Anda di halaman 1dari 47

ASKEP PADA BAYI DAN

ANAK DENGAN LEUKEMIA


DISUSUN OLEH :
- TITI RIYANTI (21010)
- WIDYANTI (21013)
DEFINISI
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut
bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia
akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen
darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran
organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari
sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada
bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian,
orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
Faktor lain yang berperan antara lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat
sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus
leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell
leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
ETIOLOGI
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam
tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen
manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat
tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen
jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte
locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan
faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
PATOFISIOLOGI
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan
pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah.
Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah
normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada
leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan
adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi
kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
KLASIFIKASI LEUKEMIA
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid;
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda
dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
KLASIFIKASI LEUKEMIA
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
TANDA DAN GEJALA
1. Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi
sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah
sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang
sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh
karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara
optimal.

3. Perdarahan

Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung
(epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara
spontan.
TANDA DAN GEJALA
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan perdarahan disertai
splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati. Perdarahan dapat
didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dsb.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia
pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia
serebral.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum
tulang.

1) Pemeriksaan Darah Tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).
Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.

2) Pemeriksaan Sumsum Tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir
semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast)
ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih
dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm 3.
PENATALAKSAAN
A. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA
- Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia
di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena
obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap
ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan
asparaginase.
- Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten
terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
PENATALAKSAAN
- Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan
dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah
leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
- Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan
waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai
remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan
kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
PENATALAKSAAN
b) Kemoterapi pada penderita LMA
- Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel
leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah
tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi.
Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
- Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi
biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis
yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun
dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
PENATALAKSAAN
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah
satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
1. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
2. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
3. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
4. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
5. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan / tanpa gejala
pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional,
terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa
gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi
adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
PENATALAKSAAN
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10
tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada
pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala
untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
- Fase Akselerasi

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.


PENATALAKSAAN
B. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar
berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
C. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan
sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%
angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA
transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
PENATALAKSAAN
D. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
- Pucat
- Kelemahan
- Sesak
- Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:


- Demam
- Infeksi

d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:


- Ptechiae
- Purpura
- Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Splenomegali

f. Kaji adanya pembesaran testis


g. Kaji adanya:
- Hematuria
- Hipertensi
- Gagal ginjal
- Inflamasi disekitar rectal
- Nyeri
ANALISA DATA
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
- Lelah
- Letargi
- Pusing
- Sesak
- Nyeri dada
- Napas sesak
- Priapismus
- Hilangnya nafsu makan
- Demam
- Merasa cepat kenyang\
- Waktu ycng cukup lama
- Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
- Pembengkakan Kelenjar Lympa
- Anemia
- Perdarahan
- Gusi berdarah
- Adanya benjolan tiap lipatan
- Ditemukan sel-sel muda
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa pada bayi dan anak dengan leukemia adalah:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,


imobilitas.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.


INTERVENSI
KEPERAWATAN
A. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan:
- Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi:
• Pantau suhu dengan teliti

Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi


• Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi


• Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
• Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive

Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi


• Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
• Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
• Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler


• Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh


• Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus


B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan:
- terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi:
- Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
- Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
- Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan

Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi


- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri


C. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
Tujuan:
- klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi:
• Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis

Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia


• Cegah ulserasi oral dan rectal

Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah


• Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional: untuk mencegah perdarahan


• Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional: untuk mencegah perdarahan


• Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
• Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit


• Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

Rasional: untuk mencegah perdarahan


D. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan:
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi:
• Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

Rasional: untuk mencegah mual dan muntah


• Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi

Rasional: untuk mencegah episode berulang


• Kaji respon anak terhadap anti emetic

Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
• Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah


• Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik


• Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional: untuk mempertahankan hidrasi


E. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan:
- pasien tidak mengalami mukositis oral

Intervensi:
• Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera


• Hindari mengukur suhu oral

Rasional: untuk mencegah trauma


• Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

Rasional: untuk menghindari trauma


• Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat

Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan


• Gunakan pelembab bibir

Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
• Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan
resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
• Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak


• Inspeksi mulut setiap hari

Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi


• Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional: untuk membantu melewati area nyeri


• Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
• Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis


• Berikan analgetik

Rasional: untuk mengendalikan nyeri


F. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan:
- pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi:
• Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
• Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
• Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
• Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan


• Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik


• Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
• Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan
pengukuran antropometri kurang dari normal
G. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

Tujuan:
- pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

Intervensi:
• Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
• Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena

Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman


• Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
• Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional: sebagai analgetik tambahan


• Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri


H. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
Tujuan:
- pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi:
• Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal

Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi


• Ubah posisi dengan sering

Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit


• Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit


• Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
• Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit


• Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative


• Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan


I. imobilitas Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan

Tujuan:

- pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi:

• Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut
mulai rontok

Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut

• Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin

Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut

• Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial

• Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda

Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru

• Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias,
dan pakaian yang menarik

Rasional: untuk meningkatkan penampilan


J. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia
Tujuan:
- pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi

Intervensi:
• Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak

Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu


• Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan


• Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
• Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum
diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
• Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
• Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga


K. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
Tujuan:
- pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak

Intervensi:
• Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga

Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi
terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi
kondisinya
• Berikan kontak yang konsisten pada keluarga

Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi


• Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal

Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan


• Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain

Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai