OLEH:
EVAYANTI MEILIANA SAGALA
NIM 177014002
123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
OLEH:
EVAYANTI MEILIANA SAGALA
NIM 177014002
124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA DARI KOMBINASI
HASIL HIDROLIS MINYAK KELAPA MURNI DAN
FUCOIDAN SECARA IN VITRO
TESIS
OLEH:
EVAYANTI MEILIANA SAGALA
NIM 177014002
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN TESIS
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Komisi Penguji Tesis pada hari
Jumat tanggal Dua Puluh Enam bulan Juli tahun Dua Ribu Sembilan Belas.
Menyetujui:
Komisi Penguji Tesis
127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih, penyertaan,
kemurahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“Aktivitas Penyembuhan Luka dari Kombinasi Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
Murni dan Fucoidan Secara In Vitro”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Penelitian sebelumnya telah membuktikan aktivitas penyembuhan luka
yang lebih baik dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni. Atas dasar itulah maka
dilakukan penelitian ini dilakukan, dengan melakukan kombinasi dengan
Fucoidan, dengan pengujian secara in vitro. Penelitian ini diharapkan memperoleh
data awal untuk kemudian dikembangkan dalam publikasi ilmiah.
Penulis meyakini pembuatan Tesis ini tidak akan selesai tanpa dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Masfria, M. S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. selaku Kepala Program Pendidikan Magister
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. selaku Pembimbing Pertama atas
bimbingan, arahan dan banyaknya waktu dan kesempatan yang telah
diluangkan untuk diskusi. Terima kasih banyak atas nasehat dan pandangan
tentang kehidupan yang telah diberikan. Semoga Bapak senantiasa diberi
kesehatan, panjang umur dan limpahan berkat dari Tuhan.
5. Yuandani, S.Farm, M.Si., Apt. selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian Tesis ini.
6. Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. selaku Penguji Pertama dan Dr. Edi
Suwarso, SU, Apt. selaku Penguji Kedua, atas waktu, ilmu, saran serta
kritikan membangun yang telah diberikan dalam proses penyelesaian tesis
ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas ilmu,
bimbingan, dan motivasi yang telah diberikan
8. Ibu Rumbiwati dan Mba Juju selaku laboran di Laboratorium Parasitologi
FK UGM dan Bang Denny selaku laboran di Laboratorium Biologi USU
yang telah dengan sabar menyediakan waktu, mendampingi, mengajari
penulis dan teman-teman selama penelitian.
9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
atas bantuan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir, khususnya Kepala Dinas Kesehatan
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
Program Tugas Belajar.
11. Kepala Badan Pemberdayaan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia
(BPPSDM) Kementerian Kesehatan yang telah memberikan dana sehingga
penulis dapat mengikuti perkuliahan di Program Magister ini.
12. Orang tua yang penulis hormati dan sayangi Alm. Wadin Sagala & Rukia
Situmorang serta Kasmin Silalahi & Nursita Simbolon, atas segala doa dan
dukungan yang tidak pernah putus.
13. Suami tercinta Novenri Lundu Silalahi, atas segala cinta, pengertian, doa
dan dukungan yang luar biasa. Terima kasih untuk memberikan penulis
kesempatan yang sangat berharga ini. Terima kasih banyak.
14. Anak-Anak tersayang Leonel Gior Anugrah Silalahi, Deandra Cresentiano
Silalahi dan Kayla Viyonata Silalahi. Untuk pengertian, pengorbanan, kasih
sayang, pelukan dan ciuman yang memberikan penulis kekuatan terutama
melewati masa-masa sulit. Semoga kalian tumbuh menjadi anak-anak yang
bahagia.
15. Keluarga besar penulis yang tercinta baik keluarga besar Silalahi maupun
keluarga besar Sagala atas doa dan dukungan moral yang telah diberikan
kepada penulis.
16. Rekan penelitian dan seperbimbingan Tesis Bang Hekdin Sipayung, S.Si,
M.Si, Apt yang sudah saling membantu, mendukung, dan menjadi teman
berbagi suka duka selama kuliah dan sepanjang penulisan tesis ini.
17. Teman-teman angkatan 2017 di Program Magister USU yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, atas makna kebersamaan dan berbagi ilmu bersama.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhir kata, penulis berharap semoga Tesis
ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA DARI KOMBINASI HASIL
HIDROLISIS MINYAK KELAPA MURNI DAN FUCOIDAN SECARA
IN VITRO
ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian sebelumnya telah membuktikan potensi angiogenesis
dan penyembuhan luka dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni (HVCO) baik
secara in vivo maupun secara in vitro. Luka yang diberi minyak kelapa murni
(VCO) mengalami peningkatan kolagen, proliferasi fibroblas, dan
neovaskularisasi. Dengan demikian, VCO telah terbukti mendukung
penyembuhan luka pada kulit manusia. Fucoidan diketahui memiliki aktivitas
penyembuhan luka karena dapat meningkatkan proliferasi sel dengan memodulasi
faktor pertumbuhan transformasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian aktivitas
penyembuhan luka dari hasil HVCO dikombinasi dengan fucoidan pada kultur
sel NIH 3T3 secara in vitro.
Metode: Hidrolisis VCO dilakukan secara enzimatis dengan menggunakan enzim
Rhizomucor miehei yang spesifik terhadap posisi sn-1 dan sn-3. Pengujian
aktivitas proliferasi sel NIH 3T3 dilakukan dengan metode MTT, pengujian
aktivitas migrasi sel dilakukan dengan metode stratch migration assay, sedangkan
pengujian ekspresi protein yang mengatur proses angiogenesis (COX-2 dan
VEGF) menggunakan metode Imunositokimia.
Hasil : Pengujian aktivitas proliferasi menunjukkan bahwa konsentrasi yang
terbaik adalah pada konsentrasi 31,25 mcg/ml untuk semua bahan uji. Pengujian
kombinasi terbaik dilakukan dengan metode uji migrasi, menunjukkan hasil
bahwa kombinasi HVCO dan fucoidan terbaik adalah pada kombinasi konsentrasi
50:50 dari konsentrasi optimum. Sedangkan dari pengujian ekspresi protein
diperoleh hasil bahwa ekspresi protein COX-2 dan VEGF pada kombinasi lebih
tinggi daripada HVCO tunggal maupun fucoidan tunggal.
Kesimpulan : Kombinasi dari HVCO dan fucoidan memiliki aktivitas
penyembuhan luka yang lebih baik dari pada minyak kelapa murni tunggal
maupun fucoidan tunggal dalam pengujian secara in vitro.
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
WOUND HEALING ACTIVITY FROM THE COMBINATION
OF HYDROLYZED VIRGIN COCONUT OIL AND FUCOIDAN
USING IN-VITRO ASSAY
ABSTRACT
Background : Previous research has proven the potential of angiogenesis and
wound healing from hydrolyzed virgin coconut oil (HVCO). Virgin coconut oil
(VCO) in wounds have increased collagen, fibroblast proliferation, and
neovascularization. Thus, VCO has been shown to support wound healing in
human skin. Fucoidan is known to have wound healing activities because it can
increase cell proliferation by modulating transformation growth factors.
Objective: The aim of this study was to investigate the wound healing activity
of HVCO and fucoidan combination, in the NIH 3T3 cell line using in vitro
assay.
Methods: Hydrolysis of VCO was carried out enzymatically using the enzyme
Rhizomucor miehei which is specific to the sn-1 and sn-3 positions. Proliferation
activity of NIH 3T3 cells were assessed using the MTT method, migration
activity was assessed using sctrach wound healing assays and expression of
COX-2 and VEGF protein were determined using immunocytochemistry (ICC).
Results: The results from the proliferative activity assay show that the effective
concentrations for all sampels were 31.25 µg /ml. NIH 3T3 cells migration
activity assay showed that the best combination of the HVCO and fucoidan was
50:50. From COX-2 and VEGF protein expression test results, the combination
of HVCO and fucoidan has a higher percentage of expression than HVCO or
fucoidan alone.
Conclusion: The results reveal that the combination of HVCO and fucoidan has
better wound healing activity than HVCO or fucoidan alone in in vitro assay.
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL I ...................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL II .................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN TESIS .............................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS.............................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 6
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 48
3.1 Jenis penelitian .................................................................................. 48
3.2 Alat-Alat ............... ............................................................................ 48
3.3 Bahan-bahan ............... ...................................................................... 49
3.4 Sel uji ............... ................................................................................ 49
3.5 Prosedur penelitian ............................................................................ 49
3.5.1 Sterilisasi alat-alat.............................................................................. 49
3.5.2 Pembuatan Pereaksi ........................................................................... 50
3.5.3 Hidrolisis enzimatis minyak kelapa murni ........................................ 50
3.5.4 Penentuan Bilangan Asam ................................................................. 51
3.5.5 Pembuatan media ............................................................................... 52
3.5.6 Penumbuhan Sel NIH 3T3 ................................................................. 53
3.5.7 Pembuatan larutan uji ........................................................................ 56
3.5.8 Pembuatan larutan uji Kombinasi...................................................... 56
3.5.9 Pengujian Aktivitas Proliferasi Sel NIH 3T3 Menggunakan
Metode MTT (Microculture Tetrazolium Tehnique) ....................... 57
3.5.10 Pengujian Migrasi Sel NIH 3T3 Menggunakan
Scratch Wound Healing Assay ................................................... 58
3.5.11 Pengujian Ekspresi Protein COX-2 dan VEGF Menggunakan
Metode Immunositokimia (ICC) ....................................................... 59
3.6 Analisis Data................................................................................. 60
3.7 Jadwal Penelitian............................................................................. 60
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit manusia adalah organ terbesar di tubuh yang menutupi lapisan luar,
dan terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Luka dapat didefinisikan sebagai kejadian rusaknya jaringan hidup atau robeknya
keutuhan epitel lapisan atas kulit.. Menurut WHS (wound healing society), luka
mengakibatkan terjadinya gangguan baik dalam anatomi kulit, fisiologi dan juga
melibatkan banyak sel yang terdiri dari empat fase yaitu fase hemostasis,
Singh, et al., 2017; Guo and DiPietro, 2010; Obolensky, et al., 2017).
fungsional kulit dan mencegah terjadinya infeksi . Povidone Iodine adalah larutan
aseptik spektrum luas yang banyak digunakan dalam dekade terakhir ini untuk
proses penyembuhan luka, akan tetapi povidone iodine mengandung zat yang
bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi sehingga terbentuk jaringan parut.
hemolitik. Banyak tantangan dalam hal perawatan luka yaitu resistensi terhadap
obat sintetik yang dapat menyebabkan iritasi, sehingga banyak ahli yang
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat menggunakan bahan alternatif dari alam sebagai pengganti. Minyak
kelapa murni (Virgin Coconut Oil= VCO) juga digunakan sebagai alternatif
menghasilkan efek penyembuhan luka yang lebih cepat (Tsiouris, et al., 2017;
Ghavouri, et al., 2016; Balzer, et al., 2015; Nevin and Rajamohan, 2009).
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil =VCO) merupakan salah satu
produk hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera). Minyak kelapa murni
mengandung senyawa aktif seperti antioksidan, asam amino, asam lemak esensial,
dan senyawa fenol. VCO adalah minyak yang jenuh dengan asam lemak rantai
sedang (MCFA= Medium Chain Fatty Acid) seperti asam kaprat (7%), asam laurat
(49%), asam miristat (18%), asam palmitat (9%), asam stearat (2%), dan minyak
tidak jenuh dalam jumlah kecil seperti asam oleat (6%), dan asam linoleat (2%).
Asam laurat memiliki aktivitas anti bakteri. VCO merupakan minyak alami yang
kaya akan vitamin dan anti oksidan dan memiliki aktivitas anti bakteri dan anti
virus. Potensi anti bakteri dan anti virus dari VCO ini telah dibuktikan oleh
banyak penelitian sebelumnya (Silalahi, et al., 2016; Nguyen, et al., 2017; Loung,
et al., 2014; Silalahi, et al., 2014; Soliman, et al., 2018; Margata, et al., 2019).
penyembuhan luka dari minyak kelapa murni yang di fermentasi, baik secara in
vivo maupun secara in vitro. Luka yang diberi VCO mengalami peningkatan
ini, diharapkan bekas luka pada kulit tidak begitu terlihat. Dengan demikian,
VCO telah terbukti mendukung penyembuhan luka pada kulit manusia (Ibrahim,
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hidrolisis minyak kelapa secara enzimatis dengan menggunakan enzim
lipase yang spesifik terhadap posisi sn-1 dan sn-3 pada molekul lemak akan
yang mempunyai sifat anti bakteri. Pada penelitian ini ditemukan bahwa sifat anti
bakteri dari VCO hidrolisis lebih baik dari VCO biasa (Nevin and Rajamohan,
ditemukan pada matriks dinding sel berbagai spesies rumput laut coklat . Selama
virus dan anti bakteri. Fucoidan kemungkinan berinteraksi dengan berbagai faktor
dilakukan oleh Murakami, et al. (2010), dilakukan uji efek penyembuhan luka
dari gabungan hidrogel dari kitosan, fucoidan dan alginat sebagai pembalut luka.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kombinasi dari ketiga biopolimer ini
menghasilkan efek penyembuhan luka yang lebih baik. Fucoidan berperan dalam
absorbsi, stabilisasi dan aktivasi ikatan heparin-sitokin dalam eksudat yang akan
penelitian tentang aktivitas penyembuhan luka dari fucoidan secara in vivo. Dari
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyembuhan luka insisi pada tikus yang ditandai dengan penyempitan luas area
luka dan peningkatan ekspresi TGF- β1, VEGFR dan MMP 9 (Murakami, et al.,
bagi pasien dan dokter, dengan efek samping jaringan parut menjadi perhatian.
Tantangan utama yang dihadapi para peneliti saat ini adalah bagaimana
meningkatkan hasil estetika dan fungsional untuk pasien dengan luka dan bekas
Metode penelitian untuk uji efek penyembuhan luka bisa dilakukan dengan
in vitro maupun in vivo. Uji secara in vitro dilakukan dengan melihat aktivitas
migrasi sel, aktivitas proliferasi sel dan ekspresi dari protein. Migrasi sel
selular. Pengujian migrasi sel untuk penyembuhan luka dilakukan dengan metode
untuk mengetahui efek suatu senyawa dengan konsentrasi yang berbeda terhadap
Pengujian aktivitas proliferasi sel dilakukan untuk melihat jumlah sel hidup
dengan metode tertentu. Semakin banyak jumlah dan persentasi sel hidup, maka
diharapkan penyembuhan luka akan semakin cepat. Analisis ekpresi protein yang
semakin cepat.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji aktivitas penyembuhan luka dari VCO secara in vivo dan in vitro
hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan fucoidan belum pernah dilakukan baik
secara in vivo maupun secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat
dikombinasi dengan fucoidan pada kultur sel NIH3T3 secara in vitro pada luka
terbuka yakni luka goresan. Pengujian aktivitas proliferasi sel dilakukan dengan
Imunositokimia.
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Kombinasi hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan fucoidan memiliki
dan fucoidan memiliki aktivitas yang lebih baik dalam penyembuhan luka
pengaruh kombinasi hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan fucoidan terhadap
kombinasi hasil hidrolisis minyak kelapa murni dengan fucoidan terhadap sel
Secara diagramatis kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
1.1.
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Hidrolisis VCO
HVCO
Konsentrasi
terbaik:
Kombinasi
HVCO dan
Fucoidan (50:50; Sel NIH Aktivitas Persentase
75:25; 25:75;), 3T3 Migrasi Sel migrasi Sel
HVCO tunggal, NIH 3T3 NIH 3T3
fucoidan
tunggal, kontrol
positif
Kombinasi
terbaik HVCO Jumlah
dan Ekspresi protein ekspresi
Fucoidan, Sel NIH COX-2 dan protein COX-2
Fucoidan 3T3 VEGF dan VEGF
tunggal, HVCO
tunggal, kontrol
positif
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ terbesar manusia, dengan luas permukaan sekitar dua
meter persegi dan berat sekitar 3,6 kg pada orang dewasa. Kulit terdiri dari tiga
lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Struktur kulit dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar kulit yang melindungi tubuh dari bahaya
tubuh, mulai dari yang paling tipis dengan ketebalan ±0,05 mm pada kelopak
mata hingga yang paling tebal 1,5 mm pada telapak tangan, dan telapak kaki.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(terlibat dalam sistem kekebalan di kulit), sel-sel merkel, dan saraf sensorik
(Guo and DiPietro, 2010; Obolensky, et al., 2017; Gilaberte, et al., 2016).
2. Dermis
membentuk kutis) dan jaringan subkutan, yang terdiri dari jaringan ikat dan
bantalan tubuh dari stress dan tegangan. Komponen struktural dari dermis
adalah kolagen, serat elastis, dan matriks extrafibrillar. Lapisan dermis juga
kekuatan dan ketahanan pada kulit (Guo and DiPietro, 2010; Obolensky, et
Jaringan sub kutan adalah merupakan lapisan lemak dan jaringan ikat yang
banyak terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan ini penting untuk
pengaturan temperatur pada kulit. Lapisan ini dibuat dari kelompok jaringan
adiposa (sel lemak) yang dipisahkan oleh fibrous septa. Lapisan ini juga
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.2. Fungsi Kulit
melindungi tubuh dari sinar matahari yang merusak, dan untuk mencegah
kehilangan air dan cairan ekstraseluler. Pengaturan suhu tubuh, persepsi sensorik,
penyerapan beberapa zat, reaksi imunologi, dan sintesis hormon adalah fungsi
lain yang dilakukan oleh kulit (Wang, et al.,2017; Dryden, et al., 2013; Singh, et
al., 2017; Gilaberte, et al., 2016). Beberapa fungsi utama dari kulit yaitu :
c. Fungsi Imunologis
e. Fungsi endokrin
al., 2016).
2.2 Luka
Luka dapat didefinisikan sebagai kejadian terputusnya kontinuitas
struktur anatomi jaringan tubuh yang bervariasi mulai dari yang paling
sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, sampai lapisan yang lebih dalam
seperti jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang beserta struktur
lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai akibat dari
trauma atau ruda paksa atau trauma dari luar. Menurut WHS (wound healing
society), luka atau cedera fisik dapat menyebabkan hancurnya jaringan kulit,
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
fisiologi dan juga fungsinya (Shrivastav, et al., 2018; Wang, et al.,2017;
Berdasarkan bentuknya, luka dibagi 2 jenis, yaitu luka tertutup dan luka terbuka:
a. Luka tertutup
Luka tertutup merupakan luka dimana kulit korban tetap utuh dan tidak
ada kontak antara jaringan yang ada di bawah dengan dunia luar,
1) Kontusio, kerusakan jaringan di bawah kulit yang mana dari luar hanya
b. Luka terbuka
lain yaitu luka lecet (ekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka
iris/sayat (vulnus scisum), luka bacok (vulnus caesum), luka robek (vulnus
Secara klinis luka dapat dikategorikan sebagai akut dan kronis sesuai
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Luka akut
Luka ini dapat sembuh sendiri dengan proses normal dengan mengikuti
waktu yang tepat dan jalur penyembuhan yang teratur, dengan hasil akhir
hari (Wang, et al.,2017; Dryden, et al., 2013; Singh, et al., 2017; Velnar,
b. Luka kronis
Luka kronis adalah luka yang gagal mengalami kemajuan melalui tahap
penyembuhan normal dan tidak dapat diperbaiki secara teratur dan tepat
faktor, yang dapat memperpanjang satu atau lebih tahapan dalam fase
c. Luka komplikasi
pada luka. Ciri khas infeksi adalah: kemerahan, panas, nyeri, edema dan
infeksi luka tergantung pada jenis atau teknik bedah dan lokasi lukanya
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Purnama, et al., 2018; Wang, et al.,2017; Dryden, et al., 2013; Singh, et
seluler dan biokimia baik secara lokal maupun sistemik melibatkan proses
migrasi dan proliferasi jaringan ikat dan sel parenkim, serta sintesis protein
waktu yang sesuai (Wang, et al.,2017; Dryden, et al., 2013; Singh, et al., 2017;
Guo and DiPietro, 2010; Obolensky, et al., 2017; Shrivastav, et al., 2018).
2.2 (Wang, et al.,2017; Dryden, et al., 2013; Singh, et al., 2017; Ashrafi, et al.,
2018).
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.2 Proses Penyembuhan Luka (Borena, et al., 2015)
1. Fase hemostatis
mediator kimia. Kolagen yang terbuka juga akan memicu kaskade pembekuan
dan sel penyerang lainnya (yaitu, leukosit, sel endotel, fibroblas). Trombosit
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Fase inflamasi
ditandai dengan gejala klinis utama yakni kemerahan karena kapiler melebar
(rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan
fibroblas. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit
untuk mensintesis kolagen. Keadaan luka pada fase inflamasi dapat dilihat
pada Gambar 2.3 (Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et al.,
2018).
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Makrofag M2 merupakan penghasil sitokin dan growth factor yang
Gambar 2.3 Luka pada fase inflamasi, warna ungu merupakan serbukan
sel-sel radang (Primadina, et al., 2019)
Makrofag akan menggantikan peran polimorfonuklear sebagai sel
melepaskan protease.
angiogenesis
ekstraseluler.
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena
berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase
proliferasi ((Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et al., 2018;
3. Fase proliferasi
Transisi dari fase inflamasi menjadi proliferasi terjadi pada sekitar hari ke 4,
dan berlanjut hingga hari ke 14. Perubahan utama selama fase proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Tahap proliferasi ini
disebut juga fase fibroplasias karena yang menonjol adalah proses proliferasi
fibroblast (Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et al., 2018;
Gutner, 2007). Terdapat tiga proses utama dalam fase proliferasi, antara lain:
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Neoangiogenesis
terjadi secara alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun
patologi (sakit). Kata angiogenesis sendiri berasal dari kata angio yang
endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan mati dalam dengan
sebagai berikut :
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5) Anastomosis kuncup-kuncup yang berdekatan untuk
b. Fibroblasias
c. Re-epitelisasi
tepi luka menuju daerah luka dan menutupi daerah luka. Sel
tengah luka, bila sel-sel epitel ini telah bertemu di tengah luka,
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et al., 2018;
Gutner, 2007).
4. Fase Maturasi
Fase ini terjadi dari sekitar hari ke 21 hingga sekitar 1 tahun, seperti terlihat
pada Gambar 2.5. Fase maturasi bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan
pembentukan jaringan parut. Segera setelah kavitas luka terisi oleh jaringan
granulasi dan proses re-epitelisasi usai, fase ini pun segera dimulai.
Gambar 2.5 Fase maturasi yang terjadi mulai hari ke-21 sampai sekitar 1
tahun (Gutner, 2007)
Pada fase ini terjadi kontraksi dari luka dan remodeling kolagen.
fase ini terjadi keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi kolagen
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serta matriks ekstraseluler. Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh
tegangan yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang
pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Terdapat tiga
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang
normal (Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et al., 2018;
merupakan sel yang paling umum ditemui pada jaringan ikat, dan mensintesis
multiadhesiv, laminin, dan fibronektin yang dapat mendorong perlekatan sel pada
substrat. Kultur sel fibroblas terutama cell line fibroblas banyak digunakan dalam
pengembangan teknik kultur sel. Sel fibroblas embrio mencit (NIH 3T3)
merupakan salah satu contohnya. Kultur NIH 3T3 salah satu contoh cell line
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.6 Kultur NIH 3T3 salah satu contoh Cell Line Fibroblas dari Embrio
Mencit (Harlystiarini, 2010).
produksi vaksin, L yaitu cell line fibroblas dari tumor jaringan ikat mencit banyak
digunakan dalam pengembangan teknik kultur sel selama tahun 1950-an, MRC-5
dan WI-38 yaitu sel fibroblas dari paru-paru embrio manusia banyak
dimanfaatkan dalam produksi vaksin untuk manusia. Selain itu, Mouse embryonic
fibroblast (MEFs) sering digunakan sebagai feeder cells pada penelitian stem sel
menghambat proses diferensiasi (Kaiin & Djuwita, 2016). Peran fibroblas dalam
membentuk dan meletakan serat-serat dalam matriks, terutama serat kolagen dapat
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7 Peran Fibroblas dalam Membentuk dan Meletakkan Serat-serat
dalam Matriks, Terutama Serat Kolagen (Kaiin & Djuwita, 2016).
memiliki 576 asam amino sementara COX-2 memiliki 581 asam amino. COX-1
bersifat indusibel yang induktornya berupa sitokinin. Lokasi kedua enzim tersebut
heme. Awal tahun 1990 ditemukan bahwa enzim siklooksigenase terdapat dalam
(COX-2). Kedua isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
fungsi regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
terutama pada selaput lendir traktus gastrointestinal, ginjal, platelet dan epitel
pembuluh darah. Berbeda dengan COX-1, COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat
diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis atau onkogenesis.
nyeri dan radang. Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan
mengakibatkan kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel
Setelah asam arakidonat tersebut bebas akan diaktifkan oleh beberapa enzim,
jawab terhadap gejala-gejala peradangan. Struktur enzim COX dapat dilihat pada
Gambar 2.8 (Sceineider, et al., 2007; Katzung, 2002; Rouzer & Marnett, 2009).
Gambar 2.8 Struktur enzim COX. Warna merah adalah gugus heme di tempat
aktif peroksidase. Warna hijau adalah asam arakidonat yang
berikatan dengan tempat aktif oksigenase (Sceineider, et al., 2007)
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.5 Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
jenis sel, seperti sel endotel, fibroblast, platelet, netrofil, dan makrofag yang
keratinosit dan makrofag tepi luka, dan diregulasi oleh sel endotel pada
langsung akan meningkatkan sekresi MMP-1, TIMP dan MMP-2 dari sel
endotel dan sekresi MMP-1, MMP-2, MMP-9 dari otot halus pembuluh darah.
hal ini akan memberi nutrisi dan mediator untuk proses penyembuhan luka.
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
diantaranya :
1. Nutrisi
dan asam lemak omega-3 (memodulasi jalur asam arakidonat) (Pratsinis, et al.,
2. Hipoksia
Semua luka akan mengalami hipoksia sampai batas tertentu karena pasokan
re-epitelisasi pada batas tertentu, akan tetapi oksigen yang cukup merupakan
3. Merokok
migrasi dan mekanisme oksidatif pada fase inflamasi. Selain itu, merokok
4. Infeksi
risiko infeksi luka pertama pada babi guinea yang diteliti pada tahun 1958 dan
selanjutnya pada manusia pada tahun 1960. Penutupan tertunda primer, atau
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penutupan tertunda tersier, harus dipertimbangkan saat menjahit luka yang
sangat terkontaminasi. Hal ini terbukti mengurangi tingkat infeksi luka (Singh,
5. Imunosupresi
Pasien dengan HIV, kanker dan kekurangan gizi semuanya memiliki derajat
Selain itu, semua obat yang merusak respon inflamasi dapat menghambat
6. Penyakit kronis
penyembuhan luka (Singh, et al., 2017; Pratsinis, et al., 2018; Eberlein, et al.,
2016).
7. Manajemen luka
8. Usia
Pasien usia lanjut memiliki lapisan epidermis yang lebih tipis dan mengalami
respon inflamasi, migrasi dan proliferasi yang lebih lambat. Mereka juga lebih
pasien-pasien ini memiliki proses penyembuhan luka yang lebih lambat dan
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
risiko komplikasi luka menjadi lebih tinggi (Eberlein, et al., 2016; Singh, et
al., 2017).
9. Genetika
Bekas luka keloid terjadi ketika ada pertumbuhan jaringan parut yang berlebih
yang melampaui ujung luka. Keloid bisa menyakitkan dan gatal dan memiliki
tingkat kekambuhan yang tinggi. Keloid paling sering terjadi pada bahu,
lengan atau dada bagian atas dan jarang di bawah pinggang. Ada komponen
genetik yang kuat untuk pengembangan keloid, secara signifikan lebih sering
pada pasien kulit hitam, Hispanik atau ras Asia (Singh, et al., 2017; Eberlein, et
digunakan lagi, walaupun masih ada rumah sakit tertentu terutama di daerah yang
jauh dari kota masih menerapkannya. Penanganan luka yang lama diganti dengan
penanganan luka terbaru yang memiliki tujuan salah satunya yaitu menciptakan
(moist wound healing). Lingkungan luka yang kering menghalangi sel epitel yang
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih cepat migrasinya untuk membentuk proses epitelisasi (Dryden, et al., 2013;
Lingkungan luka yang lembab dapat diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-
keadaan yang lembab dapat tercapai dan hal tersebut telah diterima secara
universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka (Cutting, et al., 2017;
Proses penyembuhan luka dibutuhkan adanya suatu zat dalam obat yang
dapat mempercepat regenerasi sel serta antibiotik topikal (Adam dan Alexander,
2008). Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan luka dilihat Tabel 2.1.
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
aroma, benzalkonium terbentuknya jaringan baru
chloride, disodium sehingga membantu proses
EDTA, sodium penyembuhan luka
saccharin, dipotassium
glycyrrhizae, aloe vera
Cerplast® Aluminium silikat Luka akut , luka Menyerap kelebiham eksudat Gracia
di permukaan luka dengan
kronis daya hisap kapilernya.
Pharmindo
Centabio® Neomisin sulfat 5 Luka bakar, Neomisin merupakan Sanbe
antibitika golongan
mg/g, Ekstrak tukak kronik, aminoglikosida yang bekerja
plasenta 100 mcg luka-luka yang menghambat sintesa protein
sulit sembuh, sehingga menghambat
eksim pertumbuhan bakteri.Ekstrak
plasenta bekerja memicu
pembentukan jaringan baru
dan untuk penyembuhan luka.
Cetricillin® Setrimida 0,5% Antiseptik untuk Antiseptik topikal yang efektif Erlimpex
melawan bakteri dan fungi
luka ringan, luka
bakar ringan
Sumber: (IAI, 2017)
Salah satu tanaman yang paling umum digunakan untuk pengobatan luka
adalah lidah buaya. Lidah buaya adalah tanaman seperti kaktus yang mudah
tumbuh dalam kondisi panas dan kering. Gel lidah buaya diperoleh dari bagian
mucilaginous dari tengah daun. Gel ini telah digunakan selama berabad-abad
dalam berbagai produk perawatan kulit dan luka komersial (Yang, et al., 2017;
Bahan alami lain yang sering dipakai adalah madu. Madu adalah
kombinasi berbagai gula yang menghasilkan larutan manis yang sangat kental
yang diperoleh dari nektar bunga atau sekresi tumbuhan lainnya. Lebah madu
enzim lain yang berasal dari lebah. Madu telah digunakan untuk mengobati luka,
luka bakar, katarak, ulkus kulit dan diare. Berbagai laporan mendokumentasikan
menggunakan obat alami ini untuk luka. Namun, dengan munculnya antibiotik
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karena meluasnya penggunaan antibiotik, resistensi terhadap berbagai antibiotik
2012; Yang, et al., 2017; Sukur, et al., 2011; Topman, et al., 2013).
squalen. Senyawa aktif tersebut bersifat anti bakteri dan anti oksidan. VCO juga
mengandung asam laurat yang berfungsi sebagai anti mikroba, anti virus, anti
fungi, dan anti bakteri. MCT dapat berfungsi dalam penyembuhan luka karena
MCT dapat membentuk suatu lapisan kimia yang dapat melindungi luka dari
debu, udara, dan mikroba. MCFA memiliki sifat anti mikroba karena memiliki
ikatan yang tidak terkoordinasi. Hidrolisis parsial minyak kelapa artinya hanya
dua gugus yang dihirolisis maka akan dihasilkan campuran asam lemak bebas,
dan monogliserida yang akan didominasi oleh asam laurat dan 2-monogliserida.
Kombinasi dari kedua komponen ini bersifat sinergistik sebagai anti bakteri dan
anti virus sehingga dapat menyembuhkan infeksi luka khususnya luka bakar
(Abujazia, et al., 2012; Ariffin, and Hasyam, 2016; Hanczakowska, 2017; Silalahi,
et al., 2016). Beberapa penelitian tentang aktivitas penyembuhan luka dari VCO
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fucoidan In Vitro Aktivitas Persentase sel hidup O’Leary,
proliferasi meningkat 15 % et al.
(2004)
Fucoidan In Vivo Persentase Persentase penyembuhan Jun-
penyembuhan luka > 4 % dibandingkan Hyeong
luka, ekspresi kontrol positif . Ekspresi Park,
faktor TGF- β1, VEGFR dan dkk
pertumbuhan MMP 9 masih ada sampai (2017)
(TGF- β1, hari ke-7, pada kontrol
VEGFR dan tidak ada lagi pada hari ke-
MMP 9). 4.
2.2.10 Aktivitas Anti Bakteri dari Minyak Kelapa Murni dan Fucoidan
luka terpapar oleh >105 mikroorganisme, maka kemungkinan besar akan terjadi
infeksi pada luka tersebut. Organisme yang sering menginfeksi luka berdasarkan
frekuensinya dari yang paling sering adalah Staphylococcus sp., Streptococus sp.,
dan Escherichia coli. Sekitar 75% kejadian infeksi pada luka merupakan infeksi
superfisial. Sebagian besar pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang normal
akan menunjukkan manifestasi lokal berupa rubor, kalor dan dolor, ditambah
jumlah lekosit, takikardia, dan takipnea. Infeksi pada luka tetap menjadi masalah
lemak jenuh rantai sedang dan pendek, asam lemak jenuh rantai sedang dan
pendek mudah dicerna dan diserap tubuh. Adapun senyawa asam lemak jenuhnya
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah asam laurat (41-52 %), asam lemak miristat (13-19%), asam lemak
palmitat (7,5-10,5%), asam lemak kaprilat (5-10 %), asam lemak kaprat (4-5,8%),
asam lemak stearat (1-3%). Di dalam istilah kesehatan, asam lemak jenuh tersebut
lebih dikenal dengan nama Medium Chain Fatty Acid (MCFA). Sementara asam
lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat (omega9) (5-8%), asam linoleat (omega 6)
kelapa murni diantaranya ± 66% minyak, protein 6-7% dari berat keringnya, air
48%, serat kasar 5%, kadar abu ±2%. Selain asam lemak, beberapa komponen
kimia lain yang telah diketahui terkandung dalam virgin coconut oil adalah sterol,
vitamin E dan fraksi polifenol (asam fenolat). Komponen kimia tersebut telah
makanan dan pada sistem biologis (Daydrit, 2014; Silalahi, et al., 2016; Susanto,
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengujian aktivitas anti bakteri dari HVCO yang dibandingkan dengan
signifikan antara HVCO dengan VCO, dimana aktivitas anti bakteri HVCO lebih
baik dari pada VCO. Penelitian aktivitas anti bakteri oleh Silalahi, et al. (2014)
dengan NAOH dan HVCO yang dihidrolisis dengan enzim lipozim. Uji dilakukan
aktivitas anti bakteri dari HVCO hasil hidrolisis dengan enzim lebih baik
anti bakteri dari HVCO yang dikombinasi dengan kitosan yang dilakukan oleh
Silalahi, et al. (2016) dilakukan terhadap bakteri Bacillus cereus dan Eschericia
coli. Hasilnya menunjukkan aktivitas anti bakteri dari kombinasi lebih baik dari
pada pada tunggal baik HVCO maupun kitosan (Silalahi, et al., 2016; Margata, et
fucoidan terkait dengan struktur kimianya dan gugus ester sulfat. Resistensi
pylorus, agen penyebab ulkus pada lambung, juga dapat dihambat oleh fucoidan
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Thangapandi, 2013; Wijesinghe & Jeon, 2012; Li, et al., 2008; Fitton, et al.,
fucoidan yang diuji terhadap bakteri gram positif, terutama pada Staphylococcus
aureus pada pengujian secara in vitro. Berdasarkan penelitian dari Liu, et al.
(2017) diperoleh hasil adanya aktivitas antibakteri dari fucoidan yang diisolasi
dari Laminaria japonica pada bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.
fucoidan yang berasal dari Sargassum wightii pada bakteri Vibrio cholera dan
satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera). VCO terbuat dari kelapa
parut yang segar dan kering, diproses dengan cara enzimatis maupun fermentasi.
lemak rantai panjang (long chain fatty acids = LCFAs), akan tetapi pada VCO
(short chain fatty acid = SCFAs) dan asam lemak rantai sedang (medium chain
sedang (medium chain triglicerydes = MCTs). Komposisi asam lemak dari VCO
dapat dilihat pada Tabel 2.3 (Nasir, et al., 2017; Dayrit, 2014).
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Asam laurat C12:0 47,00 – 50,00
Asam miristat C14:0 17,00 -18,50
Asam palmiat C16:0 7,50 – 9,50
Asam palmitoleat C16:1 Tidak terdeteksi
Asam stearate C18:0 2,50 – 3,50
Asam oleat C18:1 4,50 – 6,00
Asam linoleat C18:2 0,70 – 1,50
Asam linolenat C18:3 Tidak terdeteksi
(Sumber: Nasir, et al., 2017)
MCT adalah ester gliserol dari MCFA, dan MCT yang dapat dimakan
biasanya dibuat melalui fraksinasi lemak dari lemak yang dapat dimakan seperti
minyak kelapa dan coklat. MCFA (medium chain fatty acid) larut dalam air dan
sifat MCT yang mudah diabsorbsi, dimetabolisme, dan berguna dalam bahan-
bahan untuk produk makanan bayi dan kesehatan. MCFA dari VCO terdiri atas
campuran asam kaproat (C6), asam kaprilat (C8), asam kaprat (C10), dan asam
laurat (C12). Walaupun tersusun dari asam lemak jenuh, MCT memiliki sifat-sifat
yang unik sehingga membedakannya dengan lemak jenuh atau rantai panjang
lainnya. MCT memiliki molekul yang lebih kecil dan titik leleh yang lebih rendah
sehingga MCT berwujud cair pada temperature ruangan. Asam lemak paling
banyak dalam VCO adalah asam laurat, dimana terdapat kira-kira 45-53 % (Nasir,
Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya
hepatitis, dan jenis virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya
kanker prostat, jantung, darah tinggi dan diabetes. VCO menurunkan kadar
kolesterol total, trigliserida, fosfolipid, LDL (low density lipoprotein), dan VLDL
(very low density lipoprotein) dan meningkatkan HDL (high density lipoprotein).
Dalam serum dan jaringan dibanding dengan minyak kopra, VCO juga
antitrombotik (DebMandal & Mandal, 2011; Marina, et al., 2009; Mansor, et al.,
sawit, minyak kanola, maupun minyak hewan. Dalam minyak kelapa murni
terdapat MCFA (medium chain fatty acid) dan 48- 53% asam laurat. MCFA
merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi,
berjalan normal. Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam
kaprat, kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam VCO dapat berperan positif
dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain dari zat ini,
antara lain sebagai anti virus, anti bakteri dan anti protozoa (Raghavendra and
Raghavarao, 2011; Sutarmi, Rozaline dan Hartin, 2005; Mansor, et al., 2012).
minyak/ lemak oleh basa (NaOH atau KOH) biasanya disebut sebagai
gliserol. Reaksi bersifat reversibel, derajat hidrolisis yang tinggi diperoleh dengan
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan air berlebih dan secara tetap menarik fase gliserol yang digantikan
dengan air. Suhu dan tekanan yang tinggi mempercepat hidrolisis. Enzim lipolitik
mempercepat hidrolisis dalam keadaan suhu normal (Talwar, et al., 2016; NIR
Hidrolisis minyak dan lemak dalam tubuh terjadi secara enzimatik dengan
bantuan enzim lipase yang terdapat dalam mulut (lingual lipase), lambung
(gastric lipase), dan usus halus (pancreatic lipase). Ketiga enzim tersebut akan
menghidrolisis trigliserida pada posisi s-1 dan sn-3. SCT dan MCT dapat
dihidrolisis oleh lingual dan gastric lipase sedangkan LCT tidak dihidrolisis di
mulut dan lambung, namun diemulsikan dahulu oleh asam empedu, kemudian
dihidrolisis oleh pancreatik lipase (Talwar, et al., 2016; NIR Board, 2013; Dayrit,
2015).
faktor-faktor seperti jumlah air, pH, suhu, dan waktu inkubasi. Lipase dapat
sumber lipase yang paling tinggi adalah pada bakteri, fungi, dan jamur. Masing-
masing enzim lipase yang berasal dari sumber yang berbeda mempunyai
spesifikasi yang berbeda dalam menghidrolisis posisi asam lemak dalam molekul
trigliserida. Hidrolisat kemudian dipisahkan dengan pelarut non polar yang terikat
terutama asam laurat yang memiliki aktivitas biologis sebagai anti bakteri
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sehingga sangat berperan dalam penyembuhan luka (Nevin and Rajamohan, 2010;
Silalahi, et al., 2015; Perbina, 2019; Silalahi, et al., 2014; Nguyen, et al., 2018).
2.4. Fucoidan
Fucoidan merupakan jenis polisakarida sulfat kompleks, terutama
ditemukan pada matriks dinding sel berbagai spesies rumput laut coklat. Struktur
fucoidan telah diisolasi, dan banyak aspek dari aktivitas biologis mereka telah
komposisi dan kompleksitas fucoidans dari rumput laut coklat yang berbeda dapat
kandungan zat aktif yang memiliki aktivitas biologis yang beragam. Sulfat
penting dalam berbagai aplikasi industri. Secara umum rumput laut coklat
yang menonjol dari polisakarida sulfat diperkirakan karena adanya gugus sulfat
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
biologis, diantaranya imunomodulator, anti virus, anti bakteri, dan anti oksidan
(Wijesinghe & Jeon, 2012; Li, et al., 2008; Vo & Kim, 2013; Fitton, et al., 2015).
mg. Produk lainnya yaitu Fucohelix 100 (PT. Kalbe Farma, Tbk) tersedia dalam
dua bentuk sediaan yaitu kapsul yang mengandung fucoidan 100 mg dan sirup
yang mengandung fucoidan 100 mg/15 ml (Wijesinghe & Jeon, 2012; Li, et al.,
dan in vitro. Metode in vivo dapat menggunakan hewan tikus atau kelinci.
Hewan tersebut dilukai, kemudian diobati, serta diukur penyembuhan luka dalam
kurun waktu tertentu. Penelitian dengan metode ini diantaranya dilakukan oleh
Silalahi dan Surbakti (2015) untuk melihat aktivitas penyembuhan luka VCO pada
luka bakar. Metode ini juga digunakan oleh Park, et al. (2011) untuk melihat
aktivitas penyembuhan luka dari fucoidan pada luka insisi, serta oleh Ibrahim, et
al. (2017) untuk melihat potensi angiogenesis dan penyembuhan luka dari VCO
hasil fermentasi. Zhang , et al. (2018) juga menggunakan metode ini dengan
luka dari hidrogel campuran dari kitosan, heparin dan poli γ-asam glutamat
(Silalahi & Surbakti, 2015; Park, et al., 2011; Ibrahim, et al., 2017; Zhang, et al.,
2018).
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode in vitro dilakukan dengan menggunakan kultur sel. Pengujian
uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Metode ini cepat, sensitif, akurat
spektrofotometer. Metode ini mengukur sel yang hidup (baik yang masih
substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Pada uji ini digunakan
garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengujian dengan metode ini dapat dilakukan untuk melihat viabilitas
sel, aktivitas proliferasi sel dan aktivitas sitotoksis bahan tertentu pada
luka dari fucoidan yang dilakukan oleh O’Leary, et al. (2004) juga
b. Imunositokimia
Imunositokimia (ICC) merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mendeteksi adanya ekspresi suatu protein spesifik atau antigen dalam sel
Antibodi akan berikatan dengan antigen atau protein spesifik di dalam sel.
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berlabel enzim atau fluoresen (Stites, et al., 1997; Abbas and Lichtman,
ditunjukkan dengan warna coklat pada sitoplasma (bukan inti sel). Warna
biru pada sitoplasma menunjukkan tidak adanya ekspresi pada sel atau level
(A) (B)
Gambar 2.11 Ekspresi protein COX-2 pada sel (A) Kontrol sel; (B) dengan
perlakuan (CCRC,2009)
(2013) untuk melihat efek Imatinib menginduksi apoptosis pada sel fibroblas
NIH3T3, dan juga oleh Harahap, et al. (2018) yang meneliti aktivitas anti
migrasi dari fraksi etil asetat buah Zantholinum acanpodium pada kultur sel
sebagai pengganti luka, lalu dilakukan kuantifikasi lebar goresan pada jam
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ke-0 dan pada interval waktu tertentu hingga sel bermigrasi untuk menutupi
Penelitian dengan metode ini dilakukan oleh Ibrahim, et al. (2017) untuk
yang meneliti aktivitas anti migrasi dari fraksi etil asetat buah Zantholinum
dilakukan oleh Justus, C.R, et al. (2014) yang melakukan pengujian aktivitas
illcifolium, dimana proses migrasi sel dapat dilihat dari Gambar 2.12
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik perbanyakan
sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang
dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif.
al. (2017) untuk melihat perbedaan pemakaian COX-1 dan COX-2 pada
Harahap, et al. (2018) yang meneliti aktivitas anti migrasi dari fraksi etil
asetat buah Zantholinum acanpodium pada kultur sel kanker payudara 4T1
perubahan pada proses absorbs, distribusi, metabolism, dan ekskresi obat. Pada
interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah ,
tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat
presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat, artinya ada perubahan
farmakikinetik.
a. Efek adisi terjadi ketika dua obat atau lebih dengan efek yang sama
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dosis yang digunakan. Efek aditif ini mungkin bermanfaat atau berbahaya
b. Efek sinergis terjadi ketika dua obat atau lebih, dengan atau tanpa efek
yang memiliki outcome yang lebih besar dari jumlah komponen aktif satu
obat Saja.
dimana hanya satu dari dua obat yang tindakannya diperbesar oleh
disusun kerangka teori penelitian yang menjelaskan bahwa ketika terjadi luka
maka akan terjadi keadaan hipoksia. Luka akan merangsang keluarnya platelet,
HIF, dan COX-2. Ketika terjadi luka, maka akan terjadi kerusakan membran,
fosfolipase akan berubah menjadi asam arakidonat, yang dengan bantuan enzim
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
angiogenesis (Zhou, et al., 2015). Mediator-mediator inflamasi melalui proses
Asam laurat dan monolaurin yang merupakan produk utama dari hasil hidrolisis
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Luka
Angiogenesis Angiogenesis
Penyembuhan luka
Keterangan:
HIF : Hypoxia Induced Factor
COX : Cyclooxygenase
COX-1 : Cyclooxygenase-2
COX-2 : Cyclooxygenase-2
PGs : Prostaglandins
PDGF : Platelet Derived Growth Factor
TGF-β : Transforming Growth Factor Beta
MMP-9 : Matrix Metalloproteinases
GF : Growth Factor
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah kombinasi hasil hidrolisis minyak kelapa murni (HVCO)
3.2 Alat-alat
Japan), yellow tip (Brand), blue tip (Brand), konikal 15 ml steril (Falcon), tissue,
no.11565, Jepang), shaker (MRK- RETAC), vortex (Maxi Mix II, Thermolyne
type 37600 mixer, Iowa, USA) , eppendorf steril (Plasti Brand), kamera digital
(Canon IXY Digital 25 IS 10,0 mega pixels, Japan). Gambar beberapa alat yang
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Bahan-bahan
murni (Palem Mustika Produksi PT. Siti Nurbaya Indonesia), fucoidan (PT. Kalbe
Farma Tbk), Aloclair® Plus Gel (PT. Kalbe Farma Tbk) sebagai kontrol positif,
NaOH, HCl pekat, aquades, n-heksan p.a, kalsium klorida dan natrium sulfat
natrium dodesil sulfat (SDS) dalam HCl 0,1 N, beta mercapthoethanol, etanol
70%, primer VEGFR-2, primer COX-2, dan TBE (Vivantis). Gambar beberapa
Sel uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sel NIH3T3 yang
NIH 3T3 yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5 Halaman 95.
Alat-alat gelas dan plastik yang akan digunakan disterilkan di dalam autoklaf pada
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.2 Pembuatan Pereaksi
mL (Depkes, 1995).
Sebanyak 15,764 g tris HCl dilarutkan dalam air suling sampai 100 mL
pada suhu 500C selama 10 jam dan selama inkubasi setiap 1 jam diaduk dengan
pengaduk magnet dengan kecepatan 200 rpm selama 10 menit. Setelah waktu
heksan, diekstraksi dan didiamkan beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas (fraksi n-heksan) dipisahkan sebagai filtrat I. Lapisan bawah (fraksi
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air) dikocok kembali dengan 50 ml n-heksan, setelah didiamkan beberapa saat
diambil lapisan atas (filtrat II). Filtrat I dan II digabung kemudian ditambahkan
250 mg Na2SO4 anhidrat untuk menjerap sisa air yang tertinggal, dibiarkan selama
15 menit dan disaring. Selanjutnya diuapkan diatas penangas air dalam cawan
diperoleh kemudian digunakan untuk uji aktivitas penyembuhan luka. Bagan alir
menit di atas penangas air sambil diaduk. Kemudian ditambahkan 3-5 tetes
indikator fenolftalein, lalu dititrasi dengan NaOH 0,5 N sampai tepat terlihat
warna merah jambu tetap (tidak berubah selama 15 detik). Setelah itu dihitung
nilai bilangan asam atau kadar asam lemak bebas dalam hasil hidrolisis enzimatis
Keterangan:
BM NaOH = 40
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bilangan asam yang diperoleh dalam mg NAOH/ g minyak kemudian dikonversi
BM KOH = 56
Hepes 2 gram
NaHCO3 2 gram
HCl 1N secukupnya
NaOH 1N secukupnya
Cara Pembuatan:
diinginkan adalah (7,2 -7,4); karena terlalu basa maka digunakan HCl 1N untuk
sterilisai dengan filter vakum didalam LAF (Laminar Air Flow), dipasang filter
apparatus steril pada botol duran 1 L steril, lakukan proses penyaringan dengan
filter, aliquot media ditampung dalam botol duran 500 ml, diberi identitas pada
botol media (nama media, tanggal pembuatan, expire date dan nama pembuat),
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan disimpan pada suhu 2-80C. Bagan alir pembuatan media dapat dilihat pada
Penisilin-streptomisin 2%
DMEM ad 100 mL
Cara Pembuatan:
Campur semua bahan diatas, dan dilakukan di dalam LAF (Laminar Air
Flow), beri identitas pada botol MK (nam media, tanggal pembuatan, expire date,
dan nama pembuat), simpan pada suhu 2-80C. Bagan alir pembuatan media kultur
lengkap (MK) dapat dilihat pada Lampiran 9 Halaman 101 (CCRC, 2009).
media DMEM pada tabung konikel 15 mL, ambil ampul dari freezer -800C atau
tangki nitrogen dan cairkan pada suhu kamar, ambil suspensi sel dalam ampul,
masukkan tetes demi tetes kedalam media DMEM, sentrifuge pada 600 rpm
perrmukaan flask kultur (tidak menggerombol pada bagian tertentu). Beri identitas
pada flask kultur, kemudian simpan dalam inkubator CO2. Bagan alir
penumbuhan sel dapat dilihat pada Lampiran 10 Halaman 102 (CCRC, 2009).
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Subkultur sel
pengerjaan pada LAF. Lakukan proses panen sel dengan cara mengambil 500 µL
homogenan. Inkubasi sel pada inkubator CO2. Amati kondisi sel pada keesokan
harinya. Bagan alir subkultur sel dapat dilihat pada Lampiran 11 Halaman 103
(CCRC, 2009).
2. Panen sel
Persiapkan alat dan kondisikan bahan pada suhu ruangan, amati kondisi
sel. Panen dilakukan apabila sel telah dalam kondisi 80% konfluen, semua
pekerjaan dilakukan pada ruangan dengan LAF. Buang MK-DMEM dari flask
dengan mikropipet atau pipet Pasteur, cuci sel 2 kali dengan 5 ml PBS
mikropipet agar sel terlepas satu-satu (tidak menggerombol). Amati keadaan sel di
inverted microscope. Resuspensi sel kembali jika masih ada sel yang
menggerombol. Transfer sel ke dalam tabung konikel. Bagan alir panen sel dapat
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Perhitungan Sel
panenan sel dari konikel dan pipetkan ke dalam hemositometer. Hitung jumlah sel
kamar hitung (A, B, C, dan D), setiap kamar hitung terdiri dari 16 kotak, seperti
Hitung sel pada 4 kamar hemositometer, sel yang gelap (mati) dan sel
yang berada dibatas luar di sebelah kiri dan atas tidak ikut dihitung. Sel di batas
kanan dan bawah ikut dihitung. Hitung jumlah sel per ml dengan rumus:
Hitung jumlah total sel yang diperlukan. Misalnya untuk menanam sel
pada tiap sumuran 96-well plate, maka jumlah total sel yang diperlukan adalah
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hitung volume panenan sel yang diperlukan (dalam ml) dengan rumus:
104
Ambil volume panenan sel, transfer ke tabung konikel baru kemudian tambahkan
MK sampai total volume yang diperlukan. Bagan alir perhitungan sel dapat
larutan uji dengan konsentrasi 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml; 62,5 µg/ml, dan
pembuatan larutan uji masing-masing untuk HVCO maupun Fucoidan. Bagan alir
pembuatan larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 14 Halaman 106 (CCRC,
2009).
dengan konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi terbaik yang telah ditentukan
Dipipet 250 µL larutan bahan uji HVCO lalu ditambahkan dengan 250 µL larutan
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dipipet 125 µL larutan bahan uji HVCO lalu ditambahkan dengan 375 µL larutan
Dipipet 375 µL larutan bahan uji HVCO lalu ditambahkan dengan 125 µL larutan
Harahap, et al. (2018), dan disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan (CCRC,
CO2 selama 24 jam untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. Setelah itu
medium diganti dengan larutan uji yang telah diencerkan dengan MK DMEM
selama 4-6 jam dalam inkubator CO2 5%, 370C. Reaksi MTT dihentikan
dengan reagen stopper (SDS 10% dalam HCl 0,01 N), plate dibungkus
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Konsentrasi dari masing-masing bahan uji dengan persentase proliferasi yang
paling tinggi dianggap sebagai konsentrasi terbaik dan akan digunakan sebagai
konsentrasi pada pengujian migrasi sel untuk penentuan kombinasi terbaik. Bagan
alir prosedur pengujian aktivitas proliferasi sel dapat dilihat pada Lampiran 15
Halaman 107.
3.5.10 Pengujian Migrasi Sel NIH 3T3 Menggunakan Strach Wound Healing
Assay
Untuk penentuan konsentrasi kombinasi dengan aktivitas terbaik,
dibuat seri konsentrasi HVCO dan fucoidan sebanyak 3 seri dengan perbandingan
antara HVCO : Fucoidan dengan perbandingan 50:50; 75:25; 25:75 persen dari
nilai konsentrasi terbaik masing-masing bahan uji. Sel ditanam pada microplate
24 well sejumlah 5 x 104 sel/mL diinkubasi selama 24 jam dalam media kultur
lengkap. Setelah inkubasi 24 jam, microplate diambil dari inkubator, lalu media
dibuang dan sumuran dicuci dengan PBS masing-masing 500 µl. PBS dibuang,
gambar dengan menggunakan inverted microscope pada jam ke 0, 24, 48, dan 72
jam setelah perlakuan. Citra mikroskopis dipindahkan dalam format JPEG. Pixel
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jarak goresan awal dengan pixel area yang kosong diukur dengan menggunakan
(CCRC, 2009).
Bagan alir prosedur pengujian aktivitas migrasi sel dapat dilihat pada Lampiran
16 Halaman 108.
3.5.11 Pengujian Ekspresi Protein COX-2 dan VEGF Sel NIH 3T3
Menggunakan Metode Immunositokimia (ICC)
Kultur sel NIH 3T3 sebanyak 5x104 sel/ sumuran ditransfer ke dalam 24-well
plate yang telah diisi dengan cover slip, kemudian sel diinkubasi semalam pada
suhu 37oC dalam inkubator CO2 5%. Setelah sel pulih kembali, diberi perlakuan
dengan pemberian bahan uji dan diinkubasi kembali selama satu malam. Pada
akhir waktu inkubasi, sel dicuci PBS kemudian ditambahkan metanol dingin dan
diinkubasi di dalam suhu ruang selama 10 menit. Sel yang telah difiksasi
diinkubasi selama 10 menit, dan dicuci dalam PBS sebanyak 3 kali. Preparat
diinkubasi dalam biotin selama 10 menit dan dicuci dengan PBS sebanyak 2 kali
selama 5 menit. Setelah dicuci dengan PBS, sel ditetesi dengan antibodi sekunder
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(biotinylated universal secondary antibody ) dan diinkuba si kembali selama 10
menit dan dicuci dengan PBS sebanyak 2 kali selama 5 menit. Selanjutnya,
preparat dicuci kembali dengan PBS lalu diinkubasi dalam DAB selama 10 menit
dan dicuci dengan aquades. Preparat kemudian direndam dalam larutan Mayer-
Haematoxylin selama 3-4 menit untuk counterstain dan dicuci dengan aquades.
dicelupkan ke dalam alkohol. Setelah kering, cover slip diletakkan di atas kaca
obyek dan ditetesi dengan lem (mounting media). Cover slip ditutup dengan
sediaan diamati pada lima lapang pandang dengan sebaran merata. Hasil
Optilab Viewer Image Raster untuk melihat jumlah sel yang mengekspresikan
rumus:
Bagan alir prosedur pengujian ekspresi protein dapat dilihat pada Lampiran 17
Halaman 109.
standar deviasi dari tiga kali replikasi pengujian. Data hasil penelitian dianalisis
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan menggunakan program SPSS versi 22 menggunakan uji one way anova-
post-hoc tukey.
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, pada bulan Januari 2019. Pengujian
secara in vitro meliputi aktivitas proliferasi sel, aktivitas migrasi sel, dan
Tabel 3.1.
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.1 (Sambungan)
No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil Skala
Penelitian Ukur ukur
5 Aktivitas Aktivitas proliferasi ELISA Persen sel Numerik
proliferasi sel menggambarkan microplate hidup
sel kemampuan sel reader
untuk tumbuh dan
berkembang, yani
aktivitas pembelahan
sel. Kemampuan
proliferasi sel
fibroblast NIH 3T3
diukur
menggunakan
metode pengujian
dengan Metode
MTT. Aktivitas
proliferasi sel diukur
dengan ELISA
reader pada 24, 48
dan 72 jam setelah
pemberian bahan uji
pada sel NIH 3T3.
6 stratch Pengujian migrasi Software Persen Numerik
wound sel untuk Image J penutupan
healing penyembuhan luka luka
assay (Uji dilakukan dengan
Migrasi metode stratch
sel) wound healing
assay. Metode ini
dilakukan dengan
membuat goresan
pada sel monolayer
NIH 3T3 dengan
ujung yellow tip
steril, lalu dilakukan
kuantifikasi lebar
goresan pada jam ke-
0 dan pada interval
waktu tertentu
hingga sel
bermigrasi untuk
menutupi goresan.
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.1 (Sambungan)
No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil Skala
Penelitian Ukur ukur
7 Aktivitas Aktivitas ekspresi Software Jumlah Numerik
ekspresi COX-2 merupaka Optilab 2.2 ekspresi
protein jumlah COX-2 Image
COX-2 dan yang di Rastar
VEGF ekspresikan
dengan pemberian
bahan uji.
Pengukurannya
dilakukan dengan
metode
imunositokimia
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Halaman 110. Bilangan asam dari minyak kelapa murni dan hasil hidrolisis
minyak kelapa murni pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
VCO 1,0757±0,0054
HVCO 133,8711±0.4598
menggunakan enzim lipase dari Rhizomucor miehei yang khusus untuk gugus asil
pada posisi sn-1 dan sn-3 dalam molekul trigliserida (Perbina, 2019; Margata, et
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan bilangan
asam setelah dilakukan hidrolisis terhadap minyak kelapa murni. Bilangan asam
dari minyak kelapa murni adalah 1,0757 mg KOH/g lemak, sedangkan bilangan
asam dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni adalah 133,87 mg KOH/g lemak,
dimana hasil ini lebih rendah dari bilangan penyabunan (~ 250) dimana semua
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihidrolisis secara sempurna menjadi sabun. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya
sekitar 65% (dua pertiga) dari total asam lemak yang ada dalam minyak karena
enzim yang digunakan dalam percobaan ini secara khusus hanya aktif pada posisi
menunjukkan bilangan asam dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni adalah
134,11 mg KOH/g lemak. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
untuk hidrolisis menggunakan enzim tersebut ialah pada suhu 50 oC, pH 8, selama
10 jam, dimana enzim ini menghidrolisis asam lemak pada posisi sn-1 dan sn-3
dalam molekul trigliserida yang menghasilkan dua asam lemak bebas (FFA) dan
hidrolisis minyak kelapa murni terdiri dari asam lemak bebas terutama asam laurat
asam laurat dan monolaurin ini yakni dengan menghancurkan struktur lipid virus
dan membran sel bakteri (Silalahi, et al. 2016; Karouw, et al., 2018; Margata, et
al., 2018; Elysa, et al., 2014; Silalahi & Surbakti, 2015; Silalahi, et al., 2014).
Penelitian VCO dan HVCO telah dilakukan secara in vitro. Penelitian oleh
viabilitas, proliferasi dan migrasi sel pada pengujian secara in vitro. Hasil
luka secara in vitro pada HVCO dengan parameter peningkatan viabilitas sel,
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peningkatan aktivitas migrasi dan peningkatan ekspresi COX-2 dan PDGF
masing-masing bahan uji dan hasil analisis dengan SPSS 22 dapat dilihat pada
aktivitas proliferasi sel NIH 3T3 dengan pemberian bahan uji pada berbagai
variasi konsentrasi dapat dilihat dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat efek bahan uji
dianggap memiliki persentase jumlah sel hidup sebesar 100 %. Untuk bahan uji
hasil hidrolisis minyak kelapa murni, dapat dilihat bahwa terdapat 3 (tiga) variasi
konsentrasi yang lebih kecil dari kontrol sel yaitu pada konsentrasi 500 mcg/ ml,
250 mcg/ml dan 15,625 mcg/ml, persentase sel yang hidup berturut-turut hanya
10,8333 %, 26,7363 %, dan 89,0377%. Begitu juga dengan Fucoidan dan kontrol
positif , konsentrasi yang lebih kecil dari kontrol sel ditemukan pada konsentrasi
15,625 mcg/ml dengan persentase sel hidup sebesar 99,0377% untuk Fucoidan
dan 98,3540% untuk kontrol positif. Hasil ini berbeda secara signifikan dengan
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.2 Aktivitas proliferasi Sel NIH 3T3 dengan pemberian bahan uji pada
berbagai variasi konsentrasi
Konsentrasi bahan Persentase proliferasi
Bahan Uji
uji sel (%)
HVCO 500 mcg/ml 10,8333±0,55120*
250 mcg/ml 26,7363±3,75075*
125 mcg/ml 129,5833±5,63027*
62,5 mcg/ml 133,7500±0,24076*
31,25 mcg/ml 139,4443±1,52311*
15,625 mcg/ml 89,0377±0,57783
proliferasi diatas persentase kontrol sel terdapat pada variasi konsentrasi 125
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.1 Aktivitas proliferasi sel NIH 3T3 dengan pemberian bahan uji
proliferasi pada 31,25 mcg/ml berbeda secara signifikan (p<0,05) pada analisa
sel terdapat pada variasi konsentrasi 500 mcg/ml (106,5280%), konsentrasi 250
(121,2503%), akan tetapi hasil ini tidak memiliki perbedaan secara signifikan
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aloclair® Plus
Gel. Kontrol positif ini dipilih berdasarkan hasil studi literatur dari penelitian-
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penelitian tentang penyembuhan luka sebelumnya yang menggunakan Aloclair®
Plus Gel, dimana bahan uji ini tidak bersifat sitotoksik terhadap sel. Apabila
menggunakan obat luka seperti Povidon Iodida atau alkohol, sel akan mati. Oleh
karena itu Aloclair® Plus Gel digunakan sebagai kontrol positif pada penelitian
ini.
diatas persentase kontrol sel terdapat pada variasi konsentrasi 500 mcg/ ml
konsentrasi 31,25 mcg/ml, akan tetapi hasil ini tidak memiliki perbedaan secara
(p<0,05). Berdasarkan hasil analisa data ini lalu ditentukan bahwa konsentrasi
terbaik untuk kontrol positif adalah pada konsentrasi 31,25 mcg/ml, karena
dengan konsentrasi yang lebih kecil memiliki aktivitas yang sama dengan
dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni akan mempengaruhi persentase sel yang
hidup menjadi sangat rendah, dimana banyak sel mengalami kematian, sehingga
juga dengan konsentrasi bahan uji yang terlalu rendah, juga mempengaruhi
kehidupan sel yakni persen sel yang hidup juga menjadi rendah.
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengujian aktivitas proliferasi sel NIH 3T3 dilakukan masa inkubasi 24
jam. Hal ini dilatarbelakangi oleh penelitian terdahulu oleh Rubin, et al. (2017),
yang memberi kesimpulan bahwa waktu pembelahan untuk sel NIH 3T3 adalah
18-22 jam dalam kondisi yang sesuai yakni dalam media pertumbuhan DMEM.
Sesuai juga dengan informasi pada situs resmi sel NIH 3T3, bahwa waktu
proliferasi untuk sel NH 3T3 adalah 24-26 jam dalam kondisi yang sesuai yakni
dalam media pertumbuhan yang sesuai dan diinkubasi di dalam inkubator CO2
pada suhu 37oC dengan kadar CO2 5% (Rubin, et al., 2017; www.nih3t3.com)
persen proliferasi sel. Asam laurat dan monolaurin adalah senyawa yang terdapat
dalam hasil hidrolisis minyak kelapa murni. Asam laurat dan mono laurin dapat
menurunan waktu untuk epitelisasi lengkap, karena asam laurat dan monolaurin
proliferasi sel maka jumlah sel akan semakin banyak, sehingga proses
penyembuhan luka akan semakin cepat (Dryden, et al., 2013; Perbina, 2009;
untuk melihat aktivitas proliferasi sel. Uji proliferasi sel dilakukan dengan metode
MTT. Hasil pengukuran proliferasi sel diperoleh persentase sel yang hidup pada
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelompok yang diberi fucoidan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
Salah satu fase dalam proses penyembuhan luka adalah fase proliferasi.
Tahap proliferasi ini disebut juga fase fibroplasias karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblast. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan,
yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Oleh sebab itu, apabila
luka akan semakin cepat (Dryden, et al., 2013; Velnar, et al., 2009; Pratsinis, et
al., 2018).
bahan uji adalah 31,25 µg/ml. Konsentrasi terbaik yang diperoleh untuk masing-
masing bahan uji akan dibawa untuk pengujian selanjutnya, yakni pengujian
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Data luas area luka dan penghitungan persentase
penyembuhan luka dari masing-masing bahan uji dapat dilihat pada Lampiran 20
Halaman 114. Data kemudian dianalisis dengan SPSS 22. Hasil pengujian secara
statistik dapat dilihat pada Lampiran 23 Halaman 120. Hasil pengujian aktivitas
penyembuhan luka dari bahan uji berdasarkan pengujian migrasi sel NIH 3T3,
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
0 Jam
Bahan Uji 24 Jam 48 Jam 72 Jam
HVCO
tunggal
Fucoidan
tunggal
Kombinasi
HVCO dan
Fucoidan
50:50
Kombinasi
HVCO dan
Fucoidan
25:75
Kombinasi
HVCO dan
Fucoidan
75:25
Aloclair®
Kontrol sel
Gambar 4.2 Proses penutupan luka pada pengujian aktivitas migrasi sel NIH
3T3 pada 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3 Persentase penutupan luka dari bahan uji dengan pengujian migrasi sel
NIH 3T3 berdasarkan periode masa inkubasi.
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.3 Persentase penyembuhan luka dari bahan uji dalam pengujian
migrasi sel berdasarkan periode masa inkubasi.
Perbedaan persen penyembuhan luka secara signifikan pada setiap bahan
uji dari variasi waktu ini didukung dengan hasil pengujian menggunakan one way
anova- post hoc tukey (p<0,05) pada analisa data secara statistik menggunakan
SPSS 22. Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 diatas dapat dilihat
penyembuhan luka yang tertinggi adalah pada bahan uji dengan kombinasi hasil
tertinggi berikutnya adalah hasil hidrolisis minyak kelapa murni (62,3700 %),
Fucoidan tunggal (29,7100 %), kontrol positif yakni Aloclair® Plus Gel (28,5767
%) dan kontrol sel (15,2433%). Sedangkan untuk bahan uji dengan kombinasi
25:75 hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan Fucoidan hanya 2,5433%.
Sementara itu untuk bahan uji kombinasi 75:25 dari hasil hidrolisis minyak kelapa
murni dan Fucoidan mengalami perluasan area luka (goresan), sehingga diperoleh
pada masa inkubasi 24 jam terdapat pada kombinasi minyak kelapa murni dan
Fucoidan 50:50, dimana hasil ini berbeda secara signifikan (p<0,05) dengan bahan
uji lainnya.
hasil hidrolisis minyak kelapa murni, fucoidan maupun kombinasi keduanya pada
perbandingan 50:50 pada jam ke-24 ini menunjukkan adanya kombinasi yang
sinergis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persentase penyembuhan luka pada
kombinasi 50:50 sebesar 77%. Data ini menunjukkan adanya efek sinergis dari
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setelah inkubasi 48 jam dari pemberian bahan uji, persentase
penyembuhan luka dari bahan uji kombinasi 50 : 50 dari hasil hidrolisis minyak
kelapa murni dan Fucoidan mencapai 100 %, begitu juga dengan hasil hidrolisis
minyak kelapa murni. Hal ini ditandai dengan tidak adanya area kosong pada
lapisan permukaan monolayer, semua sudah diisi oleh sel. Untuk Fucoidan
sebesar 82,5467 %, dan kontrol sel sendiri sudah mencapai 74,3600 %. Adapun
untuk kombinasi 25:75 dan 75:25 dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan
penutupan luka menunjukkan angka -3,3267 % dan -18,2367 %, hasil ini berbeda
hasil hidrolisis minyak kelapa murni, fucoidan maupun kombinasi keduanya pada
perbandingan 50:50 pada jam ke-48 ini menunjukkan adanya kombinasi yang
sinergis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persentase penyembuhan luka pada
kombinasi 50:50 sudah mencapai 100%. Data ini menunjukkan adanya efek
Pada akhir masa inkubasi 72 jam dari pemberian bahan uji persentase
penyembuhan luka dari bahan uji kontrol positif dan Fucoidan tunggal juga sudah
mencapai 100%. Kontrol sel sudah mencapai 92,7167%. Akan tetapi untuk
kombinasi 25:75 dan 75:25 dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil pengujian migrasi berupa persentase penutupan luka pada kombinasi
hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan Fucoidan 25:75 dan 75:25 tidak
hal ini ditandai dengan goresan yang semakin lebar. Efek negatif ini kemungkinan
dikarenakan oleh pada kombinasi 25:75 dan 75:25 maka konsentrasi dari masing-
masing bahan uji yang digunakan bukan lagi konsentrasi terbaik yakni 31,25
mcg/ml, akan tetapi pada konsentrasi yang lebih besar atau lebih kecil dari
terjadinya proses migrasi, sel-sel bisa lebih cepat bergerak untuk pembentukan sel
yang berbeda secara signifikan antara VCO dengan HVCO pada pengujian secara
in vitro (Ibrahim, et al., 2017; Justus, C.R., et al., 2014; Eberlein, et al., 2016;
Perbina, 2019).
terbaik untuk hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan Fucoidan adalah 50:50,
dimana hasil pada kombinasi ini memiliki perbedaan secara signifikan dengan
kombinasi yang lain (p<0,05), sehingga kombinasi terbaik ini akan digunakan
untuk pengujian selanjutnya yaitu pengujian ekspresi protein COX-2 dan VEGF
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Ekspresi Protein COX-2 dan VEGF Sel NIH 3T3
persentase ekspresi protein COX-2 dan VEGF dari masing-masing bahan uji dan
hasil analisis dengan SPSS 22 dapat dilihat pada Lampiran 21 Halaman 115,
yang dilengkapi dengan kamera optilab (perbesaran 40x) dapat dilihat pada
Gambar 4.4. Data persentase ekspresi protein COX-2 dan VEGF dengan
pemberian bahan uji dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5. Data yang
diperoleh dalam pengujian ini adalah dalam bentuk persentase yaitu persentase
perbandingan dari sel yang mengekspresikan protein dari total jumlah sel. Analisis
data dilakukan untuk menghitung jumlah sel yang mengekspresikan protein COX-
2 dan VEGF dengan menggunakan software optilab viewer 2.2 image raster.
Hasil analisis adalah melalui kuantifikasi gambar dari rata-rata 5 (lima) bidang
untuk angiogenesis. Selain itu COX-2 juga berperan dalam vasodilatasi pembuluh
darah sehingga sel-sel inflamasi dapat segera sampai di tempat radang dan
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bahan Uji Ekspresi COX-2 Ekspresi VEGF
HVCO tunggal
Fucoidan tunggal
Kombinasi HVCO
dan Fucoidan 50:50
Aloclair®
Kontrol sel
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.4 Persentase ekspresi protein COX-2 dan VEGF
% Ekspresi % Ekspresi
No Bahan Uji
Protein COX 2 Protein VEGF
1 Kontrol 6,4816±0,29969 7,3599±0,23778
®
2 Aloclair 27,1261±0,28401* 33,2574±0,36119*
3 HVCO Tunggal 28,4203±0,25630* 25,4550±0,21897*
4 Fucoidan Tunggal 26,8923±0,10610* 27,4068±0,24609*
Kombinasi HVCO dan
5 34,7558±0,09872* 30,0957±0,29865*
Fucoidan 50:50
Keterangan : Data merupakan hasil analisa statistik menggunakan Uji One way
Anova - Post-Hoc Tukey, (p<0,05); ± SEM; n=3 untuk setiap grup.
*p<0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan kontrol sel
(A)
(B)
Gambar 4.7 Persentase ekspresi protein dengan pemberian bahan uji
(A) Ekspresi protein COX-2; (B) Ekspresi protein VEGF
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa
untuk ekspresi protein COX-2 yang tertinggi terdapat pada bahan uji kombinasi
hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan Fucoidan 50:50, yakni sebesar
34,7558%. Hasil ini lebih tinggi 7,8635% dari Fucoidan tunggal (26,8923%),
lebih tinggi 6,3355% dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni tunggal
(28,4203%) dan lebih tinggi 7,6297% dari kontrol positif (27,1261%) Aloclair®
Plus Gel. Untuk kontrol sel sendiri, persen ekspresi protein COX-2 sebesar
persen ekspresi COX-2 dari Fucoidan tidak memiliki perbedaan secara signifikan
tertinggi ada pada kombinasi minyak kelapa murni dan Fucoidan 50:50, dimana
hasil ini memiliki berbeda secara signifikan dengan bahan uji lainnya (p<0,05).
baru. Itulah sebabnya faktor pertumbuhan ini dipilih untuk parameter aktivitas
aktivitas penyembuhan luka akan semakin baik. Data pada pengujian ekspresi
protein VEGF menunjukkan bahwa ekspresi yang tertinggi terdapat pada kontrol
positif Aloclair® Plus Gel sebesar 33,2574, dimana hasil ini berbeda secara
signifikan dengan bahan uji lainnya (p<0,05) . Untuk bahan uji kombinasi hasil
hidrolisis minyak kelapa murni dan Fucoidan 50:50, persen ekspresi protein
sebesar 30,0957%. Hasil ini lebih tinggi 2,6889% dari Fucoidan tunggal
(27,4068%) dan 4,6407% lebih tinggi dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni
tunggal (25,4550%). Untuk kontrol sel sendiri, persen ekspresi protein VEGF
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebesar 7,3599%. Persentase ekspresi protein VEGF dari masing-masing bahan
dari kombinasi memiliki perbedaan dengan tunggal baik tunggal HVCO maupun
Fucoidan (p<0,05).
ekstrak lidah buaya (Aloe vera) ditambah dengan bahan bahan lain seperti
penyembuhan luka dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni. Hasil penelitian
signifikan pada HVCO dibandingkan dengan VCO pada pengujian secara in vitro.
Park, et al. (2017) melakukan penelitian tentang aktivitas penyembuhan luka dari
Fucoidan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Fucoidan dapat
mempercepat penyembuhan luka ditandai dengan penyempitan luas area luka dan
peningkatan ekspresi TGF- β1, VEGFR dan MMP 9 (Nofikasari, I., et al., 2016;
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyembuhan luka terutama pada fase proliferasi. Dari hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa kombinasi dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni (HVCO)
dan Fucoidan memiliki aktivitas yang lebih baik yakni pada kombinasi 50:50
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
aktivitas penyembuhan luka secara in vitro yang lebih baik yaitu pada
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, disarankan untuk peneliti selanjutnya:
a. Menguji aktivitas penyembuhan luka dari kombinasi hasil hidrolisis
minyak kelapa murni dan fucoidan terhadap growth factor lain yang
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. NIH 3T3 Cell Line Mouse Embryonic Fibroblast- NIH 3T3 General
Information. [diakses 14 Februari 2019]; [2 screens]. Diambil dari: URL:
http://www. nih3t3.com
Abbas, A.K., and Lichtman, A.H. (2003). Cellular and Molecular Immunology.
5th ed. Philadelphia. Saunders. (522): 34- 45.
Ariffin, N.H.M., and Hasham, R. (2016). Potential Dermatological Application on
Asian Plants. Biotechnology and Bioprocess Engineering. 21: 337-354.
Ashrafi, M., Hague, A., Baguneid, M., Rasgado, T.A. and Bayat, A. (2018).
Wound Healing and Cutaneous Scarring Models of The Human Skin.
Skin Tissue Models. 9: 201-221.
Bando, T., Fujita, S., Nagano, N., Yoshikawa, S., Yamanishi, Y., et al. (2017).
Differential Usage of COX-1 and COX-2 in Prostaglandin Production by
Mast Cells and Basophils. Biochemistry and Biophysics Reports. 10: 82-
87.
Balzer, J., Heuer, K., Demir, E., Hofmanns, M.A., Baldus, S., Fuchs, P.C., et al.
(2015). Non-Thermal Dielectric Barrier Discharge (DBD) Effects on
Proliferation and Differentiation of Human Fibroblasts Are Primary
Mediated by Hydrogen Peroxide. Plos One. 10: 1-18.
Bao, M.D.P., Kodra, B.A.A., Canic, M.T., Golinko, M.D.M.S., Ehrlich, H.P., and
Brem, M.D.H. (2009). The Role of Vascular Endothelial Growth Factor in
Wound Healing. Journal of Surgical Research. 153: 347–358.
Borena, B.M., Martens, A., Broeckx, S.Y., Meyer, E., Chiers, K., and et al.
(2015). Regenerative Skin Wound Healing in Mammals: State-of-the-Art
on Growth Factor and Stem Cell Based Treatments. Cell Physiol Biochem.
36(1): 1-23.
CCRC (Cancer Chemoprevention Research Centre). (2009). Protokol Kultur
Sel. Yogyakarta: Cancer Chemoprevention Research Centre. Halaman 1
– 7.
Chua, L.S, Alitabarimansor, M., Lee, C.T., and Mat, R. (2012). Hydrolisis of
Coconut Oil Using Immobilized Lipase in a Batch Reactor. Enzyme
Research. 10: 1-5.
Cree, I.A. (2011). Cancer Cell Culture: Methods and Protocols. Edisi Kedua.
New York: Springer Humana Press. Halaman 237 – 244.
Cutting, K.F., White, R.J. and Legerstee, R. (2017). Evidence and Practical
Wound Care- An All-Inclusive Approach. Wound Medicine. 16: 40-45.
Daydrit, Fabian M. (2015). The Properties of Lauric Acid and Their
Significance in Coconut Oil. J Am Oil Chem Soc. 92: 1-15.
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPKES RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Ditjen POM. Hal. 1167,
1144, 1182-1183, 1216 .
Dorai, A.A. (2012). Wound care with traditional, complementary and alternative
medicine. Review Article. Indian Journal of Plastic Surgery. 45(2):418-
424.
Dosumu, O.O., Akinola, O.B., and Akang, E.N.,. (2012). Alkohol- Induced
Testicular Oxidative Stress and Cholesterol Homeostatis in Rats- The
Therapeutic Potential Of Virgin Coconut Oil. Review Article. Middle East
Fertility Society Journal. 17: 122-128.
Dryden, S.V, Shoemaker, W.G. and Kim, J.H. (2013). Wound Management and
Nutrition for Optimal Wound Healing. Atlas Oral Maxillofacial Surg Clin
N Am. 21. 37-47.
Eberlein, T., Gerke, P., Lorenz, H. and Ammer, R. (2016). Advantages in Wound
Healing by A Topical Easy To Use Wound Healing Lipo-gel For Abrasive
Wounds- Evidence From A Randomized, Controlled Experimental
Clinical Study. Wound Medicine. 15: 11-19.
Guo,S. and Dipietro, L.A. (2010). Factors Affecting Wound Healing. J Dent Res.
89(3). 219-229.
Gutner, G.C. (2007). Wound Healing, Normal and Abnormal. In Grabb and
Smith’s Plastic Surgery. 6th ed. Philadelphia. Elseviers. Halaman 15 – 22.
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Experimental Study in Sparague Dawley Rats. Alexandria Journal of
Medicine. 51: 53-63.
Harahap,U., Hasibuan, P.A.Z., Sitorus, P., Arfian, N., and Satria, D (2018).
Antimigration Activity of An Ethylacetate Fraction of Zanthoxylum
acanpodium DC. Fruits in 4T1 Breast Cancer Cells. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention. 19:565-569.
Harlystiarini. (2010). Kultur In Vitro Sel-Sel Fibroblas Fetus Tikus. Skripsi.
Program Studi Sarjana Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim, A.H., Li, H., Al-Rawi,S.S., Majid, A.S.A., Al-Habib, O.A., Xia, X., dkk.
(2017). Angiogenic and Wound Healing Potency of Fermented Virgin
Coconut Oil : In Vitro and In Vivo Studies. Am J Transl Res. 9(11): 4936-
4944.
Justus, C.R., Leffler, N., Ruiz-Echevarria, M., and Yang, L. V. (2014). In Vitro
Cell Migration and Invasion Assay. Journal of Visualized Experiments.
88: 1-8.
Li,B., Lu, F., Wei, X. and Zhao, R. (2008). Fucoidan: Structure and Bioactivity.
Molecules. 13: 1671-1695.
Lin,T., Zhong, L. and Santiago, J.L. (2018). Anti-Inflammatory and Skin Barrier
Repair Effects of Topical Aplication of Some Plants Oil. International
journal of Molecular Sciences. 19: 1-21.
Liu,M., Liu, Y., Jie, M., Liu, G.m Chen, Q, et al. (2017). Anti Bacterial Activity
and Mechanisms of Depolymerized Fucoidans Isolated from Laminaria
japonica. CarbohydratePolymers. 127: 294-305.
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Margata, L., Silalahi, J., Harahap, U., Suryanto, D dan Satria, D. (2019). The
ntibacterial Effect of Enzymatic Hydrolyzed Virgin Coconut Oil on
Propionibacterium acne, Bacillus subtilis, Staphylococcus epidermidis and
METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus. RASAYAN J Chem.
12 (2): 987-993.
Murakami, K., Aoki, H., Nakamura, S., Takikawa, M., Hanzawa, M., Kishimoto,
S., dkk. (2010). Hydrogel Blends of Chitin/ Chitosan, Fucoidan and
Alginate as Healing-Impaired Wound Dressing. Biomaterials. 31: 83-
90.
Nasir, N.A.M., Jalaludin, A.A., Abllah, Z., Shahdan, I.A. and Manan, W.N.H.W.A.
(2017). Virgin Coconut Oil and Its Antimicrobial Properties Against
Phatogenic Microorganisms: A Review. Advances In Health Science
Research. 8 : 192-197.
Nguyen, T.A.V., Le, T.D., Phan, H.N., and Tran, L.B. M. (2017). Antibacterial
Activity of Free fatty Acids from Hydrolized Virgin Coconut Oil Using
Lipase from Candida rugosa. Journal of Lipids. 1: 1-7.
Nofikasari, I., Rufaida, A., Aqmarina, C.D., Failasofia, Fauzia, A.R., dkk. (2016).
Efek Aplikasi Topikal Gel Ekstrak Pandan Wangi Terhadap
Penyembuhan Luka Gingiva. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2 (2):
53-59.
Obolensky, V.N., Ermolova, D.A., and Laberko, L.A. (2017). Clinical and
Economic Effectiveness Of The Use Of Platelet Rich Plasma In The
Treatment Of Chronic Wounds. Wound Medicine. 19 : 27-32.
O’Leary,R., Rerek, M., and Wood, J.W. (2004). Fucoidan Modulates the Effects
of Transforming Growth Factor (TGF)-β1 on Fibroblast Proliferation and
Wound Repopulation an In Vitro Models of Dermal Wound Healing. Biol.
Pharm. Bull. 27 (2) : 266-270.
Oostra, B.A. (1996). FMR 1 protein studies and animal model for Fragile X
syndrome. In : Hagerman RJ, Cronister A eds. Frafile X syndrome,
Diagnosis, Treatment, and Research. 2nd ed. Baltimore. The Johns
Hopkins University Press. Halaman 193 – 205.
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oshima,M., Yamaguchi, Y., Kappert, K., Micke, P. and Otsuka, K. (2009). bFGF
Rescues Imatinib/ STI571- Induced Apoptosis of sis-NIH3T3 Fibroblast.
Biochemical and Biophysical Research Communications. 381 : 165-170.
Park, J.H., Choi, S.H., Park, S.J. , Jin, C.Y., Lee, Y.J., Park, J.H., dkk. (2017).
Promoting Wound Healing Using Low Molecular Weight Fucoidan in a
Full-Thickness Dermal Excision Rat Model. Marine Drugs. 15: 112-127.
Perbina, Dian Ika. (2019). Efek Penyembuhan Luka dari Minyak Kelapa Murni
dan Hasil Hidrolisisnya Secara In Vitro. Tesis. Program Studi Magister
Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Pratsinis, H., Mavrogonatou,E. and Kletsas, D. (2018). Scarless Wound
Healing: From Development to Senescence. Advanced Drug Delivery
Reviews. 18: 1-11.
Pulung, M.L., Yogaswara, R., dan Sianipar, F.R. (2016). Potensi Anti Oksidan
dan Anti Bakteri Virgin Coconut Oil dari Tanaman Kelapa Asal Papua.
Chem Prog. 9(2): 75-82.
Schneider, C., Pratt, D.A., Porter, N.A., dan Brash, A.R. (2007). Control of
oxygenation in lipoxygenase and cyclooxygenase catalysis. Chemistry and
Biology. 14(5): 473–488.
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Siebert,A., Goren,I., Pfeilschifter,J., and Frank, S. (2016). Anti-Inflammatory
Effects of Rosiglitazone in Obesity-Impaired Wound Healing Depend on
Adipocyte Differentiation. Plos One. 10: 1-25.
Silalahi, J., Pertiwi, D., Dalimunthe, A., and Silalahi, Y.C. (2015). Effect of Acute
Consumption of Coconut and Palm Oil on Swimming Capacity Endurance
of Mice (Mus musculus). Asian Journal of Pharmaceuticl and Clinical
Research. 8(9). 55-59.
Silalahi, J., Situmorang, P., Patilaya, P., and Silalahi, Y.C. (2016). Antibacterial
Activity of Chitosan and Hydrolized Coconut Oil and Their Combination
Against Bacillus cereus and Escherecia coli. Asian Journal of
Pharmaceuticl and Clinical Research. 9(5). 69-73.
Soliman, A.M., Lin, T.S., Ghafar, N.A. and Das, S. (2018). Virgin Coconut Oil and
Diabetic Wound Healing: Histopathological and Biochemical Analysis.
Eur J Anat. 22 (2): 135-144.
Stites DP, Rodgers RP, Folds JD, Schmitz J. (1997). Clinical laboratory methods
for detection of antigen and antibodies. In : Stites DP, Terr AI, Parslow
TG eds. Medical Immunology. 9th ed. Ney Jersey. Prentice Hall. Halaman
53 – 211.
Susanto, T.D., Sujatno, M., Kuswinarti dan Yuwono, H.S. (2015). Efek Anti
Bakteri Virgin Coconut Oil terhadap Methicillin Resistant
Staphylococus aureus. Medicinus. 4(8): 274-281.
Topman, G., Huelin, F., Gefen, A. (2013). The Natural Medication for Wound
Healing Curcumin, Aloe-Verrand, Ginger, do not induce a significant
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
effect on the migration kinematics of cultured fibroblasts. Journal of
Biomechanics. 46: 170–174.
Tsiouris, C.G. and Tsiouri, M.G. (2017). Human Microflora, Probiotics and
Wound Healing. Wound Medicine. 19: 33-38.
Uchida, Koji (2017). HNE as an inducer of COX-2. Free Radical Biology &
Medicine. 111: 167-172.
Van, N.T.A., Hoa, P.N., Lam, T.B., and Ai, C.T.D. (2016). Enzymatic Hydrolisis
of Coconut Oil Using Free and Immobilized Porcine Pancreas Lipases.
Science and Technology Development. 19(3): 70-74.
Velnar, T., Bailey, T. and Smrkolj, V. (2009). The Wound Healing Process: An
Overview of The Cellular and Molecular Mecanisms. The Journal of
International Medical Research. 37 (5): 1528-1542.
Wang, P., Huang, B., Horng, H., Yeh, C. and Chen, Y. (2018). Wound Healing.
Journal Of The Chinese Medical Assosiation. 81. 94-101.
Wijesinghe, W.A.J.P. and Jeon, Y.J. (2012). Biological Activities and Potential
Industrial Application of Fucose Rich Sulfated Polysaccharides and
Fucoidans Isolated From Brown Seaweeds: A Review. Carbohydrate
Polymers. 88: 13-20.
Zhang, Y., Guan, X.Y., Dong, B., Zhao, M., Wu, J.H., Tian, X.Y., dkk. (2012).
Expression of MMP-9 and WAVE3 in colorectal cancer and its
relationship to clinicopathological features. J Cancer Res Clin Oncol.
(138): 2035–2044.
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1 . Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Gambar alat-alat
A B
C D
E F G
Keterangan : (A) Inkubator CO2 (Heraeus) tampak luar; (B) Inkubator CO2
(Heraeus) tampak dalam; (C) Microplate reader (Bio-Rad
microplate reader Benchmark serial no.11565, Jepang); (D)
Mikropipet berbagai ukuran; (E) haemocytometer (Nebauer
improved 0,100 mm Tiefe Depth Profondeur 0,0025 mm2 ,
Germany); (F) Counter; (G) Mikroplate 96-sumuran (Iwaki)
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Gambar bahan-bahan
B C
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Fucoidan
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Gambar sel NIH 3T3
Keterangan : (A) Sel NIH 3T3 baru ditanam kedalam sumuran (B) Sel NIH 3T3
sudah konfluent dan siap untuk dipanen
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Gambar goresan pada sel monolayer pada pengujian migrasi
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7. Bagan Alur Penelitian
Ditambahkan 30 ml aquades
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7 (Sambungan)
Residu : Filtrat I :
Fraksi air (lapisan bawah) Fraksi n-heksan (lapisan
atas)
Diekstraksi dengan 50 ml
n-heksan
Residu : Filtrat II :
Fraksi air (lapisan Fraksi n-heksan (lapisan
bawah) atas)
Digabungkan
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7 (Sambungan)
100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Prosedur Pembuatan Media Kultur
101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. Prosedur Pembuatan Media Kultur Lengkap
102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Prosedur Penumbuhan Sel NIH 3T3
103
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 11. Prosedur Subkultur Sel
Ditambahkan 6 ml DMEM
dihomogenkan
104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. Prosedur Panen Sel
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 13. Prosedur Penghitungan Sel
106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 14. Prosedur Pembuatan Larutan Uji
107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 15. Prosedur Uji aktivitas proliferasi Sel
108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 16. Prosedur Scratch Wound Healing
109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 17. Prosedur Analisa Ekspresi protein COX-2 dan VEGF dengan
Metode Imunositokimia
110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 18. Data bilangan asam VCO dan HVCO
Keterangan:
N NaOH = Normalitas NaOH
Miligram asam kalium biftalat = berat kalium biftalat yang ditimbang
BE = Berat ekivalen kalium biftalat
V = volume titrasi
No. Berat kalium biftalat (mg) Volume titrasi (ml) Normalitas (N)
1 20,07 2,0 0,4913
2 20,03 2,1 0,4670
3 20,17 2,1 0,4762
Normalitas rata-rata 0,4762
Keterangan:
ml = volume titrasi
N NaOH = Normalitas NaOH (0,4762)
BM NaOH = 40
g = Berat minyak yang diuji
BM KOH = 56
111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 18 (Sambungan)
112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 19. Perhitungan persentase sel hidup pada pengujian aktivitas
proliferasi sel
10,000 %
Lampiran 19 (Lanjutan)
113
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Konsentrasi Bahan Persentase sel
Bahan Uji Absorbansi
Uji hidup (%)
114
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rumus hitung persentase penutupan luka
Contoh % penutupan luka untuk kontrol sel pada inkubasi 24 jam adalah:
Contoh % ekspresi protein COX-2 untuk Kontrol pada inkubasi 24 jam adalah:
115
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Ekspresi protein COX-2
116
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52 154 206 25,24271845
4 Fucoidan Tunggal 61 159 220 27,72727273
59 155 214 27,57009346
56 152 208 26,92307692
5 Kombinasi HVCO 67 160 227 29,5154185
Fucoidan 50:50 72 164 236 30,50847458
69 159 228 30,26315789
117
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 22. Analisis statistik dari persen sel hidup pada pengujian aktivitas
proliferasi sel
a. Uji Normalitas sampel
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Uji Anova
Descriptives
PERSENTASE PROLIFERASI
95% Confidence
ANOVA
PERSENTASE PROLIFERASI
119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSENTASE PROLIFERASI SEL
a
Tukey HSD
Bahan Uji N 1 2 3 4 5 6 7 8
120
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 23. Analisis statistik dari persentase penyembuhan luka pada uji
aktivitas migrasi sel
a. Uji Normalitas sampel
Tests of Normalityb,c,d,e,f,g
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Bahan Uji Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pesen KONTROL SEL 24 JAM ,269 3 . ,949 3 ,567
Penutupan KONTROL POSITIF 24 JAM ,274 3 . ,944 3 ,545
Luka FUCOIDAN TUNGGAL 24 JAM ,222 3 . ,986 3 ,770
HVCO TUNGGAL 24 JAM ,218 3 . ,988 3 ,786
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,333 3 . ,861 3 ,271
50:50 24 JAM
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,199 3 . ,995 3 ,865
25:75 24 JAM
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,206 3 . ,993 3 ,838
75:25 24 JAM
KONTROL SEL 48 JAM ,237 3 . ,976 3 ,705
KONTROL POSITIF 48 JAM ,215 3 . ,989 3 ,798
FUCOIDAN TUNGGAL 48 JAM ,179 3 . ,999 3 ,948
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,294 3 . ,921 3 ,456
25:75 48 JAM
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,292 3 . ,923 3 ,463
75:25 48 JAM
KONTROL POSITIF 72 JAM ,176 3 . 1,000 3 ,988
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,292 3 . ,923 3 ,463
25:75 72 JAM
KOMBINASI HVCO FUCOIDAN
,175 3 . 1,000 3 ,989
75:25 72 JAM
a. Lilliefors Significance Correction
b. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = HVCO TUNGGAL 48 JAM. It has been omitted.
c. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = KOMBINASI HVCO FUCOIDAN 50:50 48 JAM. It
has been omitted.
d. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = KONTROL SEL 72 JAM. It has been omitted.
e. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = FUCOIDAN TUNGGAL 72 JAM. It has been omitted.
f. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = HVCO TUNGGAL 72 JAM. It has been omitted.
g. Pesen Penutupan Luka is constant when Bahan Uji = KOMBINASI HVCO FUCOIDAN 50:50 72 JAM. It
has been omitted.
121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Uji Anova
Descriptives
for Mean
KONTROL SEL 24 JAM 3 15,2433 ,71842 ,41478 13,4587 17,0280 14,45 15,85
FUCOIDAN TUNGGAL 24 JAM 3 29,7100 1,00732 ,58158 27,2077 32,2123 28,78 30,78
HVCO TUNGGAL 24 JAM 3 62,3700 ,77485 ,44736 60,4452 64,2948 61,65 63,19
KOMBINASI HVCO
3 77,5067 ,49571 ,28620 76,2752 78,7381 76,94 77,86
FUCOIDAN 50:50 24 JAM
KOMBINASI HVCO
3 2,5433 ,28572 ,16496 1,8336 3,2531 2,27 2,84
FUCOIDAN 25:75 24 JAM
KOMBINASI HVCO
3 -9,0700 ,61221 ,35346 -10,5908 -7,5492 -9,71 -8,49
FUCOIDAN 75:25 24 JAM
KONTROL SEL 48 JAM 3 74,3600 ,78937 ,45574 72,3991 76,3209 73,51 75,07
FUCOIDAN TUNGGAL 48 JAM 3 85,6167 ,52520 ,30322 84,3120 86,9213 85,10 86,15
HVCO TUNGGAL 48 JAM 3 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,00 100,00
KOMBINASI HVCO
3 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,00 100,00
FUCOIDAN 50:50 48 JAM
KOMBINASI HVCO
3 -3,3267 ,35949 ,20755 -4,2197 -2,4336 -3,73 -3,04
FUCOIDAN 25:75 48 JAM
KOMBINASI HVCO
3 -18,2367 ,04163 ,02404 -18,3401 -18,1332 -18,27 -18,19
FUCOIDAN 75:25 48 JAM
KONTROL SEL 72 JAM 3 92,7167 ,94002 ,54272 90,3815 95,0518 91,78 93,66
FUCOIDAN TUNGGAL 72 JAM 3 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,00 100,00
HVCO TUNGGAL 72 JAM 3 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,00 100,00
KOMBINASI HVCO
3 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,00 100,00
FUCOIDAN 50:50 72 JAM
KOMBINASI HVCO
3 -18,2367 ,04163 ,02404 -18,3401 -18,1332 -18,27 -18,19
FUCOIDAN 25:75 72 JAM
KOMBINASI HVCO
3 -29,2733 ,50501 ,29157 -30,5278 -28,0188 -29,78 -28,77
FUCOIDAN 75:25 72 JAM
Total 6,0015
63 51,0975 47,63585 39,1005 63,0944 -29,78 100,00
5
122
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANOVA
Persen Penutupan Luka
123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Persen Penutupan Luka
a
Tukey HSD
Bahan Uji N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ALOCLAIR 48 JAM 3 82,5467
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 ,786 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 24. Analisis statistik dari persentase ekspresi protein COX-2 pada uji
aktivitas ekspresi protein dengan metode imunositokia
a. Uji Normalitas sampel
Tests of Normality
Kolmogorov-
a
Smirnov Shapiro-Wilk
Statisti
Bahan Uji c df Sig. Statistic df Sig.
KOMBINASI HVCO
,282 3 . ,936 3 ,512
FUCOIDAN 50:50
b. Uji Anova
Descriptives
Persen Ekspresi COX-2
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Persen Ekspresi COX-2
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Total 1374,212 14
126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Persen Ekspresi COX-2
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Bahan Uji N 1 2 3 4
ALOCLAIR 3 27,1261
127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 25. Analisis statistik dari persentase ekspresi protein VEGF pada uji
aktivitas ekspresi protein dengan metode imunositokia
a. Uji Normalitas sampel
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KOMBINASI HVCO
,294 3 . ,921 3 ,457
FUCOIDAN 50:50
b. Uji Anova
Descriptives
PERSEN EKSPRESI VEGF
95% Confidence Interval
for Mean
FUCOIDAN
3 27,4068 ,42624 ,24609 26,3480 28,4656 26,92 27,73
TUNGGAL
KOMBINASI HVCO
3 30,0957 ,51728 ,29865 28,8107 31,3807 29,52 30,51
FUCOIDAN 50:50
ANOVA
PERSEN EKSPRESI VEGF
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Total 1235,057 14
128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSEN EKSPRESI VEGF
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Bahan Uji N 1 2 3 4 5
KOMBINASI HVCO
3 30,0957
FUCOIDAN 50:50
ALOCLAIR 3 33,2574
129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA