Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
A.Pengertian Konjuntivitis Akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
klamidia, alergi maupun oleh iritasi bahan kimia, penyebab tersering adalah virus dan
bakteri.
2. GAMBARAN KLINIS
2.1. Pasien mengalami rasa seolah ada pasir dimata, dan rasanya gatal
2.2. Mata tampak hiperemia dan berair (epifora) tetapi tajam penglihatan.
2.3. Disertai dengan demam, sakit kepala, nyeri pada daerah mata dan lemah
3. PENATALAKSANAAN
3.1. Sekret mata dibersihkan dahulu, kemudian diberikan obat topikal tergantung
penyebabnya.
Penyebab Gejala Pengobatan
Bakteri Sekret purulen / Kloramfenikol 1% 1-2
mukopuruylen tetes 6 x /hari selama 3
konjungtiva sangat hari atau
hiperemia, tidak gatal, oksitetrasiklin HCI
kelopak mata agak salef 1%
bengkak
Virus Sekret serus, gatal, Salep acyclover 3%
konjungitva hiperemia 5x/hari selama 10 hari
Alergi Sekret terus, sangat Flumatolon tetes mata
gatal, konjungtiva 3x/hari selama 2
hiperemia minggu
F. Diagram alir -
G. Pelayanan BP umum dan KIA
Terkait
MIOPI RINGAN
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
2. GAMBARAN KLINIS
1.1 Hasil Anamnesa (Subjective)
1.1.1 Pasien mengalami keluhan bila melihat jauh pandangan
menjadi kabur.
1.1.2 Mata cepat lelah,pusing dan mengantuk, cenderung
memicingkan mata bila melihat jauh.
1.1.3 Tidak terdapat riwayat kelainan sistemik seperti DM,
Hipertensi serta buta senja.
1.2 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
2.2.1 Pemerikaan Fisik :
Pemeriksaan refraksi subjektif
1. Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
2. Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk
memeriksa mata kanan.
3. Penderita diminta membaca kartu snellen mulai huruf terbesar
( teratas ) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf
terkecil yang masih dapat dibaca.lensa positif terkecil ditambah pada
mata yang diperiksa dan bila bertambah kabur lensa positif tersebut
diganti dengan lensa negative. Kemudian kekuatan lensa negative
ditambah perlahan-lahan dan diminta membaca huruf-huruf pada
baris yang lebih bawah sampai jelas terbaca pada baris ke enam.
4. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
2.2.2 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
1.3 Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis klinis
Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan refraksi
subjektif.
3.Penatalaksanaan,
Koreksi dengan kaca mata lensa steris negatif terlemah yang
menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
4.Kriteria rujukan.
Kelainan refraksi yang progresif, tidak maju dengan koreksi dan
dirujuk ke Rumah Sakit karena tidak adanya alat penunjang
pemeriksaan kesehatan mata yang legkap di Puskesmas.
F. Diagram -
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum,
Terkait
A.PengertianGe Otitis Media adalah radang telinga tengah yang erat kaitannya dengan ispa. Dalam
hal ini fungsi tuba eustachius yang terganggu merupakan faktor penyebab.
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptokokos hemolitikus,
pneumokokus atau hemofilus influenza
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan penyakit Otitis
Media
C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tirto II tentang layanan klinis penyakit Otitis
Media
D. Referensi Buku Panduan Praktek Klinis Bagi dokter Pelayanan Primer
3.2. Rujukan
Rujuk segera ke spesialis THT bila tidak ada perubahan setelah
dilakukan terapi.
F. Diagram -
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum
Terkait
A.Pengertian Common Cold adalah infeksi akut saluran nafas (disingkat secara salah : ISPA)
yang biasanya terjadi secara epidemi, dengan gejala hidung yang lebih menonjol.
F. Diagram
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum
Terkait
FARINGITIS AKUT
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
A.Pengertian Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut atau bagian dari influensa (Rinofaringitis).
F. Diagram -
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum
Terkait
ASMA BRONKIAL
Nomor :
Terbit ke :
SOP No.Revisi :
Tgl.Diberlaku :
Halaman :
A.Pengertian Asma bronkiale terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel dalam waktu
singkat oleh karena mukus kental, spasmen dan endema mukosa serta deskuamasi
epitel brokkus / bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang
berlebihan.
2. GAMBARAN KLINIS
2.1. Sesak napas yang khas disertai suara mengi (wheezing).
2.2. Batuk produktif.
2.3. Dada terasa terikat datang tiba-tiba, terutama oleh suatu faktor pencetus
(trigger).
2.4. Di luar serangan keluhan hilang.
2.5. Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot bantu
pernapasan dan sianosis yang sering disebut dengan status asmatikus dan
dapat berakibat fatal.
2.6. Pada auskultasi terdengar wheezing atau mengi dan ekspirasi memanjang.
2.7. Tarikan otot dada terlihat sangat kuat dan otot pernapasan membesar.
2.8. Udara pernapasan menurun (suara nafas menurun).
3. PENATALAKSANAAN
3.1. Non Medikamentosa
Pengendalian terhadap faktor risiko terjadinya serangan sedapat mungkin
dilakukan dengan cara :
Melindungi dari faktor meteorologi misalnya polusi udara,
perubahan hawa mendadak dan kelembaban udara.
Memperbaiki lingkungan rumah terutama keadaan tempat tidur.
Dianjurkan penderita sebaiknya tidak merokok karena merangsang
bronkus dan mengurangi daya tahan terhadap kuman.
Latihan pernapasan untuk memperbaiki ventilasi pernapasan.
Menghindari dari obat-obatan yang menibulkan serangan misalnya
antihistamin dan antikolinergik dapat mengeringkan sekret bronkus,
trankuilizer dapat menyebabkan depresi pernapasan, dll.
3.2. Medikamentosa
Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1 : 1000 0,2
– 0,3 ml subkutan yang dapat di ulangi beberapa kali dengan interval
10-15 menit. Dosis anak 0,01 mg/kg BB yang dapat di ulang.
Bronchodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100-150 mg pada orang
dewasa dan 10-15 mg/kg BB/hari untuk anak-anak.
Pilihan lain : salbutamol 3 x 2-4 mg untuk dewasa.
Efedrin 3 x 10-15 mg dapat dipakai untuk menambah kasiat teofilin.
Prednisone baru dibutuhkan bila obat-obat di atas tidak menolong,
dan di berikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus.
Namun, pemberiannya tidak boleh terlambat.
Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parental dan
perawatan intensif sehingga harus segera dirujuk dengan tindakan pra
rujukan sebagai berikut :
- Penderita di infus dengan glukosa 5%.
- Aminofilin 5-6 mg/kg BB disuntikan i.v perlahan, bila
penderita belum mendapatkan teofilin oral.
- Prednisone 2 x 10-20 mg sehari untuk beberapa hari, kemudian
diturunkan dosisnya sehingga secepat mungkin dapat
dihentikan.
- Bila belum dicoba dengan adrenalin, maka dapat digunakan
dulu adrenalin.
F. Diagram -
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum
Terkait
A.Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang dsebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberkulois).
TB Paru = TB yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyakit Tuberkulosis
C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tirto II tentang layanan klinis penyakit
Tuberkulosis
D. Referensi 1. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis , Depkes RI, cetakan ke-9,
2005, hal 9-72
2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis , Depkes RI, cetakan ke
tahun 2014
3. Petunjuk Penggunaan OAT-FDC Depkes RI,2004 hal 3-13
E Langkah- 1.Pengertian
langkah/
Prosedur Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang dsebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberkulois).
TB Paru = TB yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
2.Gejala-gejala TB :
2.1.Gejala Umum:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu/ lebih.
2.2.Gejala tambahan dan sering dijumpai:
2.2.1. Dahak bercampur darah.
2.2.2. Batuk darah.
2.2.3. Sesak nafas dan nyeri dada.
2.2.4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
8. Dosis Pengobatan
Dosis pengobatan TB dengan tablet FDC disesuaikan dengan rekomendasi
WHO dan IU ATLD yaitu dengan memperhitungkan berat badan penderita.
8.1. Tabel 1 : dosis untuk kategori : 1 (2HRZE / 4H3R3)
Hasil mendukung TB
Hasil mendukung TB
Hasil rontgen neg.
G. Pelayanan
Terkait
A.Pengertian Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan serkesi
insulin / gangguan kerja dari insulin atau keduanya, sedangkan Diabetes Melitus
tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat
kerusakan sel B - pankreas yang didasari proses autoimun.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyakit Diabetes Mellitus type
I
C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tirto II tentang layanan klinis penyakit
Diabetes Mellitus type I
D. Referensi Judul Buku : Diabetes Melitus tipe 1 ( tugas mata kuliah Biokimia Kedokteran )
oleh : Heriyannis Homenta, dari UNIBRAW, Malang Tahun 2013
E Langkah- 1. DEFINISI
langkah/
Prosedur Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan
berbagai macam etiologi, disertai dengan hiperglikemia kronis akibat
gangguan serkesi insulin / gangguan kerja dari insulin atau keduanya,
sedangkan Diabetes Melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena
berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel B - pankreas yang didasari
proses autoimun.
2. GAMBARAN KLINIS
2.1 Hasil Anamnesis (Subjective)
- Pasien mengalami polidipsi ( sering haus ), polifagia ( sering merasa
lapar ), dan polivia ( sering buang air kecil ) serta berat badan turun.
2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik (Objective)
- Hiperglikemia ( ≥ 200 mg / dl ) kentonemia dan glukosia.
Anak dengan DM tipe 1 sekali menjurus ke dalam ketoasidasis diabetik
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila
tidak diterai dengan baik, oleh karena itu pada dugaan DM tipe 1,
penderita harus segera dirawat inap.
2.3 Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg / dl. Dan 2 jam setelah
makan ≥ 200 mg / dl.
Ketokimia, ketonuria
Glukosuria
Bila hasil meragukan atau asimtomasis, perlu dilakukan uji
toleransi glukosa oral ( oral glucosa tolerance test ).
Kadar C- peptide
Marker imunologis : ICA ( Islet Cell Auto _ antibody ), IAA
( Insulin auto – antibody ), anti GAD ( Glutanic decarboxylase
auto – antibody ).
2.4 Penegakan Diagnosis ( Assesment )
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan hasil
Laboratorium.
3. PENATALAKSANAAN
a. Pada dugaan DM tipe 1 penderita harus segera rawat inap.
b. Insulin
- Dosis total insulin adalah 0,5 – 1 UI /kg BB/hari
c. Diet
d. Pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dll.
4. Kriteria Rujukan
Apabila menemukan pasien dengan DM tipe 1, maka langsung dilakukan
rujukan ke Rumah Sakit.
F. Diagram -
alir
G. Pelayanan Loket Pendaftaran, BP Umum
Terkait
A.Pengertian
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tirto II tentang no:………
D. Referensi
E Langkah-
langkah/
Prosedur
F. Diagram
alir
G. Pelayanan
Terkait