Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

“LEUKIMIA PADA ANAK”


Dosen Pengampu :
Ns.Rini Wahyuni Mohammad, S.Kep, M.Kep

Semester/Kelas: 5/B
Disusun Oleh : Kelompok 4 Hijau

1. Fadila Tri Nur Lahay (841420052)


2. Nur Nadila Alamri (841420065)
3. Aqillah Zahra Burdah (841420066)
4. Reyta Safitri Baginda (841420090)
5. Nurhaliza Talib (841420091)
6. Sri Fajriani Tahir (841420067)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
202
A. DEFINISI
Leukemia merupakan penyakit dimana tubuh memproduksi sel darah putih yang berle
bihan, sel – sel imatur ini tidak sengaja menyerang dan menghacurkan sel darah norm
al atau jaringan vaskuler (Apriany, 2016).
B. Etiologi
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
2. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
3. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik sepertidiethylstilbestrol.

4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot


5. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &Yuliani, 2010).
C. Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut
kronik, kongenital. Leukemia akut Poltekkes Kemenkes Padang menunjukkan prolife
rasi maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasi itu sebagian melibatkan jenis sel ya
ng lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu diklasifikasikan kronik. Leukemia kong
enital atau neonatal adalah leukemia yang terdiagnosis dalam 4 minggu pertama kehid
upan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis limfoblastik akut (ALL) (Apriany, β01
6).
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
e. Leukemia Kongenital
D. Patofisiologi
Ditemukannya sel leukemic pada dinding pembuluh darah leptomeningeal oleh Dr. Fr
ied pada tahun 1926 mengarah pada hipotesisbahwa sel-sel yang bersirkulasi mengalir
di pembuluh darah dan menginvasi jaringan otak di sekitarnya. Sel leukemik yang ber
ada di dinding vena pada leptomeninges superfisial merupakan temuan histologik pert
ama pada leukemia SSP. Dari gambaran klinis yang dikaitkan dengan temuan otopsi,
disimpulkan bahwa invasi leptomeninges superfisial dapat terjadi pada saat diagnosis
leukemia ditegakkan, atau sesaat sesudahnya. Selama fase awal infiltrasi,
hanya superficial portion dari leptomeninges yang terkena, sedangkan deep portion se
panjang pembuluh darah di dalam gray matter dan white matter masih bebas dari sel l
eukemik. Trabekula arachnoid masih intak dan CSS masih bersih dari sel ganas. (Mas
trangelo et al., 2012). Infiltrasi sel leukemik pada akhirnya akan menyebabkan destruk
si pada trabekula yang diikuti terlepasnya sel leukemik ke CSS. Pada keadaan ini, dia
gnosis sitologik leukemia SSP dimungkinkan.

Schwab dan Weiss pada tahun 1935 menyimpulkan bahwa pemeriksaan CSS dapat m
endiagnosis leukemia meningeal meskipun gejala klinis penyakit SSP belum tampak.
Saat ini, pemeriksaan sitologi CSS merupakan prosedur rutin dan wajib dilakukan dal
am tatalaksana LLA pada anak (Mastrangelo et al., 2012). Dengan semakin banyakny
a sel leukemik yang menginvasi, arachnoid menjadi padat oleh sel-sel yang
selanjutnya akan menjangkau deep portion, sampai ke bagian terjauh yaitu arteriole pr
ekapiler dan venula postkapiler. Proses ini merupakan tahapan lanjut leukemia menin
geal, dimana infiltrasi sel leukemik telah terjadi secara ekstraneural, terpisah dari pare
nkim oleh membran pial-glial. Pada keadaan ini, usaha pemberian obat tidak larut lem
ak melalui BBB menuju jaringan otak kemungkinan besar tidak efektif sebab pada Se
bagian besar kasus, sel-sel leukemik lebih banyak berada di meninges daripada di jari
ngan neural itu sendiri (Mastrangelo et al., 2012). Tahap akhir leukemia SSP terjadi a
pabila massa sel yang besar telah mendestruksi membran pial-glial sehingga akhirnya
menginfiltrasi parenkim otak. Dari penelitian post mortem, gambaran seperti ini hany
a
terjadi pada kurang dari 15% anak dengan leukemia yang meninggal pada saat relaps
(Mastrangelo et al., 2012). Adilistya, T. (2017).
E. Manifestasi Klinis
1. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
a. Pucat
b. Mudah memar
c. Letargi
d. Anoreksia
e. Malaise
f. Nyeri tulang
g. Nyeri perut dan perdarahan. (Betz & Sowden 2009).
2. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)
Gejala dan tanda AML yang muncul meliputi:
a. Pucat
b. Demam
c. nyeri tulang
d. perdarahan kulit serta mukosa.(Apriany, 2016).

3. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)


a. Fase kronik, terdiri atas:
1) Gejala – gejala yang berhubungan dengan hipermetabolisme, misalnya penurunan
berat badan, badan kelelahan, anoreksia atau keringat malam
2) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat masif.
3) Gambaran anemia meliputi pucat, dispnea, dan takikardi.
4) Memar, epistaksis,menorhagia, atau perdarahan akibat fungsi trombosit yang abnor
mal.
5) Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia akibat pemecahan
purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.
6) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan dan priapismus (Apria
ny, 2016).
b. Fase transformasi akut, terdiri atas :
1) Timbul keluhan baru yaitu demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin pro
gresif. Respon terhadap kemoterapi menurun, leukositosis meningkat dan trombosit
menurun dan akhirnya menjadi gambaran leukemia akut.
2) Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1 sampai 2 bulan (Ap
riany, 2016).
4. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala. Pada pasien
dengan gejala, paling sering ditemukan Limfadenopati generalisata, penurunan berat b
adan dan kelelahan. (Apriany, 2016).
F. Komplikasi
Menurut Zelly, 2012 komplikasi leukemia yaitu:
1. Tombositopenia
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya merupakan akibat infiltr
asi sumsum tulang atau kemoterapi, selain itu dapat juga disebabkan oleh beberapa fa
ktor lain seperti koagulasi intravaskuler diseminata, proses imunologis dan hiperspleni
sme sekunder terhadap pembesaran limpa. Trombositopenia yang terjadi bervariasi da
n hampir selalu ditemukan pada saat leukemia didiagnosis.
2. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik berupa pembentukan dan penyebaran deposit
fibrin dalam sirkulasi sehingga menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai or
gan yang dapat mengakibatkan kegagalan multiorgan. Aktivasi koagulasi yang terus b
erlangsung menyebabkan konsumsi faktor pembekuan dan trombosit secara berlebiha
n sehingga mengakibatkan komplikasi perdarahan berat. KID bukanlah suatu penyakit
tetapi terjadinya sekunder terhadap penyakit lain yang mendasari.
3. Fibrinolisis primer
Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia akut memiliki aktivitas f
ibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis primer terutama pada leukemia promi
elositik akut. Pada fibrinolisis primer, perdarahan disebabkan oleh degradasi faktor pe
mbekuan yang diinduksi plasmin seperti fibrinogen. Komplikasi.
4. Hepatomegali (besarnya hati melebihi ukuran normal)
5. Splenomegali (pembesaran limpa)
Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di
limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar
6. Limpadenopati
7. Kematian
G. Pemeriksanaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelaina
n sumsum tulang berupa adanyapansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang men
yebabkan gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas dalam darah
tepi merupakan gejala patognomik untuk leukemia.Dari pemeriksaan sumsum tulang
akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik pat
ologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Anak dengan sel darah putih
lebih dari 50.000/mmγ adalah tanda prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan he
moglobin rendah mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan potens
ial perdarahan.
Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda Biop
si limpa Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit. Cairan ser
ebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS) Bila terdapat jumlah patologis dan pr
otein, berarti suatu leukemia meningeal. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat
(MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menunjukkan gejala teka
nan intrakranial meninggi
H. Penatalaksanaan
Penanganan kanker pada anak bertujuan agar dapat mengendalikan jumlah dan penye
baran sel-sel kanker, penanganan kanker meliputi kemoterapi, terapi biologi, terapi ra
diasi, transplatasi sumsum tulang, transplatasi sel darah perifer (peripheal blood stem
cell), dan oral cryotherapy. Kemoterapi adalah pemberian segolongan obat-obatan yan
g bersifat sitotoxic dan kemoterapi merupakan treatment primer yang digunakan untu
k mengatasi kanker. Terdapat berbagai macam jenis obat kemoterapi yang diberikan d
engan suatu protokol tertentu disesuaikan dengan jenis kanker yang dialami oleh anak.

Kemoterapi merupakan salah satu terapi yang memperlihatkan efektifitas yang tinggi
pada kanker.Mekanisme kerja obatkemoterapi yang sangat kuat untuk membunuh sel
kanker juga bepengaruh pada sel-sel sehat terutama sel yang pembelahannya bersifat
cepat seperti sel folikel rambut, sum-sum tulang belakang, kulit, dan mukosa. Sehingg
a obat kemoterapi akan menimbulkan beberapa efek samping pada anak diantaranya a
dalah terjadinya oral mukositis, yang dapat menyebakan anak mengalami kurang nafs
u makan. Bila gangguan ini tidak ditangani lebih lanjut maka akan terjadi resiko tingg
i pemenuhan nutrisi pada anak yang nantinya akan menjadi penurunan kualitas hidup
anak penderita kanker.
DAFTAR PUSTAKA

Adilistya T., 2017, Patofisiologi dan Diagnosis infiltrasi leukemia limfoblastik Akut ke
sistem saraf pusat. Jurnal Kedokteran Yarsi 25 (2):115-126(2017)
Rofinda Z., D., 2012, Kelainan hemostatis pada leukemia, Jurnal Kesehatan Andalas
Crolina, D., Purwanti, N. H., & Sulastru, T. (2020). PENGARUH CRYOTHERAP
DAN ORALCARE STANDAR YANG DIGUNAKAN RS
TERHADAP DERAJAT ORAL MUCOSITISPADA ANAK
LEUKIMIA. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 9(2), 66_71
Leukemia Di, Ruangan Kronis, and Irna Kebidanan, “ ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN.K DAN AN.G DENGAN LEUKIMIA DI RUANGAN
KRONIS IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUD DR. M.
DJAMIL PADANG,” 2017.

Anda mungkin juga menyukai