan kebutuhannya baik keluarga, orang yang berada di
sekitarnya .
Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu fasilitas
keterlibatan orangtua dalam keperawatan dan peningkatan kemampuan keluarga
dalam merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting untuk memfasilitasi
hubungan orangtua dan anaknya selama dirumah sakit. Harus diupayakan jangan
sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya dirumah sakit. Hal ini
bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan antara orangtua dengan anaknya,
orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk mmeneruskan peran dan
tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Perawat juga mempunyai peran penting
untuk meningkatkan kemampuan oorang tua dalam merawat anaknya. Orang tua
7
dipandang sebagai subjek yang punya potensi untuk anaknya dirumah sakit, terjadi
proses belajar pada orang, baik dalam hal peningkattan pengetahuan maupun
keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian,
pada saat anak diperoleh kan pulang ke rumah, orang tua sedah memiliki seperangkat
ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan anaknya. Misalnya, pada saat
seorang ibu yang mempunyai anak sakit panas dan dirawat dirumah sakit, jika pada
awal masuk rumah sakit orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat
keluar dari rumah sakit mmereka sudah dapat memberikan kompres hangat dan
mengukur suhu dengan termometernya sendiri secara benar. Untuk itu, pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh perawat menjadi begitu penting untuk dilaksanakan.
Proses perawatan anak dirumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada
orangtua untuk merawat anak. Kkesabaran perawat orangtua merawat anak sesuai
dengan kapasitasnya.
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan
pemberi rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan
keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak dirumah
sakit harus berpusat dpada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga
sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi
(Departement of Health, 1991).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak ( Wong, Perry & Hockenberry, 2002). Sebagai
perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu menfasilitasi
keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu,
keperawatan anak harus memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi
keluarga karena tingkat sosial, budaya ,dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan
pola kehidupan anak selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat.
Perawat bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya berfokus
pada keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan dan
kelemahan sebab kekuatan dan kelemahan,dari keluarga tersebut dapat dijadika acuan
dalam pemberian playanan keperawatan.Kekuatan dan kelemahan keluarga tersebut

8
dapat juga berupa fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat pengetahuan,tingkat
ekonomi, peran atau bentuk keluarga itu sendiri.
Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaanya bentuk
dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangan
baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil,tetapi apabila dukungan
keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya
yang dapat mengganggu psikologis anak.
Dengan demikian dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan keterlibatan
keluarga.Hal ini sangat penting mengingat anak selalu embutuhkan orang tua selama
dirumah sakit seperti dalam aktivitas bermain atau program perawatan lainnya seperti
pengobatan. Pentingnya keterlibatan keluarga dapat mempengaruhi proses ini dan
dapat mempengaruhi kesembuhan anak, seringkali dapat di temukan dampak yang
cukup bagi anak apabila anak ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti
kecemasan bahkan menjadi stres. Apabila hal tersebut dibiarkan terus upaya
penyembuhan sulit tercapai. Jika demikian halnya kerja sama atau keterlibatan orang
tua dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit selama anak dalam perawatan
sangatn diperlukan.Keterlibatan keluarga dan kemampuan keuarga dalam merawat
merupakan dasar dari asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat
dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan pada anak yang
sakit selama dirumah sakit. Harapan terbentuknya kerjasama yang utuh antara
perawat dan fungsi orang tua dengan peran dan fungsi perawat dalam pemberian
perawatan. Jangan sampai terjadi pemutusan dalam program perawatan. Demikian
juga proses perpisahan antara orang tua dan anak masih fokus dalam perhatian
perawatan,karena dapat juga berdampak besar dalam program perawatan anak , kerja
sama tersebut dapat terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan
kemampuan dan keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu
ketika panas dan dalam pemberian kompres dingin / hangat.
Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga :
1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan
berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda pula.
Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang berbeda
dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah sakit.

9
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa
aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada saat
menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif. Dengan
demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada kerjasama
yang baik antara perawat dan orang tua.
3. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan asuhan
keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada kondisi
tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat (misalnya, membeli
obat, ke kamar kecil), perawat harus siap menggantikannya (misalnya, bayi
menangis, perwat perlu menggendong, meninabobokan). Sebaliknya, orangtua
harus belajar melakukan tindakan keperawatan, seperti memberikan kompres,
mengukur suhu, atau mengobservasi gejala panas anak, melalui proses
pendidikan kesehatan yang diberikan perawat.
4. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk
menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup hannya dari perawat,
tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.

D. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut difokuskan
dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak.
Perhatian khusus pada anak .
Beberapa khasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat
menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah,nyeri,dan lain-lain. Apabila hal
tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya
akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care sebagai
bentuk perawatan trapeutik dapat diberikan pada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan,seperti
memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan
atu aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Untuk mencapai
perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
10
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan
menghambat proses penyembuan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol dalam perawatan
pada anak.
Melalui kontrol peningkatan orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan
dalam hal kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan
anak.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknis misalnya
distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada usia dan
pencapaian tugas perkembangan anak. Beberapa respon ini dilihat anak, mulai
dari perkembangan bayi hingga remaja. Seperti pada masa bayi mempunyai
respon emosi yang berbeda dalam menghadapi masalah seperti perpisahan
dengan orang tua, maka respon anak akan menangis, berteriak, menarik diri dan
menyerah pada situasi yaitu diam. Apabila tubuh merasa nyeri reaksi yang akan
dialami pada si anak adalah menangis dan reaksi tubuh unytuk mobilisasi (tidak
mau bergerak sama sekali). Masa balaita mempunyai respon emosi terhadap
penyakit atau situasi yang tidak menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti
menangis sambil mencari ibunya, berhenti bicara, kehilangan keterampilan baru
yang di milikinya. Apabila terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam dirinya
maka anak akan mempunyai reaksi seperti menyerang dan menunjukan tingkah
laku protes. Pada anak masa pra sekolah, reaksi terhadap penyakit atau masalah
dirinya seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang
asing, hilangnya kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi
11
yaitu hilangnya control spingter, represi, proyeksi, displacement, agresi
(menyangkal), identifikasi, menarik diri, tingkah laku protes, selain itu juga
seperti lebih peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain. Pada masa
sekolah respon terhadap dirinya seperti perpisahan , sakit pada tubuhb dan respon
emosinya adalah tingkah laku protes, bosan, kesepian, prustasi, regresi, menarik
diri, mencari informasi, merengek, mengertakan gigi, menggerang, bertridak
berani dan lain-lain. Pada masa remaja respon emosi terjadi apabila kehilangan
identitas, cedera tubuh, perpisahan dengan kelompok sebayanya takut pada
kehidupan kematian, maka reaksi yang di timbulkan pada masa remaja adalah
sebagai berikut tidak kooperatif, menafik diri, menuntut, agresi, kepercayaan
yang berlebihan, depresi, kesepuan dan bosan.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak
selalu berkembangan nyaman di lingkungan.

E. Manajemen Kasus
Pengelola khasus secara komperhensif adalah bagian utama dalam pemberian
asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun
kronis.Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik,
memberikan kesempatan orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
anak dan orang tua dan prinsif dalam upaya pencegahan ,peningkatan kesehatan
merupakan tanggung jawab perawat.
Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu berdampak dalam
proses penyembuhan pada anak, meningkatkan anak memiliki kebutuhan yang
spesifik dan berbeda satu sama lain. Keterlibatan orang tua dalam pengelolaaan kasus
juga dibutuhkan, karena proses perawatan dirumah adalah bagian tanggung jawabnya
12
dalam meneruskan program perawatan dirumah sakit . Pendidikan dan keterampilan
mengelola kasus pada anak selama dirumah sakit, akan mampu memberikan
keterlibatan secara penuh bagi keluarga(orang tua) (Wong,D.L,1995).

F. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak


Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya,mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah pertama,
anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan
pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandak anak dari ukuran fisik
saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proese kematangan. Pola-
pola inilah yang harus dijadikan ukuran,bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi
kemampuan dan kematanganya.
Kedua, anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan
yang berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seprti
kebutuhan nutrisi dan caitan, aktivitas, eliminasi, istirahat,tidur dan lain-lain. Selain
kebutuhan fisiologis tersebut ,anak juga sebagai individu yang membutuhkan
kebutuhan psikologis,sosial,spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia
tumbuh kembang anak. Pada saat bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan
yang khusus yang di alami oleh anak.
Ketiga, pelayanan keperawatan berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya
pencegahan penyakitbdan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus
bangsa.
Kempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komperhensif
dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak,
keperawatan selalu mementingkan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak
merasakan gangguan psikologis ,seperti rasa cemas, takut dan lainya. Mereka selalu
13
menikmati masa-masa kecil dengan penuh kesenangan dan kasih sayang. Kemudian
dalam upaya mensejahterakan anak tersebut, tidak lepas dari peran keluarga,sehingga
dalam memperbaiki mutu keperawatan selalu melibatkan keluarga.
Kelima, praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup,
dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai aspek moral(etik) dan aspek
hukum(legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan
keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim
kesehatan.
Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya
kematangan pada anak adalah selalu memperhatikan lingkungan yang ada, baik anak
sebagai individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat.
Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus
pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang aka mempelajari
aspek kehidupan anak.

G. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Anak


Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang memiliki,
lingkup yang dilakukan selama batas keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan
ini sendiri merupakan tindakan mandiri perawatan professional dengan melalui kerja
sama secara kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau
usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah, dkk 1999). Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak seperti asuh, asih, dan asuh (Sularyo, 1993).
 Kebutuhan asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi
kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan
dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan
14
dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan tempat atau perlindungan yang
layak, kebutuhan hygiene perseorangandan santitasi lingkungan yang sehat,
kebutuhan akan pakaian, kebutuhan kesehatan jasmanidan akan rekreasi, dan
lain-lain. Kesemuanya merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada
anak dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.
 Kebutuhan asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak
ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya adanya
perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di
sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya.
Terpenuhinya kebutuhan ini akan mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat
(bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya yang kuat).
 Kebutuhan asuh
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk
mencapai perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asuh (stimulasi mental) akan
memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan
psikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreativitas pada anak akan sesuai
dengan harapan atau usia perkembangan dan pertumbuhan.
Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat
kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang berada
dengan pelayanan keperawatan pada orang dewasa . Pemberian prioritas ini oleh
karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa, di antaranya :
Pertama , struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukurang
besarnya hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran
bahwa anak lebih kecil disbanding dengan orang dewasa yang cenderung lebih besar ,
demikian juga ketahanan fisik anak lebih rentan ketahanannya, relatif rendah
disbanding kan dengan orang dewasa yang mempunyai ketahanan fisik yang baik.
Kedua , proses fisiologis anak dengan oranh orang dewasa mempunyai perbedaan
dalam fungsi tubuh . Orang dewasa cenderung fungsi tubuh sudah mencapai
kematangan, sedangkan anak masaih dalam proses menuju kematangan , sehingga
dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu memperhatikan usia tumbuh
kembang.
15
Ketiga , kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda, dimana
orang dewasa cendeung lebih tersisitematik ( sudah baik ) dibanding dengan anak
sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang sedangkan pada anak cenderung masih
dalam proses perkembangan.
Keempat , tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang dewasa dan
anak mempunyai perbedaan , padac anak cenderung kepada dmpak psikologis ,
apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung , yang
berdampak pada tumbuh kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung sudah
mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

H. Paradigma Keperawatan Anak


Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam
penerapan ilmu keperawatan anak. Tanpa ini batasan dan lingkup keperawatan tidak
mudah dipahami secara jelas.Penggunaan paradigma keperawatan anak tetap
mengacu pada konsep paradigma keperawatan secara umum yang merupakan cara
pandang dalam suatu ilmi, landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen
,diantaranya manusia dalam hal ini adalah anak, keperawatan, sehat-sakit, dan
lingkungan yang daoat digambarkan sebagai berikut.

Manusia
(Anak)

Sehat-Sakit Lingkungan

Keperawatan

Komponen paradigma keperawatan anak


1. Anak

16
Dalam keperawatan anak ,yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah
anak,anak diartikan sebagai seserorang yang berusia kurang dari 18th dalam
masa tumbung kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik ,
sosiologis, sosial, dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi (0-1 th) usia
bermain / olddler (1-2,5thn), pra sekolah (2,5-5thn), usia sekolah(5-
11thn),hingga remaja (11-18thn). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan
yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan ,pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses berkembang dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif , konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial.
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama
akan tetap mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya
perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Ada
kalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga
perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga di pengaruhi oleh latar
belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi
belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring
dengan pertumbuhan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki
anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bhawa pola koping
pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi
anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis
seperti bagai mana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya , dan lain
sebagainya.
Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang
terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi prilaku sosial pada anak sudah dapat
dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak,
dengan menunjukan keceriaan (tidak menangis). Hal tersebut sudah mulai
menunjukan terbentuknya oerilaku sosial yang seiring perkembangan usian.
Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang

17
ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu
anak-anak.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma kjeperawatan yang di maksud adalah
lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan status
kesehatan anak , seperti keturunan , jenis kelami , emosi dan lain-lain . Contoh
lingkungan internal yang dapat berperan dalam perubahan status kesehatan ,
seperti pada anak lahir dengan memiliki kasus penyakin bawaan maka
dikemudian hari akan mengalami perubahan status kesehatan cenderung mudah
sakit. Kemudian contoh factor lingkungan eksternal yang berperan dalam status
kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua , saudara , teman sebaya atau
masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut juga memiliki potensi untuk
mempengaruhi status kesehatan anak seperti apabila lingkungan anak tidak ada
dukungan untuk berkembang selalu tertekan , diberikan tanpa control yang jelas ,
tidak aman dan tanpa adanya kasih sayang , maka status kesehatan anak tidak
dapat mencapai tingkat kesejahteraan, dan bahkan anak cenderung mudah terjadi
sakit.
3. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keparawatan yang diberikan pada
anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan
melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan, dan upaya
dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.
Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara langsung pada
keluarga mengingat keluarga merupakan system terbuka yang anggotanya dapat
dirawat secara efektif, dan dalam keperawatan anak keluarga sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga sendiri
mempunyai peran yang sangat penting bagi perlindungan anakdan mempunyai
peran untuk memenuhi kebutuhan anak , keluarga juga mempunyai peran seperti
peran dalam mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga,
menjaga keselamatan anak dan memsejahteraan anak untuk mencapai masa
depan yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan
anak (Wong, 1995).
4. Sehat-Sakit

18
Rentang sehat–sakit merupakan batasan yang dapat di berikan bantuan
pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis,
dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsun g maupun tidak langsung,
seperti apabila anak berada dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik,
sosoal maupun spiritual. Demikian sebaiknya, apabila anak dalam kondisi krisis
atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada
keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang
sempurna baik fisik , mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan (WHO, 1974) yang memiliki ciri sebagai berikut : Memiliki
kemampuan merefleksikan perhatian induvidu sebagai manusia, memiliki
pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik secara internal
maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif.
I. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai peran dan fungsi
sebagai perawat anak di antaranya :
 Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan anak,
sebagai perawat anak , pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan
asuh.
 Sebagai advocate keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga mampu
menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal
seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.
 Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak , perawat harus mampu
menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku
pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan
khususnya dalam keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak

19
lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak
sehat.
 Pencegah penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan
sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan yang harus selalu
mengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai
dampak dari penyakit atau masalah yang diderita.
 Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan
waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun
keluarga. Berbagai masalah tersebut dihararapkan mampu diatasai dengan
cepat dan harapan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga
maupun anak itu sendiri. Konseling ini dapat memberikankemandirian
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
 Kolaborasai
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan
dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan tidak
akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus
melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain-lain,
mengingat anak merupakan induvidu yang kompleks yang membutuhkan
perhatian dalam perkembangan.
 Pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan , perawat mempunyai peran yang sangat penting,
sebab perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu di
samping anak, maka peran sebagai pengambilan keputusan etik dapat
dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan pelayanan keperawatan.
 Peneliti
Peran ini sangan penting dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai peneliti
perawat harus melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan. Peran sebagai
peneliti dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
anak (Wong, D.L, 1995).
J. Konsep Keperawatan Anak
Contoh konsep keperawatan anak pada kasus BBLR
20
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan. Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura
A, 1997 : 6).
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

21
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
22
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi
akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif

b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku
(Effendi Nasrul, 1995)

Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.

Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi

37 –
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
(Potter Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk
menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
1. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2. Kepala

23
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
3. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4. Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
11. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
12. Anus

24
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
13. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
14. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat,
1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
c. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah
:Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : >
10 mg/dl

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


a) Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang
belum optimal.
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
c) Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh
neonatus
d) Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
e) Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang
belum sempurna, ketuban meconial
f) Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan
dengan rawat terpisah.

3. Rangkuman
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar,
yaitu munculnya orientasi pelayanan dari perawatan isolasi menjadi rooming in,
25
dengan diterimanya familiy centred care atauu asuhan yang berpusat pada keluarga
sebagai satu pendekatan dalam merawat anak.
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik,
yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang. Anak bukanlah miniatur orang
dewasa, melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh-kembang dan
mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
ssehingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. Orang tua diyakini sebagai orang
yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan perawatan anak, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit, sedangkan perawat memberikan bantuan apabila
keluarga tidak mampu melakukannya.

4. Penugasan dan Umpan Balik


Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise

Tujuan Tugas: mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan


anak Uraian Tugas:
 Obyek garapan: tumbuh kembang anak
 Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan: mengidentifikasi tumbuh kembang
anak di masyarakat (Posyandu, Kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, SD,
SMP, SMA)
 Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan: SOP pengukuran antropometri,
DDST, KPSP, TDD, TDL, GPPH, KMME, dan Chat
 Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: hasil pengukuran tumbang

Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya sesuai


kompetensi yang ada dalam RPS:
 Mahasiswa dibagi 5 kelompok (tiap kelompok terdiri atas 7-10 mahasiswa)
26
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk belajar SOP di laboratorium secara
bergantian (sesuai jadwal), apabila merasa kurang expert maka diberi kesempatan
belajar dilaboratorium secara mandiri dengan kontrak terlebih dahulu pada PJ
Laboratorium
 Pelaksanaan ujian komprehensif (+ lab) jadwal menyusul

Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi terkait


1. Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
 Membuat PPT
 Presentasi Makalah
c. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka

27
B. Kegiatan Belajar 6-10
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
a. Asuhan keperawatan kepada anak sakit akut, serta keluarganya
b. Intervensi Keperawatan pada anak sehat/sakit
2. Uraian Materi
Askep Anak Sakit
Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah
saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan
anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan
berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya
3. Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

28
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak

memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut

d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan


dan kemarahan.
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.
5. Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk
dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, “tidak ada yang menyukaiku di
sekolah”, tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri

29
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

30
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama
makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan
masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko,
mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif
mencakup :
1. Rambut yang halus
2. Telinga yang salah bentuk
3. Lipatan-lipatan epikantus
4. Langit-langit yang melengkung tinggi serta
5. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja

31
6. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan diagnosis
gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada
anak.
2. Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan ini.
a) Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)
b) Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for attention.
Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
3. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering
digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

D. DIAGNOSA
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

3. Rangkuman
Peran penting seorang perawat profesional dalam menjalankan asuhan keperrawatan
adalah sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik,
perencana kesehatan, dan peneliti.

4. Penugasan dan Umpan Balik


Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
32
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise

Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi terkait


1. Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
 Membuat PPT
 Presentasi Makalah
c. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka

33
C. Kegiatan Belajar 11
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga
2. Uraian Materi
Pendidikan Kesehatan Anak
Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dianmis,
dimana perubahan tersebut bukan sekadar proses transfer materi atau teori dar
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut tejadi akibat adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok, dan masyarakat itu sendiri (Wahit dkk, 2006 dalam Mubarak &
Chayatin, 2009). Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep
pendidikan di dalam bidang kesehatan (Sumijatun, dkk, 2006).
Menurut Committee President on Health Education(1997), yang dikutip
Soekidjo Notoadmojo, pendidikan kesehatan adalah proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek kesehatan (Mubarak &
Chayatin, 2009).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) tujuan utama pendidikan kesehatan
adalah agar individu mampu untuk:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar.
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut UndangUndang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik,
mental, dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
Pendidikan kesehatan dilakukan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya. Steward (1986, dalam Machfoedz &

34
Suryani, 2003) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat berpengaruh
mengubah perilaku perseorangan atau masyarakat dengan tujuan untuk tercapai
pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) Ruang lingkup pendidikan kesehatan
terdiri dari:
1) Dimensi Sasaran
Berdasarkan dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2) Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan
sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah dengan sasaran
murid.
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan
sasaran pasien atau keluarga pasien.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja, dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel&Clark, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) , yaitu
sebagai berikut :
a. Peningkatan kesehatan
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa
kegiatan berikut ini.
(1) Pendidikan kesehatan
(2) Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti
penyuluhan tentang masalah gizi.
(3) Pengamatan tumbuh kembang anak (growth and
development monitoring).
(4) Pengadaan rumah sehat
35
(5) Konsultasi perkawinan
(6) Pendidikan seks
(7) Pengendalian lingkungan
(8) Program P2M (pemberantasan penyakit menular) melalui
kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor
(9) Stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga dan
asuhan keperawatan pada anak atau balita serta tentang
penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan
(10)Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga lingkungan
hidup manusia agar aman dari bibit penyakit seperti bakteri, virus,
dan jamur serta mencegah kemungkinan berkembangnya vektor.
(11)Asuhan keperawatan pre-natal dan pelayanan keluarga
berencana (12)Perlindungan gigi
(13)Penyuluhan untuk pencegahan keracunan

3. Rangkuman
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dianmis, dimana
perubahan tersebut bukan sekadar proses transfer materi atau teori dar seseorang ke
orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut
tejadi akibat adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, dan masyarakat itu
sendiri
4. Penugasan dan Umpan Balik
Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi terkait
1. Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
 Membuat PPT
 Presentasi Makalah
c. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
36
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka

37
D. Kegiatan Belajar 12
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Fungsi advokasi bagi anak/keluarga dan pengambilan keputusan
2. Uraian Materi
Advokasi
Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep
.
1. Pengertian advokasi
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan
di bidang hukum atau pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap
setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama
dengan yang dinyatakan oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar
falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif
kepada individu untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang
advocator adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati
agar tidak bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang
dipilih klien. Seorang advokator menginformasikan hak-hak klien dalam situasi
apapun sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus peran advokasi
perawat adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien.
Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih nilai-nilai yang sesuai
dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang terbaik
untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai
yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.
2. Peran perawat sebagai advokasi
a. Pengertian peran
Peran adalah harapan tentang bagaimana seseorang yang menduduki
posisinya menunjukan prilaku terhadap orang yang berada di posisi lain (Roy,
1994). Selanjutnya menurut Baylon and Maglaya, 1997 menegaskan bahwa
peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu di masayarakat dan keluarga.

38
Sedangkan menurut Stuart and Sundeen, 1998 peran adalah serangkaian pola

39
dan perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu diberbagai kelompok.
Pengertian peran yang dijabarkan dari beberapa konsep teori ini dapat
dikatakan bahwa peran adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat
dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memberikan asuhan
keperawatan yang profesional.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi terlaksananya peran
Menurut Green cit Notoatmodjo (1993) peran atau perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: faktor predisposisi terwujud dalam:
a) pengetahuan; merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya
tindakan, merupakan kesiapan individu untuk bertindak atau predisposisi
suatu perilaku;
b) keyakinan; menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat;
c) nilai-nilai; menurut Allport (1954) cit Notoatmodjo (1993) nilai-nilai
adalah suatu kepercayaan terhadap obyek.
Faktor pendukung/enabling factor yang terwujud dalam lingkungan fisik dan
fasilitas institusi/rumah sakit, tersedianya lingkungan fisik yang
memungkinkan serta fasilitas yang cukup mendorong seseorang untuk
berprilaku atau berperan dalam komunitasnya. Faktor pendorong (reinforcing
factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
perawat profesional lain yang merupakan referensi. Sikap dan perilaku
komunitas profesi akan mendorong anggota lain untuk bersikap dan
berperilaku seperti dia.
c. Pengertian Perawat
Menurut Depkes RI (2002) perawat adalah seorang yang memberikan
pelayanan kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk
pelayanan biologis, psikologi sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan
dan kewenangannya melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gaffar). Seorang
perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan
keperawatan, dan bertanggung jawab serta berkewenangan melaksanakan
asuhan keperawatan (Gaffar).
40
Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya
(Depkes RI,2002).
d. Peran Perawat
Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan
mempunyai kedudukan dalam suatu system pelayanan kesehatan
(Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri dari:
1) Care giver/pemberi pelayanan
a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien.
b) Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah
psikologis.
c) Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnose
keperawatan yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana
sampai dengan komplek.
2) Clien advocate/pembela pasien
Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil prsetujuan
(inform consent) atas tidakan keperawatan yang diberikan.
3) Consellor/konseling
a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b) Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c) Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa
lalu.
d) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku
hidup sehat (prubahan pola interaksi)
4) Educator /pendidik
41
a) Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik
secara spontan (saat interaksi) maupun secara disiapkan.
b) Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan
tindakan yang spesifik.
c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care
Planning.
5) Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan
pelayanan dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak
pelayanan dari banyak profesional misalnya nutrisi maka aspek yang harus
diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara
memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya.
6) Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, memberi
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai profesional
pemberi pelayanan kesehatan.
7) Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini
dapat dikatakan keperawatan adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik klien.
8) Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dalam hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada
klien.
9) Peranan perawat sebagai advokator
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
42
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator
dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela
klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien
berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani
perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
a) Penyakit yang dideritanya;
b) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya;
d) Alternatif terapi lain beserta resikonya;
e) Prognosis penyakitnya;
f) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya;
g) Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
h) Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
i) Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya (informed consent);

3. Rangkuman
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang
hukum atau pengadilan. Peran adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat
dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memberikan asuhan keperawatan
yang profesional. Pengambilan keputusan (decision making) merupakan suatu proses
pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksi kedepan.
Proses pengambilan keputusan: identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisis

43
data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik,
pelaksanaan keputusan dan pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.

4. Penugasan dan Umpan Balik


Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise

Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya sesuai


kompetensi yang ada dalam RPS:
 Mahasiswa dibagi 5 kelompok (tiap kelompok terdiri atas 7-10 mahasiswa)
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk belajar SOP di laboratorium secara
bergantian (sesuai jadwal), apabila merasa kurang expert maka diberi kesempatan
belajar dilaboratorium secara mandiri dengan kontrak terlebih dahulu pada PJ
Laboratorium
 Pelaksanaan ujian komprehensif (+ lab) jadwal menyusul

44
E. Kegiatan Belajar 13
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Melakukan kerjasama dengan sumber kesehatan yang ada dimasyarakat, melakukan
rujukan pasien, mendokumentasikan pengkajian MTBS dengan benar, dan Gender
dalam Keperawatan
2. Uraian Materi
Konsep MTBS Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep
.
A. PENGERTIAN
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana
balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan
kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak
balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan
Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan
negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh
Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya
kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari
pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi dan
balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS
ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS
agar dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja
Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang
digagas oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan
penilaian, membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan
khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem yangmempermudah pelayanan serta
meningkatkan mutu pelayanan.
Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem.
1. .Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir
MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu
2. Proses
 Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
 Memeriksa berat dan suhu badan
 Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan
mendengar stridor
 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi
minum anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan mencubit
kulit perut untuk memeriksa turgor
 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang
telah dilatih MTBS)
3. Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa
pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat
kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya
kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan
diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit
(petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan
menangani pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

B. TUJUAN MTBS
 Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari


terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %),
sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %),
malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi
terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita
disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk
mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare,
campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan
aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan
MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-
langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem
pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan
ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan
lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal
mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah
menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan
MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak
yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan
yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak
fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga
kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca
pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun,
hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga
diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat
serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan
ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi
inovatifsoftware berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a. Untuk adaptasi pedoman MTBS
b. Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya umum
seperti:
- Apakah anak bisa minum/menyusu?
- Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak tidak sadar
letargis/?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi
f. Memeriksa anemia
g. Memeriksa status imunisasi
h. Memeriksa status pemberian vitamin A
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan
mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-
langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.
Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah,
misal aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama
anak sakit maupun dalam keadaan sehat
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan
klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan
disini karena terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan
tindakan/pengobatan bagi setiap balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set
Bagan Dinding yang ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat
memenuhi hampir semua sisi tembok ruang pemeriksaan MTBS di Puskesmas
dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2 bulan) maupun balita umur 2
bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang
terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding serta 1
set buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari ditambah
pelajaran pada sesi malam.

C. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai
batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya,
menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan
klasifikasinya.
Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah
berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke
dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah
anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu
apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah
beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah
memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak
gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa
kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau malas minum,
apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk
mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat.
Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten
berat, diare persisten atau disentri.
Menilai demam dan klasifikasinya. Demam merupakan masalah yang sering
dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya
periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer.
Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat
celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi,
resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko
malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian
tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi
setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak
menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam
kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk,
pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan
demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak
saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau
luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak dengan komplikasi
berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari
7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup
berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah
berak bercampur darah atau berwarna hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak
gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di
kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan
nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita
Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.
Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah
telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya
sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri di
belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mostoiditis,infeksi
telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.
memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan
masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu
apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua
kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan membandingkan beret badan anak
menurut umur.kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi
buruk dan atau anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG
dan tidak anemi.
Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian
makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus
kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut
menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak

48
mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap
masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.

3. Rangkuman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari 2
bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya
kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan
rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat
ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan
kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan
promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan
untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Memberikan kasus pada mahasiswa terkait topik kopetensi yang ingin di capai pada
RPS dan Tema diatas.
Diskripsi tugas:
 Mahasiswa Belajar dengan menggali/mencari informasi (inquiry) serta
memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual/ yang
dirancang oleh dosen
 Mahasiswa di bentuk menjadi 5 kelompok untuk menganalisis kasus yang di
rancang oleh dosen
 Hasil anaalisis di presentasikan di depan kelas
 Makalah dikumpulkan paling lambat saat TM Ke 13 terjadwal

49
F. Kegiatan Belajar 14
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Imunisasi pada anak dalam konteks keluarga
2. Uraian Materi
Imunisasi
Dosen: Ns. Hasrul,S.Kep,.M.MKes
Ns. Indirwan Hasanuddin,S.Kep,.M.Kep

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi
yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk
antibodi. Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.
(Depkes, 2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,
atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. (Kemkes,2017)
B. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
C. Jenis- Jenis Imunisasi
1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif

50
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan,

51
sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan

perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan


adalah dimana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang
telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi
ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow
fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem
kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak
perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi
dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat
cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah dengan
sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi,
maka mereka akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika
antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk
melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran.
Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan
jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti
pada tetanus. Antibodi-antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang,
dinamai “terapi serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok
anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum binatang tersebut.
Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan
digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota
besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin
mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka
yang dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit
anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin

52
i. Imunisasi dasar

53
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar
untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri
atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah
dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak,
tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha
kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas
Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan

54
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk
melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran
yang belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
55
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan.
Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan
tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,
ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri
terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid),
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus
dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam
bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi
aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus
yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri

56
dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis
yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang,
yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita
penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita
batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan.
Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra
indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio
yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin
yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai
di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
57
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan
untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal.
Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin
gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi
demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga
pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada
tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan,
kurang gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu
hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu
satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik
pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan
aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan
kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai
rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
58
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping
yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub
unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non
infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi
pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat
yang disertai kejang
D. Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :

59
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1,
maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:

60
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi
DT dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.
3. Rangkuman

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya


penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis,
tetanus, polio, influenza, demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr
(mumps measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise

61
DAFTAR PUSTAKA

1) Wholey L.F. And D.L. Wong, (2007). Nursing Care Of Infants and Children. St. Louis :
Mosby year Book.
2) Burn, C.E., Barber, N., Brady,M.A., And Dunn, A.M., (1996). Pediatric Primary Care:
A Handbook for Nurse Practitioners. Philadelphia: WB Sauders Company.
3) Ball, J.W., Bindler, R.C., and Cowen, K.J., (2010). Child Health Nursing. Partnering
with children and families (second edition). New Jersey, Pearson Education Ltd.
4) Behrman, R.E. et.al, (1996). Texbook Of Pediatric. Philadelphia : W.B.
Saunders Company.
5) Mott, S.R. et,al, (1990). Nursing Care of Children and Families. Redwood city :
Addison Wesley.
6) Pillitteri, A., (1999). Maternal & Child Health Nursing : Care of The Childbearing &
Childrearing Family. Third Edition. Philadelphia : J.B. Lippincott.
7) Pott, NL., and Mandleco, BL., (2002). Pediatric Nursing : Caring for Children and Their
Families. United State : Thomson Learning

62

Anda mungkin juga menyukai