Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN HASIL

1. Pelaksanaan : a. Hari Jum’at – Sabtu 2017


b. Tanggal : 28 – 29 Juli 2017
b. Tempat : Hotel Horison
2. Penerima Perintah : 1. Novi Kesumaningtyas
2. Khalimatus Sakdiyah
3. Nur Rusmawati
3. Keperluan : Workshop Penyusunan Pola tarif BLUD Puskesmas pada 27 Puskesmas
BLUD Kabupaten Pekalongan
4. HASIL :
Dasar Hukum nya penyusunan pola tariff BLU ini adalah PP no. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan BLU sebagaimana diubah dengan PP NoP. 74 Tahun 2012.
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan
pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sarana pelayanan kesehatan bersedia memberikan jasa
kepada pasien.
Alur Penetapan TARIF-BLU :
1) Pimpinan BLU mengajukan usulan tarif
2) Dinas Kesehatan melakukan Penelaahan usulan tarif, selanjutnya diajukan ke Bupati
3) Bupati c.q. Tim Penilai Usulan Tarif melakukan penilaian usulan tarif (on desk )
4) Bupati menetapkan tarif dengan Perbup
5) Satker BLU melaksanakan PMK Tarif Layanan
6) Satker BLU, Dinas Kesehatan, Bupati melaksanakan revisi Tarif Layanan
7) Satker BLU, Dinas Kesehatan, Bupati melaksanakan reviu Tarif Layanan
Tujuan Penetapan Tarif
1. Sebagai landasan hukum dan transparansi atas pungutan BLU kepada masyarakat dalam rangka
optimalisasi penerimaan negara bukan pajak.
2. Menutup sebagian atau seluruh biaya per unit layanan/hasil per investasi dana atas barang/jasa
yang telah diberikan BLU kepada masyarakat.
3. Meningkatkan pengembangan dan mutu pelayanan BLU kepada masyarakat.
4. Memperluas akses/keterjangkauan pelayanan publik bagi masyarakat

Langkah-langkah penyusunan usulan tarif :


1. Persiapan
2. Identifikasi Kondisi Umum, Serta analisis Potensi dan Permasalahan tariff
3. Penyusunan perhitungan Unit Cost/ Perinvestasi dana
4. Penyusulan Usulan tarif BLU
5. Penyusunan analisa tarif.
Langkah-langkah penyusunan Tarif berbasis unit cost :
1) Pembentukan Tim penyusun
2) Identifikasi Jenis atau produk layanan
3) Identifikasi faktor yg berpengaruh pd produk layanan
4) Survei harga dan perhitungan kebutuhan
5) Penyusunan draft tarif
6) Review bersama Tim Dinas
7) Pengusulan penetapan tarif
8) Pembahasan dan uji publik
9) Penetapan tarif oleh Bupati
Penetapan Tarif
Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam penetapan tarif :
1. Produk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh institusi sangat banyak jenisnya. Dengan demikian
rumus-rumus perhitungan tarif yang dikembangkan untuk proses produksi barang sejenis, tidak begitu
saja bisa dipakai. Masalah pokok adalah berbedanya biaya satuan untuk masing-masing jenis
pelayanan.
2. Institusi pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah institusi yang mempunyai tujuan sosial, disamping
itu juga mempunyai tujuan ekonomi yaitu mencari untung/profit sehingga bisa melakukan subsidi
silang, misalnya di rumah sakit pelayanan kelas VIP dan kelas I memberikan subsidi kepada pasien
kelas III
3. Mempertimbangkan besarnya biaya satuan pelayanan yang dihasilkan.
4. Mempertimbangkan tingkat utilitas pelayanan.
5. Mempertimbangkan kemampuan membayar (ability to pay) dan kemauan membayar (willingness to
pay) . Kalau tarif yang berlaku dibawah ATP dan WTP, ini berarti adanya consumer surplus sehingga
kenaikan tarif masih justified.
6. Mempertimbangkan sejauh mana pemerintah mampu memberikan subsidi kepada masyarakat
7. Mempertimbangkan besarnya surplus penerimaan yang direncanakan (profit)
8. Mempertimbangkan tarif dan mutu pelayanan yang diberikan oleh fasilitas milik pihak lain (pesaing)

Mengetahui
Kepala Puskesmas Tirto II Yang Menjalankan Tugas
. 1. Novi Kesumaningtyas
2. Khalimatus Sakdiyah
3. Nur Rusmawati
Dr. Ratna Susanti
NIP. 19680821 200701 2 009
LAPORAN HASIL

1. Pelaksanaan : a. Hari KAMIS


b. Tanggal : 19 Oktober 2017
b. Tempat : di aula lolong adventure karanganyar Pekalongan
2. Penerima Perintah : Khalimatus Sakdiyah
3. Keperluan : Melaksanakan pertemuan teknis petugas Surveilent
4. HASIL :
Himbauan kepada petugas surveilent untuk Menemukan kasus AFP , karena target AFP rate di
kabupaten pekalongan ada 5, tetapi ditemukan baru 2.
Jika pasien datang dengan lumpuh layuh mendadadak bukan karena ruda paksa seperti
chikungunya, diare yang berat sampai lemas dll maka bisa di suspect AFP pada hari 1 -14.
Maksimal untuk sanpling jangka 2 bulan, bisa dikatakan negative AFP, jika lebih dari 2 bulan virus polio
tidak ditemukan di feses.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Tirto II Yang Menjalankan Tugas

Dr. Ratna Susanti Khalimatus Sakdiyah


NIP. 19680821 200701 2 009 NIP. 19790427 200501 2 010

Anda mungkin juga menyukai