Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Leukimia merupakan penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel- sel
hematopoietik. Limfosit yang imatur dapat menyebabkan terganggunya perkembangan sel normal
dikarenakan limfosit tersebut berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer. Bukan itu
saja akibatnya bisa sampai terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit
karena hematopoesis normal terhambat.
Karena hal- hal tersebut akibatnya akan membuat anak terganggu dalam proses tumbuh
kembangnya karena dia harus menjaga kondisi tubuhnya. Selama dalam proses perawatan dirumah
sakit tidak menutup kemungkinan adanya dampak hospitalisasi pada anak tersebut karena dia harus
mendapatkan beberapa terapi utama yaitu kemoterapi, radiasi daerah kraniospinal dan injeksi
intratekal.

B. INSIDENSI
Biasanya penyakit ini dialami oleh anak- anak, insidensi yang tersering menyerang anak- anak
pada usia 4 tahun dan sesudah 15 tahun jarang ditemukan, terutama pada anak laki- laki dari pada
perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan anak pertempuan mengalami penyakit ini karena
penyakit ini bisa disebabkan karena faktor genetik, atau patogenesis virus. Sampai saat ini terapi
penyakit ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60 % anak- anak mencapai ketahanan hidup
sampai 5 tahun.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum.
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan ALL,
diharapkan penulis memahami tentang ALL.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan ALL, penulis mampu :
a. Mengetahui definisi ALL
b. Mengetahui etiologi dari ALL.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari ALL.
d. Mengetahui dasar pengkajian dari ALL.
e. Mengetahui cara penanganan anak dengan ALL.

D. SISTEMATIKA PENULISAN.
Penulisan laporan ini terbagi dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Yang meliputi latar belakang masalah, insidensi, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Meliputi konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, diagnosa, dilengkapi
dengan pathways.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi analisa masalah, masalah yang ditemukan antara teori dengan kasus
yang ada.
BAB V : PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran terhadap masalah dan pemecahan masalah
pada pasien dengan ALL.

BAB II
TINJAUAN TEORI
AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL)

A. PENGERTIAN

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopoietik. Klasifikasi akut atau kronik adalah sesuai dengan jenis sel yang terlibat dan
kematangan sel tersebut. Klasifikasi yang cermat adalah vital karena modalitas pengobatan dan
prognosisnya sangat berbeda.
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan sel limfosit, berupa proliferasi
patologis sel – sel hematopoietik muda ditanndai dengan kegagalan sumsum tulang memproduksi
sel darah (I Hartantyo, 1997).
Klasifikasi menurut The French – American – British (FAB) adalah klasifikasi morfologis
yang didasarkan pada diferensial sel dan pematangan sel – sel leukemia premodinan di dalam
sumsum tulang, disamping itu juga didasarkan pada penelitian sitokimiawi.
L-1 : Leukimia limfositik akut masa kanak-kanak populasi sel homogen
L-2 : Leukimia limfositik akut tampak pada orang-orang dewasa populasi sel heterogen.
L-3 : Limfoma Burkitt-tipe leukimia; sel-sel besar, populasi sel homogen. ( Price, Wilson, 1992 )
Leukemia, kanker jaringan pembuluh darah merupakan kanker jaringan yang paling sering
terjadi pada anak – anak, lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan diatas 1 tahun
dan puncaknya adalah 2 – 6 tahun. Sebelum adanya pemakaian zat antileukemia pada tahun 1948,
anak dengan ALL hidup hanya 2 – 3 bulan. Angka kelangsungan hidup pada 5 tahun terakhir
dengan ALL meningkat 60 % pada beberapa pusat penelitian dan mayoritas dari mereka dapat
disembuhkan (Whaley, Wong, 1990).
B. ETIOLOGI
Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruh genetik maupun faktor – faktor
lingkungan kelihatannya memainkan peranan, jarang ditemukan leukemia familial, tetapi terdapat
insidens leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak – anak yang terserang, dengan insiden
yang meningkat sampai 20 % pada kembar monozigot (identik). Individu kromosom 21, seperti
Syndrom Down mempunyai indeks leukemia akut dua puluh kali lipat. Faktor – faktor lingkungan
berupa kontak dengan radiasi ionasi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun
kemudian. Zat – zat kimia misalnya banzen, arsen, khloramfenikol, fenibutazon dan antineoplastik,
dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau
kemotrapi. Setiap keadaan sumsum tulang hipoplastik merupakan predisposisi terhadap leukemia.
(Price, Wilson, 1992).

C. PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang total dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukemia
dan prosedurnya.
Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang, lifosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopietik dan berlanjut ke organ
yang lebih besar (Splenomegali; Hematomegali). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu
produksi normal sel hematopietik lainnya dan mengarah ke pengembangan/ pembelahan sel yang
cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan
menurunya immunucompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi. (Long.
Barbara, C, 1993).
Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh
manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen manusia. Begitu juga
sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh tubuh. Stuktur antigen manusia terbentuk oleh
struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak
dipermukaan tubuh. Istilah HL – A (Human Leucocyte Lotus – A) antigen terhadap jaringan telah
ditetapkan (WHO). Sistem HL – A individu ini diturunkan menurut hukum genetika, sehingga
adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan (Ngastiyah,
1997).
Penurunan produksi sel- sel darah merah menyebabkam anemia. Pucat terjadi karena umumnya
diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk
memperbesar pengiriman oksigen ke organ vital neutropenia menyatakan penurunan jumlah
absolut netrofil. Karena peranan netrofil adalah untuk pertahanan hospes, maka akan
mempengaruhi individu terhadap infeksi. Dan kurangnya pemeliharaan pada endhotelial dari
pembuluh – pembuluh darah menyebabkan perdarahan kecil dan petekia pada jaringan kutaneus.
Perlu dicurigai adanya perdarahan besar pada paru- paru, saluran pencernaan dan sistem syaraf
sentral, kemungkinan besar terjadi pada arackhnoid dan kemudian terjadi peningkatan tekanan
intra kranial dan tanda- tanda meningitis seperti ; sakit kepala, lethargi, muntah dan edema pupil.
(Gede Yasmin, 1993).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang paling fatal adalah infeksi yang ditandai dengan demam, menggigil,
radang dan lemah. Sering timbul perdarahan (kulit, gingival atau visera), karena trombositopenia
nafsu makan berkurang, berat badan menurun, keletihan dan pucat (anemia). Karena meningeal
terkena maka timbul sakit kepala, gangguan pengelihatan, mual dan muntah. Terdapat hepato –
splenomegali, nyeri tekan pada abdomen, anoreksia : limfadenopati dan mungkin teraba massa
neoplastik (Jan T, 1999).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang- kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah
tepi merupakan gejala patognomik untuk leukimia.
b. Kimia darah, kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobinemia.
c. Sumsum tulang dari pemeriksaan sumsum akan ditemukan gambaran yang
monoton,yaitu hanya trdiri dari sel limfopoetik, patologis sedangkan sistem lain
terdesak (aplasia skunder).
2. Cairan cerebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukimia
menigeal. Kelinan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun kambuh. Untuk mencegahnya di berikan MTX secara intratecal
secara rutin pada setiap pasien baru atauy pasien yang menunjukan tanda – tanda
tekanan intrakranial meninggi.

Anda mungkin juga menyukai