Anda di halaman 1dari 37

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE DI BANGSAL MELATI RSUD
BANYUDONO

Nama : Suci Ramadhani Nama : Nur Fiqry Ardinar


Nim : 202001005 Nim : 202001006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
PERIODE 2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE DI BANGSAL MELATI RSUD
BANYUDONO

ABSTRAK

Latar belakang : Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten


reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Asma adalah adanya gangguan pada
selaput bronkus yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. Asma
adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme
periodic(kontraksi spasme pada saluran nafas).
Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan asma
bronkhiale meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan
Metode : Penulis menggunakan metode deskripsi, adapun sampelnya
adalahNy.S,
data ini diperoleh dengan cara yaitu : wawancara, pemeriksaan, observasi
aktivitas, memperoleh catatan dan laporan diagnostik, bekerjasama dengan
teman sekerja.
Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diagnosa
yang
muncul yaitu : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dan keletihan sekunder akibat oksigenasi tidak adekuat dan sulit
bernafas, Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan perubahan
lingkungan. Dalam implementasi sebagian besar telah sesuai dengan rencana
tindakan yang telah diterapkan.Pasien tidak mengalami sesak nafas, sudah tidak
cemas dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Kesimpulan :Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
mulai tanggal 29 Mei 2013 sampai dengan tanggal 31 Mei 2013 pada pasien Ny.
S dengan asma bronkhiale, maka penulis mendapatkan pengalaman yang nyata
tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien tersebut. Penulis dapat
melakukan langsung proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
memenentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi serta pendokumentasian.Pada penerapan asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan Asma Bronkhiale ini tidak ditemukan masalah keperawatan yang tidak
atau belum teratasi.

Kata kunci :Asma Bronkhiale,obstruktif intermiten riversibel


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan status

perekonomian yang masih terbilang belum seimbang sehingga

mengakibatkan masyarakat sulit mencari mata pencaharian yang

akhirnya membawa masyarakat berusaha keras bekerja memenuhi kebutuhan

hingga mereka terkadang melupakan arti kesehatan.

Pada masa sekarang ini asma merupakan penyakit pernafasan

yang lazim terjadi di masyarakat, dengan perkembangan teknologi dalam

dunia kedokteran dan dari hasil penelitian maka dapat diketahui

epidemiology yang dapat menilai efficary, efektiveness dan efisiency suatu

cara pengobatan dan pencegahan penyakit yang berguna dan dapat

dimanfaatkan seluruh umat manusia yang hidup dalam lingkungan yang

berbeda-beda.

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronkhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas

yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Smeltzer,C.Suzanne, 2002).

Asma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan

kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga

mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan yang luas, reversibel dan

spontan. Asma terjadi karena adanya gangguan disaluran tenggorokan


tempat keluar masuknya udara. Saat sesuatu pemicu terjadinya asma maka

dinding saluran
nafas akan mengetat sehingga saluran nafas akan menyempit

dan menyebabkan penderita mengalami sesak nafas.

Asma terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah dari

kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40

tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam satu

kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka (Smeltzer, 2002).

Asma adalah penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik.

Bahkan menurut penelitian, sebanyak 30% penderita asma, memiliki

keluarga dekat yang juga menderita asma. Apabila seorang ibu menderita

asma, maka kemungkinan besar anaknya dapat menderita asma. Tetapi,

apabila seorang ayah yang menderita asma, maka kemungkinan anaknya

menderita asma akan lebih kecil. Asma dapat menular, penyakit dapat

menular ke orang lain apabila penyakit tersebut disebabkan oleh kuman,

seperti parasit, bakteri, virus dan jamur. Asma bukan disebabkan ketiga hal

diatas walau ketiganya dapat menjadi pencetus serangan asma. Jadi, asma

tidak dapat menular.

World Health Organization (WHO) memperkirakan 150 juta penduduk

dunia menderita asma, dan bertambah 180. 000 orang setiap tahun.

Prevalensi asma bronkial di Kabupaten Boyolali meningkat setiap tahun.

Tahun 2005 sebesar 1,1 % , tahun 2006 menjadi 1,5%, tahun 2007 meningkat

menjadi 1,5

% dan 2,55 % pada tahun 2008.


Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel

dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa

serta deskuamasi epitel bronkus / bronkeolus, akibat inflamasi

eosinofilik
dengan kepekaan yang berlebihan. Kasus asma bronkial di Provinsi Jawa

tengah tahun 2006 sebesar 41,99 per 1.000 penduduk, mengalami

peningkatan dibanding tahun 2005 dimana kasus asma bronkial pada saat itu

sebesar 39,62 per 1.000 penduduk.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, saat ini ada 300 juta

penderita asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta

penderita asma. Sebanyal 95 persen di antaranya adalah penderita asma tak

terkontrol.

Menurut WHO tahun (2006), sebanyak 300 juta orang menderita asma

dan 225 ribu penderita meninggal di seluruh dunia. Angka kematian yang

disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan

meningkat

20 % untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.

Untuk meningkatkan kepedulian asma diseluruh dunia Global Initiative for

Asthma(GINA) mencanangkan hari asma sedunia(World Asthma Day).Pada

tahun 2013 World Asthma Day adalah tanggal 1 Mei 2013.

Berdasarkan banyaknya masyarakat yang terkena asma maka penulis

mengambil permasalahan “ Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan

Gangguan Sistem Pernafasan Asma Bronkhiale di Bangsal Melati RSUD

Banyudono”.

Dengan asuhan keperawatan yang menyangkut aspek biologis,

psikologis, sosiologis kultural dan spiritual yang komprehensif, diharapkan


menurunkan frekuensi kekambuhan penyakit asma turun, guna

meningkatkan mutu kesehatan keluarga dan derajat kesehatan masyarakat.


2. Rumusan Masalah

Melihat banyaknya orang yang menderita penyakit asma,

kemudian melihat juga komplikasi dari penyakit asma yang membahayakan

hidup para penderitanya, kualitas hidup para penderita asma yang menurun,

serta uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

membuat tulisan tentang, Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan

Gangguan Sistem Pernafasan Asma Bronkhiale di Bangsal Melati RSUD

Banyudono.

3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang gambaran dan mempelajari lebih dalam

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan asma. Dan mampu

mengapilkasikannya pada penderita asma dikehidupan nyata.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis dapat :

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan

asma. b. Melakukan analisa data pada pasien dengan asma.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

asma. d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan

asma.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma.

f. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan asma.


g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma.
4. Manfaat Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini dibagikan agar bermanfaat bagi :

1. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan

asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan asma.

2. Insitusi pendidikan

a. Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai untuk sebagai salah satu bahan

bacaan kepustakaan.

b. Dapat sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang

akan datang.

3. Profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatakan mutu

pelayanan kesehatan terutama pada pasien dengan asma.

4. Rumah sakit

Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada

pasien den gangangguan sistem pernafasan asma bronkhiale,

sebagai bahan referensi dan studi pustaka.

5. Pasien atau keluarga

Pasien penderita asma bronkhiale bisa menerima perawatan

yang maksimal dari petugas kesehatan. Sehingga keluarga bisa menjaga

anggota keluarga yang lain supaya terhindar dari penyakit dan

meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan masyarakat


B. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit

1. Pengertian Asma

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang

ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang

berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan. (Infodatin, 2017) Asma merupakan

proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi hiperesponsif,

sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan

hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013) Asma adalah suatu keadaan dimana

saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap

rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan. (Amin & Hardi,

2016) Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status

atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Asma dibedakan

menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni : 1) Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan

lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga

gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial

juga bisa muncul lantaranadanya radang yang mengakibatkan

penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan iniakibat

berkerutnya otot polos saluran pernapasan, 18 pembengkakan selaput

lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan. 2) Asma


kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma

kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang

hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya

terjadi pada saat penderita sedang tidur.

2. Etiologi Asma

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor

autonom, imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai

tingkat pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat

dipandang sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral.

Aktivitas bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik

sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan napas,

disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada lokasinya,

mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens

merangsang kontraksi otot polos bronkus. 1) Faktor imunologis Pada

beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,

eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti

debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik

dan ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal

buatan (artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator

pada kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan

dengan lebih mudahnya mengenali 19 rangsangan pelepasan mediator

daripada asma instrinsik. 2) Faktor endokrin Asma dapat lebih buruk

dalam hubungannya dengan kehamilan dan menstruasi, terutama

premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita menopause. Asma

membaik pada beberapa anak saat pubertas. 3) Faktor psikologis Faktor


emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa yang

berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau sifat-sifat

perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering daripada anak

dengan penyakit cacat kronis yang lain.(Nelson, 2013).

3. Klasifikasi Asma

Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat

yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini

dapat dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk

beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma

bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari

bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun, (GINA, 2015) Adapun

klasifikasinya adalah sebagai berikut : 1. Asma Ringan Adalah asma

yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2, yaitu terapi

pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan intensitas

rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien,

atau kromon. 20 2. Asma Sedang Adalah asma terkontrol dengan

pengobatan tahap 3, yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi

steroid dosis rendah plus long acting beta agonist (LABA). 3. Asma

Berat Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting

beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak

terkontrol meskipun telah mendapat terapi. Perlu dibedakan antara asma

berat dengan asma tidak terkontrol. Asma yang tidak terkontrol biasnya

disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang tepat, kurangnya

kepatuhan, paparan alergen yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma


yang tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan pengobatan.

Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang walaupun

mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit mencapai kontrol

yang baik.

4. Manifestasi Klinik

Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda

dan gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni : 1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol a. Batuk dengan dahak bisa

dengan maupun tanpa pilek b. Ronchi basah halus pada serangan kedua

atau ketiga, sifatnya hilang timbul c. Wheezing belum ada d. Belum ada

kelainana bentuk thorak e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE 21

f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis Faktor spasme bronchiolus

dan edema yang lebih dominan : a. Timbul sesak napas dengan atau

tanpa sputum b. Wheezing c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi d.

Penurunan tekanan parial O2 2. Stadium lanjut/kronik a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan c. Dahak lengket dan

sulit untuk dikeluarkan d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar

(silent chest) e. Thorak seperti barel chest f. Tampak tarikan otot

sternokleidomastoideus g. Sianosis h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2

kurang dari 80 % i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran

bronchovaskuler kanan dan kiri j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan

asidosis repiratorik Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/

tanpa stetoskop, batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau

dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

5. Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan penyakit

yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga

terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti betaegonis

dan golongan 22 metil ksantin saja. Namun, para ahli mengemukakan

konsep baru ayng kemudian digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma

merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernafasan, yang ditandai

dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan

terhadap rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat

penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran

udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal,

perubahan mekanis paruparu, dan meningkatnya kesulitan bernafasan.

Selain itu juga dapat terjadipeningkatan sekresi mukus yang berlebihan

(Zullies, 2016). Secara klasik, asma dibagidalam dua kategori

berdasarkan faktor pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan

asma intrinsik atau idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma

yang disebabkan karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada

anak-anak yang memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik

eksim, utikaria atau hay fever). Asma instrinsik mengacu pada asma

yang disebabkan oleh karena faktor-faktordi luar mekanisme imunitas,

dan umumnya dijumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non

alergik, di mana pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor

yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-

obatan, stress, dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh

olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga dikenal dengan

istilah (Zullies, 2016) Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah
penyakit inflamasi saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk

menimbulkan suatu respons inflamasi, baik pada asma ekstrinik maupun

instrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umunya sama, yaitu

terjadinya infiltrasi eosinofil dan 23 limfosit serta terjadi pengelupasan

sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan peningkatan permeabilitas

mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma

yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena serangan asma , secara

histologis terlihat adana sumbatan (plugs) yang terdiri dari mukus

glikoprotein dan eksudat protein plasma yang memperangkap debris

yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamasi. Selain

itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial saluran nafas. Respons

inflamasi ini terjadi hampir di sepanjang saluran napas, dan trakea

samapi ujung bronkiolus. Juga terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar

sel goblet yang menyebabkan hiperserkesi mukus yang kemudian turut

menyumbat saluran napas (Zullies, 2016) Penyakit asma melibatkan

interaksi yang kompleks antara sel-sel inflamasi, mediator inflamasi, dan

jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi utama yang turut

berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan asma antara lain

adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan mediator inflamasi

utama yang terlibat dalam asma adalah histamin, leukotrein, faktor

kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin yaitu : interleukin (Zullies,

2016) Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari

meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya

rangsangan dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian

akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor

kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan

bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktorkemotaktik eosinofil

bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil 24 menuju tempat

terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016)

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol

sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma

dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang dan

penatalaksanaan asma akut/saat serangan. 1) Tatalaksana Asma Jangka

Panjang Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat

Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma).

Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan

untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan

terus menerus. 2) Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa

Tujuan tatalaksana serangan Asma akut: 1) Mengatasi gejala serangan

asma 2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan 3)

Mencegah terjadinya kekambuhan 4) Mencegah kematian karena

serangan asma Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan

asma meliputi 7 komponen, yaitu : 1. Edukasi Edukasi yang baik akan

menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak hanya ditujukan

untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan

energi pemegang keputusan, 25 pembuat perencanaan bidang

kesehatan/asma, profesi kesehatan. 2. Menilai dan monitor berat asma


secara berkala Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring

asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan

asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain : a. Gejala dan

berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi b. Pajanan

pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya c.

Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,

sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri. 3.

Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus 4. Merencanakan dan

memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan asma

bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.

Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan : a. Medikasi asma

ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas,

terdiri atas pengontrol dan pelega. b. Tahapan pengobatan 1) Asma

Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu sedangakan alternatif

lainnya tidak ada. 2) Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian

diberikan Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau

ekivalennya), 26 untuk alternati diberikan Teofilin lepas lambat,

kromolin dan leukotriene modifiers. 3) Asma Persisten Sedang,

medikasi pengontrol harian diberikan Kombinasi inhalasi

glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau ekivalennya), untuk

alternatifnya diberikan glukokortikosteroid ihalasi (400-800 ug Bd atau

ekivalennya) ditambah Teofilin dan di tambah agonis beta 2 kerja lama

oral, atau Teofilin lepas lambat. 4) Asma Persisten Berat, medikasi

pengontrol harian diberikan ihalasi glukokortikosteroid (> 800 ug Bd

atau ekivalennya) dan agonis beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain :
Teofilin lepas lambat, Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid oral.

Untuk alternatif lainnya Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari

10 mg ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin lepas

lambat. c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma) Hubungan penderita

dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi kepatuhan dan

efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma jangka

panjang sesuai kondisi penderita, realistik/ memungkinkan bagi

penderita dengan maksud mengontrol asma. 5. Menetapkan pengobatan

pada serangan akut Pengobatan pada serangan akut antara lain :

Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2

subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila

mungkin Kortikosteroid sistemik. 6. Kontrol secara teratur 27 Pada

penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting

diperhatikan oleh dokter yaitu: a. Tindak lanjut (follow-up) teratur b.

Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila diperlukan

7. Pola hidup sehat a. Meningkatkan kebugaran fisik Olahraga

menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun terdapat salah

satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah execrise, akan tetapi

tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma

Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan

karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain

manfaat lain pada olahraga umumnya. b. Berhenti atau tidak pernah

merokok c. Lingkungan kerja Kenali lingkungan kerja yang berpotensi

dapat menimbulkan asma.


C. TINJAUAN KEPERAWATAN

a. Identitas

Klien dengan nama Ny.S berumur 37tahun berjenis kelamin

perempuan beragama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, suku Jawa,

status kawin, dan beralamat di Jembongan, Banyudono, tanggal masuk

rumah sakit 27 April 2013, nomor register 070336, dengan diagnose

medis Asma Bronkhiale

b. Pengkajian keperawatan

Pasien dibawa ke RSUD Banyudono pada tanggal27 April

2013 pada jam 21.00 WIB. Pada pengkajian laporan kasus ini di

peroleh dengan wawancara kepada pasien dan keluarga dan melihat

catatan medik. Keluhan utama didapatkan pasien mengatakan sesak

nafas, pusing dan badan terasa lemas. Riwayat penyakit sekarang pada

saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas sejak tiga hari

yang lalu tidak sembuh sembuh, sudah berobat di puskesmas belum

ada perubahan kemudian pasien oleh keluarga di bawa ke RSUD

Banyudono pada tanggal 27 April 2013 pukul 21.00 WIB. Riwayat

kesehatan dahulu pasien mengatakan baru pertama kali di rawat di

rumah sakit, sebelumnya apabila merasa sesak nafas pasien hanya

berobat ke Puskesmas atau minum obat dari dokter. Pasien memiliki

penyakit sesak nafas ini sejak 8 tahun yang lalu disebabkan oleh

alergi debu.
Pada saat dilakukan pengkajian keadaan pasien kurang

kooperatif maka data yang di peroleh langsung dari pasien,

didapatkan data dari pengkajian tentang persepsi dan pemeliharaan

kesehatan dimana keluarga memperhatikan masalah kesehatan dan

apabila terdapat anggota keluarga yang sakit segera

memeriksakannya kedokter.

c. Pola Funfsional

Pengkajian pola kesehatan fungsional penulis memperoleh data

sebagai berikut :

a. Pada pola biologis pasien sebelum sakit pasien melakukan

aktivitas seperti biasa, aktivitas yang berat tidak mempengaruhi

kambuhnya penyakit pasien, sebelum sakit pasien juga pernah

mengalami penyakit yang sama. Selama sakit pasien

mengalami gangguan pernafasan terlihat pasien menggunakan O2.

Sedangkan kebutuhan cairan dan elektrolit sebelum sakit pasien

mengatakan minum kurang lebih delapan gelas per hari dengan air

putih dan kadang- kadang minum teh hangat dipagi hari. Selama

sakit pasien minum kurang lebih tujuh gelas per hari dengan air

putih hangat atau air teh hangat. Terpasang infus

D5+Aminophiline.

b. Pada pola nutrisi pasien mengatakan bahwa sebelum sakit makan

tiga kali sehari dengan komposisi nasi, sayur dan lauk pauk.

Pasien mengatakan memiliki alergi pada jenis makanan tertentu


antara lain udang, laron dan ikan teri. Selama sakit pasien makan

tiga kali
sehari dengan diit dari Rumah Sakit tetapi kadang-kadang

hanya hanis setengah porsi saja, pasien makan disuapi dengan

keluarga.

c. Pada pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB

satu kali sehari setiap pagi dengan konsistensi lunak, warna

kuning, bau khas dan tidak encer, sebelum sakit pasien BAK 6-7

kali per hari, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan saat

BAK.Selama sakit pasien BAB satu kali sehari dengan konsistensi

lunak dan bau khas, selama sakit pasien BAK 5—6 kali perhari

dengan bantuan keluarga kadang-kadang menggunakan pempers,

dan tidak ada keluhan saat BAK.

d. Pada pola keamanan dan kenyamanan, sebelum sakit biasa saja

nyaman saat tidur dan saat beraktivitas, selama sakit pasien

mengatakan sesak nafas, pusing dan badan terasa lemas, sesak

nafas biasa kambuh karena adanya debu.

e. Pola personal hygiene, pasien mengatakan sebelum sakit biasa

mandi tiga kali sehari tergantung aktivitas pasien, menggosok gigi

setiap kali mandi dan pasien membersihkan rambut setiap dua hari

sekali. Selama sakit pasien mengatakan disibin oleh keluarga dua

kali sehari, menggosok gigi dibantu oleh keluarga.

f. Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien biasa tidur 6-8 jam pada

malam hari, tidur siang hanya satu jam. Selama sakit pasien

mengatakan tidur 5-7 jam per hari pada malam hari, kadang-
kadang tidak bisa tidur saat merasa sesak nafas dan

sering
terbangun, dan kurang lebih 2 jam saat siang hari sering terbangun

karena lingkungan sekitar yang berisik dan kadang terbangun saat

sesak.

g. Pola aktivitas dan latihan,sebelum sakit pasien mengatakan

melakukan semua aktivitasnya secara mandiri, mulai dari mandi

makan dan minum, memasak untuk anggota keluarganya dan

menjadi ibu rumah tangga, penyakit yang diderita pasien tida

mempengaruhi aktivitas pasien hanya saja apabila terkena debu

yang berlebihan itu akan memicu sesak nafas yang dialami pasien.

Selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

karena pasien mersa badannya lemas dan takut bila sesak nafasnya

kambuh.

h. Pola perseptual, pada penglihatan pasien tidak menggunakan alat

bantu penglihatan seperti kacamata, pasien dapat melihat dengan

jelas. Pada pendengaran pasien tidak mengalami penurunan

pendegaran pada kedua telinga, ketika dipanggil tidak perlu di

sentuhan tau beberapa kali dalam memanggil. Pada pengecapan,

pasien tidak mengalami penurunan fungsi pengecapan. Dan fungsi

penciuman pasien masih normal, pasien dapat membedakan bau

makanan dan obat. Padasensasi, pasien dapat merasakan sentuhan

kulit, sentuhan halus, kasar mau pun cubitan.

i. Pola konsep diri,

1).Body Image : Pasien saat sakit terlihat bersih


karena
selalu disbin oleh keluarga setiap hari.

2). Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh

dan segera pulang.

3). Peran : Pasien mengatakan istri dari suaminya

dan ibu dari ketiga anaknya,saat sakit

pasien merasakan adanya perubahan peran

pada pada dirinya.

4). Identitas diri : Pasien dapat mengenali dirinya bahwa

dia dia adalah seorang perempuan berusia

37 tahun

j. Pada pola hubungan dan peran, pasien memiliki hubungan baik

dengan keluarga, dan masyarakat dikarenakan keluarga yang

menunggu selalu bergantian dan banyak pula tetangga yang

menjenguk pasien dan pasien mengatakan jika pasien punya

masalah selalu menceritakan dengan keluarga.

k. Pola reproduksi dan seksual, pasien berjenis kelamin perempuan,

sudah menikah, dan memiliki tiga orang anak.

Pola nilai dan keyakinan pasien mengatakan bahwa pasien

beragama Islam, dan sebelum sakit pasien selalu menjalankan sholat

selama sakit hanya mampu berdoa untuk kesembuhanya.


d. Pemeriksaan Head Totoe

1. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan data-data berupa

keadaan umum pasien lemah dan tingkat kesadaran compos

mentis. Tanda-tanda vital pasien dengan hasil pemeriksaan


x 5o
tekanan darah110/70 mmHg, nadi 80 /menit, suhu 36 C dan
x
pernafasan30 /menit. Pada kepala pasien didapatkan bentuk

kepala mesochepal, warna rambut hitam, bersih, tidak ada

massa, dan tidak ada nyeri tekan.

a. Pada pemeriksaan mata, letak mata kanan dan kiri

simetris, pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjunctiva

tidak anemis, dan tidak ada nyeri tekan.

b. Pada hidung pasien tidak ada polip, tidak ada

pembengkakan, terpasang kanul oksigen.

c. Mulut pasien didapati mukosa mulut dalam keadaan

kering, tidak terjadi sianosis, lidah tidak sulit untuk

digerakkan, dan dalam kemampuan menelan tidak ada

gangguan.

d. Pemeriksaan fisik telinga didapatkan letak yang simetris,

tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidakada massa

dan pasien tidak perlu disentuh ketika dipanggil. Pada

leher pasien tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.

e. Pada pemeriksaan fisik dada, pada pemeriksaan paru

didapatkan hasil :
1). Inspeksi : perkembangan dada kanan dan kiri simetris

tidan ada retraksi interkosta,

2). Palpasi : fremitus raba kanan dan kiri sama,

3).Perkusi : terdengar bunyi sonor,

4).Auskultasi : terdengar bunyi tambahan

wheezing, Pada pemeriksaan jantung

didapatkan hasil :

1). Inspeksi : ictus cordic tidak nampak

2). Palpasi : ictus cordic kuat angkat

3). Perkusi : batas jantung tidak melebar

4). Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni

f. Pemeriksaan abdomen,

1). Inspeksi : dinding perut cekung dari dada, tidak ada

lesi,

2). Auskultasi : terdengar bising usus dan peristaltik usus

15x/menit.

3).Perkusi : terdengar suara tympani

4).Palpasi tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada

penumpukan cairan.

Pada anus pasien tidak terdapat hemoroid, dan

pasien tidak terpasang kateter, bersih, dan tidak ada tanda-

tanda iritasi kulit.

g. Pada ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus


D5+Aminophiline 20 tetes per menit (tpm), dan
ekstremitas bagian kanan bias digerakkan, tidak ada

luka maupun edema. Pada ekstremitas bawah tidak ada

oedem,

tidak ada gangguan gerak hanya saja terlihat lemas.

5. Data Fokus

1. DS : 1 ). Pasien mengatakan sesak nafas dan sulit mengeluarkan

dahak

2). Pasien mengatakan cemas saat mengalami sesak nafas

3). Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga

selama sakit

2. DO : Tekanan darah : 110/70 mmHg,Nadi : 80 x/ menit,Suhu :


0
36 C,

Rr : 30 x/menit, terdengar bunyi whezzing saat di

auskultasi paru,

2). Pasien tampak cemas, gelisah dan tidak tenang,

3). Pasien tampak lemas dan dibantu keluarga dalam beraktivitas.

e. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan

keletihan sekunder akibat oksigenasi tidak adekuat dan sulit

bernafas.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan

perubahan lingkungan

D. PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang masalah

keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan asma bronkhiale.

Pembahasan mencakup dari diagnosa keperawatan yang muncul pada

kasus, pelaksanaan tindakan dan hasil perkembangan pada pasien.

E. PENUTUP

1. Simpulan

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronkhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas

yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi

(Smeltzer,C.Suzanne,

2002). Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan

melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara

tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan menurut Nanda Nic Noc (2012) yang

berhubungan dengan Asma Bronchiale ada empat diagnosa. Setelah

dilakukan pengkajian dan analisa data muncul tiga diagnosa pada pasien

: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


produksi sekret, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

dan
keletihan sekunder akibat oksigenasi tidak adekuat dan sulit bernafas,

Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan perubahan

lingkungan. Intervensi yang muncul dalam teori menurut Nanda Nic Noc

(2012), tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada

pengelolaan pasien karena situasi dan kondisi klien serta kebijakan dari

instansi rumah sakit. Dalam implementasi sebagian besar telah

sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan, namun dalam

pendokumentasiannya dirasa masih kurang terutama pada rencana

tindakan yang didelegasikan. Pada evaluasi hasil yang dilakukan penulis

pada dasarnya dapat terlaksana dengan baik dan masalah teratasi.

2. Saran

Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa

hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak

penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.

Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankankepada :

1. Perawat.

Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan

pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar

mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Mampu

memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait dengan

masalah kesehatan yang dialami.


2. Rumah sakit ( bidang pelayanan ).

Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan kepada pasien. Khususnya dalam bidang keperawatan, guna

meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan yang lebih optimal.

3. Institusi pendidikan.

Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat digunakan sebagai

bahan acuan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca

khususnya bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dan

karya tulis ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur yang

membahahas masalah tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

Asma Bronkhiale.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M.E, 2008, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian. EGC . Jakarta

Francis Caia. 2011 . Respiratory Care. Diterjemahkan oleh Tini Stella.

Jakarta : Erlangga

Ringel Edward . 2012 . Kedokteran Paru . Jakarta : Indeks

Riyadi Sujono . 2011 . Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Saputra Lyndon . 2010 . Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang :

Binarupa Aksara

Smeltzer C. Suzane . 2002. Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC

Soemantri Irman . 2008 . Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernafasan . Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson M dan Ahern A N. 2012 .Buku Saku Diagnosa Keperawatan

Nanda Nic Noc. Dialih Bahasakan Oleh Wahyuningsih E dan

Widiarti D. Jakarta : EGC

Patricia A, Potter, Anne Griffin Perry ; Alih bahasa, Yasmin Asih. 2005.

Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai