KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Mata kering adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan
konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya produksi komponen air mata
(musin, akueous, dan lipid). Mata kering merupakan salah satu gangguan
yang sering pada mata, persentase insiden sekitar 10-30% dari populasi,
terutama pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi
pada wanita
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit mata kering yang
meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan Diagnosis.
d. Rencana penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
5. Langkah-Langkah Hasil Anamnesis (Subjective): keluhan mata terasa gatal, seperti berpasir.
Keluhan dapat disertai sensasi terbakar, merah, dan perih
. Faktor Risiko
a. Usia, makin lanjut usia semakin tinggi angka kejadiannya.
b. Penggunaan komputer dalam waktu lama
c. Penyakit sistemik, seperti: sindrom Sjogren, sklerosis sistemik progresif,
sarkoidosis, leukimia, limfoma, amiloidosis, hemokromatosis.
d. Penggunaan lensa kontak. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
a. Visus normal.
b. Terdapat foamy tears pada konjungtiva forniks.
c. Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer menunjukkan hasil 20
mm)
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
Komplikasi:
a. Keratitis
b. Penipisan kornea
c. Infeksi sekunder oleh bakteri
d. Neovaskularisasi kornea
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif :
Penatalaksanaan Pemberian air mata buatan (karboksimetilselulosa tetes
mata)
Konseling dan Edukasi Keluarga dan pasien harus mengerti bahwa mata
kering adalah keadaan menahun dan pemulihan total sukar terjadi, kecuali
pada kasus ringan, saat perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva
masih reversibel.
Kriteria rujukan Dilakukan rujukan ke spesialis mata .
6. Bagan Alir
7. Unit Terkait Pendaftaran
Dokter umum
kasir
apotik
Rekam Medis
Dokter spesialis mata
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
BUTA SENJA Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Buta senja/ rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia adalah
ketidakmampuan untuk melihat dengan baik pada malam hari atau pada
keadaan gelap. Kondisi ini lebih merupakan gejala dari kelainan yang
mendasari. Hal ini terjadi karena kelainan sel batang retina untuk
penglihatan gelap.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit buta senja yang
meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaaan Fisik dan Pemeriksaan penunjang sederhana
c. Penegakan Diagnosi
d. Rencana penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
HORDEOLUM Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
OTITIS EKSTERNA Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1.Pengertian Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada
daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk
dan kering.
2.Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Otitis media yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
c. Penegakan Diagnosis.
d. Rencana penatalkasanaan.
3.Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
7.Unit Terkait
Pendaftaran
Dokter Umum
Kasir
Apotik
Rekam mediks
Dokter Spesialis THT
8.Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
INFEKSI PADA UMBILIKUS Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Infeksi pada umbilicus adalah Infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di
sekitar perlu dikenali secara dini dalam rangka mencegah sepsis.
2. Tujuan Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit infeksi pada umbilicus yang
meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan Diagnosis.
d. Rencana penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
KANDIDIASIS MULUT Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Kandidiasis mulut ini menyerang kulit, mukosa maupun organ dalam,
sedangkan pada bayi dapat terinfeksi melalui vagina saat dilahirkan, atau
karena dot yang tidak steril
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit kandidiasis mulut
yang meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
c. Penegakan diagnosi.
d. Rencana Penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
5. Langkah-Langkah Anamnesis
Keluhan: Rasa gatal dan perih di mukosa mulut, rasa metal, dan daya
kecap penderita yang berkurang.
Faktor Risiko : imunodefisiensi
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
Pemeriksaan Fisik:
a. Bercak merah, dengan maserasi di daerah sekitar mulut, di lipatan
(intertriginosa) disertai bercak merah yang terpisah di sekitarnya
(satelit).
b. b. Guam atau oral thrush yang diselaputi pseudomembran pada
mukosa mulut
Pemeriksaan Penunjang Sel ragi dapat dilihat di bawah mikroskop dalam
pelarut KOH 10% atau pewarnaan Gram
. Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Diagnosis
Banding Peradangan mukosa mulut yang disebabkan karena bakteri atau
virus.
Komplikasi Diare karena kandidiasis saluran cerna. Rencana
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan:”
a. Memperbaiki status gizi dan menjaga kebersihan oral
b. Kontrol penyakit predisposisinya
c. Gentian violet 1% (dibuat segar/baru) atau larutan nistatin 100.000 –
200.000 IU/ml yang dioleskan 2 – 3 kali sehari selama 3 hari
Rencana Tindak Lanjut:
a. Dilakukan skrining pada keluarga dan perbaikan lingkungan keluarga
untuk menjaga tetap bersih dan kering.
b. Pasien kontrol kembali apabila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
dengan obat anti jamur. Kriteria Rujukan: Bila kandidiasis merupakan
akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV.
Sarana Prasarana:
a. Larutan KOH
b. Mikroskop
Prognosis: Sarana Prasarana a. Larutan KOH b. Mikroskop Prognosis
Prognosis pada pasien dengan imunokompeten umumnya bonam
Prognosis pada pasien dengan imunokompeten umumnya bonam
6. Bagan Alir
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
REFLUKS GASTROESOFAGUS Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
INTOLERANSI MAKANAN Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Intoleransi makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akbibat reaksi tubuh
terhadap makanan tertentu. Intoleransi bukan merupakan alergi makanan.
Hal ini terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna
makanan tertentu. Intoleransi terhadap laktosa gula susu, atau yang
umum digunakan, terhadap agen penyedap monosodium glutamat (MSG),
atau terhadap antihistamin ditemukan di keju lama, anggur, bir, dan
daging olahan. Gejala intoleransi makanan kadang-kadang mirip dengan
gejala yang ditemukan pada alergi makanan.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Intoleransi
makanan yang meliputi:
a. Anamnesism
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
c. Penegakan Diagnosis.
d. Rencana Penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
PAROTITIS Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Parotitis adalah peradangan yang terjadi pada kelenjar saliva atau yang
lebih dikenal dengan kelenjar parotis.Kematian akibat penyakit parotitis
sangat jarang ditemukan.Parotitispaling seringmerupakan bentuk
komplikasidari penyakit yang mendasarinya. Parotitis
SindromSjögrenmemiliki rasiolaki-perempuan 1:9. Parotitis dapat berulang
saat masa kecillebih sering terjadipada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Parotitisviral(gondongan) paling sering terjadipada anak-anak
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Parotitis yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
c. Pemeriksaan diagnosis
d. Rencana penatalaksanaan.
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan dan Penanggung Jawab Klinik Pratama Melania
Bruderan Bogor Nomor…..
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
BLEFARITIS Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra) dapat
disertai terbentuknya ulkus/ tukak pada tepi kelopak mata, serta dapat
melibatkan folikel rambut.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Blefaritis yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
6. Bagan Alir
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
6. Bagan Alir
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
ASTIGMATISMA Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Astigmatisma adalah keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan secara
seimbang pada seluruh meridian.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Astigmatisma yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
HIPERMETROPIA Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Miopia ringan adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke
mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan
membentuk bayangan di depan retina. Dapat dikoreksi dengan lensa sferis
negative S – 0.25 sampai S – 3.00 D
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit MIopia ringan yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan usia dimana
penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat. Presbiopia
merupakan proses degeneratif mata yang pada umumnya dimulai sekitar
usia 40 tahun Kelainan ini terjadi karena lensa mata mengalami kehilangan
elastisitas dan Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
usia dimana penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat.
Presbiopia merupakan proses degeneratif mata yang pada umumnya
dimulai sekitar usia 40 tahun. - 167 - Kelainan ini terjadi karena lensa mata
mengalami kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk berubah bentuk.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Presbiopia yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa: a. Vertigo vestibular adalah rasa
berputar yang timbul pada gangguan vestibular. b. Vertigo non vestibular
adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan
sistem proprioseptif atau sistem visual Berdasarkan letak lesinya dikenal 2
jenis vertigo vestibular, yaitu: a. Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi
di labirin dan nervus vestibularis b. Vertigo vestibular sentral. Timbul pada
lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks
serebri. Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya,
antara lain: akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam,
obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain.
Secara spesifik, penyebab vertigo, adalah: a. Vertigo vestibular Vertigo
perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV),
Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis,
obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular compression,
fistel perilimfe. Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor,
epilepsi, demielinisasi, degenerasi. b. Vertigo non vestibular Disebabkan
oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop,
hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik.
BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik
serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar
kepala. BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam
kehidupan seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi
akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia
sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan
dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Vertigo yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
MIGREN Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer
dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh
mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Serangan
seringkali berulang dan cenderung tidak akan bertambah parah setelah
bertahun-tahun. Migren bila tidak diterapi akan berlangsung antara 4-72
jam dan yang klasik terdiri atas 4 fase yaitu fase prodromal (kurang lebih
25 % kasus), fase aura (kurang lebih 15% kasus), fase nyeri kepala dan fase
postdromal. Pada wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria
dengan skala 2:1. Wanita hamil tidak luput dari serangan migren, pada
umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester I. Sampai saat ini
belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan avikasi
sistem trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala
primer.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Migren yang
meliputi:
e. Anamnesis.
f. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
g. Penegakan diagnosis.
h. Rerncana penatalaksanaan.
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Bell”s Palsy yang
meliputi:
i. Anamnesis.
j. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
k. Penegakan diagnosis.
l. Rerncana penatalaksanaan.
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
OTITIS MEDIA AKUT Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang
terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Prevalensi kejadian OMA
banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan pada orang
dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak makin sering
menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pulakemungkinan
terjadinya OMA disamping oleh karena sistem imunitas anak yang belum
berkembang secara sempurna. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah
oleh karena tuba eustachius pendek, lebar, dan letak agak horizontal.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Otitis Media Akut
yang meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
5. Langkah-Langkah Keluhan Pasien datang dengan keluhan yang bergantung pada stadium
OMA yang terjadi. Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga dan demam serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga
gelisah, sulit tidur, tibatiba menjerit waktu tidur, bila demam tinggi sering
diikuti diare dan kejangkejang. Kadang-kadang anak memegang telinga
yang sakit. Pada stadium supurasi pasien tampak sangat sakit, dan demam,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Bila terjadi ruptur membran
timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak
tertidur tenang. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
Faktor Risiko a. Bayi dan anak b. Infeksi saluran napas berulang c. Bayi
yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik a. Dapat
ditemukan demam b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat
membran timpani: 1. Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat
gambaran retraksi membran timpani, warna membran timpani suram
dengan reflex cahaya tidak terlihat. 2. Pada stadium hiperemis membran
timpani tampak hiperemis serta edema. 3. Pada stadium supurasi
membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan.
4. Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. 5. Pada stadium
resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali.Bila telah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan mengering. c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak
yang lebih besar dapat ditemukan tuli konduktif - 178 - Pemeriksaan
Penunjang : - Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Otitis Media
Akut: a. Stadium oklusi tuba Eustachius Adanya gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga
tengah, karena adanya absorpsi udara. Membran timpani terlihat suram
dengan refleks cahaya menghilang. Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa
yang disebabkan oleh virus atau alergi. b. Stadium Hiperemis Tampak
pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran timpani
tampak hiperemis serta edema. Sekret yang terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat. c. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani
yang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga
luar. Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium
ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke
liang telinga luar. Dan bila ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi)
kadang tidak menutup kembali terutama pada anak usia lebih dari 12
tahun atau dewasa. d. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti
terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,
maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke liang telinga luar. e. Stadium Resolusi Diagnosis
Banding a. Otitis media serosa akut b. Otitis eksterna Komplikasi a. Otitis
Media Supuratif Kronik b. Abses sub-periosteal c. Mastoiditis akut - 179 -
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan a. Asupan
gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh b. Pemberian
farmakoterapi dengani: 1. Topikal • Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Obat tetes hidung
HCl efedrin 0,5% (atau oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan
fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% (atau
oksimetazolin 0,05%) dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur
lebih dari 12 tahun atau dewasa. • Pada stadium perforasi, diberikan obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang
tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu. 2. Oral
sistemik • Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi. •
Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak. • Antibiotik yang
diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah penisilin atau
eritromisin, selama 10-14 hari: a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;
Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau b) Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari;
Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau c) Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;
Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari d) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. • Pada stadium
supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan pemberian antibiotik.
Antibiotik yang diberikan: a) Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari. Pada
bayi/anak 50mg/kgBB/hari; atau b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama
dengan dosis amoxyciline;atau c) Cotrimoxazole: (kombinasi
trimethroprim 80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa
2x2 tablet, anak (trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg)
suspensi 2x5 ml. d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi
amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari. Pada bayi/anak,
dosis disesuaikan dengan BB dan usia. - 180 - c. Miringotomi (kasus
rujukan) Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,
labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi
third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi
antibiotik pada satu episode OMA. Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Kultur
bakteri pada kasus OMA berulang dan dilakukan di layanan sekunder.
Rencana Tindak Lanjut Dilakukan pemeriksaan membran tympani selama
2-4 minggu sampai terjadi resolusi membran tymphani (menutup kembali)
jika terjadi perforasi. Konseling dan Edukasi a. Memberitahu keluarga
bahwa pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat kembali
normal. b. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas
atas (ISPA) pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA denganpengobatan
adekuat. c. Memberitahu keluarga untuk menganjurkan pemberian ASI
minimal enam bulan sampai dengan 2 tahun. d. Menghindarkan pajanan
terhadap lingkungan merokok dan lain-lain. Kriteria Rujukan a. Jika indikasi
miringotomi. b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah 3
bulan. Sarana Prasarana a. Lampu kepala b. Spekulum telinga c. Aplikator
kapas d. Otoskop Prognosis Prognosis quo ad fungsionam dan sanationam
adalah dubia ad bonam jika pengobatan adekuat. Bila daya tahan tubuh
baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap
dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di
kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
6. Bagan Alir
7. Unit Terkait
Pendaftaran
Dokter umum
Kasir
Apotik
Rekam medis
Dokter spesialis THT
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
SERUMEN PROP
Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa
liang telinga. Bila serumen ini berlebihan maka dapat membentuk
gumpalan yang menumpuk di liang telinga, dikenal dengan serumen prop.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Serumen Prop yang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
7. Unit Terkait
Pendaftaran
Dokter Umum
Kasir
Apotik
Rekam Medik
Dokter spesialis THT
8. Rekaman Histori
Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi perubahan
diberlakukan
INSOMNIA Ditetapkan Oleh
No. Dokumen Kepala Klinik Pratama
Melania Bruderan
No. Revisi
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Insomnia adalah gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berupa kesulitan
berulang untuk mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal,
atau kualitas tidur yang buruk. Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur
adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik mental (psikiatrik)
atau fisik. Secara umum lebih baik membuat diagnosis gangguan tidur
yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang relevan untu
menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan atau patofisiologinya.
2. Tujuan
Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Serumen Propyang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
5. Langkah-Langkah Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Sulit masuk tidur, sering terbangun
di malam hari atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas
tidur yang buruk.
Faktor Risiko:
a. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin, penyakit
jantung).
b. Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik, gangguan
depresi, gangguan cemas, dan gangguan akibat zat psikoaktif.
Faktor Predisposisi:
a. Sering bekerja di malam hari
b. Jam kerja tidak stabil.
c. Penggunaan alkohol, cafein atau zat adiktif yang berlebihan.
d. Efek samping obat.
e. Kerusakan otak, seperti: encephalitis, stroke, penyakit Alzheimer
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik Pada status generalis, pasien tampak lelah
dan mata cekung. Bila terdapat gangguan organik, ditemukan kelainan
pada organ.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan spesifik tidak diperlukan.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis.
Pedoman Diagnosis
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau
kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama minimal satu
bulan.
c. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
Diagnosis Banding
a. Gangguan psikiatri
b. Gangguan medik umum.
c. Gangguan neurologis.
d. Gangguan lingkungan
. e. Gangguan ritme sirkadian.
Komplikasi Dapat terjadi penyalahgunaan zat. –
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan:
a. Pasien diberikan penjelasan tentang faktor-faktor risiko yang dimilikinya
dan pentingnya untuk memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi
masalah yang menyebabkan terjadinya insomnia.
b. Untuk obat-obatan, pasien dapat diberikan Lorazepam 0,5 – 2 mg atau
Diazepam 2 - 5 mg pada malam hari. Pada orang yang berusia lanjut atau
mengalami gangguan medik umum diberikan dosis minimal efektif.
Konseling dan Edukasi Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
agar mereka dapat memahami tentang insomnia dan dapat menghindari
pemicu terjadinya insomnia.
Kriteria Rujukan Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan
perbaikan, atau apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2
minggu, pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis kedokteran jiwa.
Sarana Prasarana Tidak ada sarana prasarana khusus
Prognosis Prognosis pada umumnya bonam
6. Bagan Alir
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap makanan yang
dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik didalam suatu sistem imun dan
diekspresikan dalam berbagai gejala yang muncul dalam hitungan menit
setelah makanan masuk; namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam
kemudian.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Serumen Propyang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.
KLINIK PRATAMA
SOP Tgl. Terbit
1. Pengertian Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala
tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan
sering dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stres. Sebagian
besar tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan kurang
percaya diri, selalu ragu akan kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi
gentar dan tegang. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan jiwa dan
penurunan tenaga. Pada saat itulah terjadi gangguan dan ketidakpuasan
yang membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala,leher, bahu, serta
vaskularisasi kepala sehingga timbul nyeri kepala. Nyeri kepala ini lebih
sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 3:1. TTH dapat mengenai semua usia, namun sebagian besar
pasien adalah dewasa muda yang berusiasekitar antara 20-40 tahun.
2. Tujuan Supaya dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit Serumen Propyang
meliputi:
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.
c. Penegakan diagnosis.
d. Rerncana penatalaksanaan.