S
DENGAN DIAGNOSA FEBRIS DI RUANG ANGGREK
RSUD ARIFIN NU’MANG
NIM: 202001005
MUHAMMADIYAH SIDRAP
PERIODE 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam
belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap
belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap
infeksi dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal
untuk sistem pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interkulin-
1. di dalhipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer
sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat
bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan
penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan
maka rasa demam bertambah.
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase Pada
saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
E. PENATALAKSANAAN MEDIK
Menurut kania dalam wardiyah (2016) penangaanan terhadap demam dapat di lakukan
tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis , maupun kombinasi ke duanya.
Beberapa tindakan yang akan dilakukan untuk menangani demam :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan anti
piraitik berupa:
Paracetamol
Paracetamol dapat di berikan kembali dengan jarak 4 -6 jam dari dosis sebelumnya.
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 -1,4 sehingga jelas bahwa pemberian obat
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untukmenurunkan suhu.
Efek samping paracetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa
urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
brokospasme (peyempitan saluran napas ), hepatotoksis dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti padad cacar air (memperpanjang masa sakit).
Ibuprofen
Ibupofen merupakan obat penurunan demam yang juga memeiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap paracetamol,
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurunan panas dapat dicapai dengan dosis 5 mg/kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1 jam dn berlangsung 3-4 jam efek penurunan
demam lebih cepat dari paracetmol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan
gelisah. Pada dosis berlebihan dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal
gimjal.perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah.
Pada dosis berlebihan dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti
(nurarif,2015)
Kompres adalah metode pemilihan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompreks merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini penelitian menerapkan penggunaan
kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam
Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi
atau penguapan panas tubuh (dewi, 2016). Penggunaan kompres hangat dilipatan ketiak
dan lipatan selangkangan selama 10-15 menit dengan temperatur air 30 -32 C, akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut
lebih banyak terdapat pembulu darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
aporikrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilitai yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
tubh ke kulit hingga delapan kali lipata lebih banyak (Ayu, 2015).
F. KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
G. PEMEKRIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan
seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam
tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN DIAGNOSA FEBRIS
DI RUANG ANGGREK
RSUD ARIFIN NU’MANG
NIM: 202001005
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN II
MUHAMMADIYAH SIDRAP
PERIODE 2020/2021