Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ Konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang


mencakup konsep stress adaptasi “

Nama kelompok II :

 Suci Ramadhani ( 202001005 )


 Safitri ( 202001009 )
 Nur Fiqry Ardinar ( 202001006 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
PERIODE 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang
berjudul “konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang mencakup konsep
stress adaptasi ”. Makalah ke case study ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah konsep psikososial dalam praktik
keperawatan yang mencakup konsep stress adaptasi Dalam ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I KASUS.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP STRESS...........................................................................................2
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON STRESSOR.......................3
C. ADAPTASI TERHADAP STRESSOR...........................................................6
D. RESPON TERHADAP STRESSOR...............................................................9
E. PROSES KEPERAWATAN DAN ADAPTASI STRESSOR.........................10
F. ANALISIS KASUS..........................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................18
B. SARAN...........................................................................................................18
REFERENSI.......................................................................................................19
BAB I
KASUS

Dewi adalah ibu berusia 55 tahun dari empat orang anak yang dirawat
dirumah sakit karena kanker payudara. Dia dijadwalkan akan mendapatkan
modified radical mastectomy. Dewi relative sehat sampai ia menemukan benjolan
dipayudara kanannya 1 minggu yang lalu. dia dan suaminya sangat cemas tentang
operasi tersebut dewi menceritakan kepada perawat dan mengakui bahwa “saya
tidak tahan membayangkan separuh payudara saya hilang. Saya tidak tahu
bagaimana saya bisa melihat diri saya sendiri”. Suaminya memberi tahu perawat
bahwa dewi menjadi sering menangis sejak didiagnosis dan mengabaikan
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Dia menangis dan tidak dapat
membayangkan bagaimana dia bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai perancang
busana.
Hasil pengkajian fisik perawat didapatkan hasil TB = 164 cm ; BB = 58
kg; T = 37℃ ; N = 88 kali/menit ; RR = 16 kali/menit ; TD = 142/88 mmhg
Setelah operasi selesai. Dewi menjadi lebih suka menyendiri. Saat mandi
ia tidak mau dibantu dan mengalihkan kepalanya saat balutan luka operasi dilepas.
Dia menolak untuk belajar bagaimana mengganti balutan luka atau untuk
mendiskusikan perasaan atau rencana masa depannya. Karena klien yang
menjalani mastectomy sering hanyya dirawat dirumah sakit selama beberapa hari,
mungkin dia memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai hasil yang
diinginkan.

Diskusikan mengenai:
1. Model stress manakah yang sesuai dengan situasi dewi ?
2. Anda sebagai perawat yang merawat dewi, dia menjadi sangat marahdan
berkata kepada anda, “kamu tidak mengerti bagaimana perasaan saya.kamu
tidak pernah mengalami apa yang saya alami sekarang”. Bagaimanakah
respon anda menanggapi hal tersebut ?
3. Apa saja factor yang memengaruhi respon terhadap stressor ?
4. Adaptasi terhadap stressor (dimensi adaptasi).
5. Respon terhadap stress (respon fisiologis dan psikologis).
6. Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress (pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan intervensi keperawatan).
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Konsep Stress
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model teori
perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi
respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor (1) .

a. Model Berdasarkan Respons

Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat
mengidentifikasikan stressor. Model stress yang dikemukakan oleh Selye, 1976,
menguraikan stress sebagai respons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap
tuntutan yang dihadapinya. Stress ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yang
disebut sindrom adaptasi umum ( general adaptation syndrome-GAS )

b. Model Berdasarkan Adaptasi

Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan apakah suatu situasi
menimbulkan stress atau tidak ( Mechanic, 1962 ), yaitu (1) :

1. Kemampuan untuk mengatasi stress, bergantung pada pengalaman seserang


dalam menghadapi stress serupa, system pendukung, dan persepsi keseluruhan
terhadap stress.

2. Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami
stress. Jika kelompoknya menggap wajar untuk membicarakan stressor, maka
pasien dapat mengeluhkan atau mendiskusikan hal tersebut. Respons ini dapat
membantu proses adaptasi terhadap stress.

3. Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang menghadapi stressor.


Seorang mahasiswa yang resah menghadapi hasil ujian akhirnya yang pertama
dapat mencari pertolongan dosennya. Dosen dapat memberikan penilaian dan
selanjutnya memberikan referensi kepada asisten dosen tertentu yang menurutnya
mampu membantu kegiatan belajar mahasiswa tersebut. Dosen dan asisten dosen
dalam contoh ini merupakan sumber penurun tingginya stressor yang dialami
mahasiswa tersebut.

4. Sumber daya dapat digunakan untuk mengatasi stressor. Misalnya, seorang


penderits sakit yang kurang mampu dalam hal keuangan dapat memperoleh
bantuan tunjangan Askes dari perusahaan tempatnya bekerja untuk kemudian
berobat di rumah sakit yang memadai. Hal ini mempengaruhi cara pasien untuk
mendapatkan askes ke sumber daya yang dapat membantunya mengatasi stresir
fisiologis.

c. Model Berdasarkan Stimulasi

Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat menggangu atau merusak
dalam lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai stimulus telah
menghasilkan skala penyesuaian ulang sosial, yang mengukur dampak dari
peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang
dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Asumsi-asumsi yang mendasari model ini
adalah (1) :

1. Perisrtiwa-peristiwa dapat mengubah hidup seseorang merupakan hal normal


yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama.

2. Orang adalah penerima stress yang pasif; cara pandang mereka terhadap suatu
peristiwa tidaklah sama.

3. Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit akan timbul
setelah ambang-ambang batas tersebut terlampaui.

d. Model berdasarkan Transaksi

Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan yag dinamis,
resiprokal, dan interaktif. Model ini dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini
menganggap stressor sebagai respons perceptual seseoarng yang berakar dari
proses dan kognitif. Stress berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya.
B. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor

Berikut ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi respon terhadap stressor


(3).
1. Sifat stresor, yaitu sifat stresor dapat tiba-tiba atau berangsur-angsur,
pada setiap individu memiliki sifat yang berbeda-beda tergantung dari
pemahaman arti stresor.
2. Durasi stresor, yaitu stresor yang dialami lebih lama, maka respons yang
dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi
tubuh yang lain.
3. Jumlah stresor, yaitu semakin banyak stresor yang dialami seseorang,
maka akan menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh, juga
sebaliknya dengan jumlah stressor yang banyak dan mampu
menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga
kemampuan adaptifnya akan semakin baik.
4. Pengalaman masa lalu, yaitu semakin banyak stresor dan pengalaman
yang dialami dan mampu mengahadapinya, maka semakin baik dalam
mengatasinya.
5. Tipe kepribadian, yaitu apabila seseorang memiliki tipe kepribadian
ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, bekerja tidak
kenal waktu, bicara cepat, pandai berorganisasi, dan memimpin, ia lebih
suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah,
berpendirian kuat akan lebih rentan terkena stres dibandingkan seseorang
yang berkepribadian tidak agresif, penyabar, senang, tidak mudah
tersinggung, lebih suka kerjasama, mudah bergaul dan lain-lain.

C. Adaptasi terhadap stressor


Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam
merespon terhadap perubahan yang ada dilingkungan dan dapat
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiogis maupun psikologis yang
akan menghasilkan prilaku adaptif (4).
a. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau
secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor
yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbangan.
b. Adaptasi Psikologis
Adaptasi psikologis merupakan suatu proses penyesuaian secara psikologis
akibat adanya stresor, dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri
dengan harapan dapat melindungi dan bertahan dari serangan yang tidak
menyenangkan. Terdapat dua cara untuk dapat mempertahankan diri dari
berbagai stresor, antara lain:
1. Ask Oriented Reaction (reaksi berorientasi pada tugas)
Reaksi ini merupakan koping yang digunakan untuk mengatasi masalah yang
berorientasi pada pross penyelesaian masalah, meliputi afektif, kognitif, dan
psikomotor. Contoh reaksi yang bisa dilakukan yaitu berbicara dengan orang
lain, mencari informasi tentang keadaan yang dialami, melakukan latihan
yang dapat mengurangi stres, serta dapat membuat alternatif pemecahan
masalah.
2. Ego Oriented Reaction ( reaksi berorientasi dengan ego)
a) Rasionalisasi: usaha untuk menghindari masalah psikologis
dengan memberikan alasan yang rasional, sehingga masalah dapat
teratasi.
b) Displacement: suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
psikologis dengan cara memindahkan tingkah laku pada objek lain,
sebagai contoh jika seseorang terganggu dengan kondisi ramai, maka
teman yang disalahkan.
c) Kompensasi: upaya untuk mengatasi masalah dengan mencari kepuasan
pada situasi yang lain, seperti seseorang yang memiliki masalah penurunan
daya ingat maka akan menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.
d) Proyeksi: merupakan mekanisme pertahanan diri dengan memposisikan
sifat batin diri sediri kedalam sifat batin orang lain, seperti ketika membenci
orang lain kemudian mengatakan pada orang bahwa orang lain membencinya.
e) Represi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan cara
menghilangkan fikiran masa lalu yang buruk dengan melupakan dan sengaja
dilupakan.
f) Supresi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan menekan
masalah yang tidak diterima dengan sadar serta individu tidak mau
memikirkan hal yang kurang menyenangkan.
g) Denial: upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah
yang sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
Adaptasi pada Stress dapat meliputi (4) :

a. Secara Frontal

Cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi rintangan secara


sadar realistik, obyektif, dan rasional.

b. Menggunakan Mekanisme Defensif, yaitu;

1) Proyeksi: Menyalahkan orang lain

2) Introversi: Menarik diri

3) Kegembiraan dan kesibukan

Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi. Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons
terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
D. Respon terhadap stresss
RESPON STRES ( FISIOLOGIS dan PSIKOLOGIS )

(1) Fisiologis

Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi dua
respons fisiologis terhadap stress (5) :

a) Sindrom Adaptasi Lokal (LAS)

Stres sifatnya universiality (umum) dimana semua orang dapat merasakan stress
yang sama, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan LAS adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit/perubahan fisiologis lainnya. Respons setempat ini
termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,
dan respons terhadap tekanan .

LAS mempunyai karakteristik yaitu (5) :

• Respons yang terjadi adalah setempat. Respons ini tidak melibatkan


seluruh sistem tubuh. Dua respons setempat yaitu respons refleks nyeri dan
respons inflamasi.

• Respons refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri. Respons ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari
kerusakan lebih lanjutan.

• Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini memusatkan
inflamasi, sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan
penyembuhan.

• Respons adalah adaptif, berarti bahwa stresor diperlukan


untuk menstimulasinya.

• Respons adalah berjangka pendek dan tidak dapat terus menerus.

• Respons adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan


homeostasis region atau bagian tubuh.

b) Sindrom Adaptasi Umum (GAS)

GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini
melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respons neuro-endokrin.
GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut (5) :
• Alarm Reaction (AR)

Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau
tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras,
tahap ini dapat mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang
hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan
volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon
lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi
mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.

• State of Resistance (SR)

Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh


melawan reaksi cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang terus
menerus dapat bertahan. Tingkat perlawanan tubuh naik di atas normal untuk
melawan penyebab ketegangan dengan harapan adanya penyesuaian. Disamping
itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan selanjutnya meningkat. Jika stress
dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun, jika
stressor tetap terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus,
penyakit yang melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan
ketidakberhasilan dalam beradaptasi, maka individu memasuki tahap ketiga dari
GAS yaitu tahap kehabisan tenaga.

• State of Exhausthing (SE)

Kalau tubuh terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu


waktu akan mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksi cemas ini timbul kembali,
tetapi kalau penyebab ketegangan tidak disingkirkan, tanda-tanda itu tidak dapat
dirubah lagi. Maut akan menyusul, kecuali tubuh memperoleh tehnik untuk
menyesuaikan diri atau menemukan jalan baru untuk menguasai situasi yang
penuh ketegangan.

(2) Psikologi

Reaksi piskologis terhadap stres meliputi (5) :

1. Kognisi
Manurut Cohen Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas
kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada
anak-anak. Kognisi juga dapat berpengauh dalam stres. Baum mengatakan
bahwa individu yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres
yang lebih parah terhadap stresor.
2. Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan


emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, phobia,kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah.

3. Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif maupun negatif. Stres juga dapat mempegaruhi
perilaku membantu pada individu. Potensi respon perilaku yang hampir tak
terbatas, tergantung pada sifat dari peristiwa stres. aksi konfrontatifterhadap
stressor (fight) dan penarikan dari kejadian yang mengancam merupakan (Flight)
dua kategori umum respon perilaku

E. Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress

A. Proses Keperawatan dan Adaptasi Terhadap Stres


Proses keperawatan yang dapat dilakukan adalah (6) :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
di hadapi pasien baik fisik, mental, social maupun spiritual dapat ditentukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
3. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil
yang di harapkan.Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan
klien.Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan
cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat keperawat lainnya.Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten.Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.
4. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.
5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.

Sedangkan adaptasi terhadap stress dapat berupa (6) :


1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun, indicator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, serta
indicator tersebut bervariasi menurut individunya.Tanda-tanda vital biasanya
meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk
beristirahat. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.Durasi dan
intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas
stressor yang diterima.Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem.Oleh
karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua
sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang
menyangkut stress gaya hidup.
Indikator fisiologis stress :
- Tekanan darah meningkat
- Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung
- Denyut nadi dan frekuensi pernafasan meningkat
- Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin
- Postur tubuh yang tidak tegap
- Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada tinggi
- Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah, dsb

2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
control terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebedan Williams, 1992 ;Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress (6) :
- Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
- Kepenatan, kehilangan harga diri
- Peningkatan penggunaan bahan kimia
- Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
- Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.
3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan.Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut (6).
4. Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi
sosial yang ada.Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner,
1993).Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respons
stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan social dari anggota keluarga
ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994) (6).
5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan padaTuhan, atau individu
mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut
atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi.Ketika perawatan pada klien yang
mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana
keyakinan dan nilai telah berubah (6).
F. Analisis Kasus
1. Pada kasus yang dialami Ny. Dewi, itu termasuk dalam model stress
berdasarkan Stimulasi. Riset klasik yang mengungkapkan stress sebagai
stimulus menghasilkan skala penyesuaian waktu sosial untuk menerima
keadaannya, yang mengukur dampak dari peristiwa-peristiwa besar dalam
kehidupan seseorang terhadap penyakit yang dideritanya mendasari model ini.
Seperti pada kasus Ny. Dewi,Ny. Dewi menceritakan kepada perawat dan
mengakui bahwa "Saya tidak tahan membayangkan separuh payudara saya
hilang; Saya tidak tahu bagaimana saya bisa melihat diri saya sendiri." Dan
Ny. Dewi menjadi sering menangis sejak didiagnosis dan dia tidak dapat
membayangkan bagaimana dia bisa melanjutkan pekerjaannya nanti. setelah
operasi Ny. Dewi menjadi juga lebih suka menyendiri. Saat mandi, dia tidak
mau dibantu dan mengalihkan kepalanya saat balutan luka operasi dilepas. Dia
juga menolak untuk belajar bagaimana mengganti balutan luka atau untuk
mendiskusikan perasaan atau rencana masa depannya. Karena klien yang
menjalani mastektomi sering hanya dirawat di rumah sakit selama beberapa
hari, mungkin dia memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Perisrtiwa-peristiwa dapat mengubah hidup seseorang merupakan
hal normal yang dimana mereka membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian
yang sama. Setiap individu adalah penerima stress yang pasif, cara pandang
mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah sama begitupun dengan Ny. Dewi
yang masih belum menerima keadaannya sekarang. Setiap orang
membutuhkan waktu penyesuaian yang panjang dan rasa sakit akan hilang
setelah ambang-ambang batas tersebut terlampaui.

2. Sebagai seorang perawat, kita tetap harus memberikan pelayanan secara


professional apabila menghadapi masalah sepert iini. Kita juga tetap berusaha
memahami perasaan dan ikut mendengarkan segala keluhan pasien. Kita juga
harus memahami bahwa salah satu gejala stress adalah terganggunya
emosional seseorang untuk menunjukan ketidaknyamanan psikologis yang di
alaminya sehingga pasien akan mudah marah, mudah tersinggung, terlalu
sensitife, mudah sedih dan menangis. Sebagai seorang perawat, kita juga
harus
memahami bahwa pasien sedang dalam keadaan beradaptasi terhadap
perubahan fisik yang di alaminya dan itu merupakan hal yang normal.sehingga
kita harus bisa memahami apa yang pasien rasakan dan memberikan respon
yang positif agar pasien bisa menerima keadaannya saat ini.

3. Dari kasus ibu Dewi,beliau mengalami stres. Sifat Stress yang dialami
berangsur-angsur meningkat. Awal di diagnosis kanker payudara dan
diharuskan operasi, Ny. Dewi merasa cemas dan sering menangis serta
mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Setelah dilakukannya
operasi, Ny. Dewi lebih suka menyendiri, tidak mau dibantu saat mandi, dan
megalihkan pandangan ketika balutan luka operasi dilepas. Ny. Dewi juga
menolak belajar cara mengganti balutan luka dan menolak membicarakan
perasaan dan rencana masa depannya. Dilihat dari sifat Ny. Dewi, jumlah
stressor yang dialami banyak sehingga durasi stressor yang dialami akan lebih
lama daripada pasien lain. Selain itu, Ny. Dewi belum pernah mengalami
kejadian ini sehingga membuat stress yang dialami sulit di atasi.
4. Berdasarkan kasus yang ada, didapatkan bahwa ibu Dewi masuk kedalam
tahap adaptasi psikologis. Yang mana adaptasi psikologis ini adalah suatu
proses penyesuaian secara psikologis akibat adanya stres. Menurut analisis
kami, dimensi adaptasi yang muncul pada kasus yaitu dimensi Denial yang
merupakan upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah
yang sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
Sebagaimana yang ada dijelaskan pada kasus bahwa ibu Dewi menceritakan
kepada perawat dan mengakui bahwa "Saya tidak tahan membayangkan
separuh payudara saya hilang; Saya tidak tahu bagaimana saya bisa melihat
diri saya sendiri." Setelah operasi selesai, Dewi menjadi lebih suka
menyendiri. Saat mandi, dia tidak mau dibantu dan mengalihkan kepalanya
saat balutan luka operasi dilepas. Dia menolak untuk belajar bagaimana
mengganti balutan luka atau untuk mendiskusikan perasaan atau rencana masa
depannya.
5. Berdasarkan kasus di atas ibu mengatakan tidah tahan membayangkan yang
di mana ibu sudah merasa cemas dan ibu juga mengatakan saya tidak tahan
membayangkan yang di mana ibu merasa bingung akan payudaranya yang
akan hilang. Respon tersebut masuk kedalam psikologis yang di mana
berhubungan dengan kognitif di karenakan ibu cemas karena akan kehilangan
anggota tubuhnya yaitu payudara kanannya. Pada saat selesai operasi ada
perubahan perilaku Sosial dari si ibu yang di mana di katakan di kasus ibu
lebih suka menyendiri, Tidak mau di bantu dan mngalihkan kepalannya dan
ibu menolak untuk belajar akan mengganti balutan luka.
6. Pada kasus di atas didapatkan bahwa Ny. Dewi berusia 55 tahun masuk dalam
adaptasi stress psikologis,dimana pasien merasa stress dan menarik diri karena
merasa kehilangan harga diri berkaitan dengan pasca operasi yang di alaminya
yang membuat Ny.Dewi harus kehilangan salah satu dari payudaranya .Hal
yang harus di lakukan perawat untuk mengangkat diagnose adalah dengan
cara melakukan pengkajian kepada suami pasien guna mendapatkan data
berupa identitas pasien,riwayat penyakit sebelumnya,riwayat penyakit saat ini
dan keluhan pasien.dari penuturan suami pasien didapatkan diagnose
keperaatan berupa “Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
perubahan pola hidup” ”Koping keluarga yang tak efektif berhubungan
dengan Kecacatan atau handaya yang berkepanjangan” intervensi keperawatan
yang dilakukan bertujuan agar Klien dapat menangani berbagai perubahan
dalam kehidupan dan Klien dapat menerima dukungan sosial yang adekuat.
Sedangkan implementasi yang diberikan adalah dengan Mengorientasikan
klien tentang Rumah Sakit, fasilitas dan peraturan yang berlaku,dukung pasien
untuk mengekspresikan perasaan, kekhawatiran dan masalahnya,ciptakan
lingkungan yang nyaman, tenang, dan mendukung kemandirian pasien,dukung
peningkatan harga diri pasien dengan cara melibatkan pasien dalam setiap
pengambilan keputusan perencanaan keperawatan dan pengobatannya,serta
membantu manajemen stress dengan cara latihan nafas dalam,relaksasi
bertahap dan latih klien untuk berfikir serta mengambil keputusan. Evaluasi
yang dilakukan adalah dengan mengukur keberhasilan dari implementasi yang
diberikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model stress dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi respons
yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor. Kemampuan untuk
mengatasi stress, bergantung pada pengalaman seseorang dalam menghadapi
stress dan lingkungannya, dimana ada faktor-faktor yang memengaruhi respon
terhadap stressor, yaitu sifat stresor, durasi stresor, jumlah stessor,
pengalaman masalalu dan tipe kepribadian. Adapun adaptasi terhadap stressor,
adaptasi Fisiologis dan adaptasi psikologi.
Respon terhadap stresss dimana semua orang dapat merasakan stress yang
sama, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda sedangkan sindrom
adaptasi umum respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress, dimana
untuk mengatasi stessor tersebut kita bisa melakukan pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

B. Saran
Perawat sebagai profesi di bidang kesehatan memiliki peran dalam
mengatasi masalah kesehatan termaksud masalah yang berkaitan dengan
psikologi akibat perubahan status kesehatan. Untuk itu sebagai seorang
perawat harus memiliki sikap dalam memanajemen stress kondisi pasien agar
pasien tidak terlalu stress terhadap perubahan status kesehatan yang sedang di
alaminnya. Sebagai seorang perawat harus menanamkan sikap positif kepada
pasien, memberikan dorong dan semangat baik kepada pasien maupun
keluarga pasien.
REFERENSI

1. Candra, I Wayan . 2015. Psikologi landasan keilmuan praktik dan


keperawatan jiwa. Denpasar : politeknik kesehatan Denpasar
2. Potter , Patricia A. 2005 . Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4 vol.1.
Jakarta : EGC
3. Alimul, Aziz.H. 2006. KebutuhanDasarManusia1. Jakarta: SalembaMedika
4. Hidayat, A . A. 2009. Konsep Stres dan Adaptasi Stres. Jakarta : Salemba
Medika
5. Keliat,B.A.1999.Penatalaksanaan STRESS.Jakarta:EGC
6. Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan
jiwa.jakarta:TIM

Anda mungkin juga menyukai