Nama kelompok II :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang
berjudul “konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang mencakup konsep
stress adaptasi ”. Makalah ke case study ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah konsep psikososial dalam praktik
keperawatan yang mencakup konsep stress adaptasi Dalam ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I KASUS.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP STRESS...........................................................................................2
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON STRESSOR.......................3
C. ADAPTASI TERHADAP STRESSOR...........................................................6
D. RESPON TERHADAP STRESSOR...............................................................9
E. PROSES KEPERAWATAN DAN ADAPTASI STRESSOR.........................10
F. ANALISIS KASUS..........................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................18
B. SARAN...........................................................................................................18
REFERENSI.......................................................................................................19
BAB I
KASUS
Dewi adalah ibu berusia 55 tahun dari empat orang anak yang dirawat
dirumah sakit karena kanker payudara. Dia dijadwalkan akan mendapatkan
modified radical mastectomy. Dewi relative sehat sampai ia menemukan benjolan
dipayudara kanannya 1 minggu yang lalu. dia dan suaminya sangat cemas tentang
operasi tersebut dewi menceritakan kepada perawat dan mengakui bahwa “saya
tidak tahan membayangkan separuh payudara saya hilang. Saya tidak tahu
bagaimana saya bisa melihat diri saya sendiri”. Suaminya memberi tahu perawat
bahwa dewi menjadi sering menangis sejak didiagnosis dan mengabaikan
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Dia menangis dan tidak dapat
membayangkan bagaimana dia bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai perancang
busana.
Hasil pengkajian fisik perawat didapatkan hasil TB = 164 cm ; BB = 58
kg; T = 37℃ ; N = 88 kali/menit ; RR = 16 kali/menit ; TD = 142/88 mmhg
Setelah operasi selesai. Dewi menjadi lebih suka menyendiri. Saat mandi
ia tidak mau dibantu dan mengalihkan kepalanya saat balutan luka operasi dilepas.
Dia menolak untuk belajar bagaimana mengganti balutan luka atau untuk
mendiskusikan perasaan atau rencana masa depannya. Karena klien yang
menjalani mastectomy sering hanyya dirawat dirumah sakit selama beberapa hari,
mungkin dia memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Diskusikan mengenai:
1. Model stress manakah yang sesuai dengan situasi dewi ?
2. Anda sebagai perawat yang merawat dewi, dia menjadi sangat marahdan
berkata kepada anda, “kamu tidak mengerti bagaimana perasaan saya.kamu
tidak pernah mengalami apa yang saya alami sekarang”. Bagaimanakah
respon anda menanggapi hal tersebut ?
3. Apa saja factor yang memengaruhi respon terhadap stressor ?
4. Adaptasi terhadap stressor (dimensi adaptasi).
5. Respon terhadap stress (respon fisiologis dan psikologis).
6. Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress (pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan intervensi keperawatan).
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Konsep Stress
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model teori
perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi
respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor (1) .
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat
mengidentifikasikan stressor. Model stress yang dikemukakan oleh Selye, 1976,
menguraikan stress sebagai respons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap
tuntutan yang dihadapinya. Stress ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yang
disebut sindrom adaptasi umum ( general adaptation syndrome-GAS )
Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah suatu situasi
menimbulkan stress atau tidak ( Mechanic, 1962 ), yaitu (1) :
2. Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami
stress. Jika kelompoknya menggap wajar untuk membicarakan stressor, maka
pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons ini dapat
membantu proses adaptasi terhadap stress.
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat menggangu atau merusak
dalam lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai stimulus telah
menghasilkan skala penyesuaian ulang sosial, yang mengukur dampak dari
peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang
dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Asumsi-asumsi yang mendasari model ini
adalah (1) :
2. Orang adalah penerima stress yang pasif; cara pandang mereka terhadap suatu
peristiwa tidaklah sama.
3. Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit akan timbul
setelah ambang-ambang batas tersebut terlampaui.
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yag dinamis,
resiprokal, dan interaktif. Model ini dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini
menganggap stressor sebagai respons perceptual seseoarng yang berakar dari
proses dan kognitif. Stress berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya.
B. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor
a. Secara Frontal
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi. Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons
terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
D. Respon terhadap stresss
RESPON STRES ( FISIOLOGIS dan PSIKOLOGIS )
(1) Fisiologis
Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi dua
respons fisiologis terhadap stress (5) :
Stres sifatnya universiality (umum) dimana semua orang dapat merasakan stress
yang sama, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan LAS adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit/perubahan fisiologis lainnya. Respons setempat ini
termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,
dan respons terhadap tekanan .
• Respons refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri. Respons ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari
kerusakan lebih lanjutan.
• Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini memusatkan
inflamasi, sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan
penyembuhan.
GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini
melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respons neuro-endokrin.
GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut (5) :
• Alarm Reaction (AR)
Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau
tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras,
tahap ini dapat mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang
hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan
volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon
lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi
mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.
(2) Psikologi
1. Kognisi
Manurut Cohen Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas
kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada
anak-anak. Kognisi juga dapat berpengauh dalam stres. Baum mengatakan
bahwa individu yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres
yang lebih parah terhadap stresor.
2. Emosi
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres juga dapat mempegaruhi
perilaku membantu pada individu. Potensi respon perilaku yang hampir tak
terbatas, tergantung pada sifat dari peristiwa stres. aksi konfrontatifterhadap
stressor (fight) dan penarikan dari kejadian yang mengancam merupakan (Flight)
dua kategori umum respon perilaku
2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
control terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebedan Williams, 1992 ;Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress (6) :
- Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
- Kepenatan, kehilangan harga diri
- Peningkatan penggunaan bahan kimia
- Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
- Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.
3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan.Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut (6).
4. Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi
sosial yang ada.Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner,
1993).Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons
stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan social dari anggota keluarga
ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994) (6).
5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan padaTuhan, atau individu
mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut
atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi.Ketika perawatan pada klien yang
mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana
keyakinan dan nilai telah berubah (6).
F. Analisis Kasus
1. Pada kasus yang dialami Ny. Dewi, itu termasuk dalam model stress
berdasarkan Stimulasi. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai
stimulus menghasilkan skala penyesuaian waktu sosial untuk menerima
keadaannya, yang mengukur dampak dari peristiwa-peristiwa besar dalam
kehidupan seseorang terhadap penyakit yang dideritanya mendasari model ini.
Seperti pada kasus Ny. Dewi,Ny. Dewi menceritakan kepada perawat dan
mengakui bahwa "Saya tidak tahan membayangkan separuh payudara saya
hilang; Saya tidak tahu bagaimana saya bisa melihat diri saya sendiri." Dan
Ny. Dewi menjadi sering menangis sejak didiagnosis dan dia tidak dapat
membayangkan bagaimana dia bisa melanjutkan pekerjaannya nanti. setelah
operasi Ny. Dewi menjadi juga lebih suka menyendiri. Saat mandi, dia tidak
mau dibantu dan mengalihkan kepalanya saat balutan luka operasi dilepas. Dia
juga menolak untuk belajar bagaimana mengganti balutan luka atau untuk
mendiskusikan perasaan atau rencana masa depannya. Karena klien yang
menjalani mastektomi sering hanya dirawat di rumah sakit selama beberapa
hari, mungkin dia memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Perisrtiwa-peristiwa dapat mengubah hidup seseorang merupakan
hal normal yang dimana mereka membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian
yang sama. Setiap individu adalah penerima stress yang pasif, cara pandang
mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah sama begitupun dengan Ny. Dewi
yang masih belum menerima keadaannya sekarang. Setiap orang
membutuhkan waktu penyesuaian yang panjang dan rasa sakit akan hilang
setelah ambang-ambang batas tersebut terlampaui.
3. Dari kasus ibu Dewi,beliau mengalami stres. Sifat Stress yang dialami
berangsur-angsur meningkat. Awal di diagnosis kanker payudara dan
diharuskan operasi, Ny. Dewi merasa cemas dan sering menangis serta
mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Setelah dilakukannya
operasi, Ny. Dewi lebih suka menyendiri, tidak mau dibantu saat mandi, dan
megalihkan pandangan ketika balutan luka operasi dilepas. Ny. Dewi juga
menolak belajar cara mengganti balutan luka dan menolak membicarakan
perasaan dan rencana masa depannya. Dilihat dari sifat Ny. Dewi, jumlah
stressor yang dialami banyak sehingga durasi stressor yang dialami akan lebih
lama daripada pasien lain. Selain itu, Ny. Dewi belum pernah mengalami
kejadian ini sehingga membuat stress yang dialami sulit di atasi.
4. Berdasarkan kasus yang ada, didapatkan bahwa ibu Dewi masuk kedalam
tahap adaptasi psikologis. Yang mana adaptasi psikologis ini adalah suatu
proses penyesuaian secara psikologis akibat adanya stres. Menurut analisis
kami, dimensi adaptasi yang muncul pada kasus yaitu dimensi Denial yang
merupakan upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah
yang sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
Sebagaimana yang ada dijelaskan pada kasus bahwa ibu Dewi menceritakan
kepada perawat dan mengakui bahwa "Saya tidak tahan membayangkan
separuh payudara saya hilang; Saya tidak tahu bagaimana saya bisa melihat
diri saya sendiri." Setelah operasi selesai, Dewi menjadi lebih suka
menyendiri. Saat mandi, dia tidak mau dibantu dan mengalihkan kepalanya
saat balutan luka operasi dilepas. Dia menolak untuk belajar bagaimana
mengganti balutan luka atau untuk mendiskusikan perasaan atau rencana masa
depannya.
5. Berdasarkan kasus di atas ibu mengatakan tidah tahan membayangkan yang
di mana ibu sudah merasa cemas dan ibu juga mengatakan saya tidak tahan
membayangkan yang di mana ibu merasa bingung akan payudaranya yang
akan hilang. Respon tersebut masuk kedalam psikologis yang di mana
berhubungan dengan kognitif di karenakan ibu cemas karena akan kehilangan
anggota tubuhnya yaitu payudara kanannya. Pada saat selesai operasi ada
perubahan perilaku Sosial dari si ibu yang di mana di katakan di kasus ibu
lebih suka menyendiri, Tidak mau di bantu dan mngalihkan kepalannya dan
ibu menolak untuk belajar akan mengganti balutan luka.
6. Pada kasus di atas didapatkan bahwa Ny. Dewi berusia 55 tahun masuk dalam
adaptasi stress psikologis,dimana pasien merasa stress dan menarik diri karena
merasa kehilangan harga diri berkaitan dengan pasca operasi yang di alaminya
yang membuat Ny.Dewi harus kehilangan salah satu dari payudaranya .Hal
yang harus di lakukan perawat untuk mengangkat diagnose adalah dengan
cara melakukan pengkajian kepada suami pasien guna mendapatkan data
berupa identitas pasien,riwayat penyakit sebelumnya,riwayat penyakit saat ini
dan keluhan pasien.dari penuturan suami pasien didapatkan diagnose
keperaatan berupa “Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
perubahan pola hidup” ”Koping keluarga yang tak efektif berhubungan
dengan Kecacatan atau handaya yang berkepanjangan” intervensi keperawatan
yang dilakukan bertujuan agar Klien dapat menangani berbagai perubahan
dalam kehidupan dan Klien dapat menerima dukungan sosial yang adekuat.
Sedangkan implementasi yang diberikan adalah dengan Mengorientasikan
klien tentang Rumah Sakit, fasilitas dan peraturan yang berlaku,dukung pasien
untuk mengekspresikan perasaan, kekhawatiran dan masalahnya,ciptakan
lingkungan yang nyaman, tenang, dan mendukung kemandirian pasien,dukung
peningkatan harga diri pasien dengan cara melibatkan pasien dalam setiap
pengambilan keputusan perencanaan keperawatan dan pengobatannya,serta
membantu manajemen stress dengan cara latihan nafas dalam,relaksasi
bertahap dan latih klien untuk berfikir serta mengambil keputusan. Evaluasi
yang dilakukan adalah dengan mengukur keberhasilan dari implementasi yang
diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model stress dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi respons
yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor. Kemampuan untuk
mengatasi stress, bergantung pada pengalaman seseorang dalam menghadapi
stress dan lingkungannya, dimana ada faktor-faktor yang memengaruhi respon
terhadap stressor, yaitu sifat stresor, durasi stresor, jumlah stessor,
pengalaman masalalu dan tipe kepribadian. Adapun adaptasi terhadap stressor,
adaptasi Fisiologis dan adaptasi psikologi.
Respon terhadap stresss dimana semua orang dapat merasakan stress yang
sama, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda sedangkan sindrom
adaptasi umum respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress, dimana
untuk mengatasi stessor tersebut kita bisa melakukan pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
B. Saran
Perawat sebagai profesi di bidang kesehatan memiliki peran dalam
mengatasi masalah kesehatan termaksud masalah yang berkaitan dengan
psikologi akibat perubahan status kesehatan. Untuk itu sebagai seorang
perawat harus memiliki sikap dalam memanajemen stress kondisi pasien agar
pasien tidak terlalu stress terhadap perubahan status kesehatan yang sedang di
alaminnya. Sebagai seorang perawat harus menanamkan sikap positif kepada
pasien, memberikan dorong dan semangat baik kepada pasien maupun
keluarga pasien.
REFERENSI