Anda di halaman 1dari 4

16

TRIKIASIS
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman :1/4 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Trikiasis adalah kondisi di mana bulu mata tumbuh mengarah ke


dalam, yaitu ke arah permukaan bola mata, sehingga dapat
menggores kornea atau konjungtiva dan menyebabkan berbagai
komplikasi, seperti nyeri, erosi, infeksi, dan ulkus kornea. Data
mengenai tingkat prevalensi penyakit ini di Indonesia tidak ada. Dokter
di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memiliki
kompetensi menangani kasus trikiasis karena pasien-pasien yang
mengalami tanda maupun komplikasi dari trikiasis sangat mungkin
mencari pertolongan di layanan tingkat pertama terlebih dahulu.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan trikiasis
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Keluhan pasien dapat bermacam-macam, misalnya: mata
berair, rasa mengganjal, silau bila terpapar cahaya, atau
kelilipan. Penglihatan dapat terganggu bila sudah timbul ulkus
pada kornea.
2. Keluhan dapat dialami pada satu atau kedua mata.
3. Bila telah terjadi inflamasi, dapat timbul keluhan mata merah.
4. Terdapat riwayat penyakit yang berkaitan dengan faktor
predisposisi, misalnya: blefaritis, trakoma, trauma mekanik atau
kimiawi, herpes zoster oftalmik, dan berbagai kelainan yang
menyebabkan timbulnya sikatriks dan entropion.
5. Keluhan dapat dialami oleh pasien dari semua kelompok usia.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


1. Beberapa atau seluruh bulu mata berkontak dengan permukaan
bola mata.
2. Dapat ditemukan entropion, yaitu terlipatnya margo palpebra ke
arah dalam.
3. Bila terdapat inflamasi atau infeksi, dapat ditemukan injeksi
konjungtival atau silier.
4. Kelainan pada kornea, misalnya: abrasi, ulkus, nebula / makula /
leukoma kornea.
5. Bila telah merusak kornea, dapat menyebabkan penurunan
visus.
6. Bila terdapat ulkus pada kornea, uji fluoresein akan memberi
hasil positif.
7. Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua mata, terlepas dari
ada tidaknya keluhan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis trikiasis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik sebagaimana disebutkan sebelumnya. Tes fluoresens dapat
menunjukkan erosi atau ulkus kornea.

Diagnosis banding: Penyebab inflamasi lain pada mata

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Epilasi, yaitu pencabutan bulu mata dengan pinset. Hal ini
bertujuan mengurangi gejala dan mencegah komplikasi pada
bola mata. Namun, bulu mata akan tumbuh kembali dalam
waktu 4 – 6 minggu, sehingga epilasi perlu diulang kembali.
2. Medikamentosa
Pengobatan topikal diberikan sesuai indikasi, misalnya: salep
atau tetes mata antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Konseling dan Edukasi


1. Pasien perlu diinformasikan untuk menjaga kebersihan matanya
dan menghindari trauma pada mata yang dapat memperparah
gejala.
2. Dokter perlu menjelaskan beberapa alternatif pilihan terapi,
mulai dari epilasi dan pengobatan topikal yang dapat dilakukan
oleh dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
hingga operasi yang dilakukan oleh spesialis mata di layanan
sekunder. Terapi yang akan dijalani sesuai dengan pilihan
pasien.

Kriteria Rujukan
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan
rujukan ke layanan sekunder
2. Bila telah terjadi penurunan visus
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan
sekunder

Peralatan
1. Lampu senter
2. Snellen Chart
3. Pinset untuk epilasi
4. Lup
5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9%
untuk ter fluoresein
6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)

Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Dubia
Ad sanationam : Malam
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

Anda mungkin juga menyukai