SKRIPSI
ARIF RAHMAN
G701 17 194
JUNI, 2021
i
EFEK IMUNOMODULATOR FORMULA NANOPARTIKEL DAN
EKSTRAK ETANOL 70% BENALU BATU (Begonia medicinalis)
TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA
MENCIT JANTAN (Mus musculus)
SKRIPSI
ARIF RAHMAN
G701 17 194
JUNI, 2021
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universita Tadulako
iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Dekan FMIPA
Universitas Tadulako
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang telah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis pada naskah dan
disebutkan pada kutipan serta daftar pustaka. Jika terdapat kesamaan dengan
karya orang lain maka saya akan bertanggung jawab akan hal itu sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Arif Rahman
G 701 17 194
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga
selalutercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kepada keluarganya, para
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Penulis skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tadulako. Judul penulis ajukan adalah “Efek Imunomodulator
Formula Nanopartikel Dan Ekstrak Etanol 70% Benalu Batu (Begonia
Medicinalis) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Pada Mencit Jantan
(Mus Musculus)”.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,
namunberkat bantuan, bimbingan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak
sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan segala hormat penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada segala pihak yang berperan penting
dalam penyelesaian skripsi ini. Teristimewa dengan rasa bangga penulis
persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada yang telah membesarkan,
memberikan kehidupan yang baik, serta membimbing dan mendidik penulis,
yakni Ayahanda Bardin Masikon dan Ibunda Mariati Doating. Dan terima kasih
kepada adik saya yang telah memberikan motivasi dan dukungan yakni Adinda
Indra Hadisetya.
vii
1. Bapak prof. Dr. Ir. H. Mahfudz MP. Selaku rektor Universitas Tadulako yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Universitas Tadulako.
3. Bapak apt. Syariful Anam, S.Si., M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Farmasi.
Serta Ibu apt. Dr. Yuliet, S.Si., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Farmasi
FMIPA UNTAD.
4. Ibu Wa Ode Sitti Musnina, S.Si.,M.Sc. selaku Dosen wali yang telah banyak
membantu dalam perancangan program mata kuliah penulis selama
perkuliahan.
5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah banyak
membantu dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
8. Kak Muh. Arman Gumarlin S.Farm , terima kasih telah membantu serta
memberikan masukkan dalam penelitian.
9. Teman-teman tim PharmaMeds dan tim Benalu Batu 2017, terima kasih
karena selalu menemani dan membantuserta memberikan masukkan pada saat
penelitian.
viii
10. Teman-teman Kelas D angkatan 2017 telah memberikan bantuan, semangat
dan dukungan selama perkuliahan dan penyususnan skripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisanini masih jauh dari kata kesempurnaan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, Aamiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
BABI PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………...…… .. 2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………....... 2
1.5 Hipotesis Penelitian……………………………………………… . 3
1.6 Batasan Masalah…………………………………………….…… . 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..……. ...... 4
2.1 Tanaman Benalu Batu…………………………………………… . 4
2.1.1Klasifikasi…………………………………………….…… ... 4
2.1.2Morfologi…………..……………………………………... .... 4
2.1.3Kandungan………..……………………………………..... .... 5
2.1.4 Khasiat………………………………………………..…… .. 6
2.2 Ekstraksi….……………………………………………..…. ... 6
2.3 Nanopartikel……………………………………….………..….. .... 7
2.4 Imunomodulator……………………………………..….… . 9
2.5 Hewan Uji……………………………………………….......… ..... 10
2.5.1Mencit (Mus Musculus)…..………………………...…… ...... 10
2.5.2 Klasifikasi Mencit………….……………………………...... 11
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...……....... 12
x
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….....12
3.2 Waktu danTempatPenelitian………………………………….........12
3.3 Alat dan Bahan………….…………………………………..… ......12
3.3.1Alat………………………………………………..….… .......12
3.3.2 Bahan…………………………………………….………. ....12
3.4 Hewan Uji ........................................................................................ 13
3.5 Tahapan Penelitian………………………………………..…… .....13
3.5.1 Pengumpulan dan Deteminasi Tanaman .................................13
3.5.2 Pembuatan Simplisia …………………………………… .......13
3.5.3 Ekstraksi………………………………………..………. .......13
3.5.4 Pembuatan Formula Nanopartikel……………….………......14
3.5.5 Pembuatan Na-CMC 0,5 %......................................... ............15
3.5.6 Pembuatan Suspensi Stimuno ……………………..…… ......15
3.5.7 Pembuatan Suspensi Formula Nanopartikel………….… ......15
3.5.8 Pembuatan Suspensi Ekstrak…………………………….......15
3.5.9 Perlakuan Hewan Uji…………………………………… ......15
3.5.10 Menghitung Aktivitas Fagositosis……………….….….......16
3.5.11 Analisis Statistik…………………………………….….......16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..… .......17
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………..…… ......17
4.2 Pembahasan……………………………………..………..…… ......22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….… ........27
5.1 Kesimpulan………………………………………………...… .......27
5.2 Saran……………………………………………………….…........27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… .... 28
LAMPIRAN ………………………………………………….…...……………. ..... 33
RIWAYAT HIDUP……………………………………..……………….………..... 52
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
limfosit (imunostimulator) dan tidak ada yang bersifat mensupresi sel
limfosit (Khumaidi A et al., 2020).
2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
mengenai manfaat tumbuhan benalu batu (Begonia medicinalis) sebagai
terapi imunomodulator.
2. Bagi Peneliti
Memberikan pemahaman dalam menganalisis kandungan suatu
tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan dalam terapi
imunomodulator.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah Sulawesi Tengah mengenai
manfaat tumbuhan benalu batu (Begonia medicinalis) bagi kesehatan
dalam terapi imunomodulator, sehingga kelestarian dari tumbuhan
tersebut dapat dijaga dan dibudidayakan agar tidak punah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Morfologi
Tanaman benalu batu (Begonia medicinalis) banyak terdapat di
hutan hujan tropis yang merupakan habitat aslinya, tumbuh ini
biasanya hidup ditempat teduh dan lembab pada antara batuan yang
lebih besar, tumbuh pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut.
Benalu batu merupakan tumbuhan endemik Kabupaten Morowali,
Sulawesi tengah dan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi selatan
(Wisnu, et al. 2019). Nama „medicinalis‟ sendiri mengacu pada
4
penggunaan spesies ini dalam penggobatan tradisional di Sulawesi
Tengah (Anam, et al. 2014).
2.1.3 Kandungan
Tanaman benalu batu memiliki senyawa saponin, tanin, flavonoid
dan polifenol (Ritna, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Zubair et al (2019) ditemukan steroid glikosida dari Begonia sp
yaitu9(11)α-dioxirane-20-25-dihidroxy-β-sitosterol-3-O-β-
glucopyranoside serta sterid glikosida yang telah diketahui β-
sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside. Pada penelitian ini juga
diketahui bahwa senyawa pertama lebih potent dan selektif terhadap
kanker payudara (HeLa) dengan nilai IC 50 0,16 μg/mL. Struktur dari
senyawa diatas dapat dilihat pada gambar 2.
5
2. β-sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside.
Sumber: Artikel Tailor & Francis Group 2019
DOI: 10.1080/14786419.2019.1669026
2.1.4 Khasiat
Tanaman benalu batu (Begonia medicinalis)sering digunakan
sebagai tanaman obat tradisional seperti penyakit tumor, kanker,
asma, batuk kering, sakit pinggang, ginjal, maag, laksatif,
melancarkan haid yang tidak teratur, kencing batu, TBC, kencing
manis, asam urat dan sebagainya (Anam, dkk. 2014).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa dari tanaman (simplisia)
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman(Mukhriani,2014).
2.3 Nanopartikel
2.3.1 Pengertian Nanopartikel
Nanopartikel adalah mengubah ukuran partikel sehingga ukuran
partikel zat tersebut berukuran 1-1.000 nm (Strambeanu et al., 2015).
Formulasi nano terbukti dapat memodulasi sistem imun dengan
meningkatkan fagositasi makrofag hal ini dilihat dari indeks dan rasio
fagositosi yang lebih tinggi dari pada kontrol positif dan formulasi
tanpa sistem nano, di mana semakin tinggi indeks dan rasio fagositasi
6
menunjukkan aktivitas fagositasi makrofag semakin meningkat
(Darmawan, et al. 2017).
7
b. Nanoliposom
Liposom merupakan konsentrat vesikel lapis ganda yang
terdapat cairan di dalamnya dengan dibungkus membrane lipid
lapis ganda yang terbuat dari fosfolipid alam umumnya.
Liposom terbentuk ketika lapisan lipid tipis terhidrasi dan
sejumlah kristal cair lapis ganda mengembang. Liposom
biasanya digunakan sebagai pembawa obat sediaan kosmetik
untuk mempertahankan kelembaban kulit. Nanoliposom dapat
dimanfaatkan sebagai perlindungan terhadap obat dari degradasi
biologis sebelum sampai pada tempat yang diharapkan.
d. Misel
Misel merupakan agregat molekul ampifatik dalam air dengan
bagian nonpolar di dalam dan polar di luar pada bagian yang
terpapar air. Dengan struktur itu obat yang bersifat hidrofob
terdisposisi di bagian dalam inti misel sehingga cocok sebagai
pembawa obat yang tidak larut air. Misel memiliki kegunaan
pada stabilitas termodinamik dalam larutan fisiologis yang
mengakibatkan disolusi lambat secara in vivo.
e. Dendrimer
Dendrimer merupakan makromolekul yang terdiri atas cabang-
cabang di sekeliling inti pusat yang bentuk dan ukurannya dapat
diubah sesuai yang diinginkan. Molekul obat dapat dimuat baik
8
dalam dendrimer atau diabsorpsi pada permukaannya.
Dendrimer cocok untuk zat penyalut untuk perlindungan dan
penghantaran obat menuju target yang spesifik sehingga dapat
mengurangi tokisitas.
f. Nanopartikel Polimerik
Nanopartikel polimerik terbagi menjadi nanokapsul dan
nanosfer. Nanokapsul terdiri dari polimer yang membentuk
dinding yang melingkupi inti dalam di mana obat dijerat.
Nanosfer terbuat dari matrik polimer padat dan senyawa obat
terdispersi di dalamnya. Polimer yang biasa digunakan antara
lain poli asam laktat (PLA), poli asam glikolat (PGA), poli
alkilsianiakrilat (PACA), dan lainnya. Beberapa polimer alam
antara lain kitosan.
9
Selanjutnya dalam kondisi pengadukan yang terus menerus maka
pelarut organik akan menguap yang mengakibatkan PLGA yang larut
dalamnya tidak bercampur dengan fase lainnya, hal ini karena PLGA
hanya larut dalam pelarut organik, akibatnya akan terbentuk sistem
suspensi akan tetapi karena awalnya telah terbentuk partikel berukuran
nano maka suspense yang dihasilkan juga masih dalam ukuran nano.
Kemudian agar dapat dipisahkan dari air, campuran tadi disentrifugasi
kemudian dikeringkan sehingga didapatkan nanopartikel (Pin et al,
2013).
10
rendah. PLGA telah disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) sebagai bahan terapi untuk manusia (Husni, 2018).
3. Natrium Alginat
Alginal secara luas digunakan sebagai pengental dan suspending
agen dari berbagai sediaan seperti pasta, kream, dan gel. Serta
digunakan sebagai stabiliser untuk emulsi tipe minyak dalam air.
Pemerian untuk alginat yaitu tidak berasa, hampir tidak berwarna,
kuning hingga putih kekuninga, serbuk fibrous. Dalam formulasi
ini alginat digunakan sebagai penstabil emulsi dan untuk dapat
digunakan maka alginat perlu suatu bahan yang disebut
crosslinked, yang mana cross linked yang dapat digunakan pada
alginat yaitu garam kalsium, seperti kalsium sitrat atau kalsium
klorida (Rowe et al., 2009).
5. Span 60
Span 60 digunakan dengan kombinasi agen pengemusi hidrofilik
untuk pembuatan emulsi tipe minyak dalam air (o/w) pada
konsentrasi 1-10% serta digunakan untuk meningkatkan ikatan air
dan minyak pada salep dengan konsentrasi 1-10%. Biasanya
dijumpai berbentuk krim, cairan atau padatan dengan warna kuning
sawo dengan rasa dan bau yang khas. (Rowe et al., 2009).
11
6. Kloroform
Kloroform sering digunakan sebagai peraksi. Pemerian kloroform
yaitu cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, mempunyai
sifat khas, bau eter, rasa manis dan membakar. Mendidih pada suhu
kurang lebih 61o dipengaruhi cahaya. Kelarutan dari kloroform
yaitu sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan
eter, dengan benzena, dengan heksana, dan dengan lemak dan
minyak menguap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).
7. Etanol
Etanol teridiri dari tidak kurang 99,2% b/b, setara dengan tidak
kurang dari 99,5% v/v C2H5OH, pada suhu 15,56o. Pemerian etanol
yaitu cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap walaupun
pada suhu rundah dan mendidih pada suhu 78o serta mudah
terbakar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
8. Air
Air secara luas digunakan untuk bahan baku, bahan campuran dan
pelarut pada proses formulasi, air yang digunakan pada industri
farmasi yaitu air minum, air murni, air steril, air untuk injeksi, air
steril untuk injeksi, airbakteriostatik untuk injeksi, irigasi steril,
atau air steril untuk inhalasi. Pemerian untuk air yaitu jernih, tidak
berwarna dan cairan yang tidak memiliki rasa (Rowe et al., 2009).
2.4 Imunomodulator
Sistem imun adalah sekumpulan dalam mahluk hidup yang melindunginya
terhadap infeksi dengan membunuh substansi patogen. Sistem imunitas
berfungsi untuk mendeteksi bahan patogen, seperti virus dan parasit serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk
12
memusnahkan bakteri, virus dan patogen lainnya yang masuk ke dalam
tubuh (Sudiano, 2014).
Sistem kekebalan tubuh manusia terbagi atas dua yaitu sistem kekebalan
tubuh spesifik dan nonspesifik yang berfungsi melindungi tubuh dari
paparan zat asing yang dapat menimbulkan suatu penyakit bagi tubuh.
Sistem kekebalan tubuh non-spesifik dapat mendeteksi adanya benda asing
sehingga melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan, tetapi tidak
dapat mengenali benda asing tersebut, seperti kulit, kelenjar keringat, air
mata, rambut pada lubang hidung. Sedangkan sistem kekebalan tubuh
spesifik dapat menghancurkan zat asing yang berhasil melewati sistem
kekebalan tubuh non-spesifik, meliputi imunitas humoral (limfosit B) dan
imunitas seluler (limfosit T) (Sri Harti, 2013).
13
antara 4-5 hari. Mencit jantan memiliki berat badan sekitar 18-35
gram. Biasanya mencit dapat hidup selama 1-2 tahun dan dewasa pada
umur 35-60 hari. Mus musculus memiliki masa reproduksi 1,5 tahun
dengan waktu kehamilannya 19-21 hari. Mencit dapat melahirkan 6-
15 ekor (Akbar, 2010).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak benalu batu (Begonia
medicinalis), etanol 70%, larutan PBS (Phospat Buffered Saline) pH 7,2,
NaCl 0,9%, Na CMC 0,5%, disposable syringe 1 mL dan 3 mL, hand
15
scoon, masker, natrium alginat, kalsium klorida (CaCl 2), PVA (polivinil
Alkohol), PLGA (Poly-lactic-co-Glicolic Acid), kloroform, aquades,
methanol, pewarna giemsa 10%, stimuno®, immerse oil, ketamine.
3.5.3 Ekstraksi
Ekstraksi sampel dilakukan dengan pelarut etanol 70% dengan
sampel sebanyak 500 gr serbuk benalu batu (Begonia medicinalis)
kemudian dimasukkan dalam bejana dan dimaserasi dengan 1,5 L
etanol 70% selama 3 hari, pada setiap harinya dilakukan
pengadukan. Setelah itu disaring dan dilakukan lagi maserasi dengan
cara menambahkan pelarut etanol 70% kedalam sampel. Hal ini
16
dilakukan sebanyak 3 kali. Dari hasil proses maserasi kemudian
dikumpulkan hasil maserat tersebut dan diuapkan dengan
o
menggunakan Rotary evaporator pada suhu 65 C dengan kecepatan
hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dihitung rendamen
ekstrak kentalnya menggunakan perhitungan sebagai berikut:
17
stirer. Biarkan diaduk hingga semua kloroform menguap (bau dari
kloroform hilang). Setelah itu disentrifugal pada kecepatan 5.000
rpm selama 15 menit. Kemudian dikeringkan dengan metode freeze
drying setelah kering (bentuk serbuk) ditempatkan pada wadah
tertutup baik.
18
positif (Stimuno®) yang mengandung ekstrak meniran komersial
dosis 6,5 mg/KgBB, kelompok 3 diberikan formula nanopartikel
15,5 mg/KgBB, kelompok 4 diberikan ekstrak benalu batu dengan
dosis 60 mg/KgBB, kelompok 5 diberikan ekstrak benalu batu
dengan dosis 120 mg/KgBB, kelompok 6 diberikan ekstrak benalu
batu dengan dosis 240 mg/KgBB. Perlakuan hewan uji dilakukan
setiap 1 hari sekali selama 7 hari secara peroral sesuai dengan
volume pemberian.
% Aktivitas fagositosis =
19
3.5.11 Analisis Statistik
Data hasil pengujian dianalisis secara statistik menggunakan uji
statistik One-Way Anova. Interpretasi data anova yang diamati yaitu
nilai signifikansi (sig<0,05) dan data terdistribusi normal serta
homogen nilai signifikansi (sig>0,05).
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tikus 2
Tikus 3
Tikus 4
21
Stimuno Tikus 1
Tikus 2
Tikus 3
Tikus 4
Formula Tikus 1
Nano-
partikel
Tikus 2
Tikus 3
Tikus 4
Ekstrak 60 Tikus 1
22
Tikus 2
Tikus 3
Tikus 4
Ekstrak Tikus 1
120
Tikus 2
Tikus 3
Tikus 4
Ekstrak Tikus 1
240
Tikus 2
23
Tikus 3
Tikus 4
Berikut perbedaan gambar makrofag aktif dan makrofag tidak aktif pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
Keterangan:
A: Makrofag aktif
Stimuno 127 158 328 411 191 231 170 209 204 252,25
Formula 530 620 361 429 284 335 123 146 324,5 382,5
Ekstrak 60 102 119 425 500 546 639 443 512 379 442,5
Ekstrak
313 354 243 277 390 445 605 691 387,75 441,75
120
Ekstrak
379 423 653 727 374 414 184 202 397,5 441,5
240
24
Tabel 4.4 Persen Aktivitas Fagositosis Makrofag
% Aktivitas
Sediaan Uji Rata-Rata SD
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4
25
4.2 Pembahasan
Tanaman benalu batu diperoleh dari Desa Wawopada, Kecamatan Lembo,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan dilakukan
identifikasi di UPT. Herbarium Universitas Tadulako, untuk memastikan
bahwa tanaman yang digunakan merupakan tanaman benalu batu (Begonia
medicinalis). Simplisia benalu batu dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dihaluskan menggunakan blender agar memudahkan dalam proses ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70%, pelarut etanol
bertujuan agar ekstrak yang dihasilkan tidak mudah ditumbuhi jamur,
penyerapannya cukup baik, dapat bercampur dengan air, etanol juga bersifat
semipolar yang artinya dapat menarik senyawa – senyawa yang bersifat
polar dan nonpolar (Puspitasari dan Proyogo, 2017). Setelah proses maserasi
kemudian diuapkan dengan menggunakan Rotary evaporator pada suhu
65oC. Rotary evaporator digunakan untuk memisahkan maserat yang masih
mengandung ekstrak dan pelarut didalamnya sedangkan penggunaan suhu
650C diketahui sangat baik untuk suhu pengeringan (Victory S.A. et al,
2017).
Pembuatan sediaan uji terlebih dahulu dibuat larutan stok Na-CMC 0,5%
dengan disiapkan Na-CMC (serbuk) yang telah ditimbang dan dimasukkan
ke dalam mortar, kemudian dilarutkan dengan aquades dan dihomogenkan
dengan homogenizer. Setelah itu disiapkan stimuno, formula nanopartikel
dan ekstrak yang telah ditimbang sesuai dengan dosis kelompok pemberian
kemudian dimasukkan ke dalam mortar serta disuspensikan dengan Na-
CMC 0,5% dan digerus menggunakan alu sampai homogen.
26
yang sudah beredar diapotek dengan kelompok yang akan diteliti,
pemberian ekstrak meniran secara peroral pada mencit dapat meningkatkan
fagositosis sel makrofag (Diah puspitasari, 2010). Kelompok formula
nanopartikel yang mengandung ekstrak benalu batu 60 mg dan basis
nanopartikel bertujuan sebagai pembanding kelompok uji sediaan ekstrak 60
mg dengan alasan untuk melihat efek ativitas fagositosis dari kedua
kelompok sediaan uji, dan kelompok uji dengan variasi 3 dosis yaitu ekstrak
60 mg, 120 mg, 240 mg, kelompok uji ini bertujuan sebagai perbandingan
untuk melihat efektifitas imunomodulator pada hewan uji.
27
100
60
40
20
0
Na-CMC Stimuno Formula Ekstrak Ekstrak Ekstrak
60 120 240
Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat pada kelompok uji ekstrak 240
mg/KgBB memiliki persen paling tinggi dibandingkan sediaan uji lainnya
dengan nilai persen sebesar 90,20%, kemudian diikuti kelompok uji ekstrak
120 mg/KgBB dengan nilai sebesar 87,83%, selanjutnya diikuti kelompok
uji ekstrak 60 mg/KgBB dengan nilai sebesar 85,66% dan kelompok uji
formula dengan nilai persen sebesar 84,65%. Persen aktivitas fagositosis
makrofag terendah terdapat pada kelompok Na-CMC 0,5% (kontrol negatif)
yaitu sebesar 65,99 % diikuti Stimuno® 6,5 mg/KgBB (kontrol positif)
dengan persen sebesar 81,04 %.
28
dapat disebabkan oleh penggunaan bakteri Stapylococcus aureus dimana
bakteri yang digunakan telah beberapa kali mengalami proses kultur
(peremajaan/perkembangbiakan).
29
teraktivasi akan mengekspresikan sitokin IFN-ɣ yang dapat mengaktifkan
makrofag. Makrofag yang teraktivasi kemudian akan memperkuat proses
fagositosis dengan menghasilkan senyawa yang salah satunya adalah nitrit
oksida (NO) yang sangat efektif dalam melawan adanya infeksi bakteri.
Flavonoid sebagai immunostimulan dapat memberikan rangsangan
intraseluler seperti sel makrofag dan sel T agar bekerja lebih baik. aktifasi
makrofag oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya akan
membuat daya fagosit makrofag menjadi lebih baik dan mengeliminasi
infeksi yang masuk (Yogi Khoirul A. dkk, 2018).
Data hasil pengamatan fagositosis makrofag dilakukan analisis uji One way
anova. Uji One way anova merupakan uji parametrik yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok uji.
Hasil analisis uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan data
terdistribusi normal dan homogen dengan nilai sig > 0,05, sehingga
memenuhi syarat untuk dilanjutkan pengujian One way anova (sig < 0,05),
hasil analisis pada uji One way anova diperoleh nilai (sig = 0,20) dimana
hipotesis H0 (tidak terdapat perbedaan) diterima dan hipotesis H1 (terdapat
perbedaan) ditolak, sehingga menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata
yang signifikan pada semua kelompok sediaan uji.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak dan formula nanopartikel benalu batu (Begonia medicinalis) dengan
dosis 60 mg/KgBB memiliki efek imunomodulator dan dosis yang memiliki
aktivitas fagositosis tertinggi terdapat pada ekstrak 240 mg/KgBB.
5.2 Saran
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain
untuk pengujian imunomodulator terhadap aktivitas fagositosis makrofag.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ajazuddin, & Saraf, S. (2010). Applications of novel drug delivery system for
herbal formulations. Fitoterapia, 81(7), 680–689.
https://doi.org/10.1016/j.fitote.2010.05.001
Aldi, Y., Nisya, O., dan Dian, H., 2013. Uji Imunomodulator Beberapa Subfraksi
Ekstrak Etil Asetat Meniran (Phyllanthus niruri L.) pada Mencit Putih
Jantan Dengan Metode Carbon Clearance. Prosiding Seminar Nasional
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 201.
Anam, Syariful dkk, 2014. Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanol Benalu Batu
(Begonia sp.):Ethnomedicine Suku Wana Sulawesi Tengah, Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 12(1): 10-16.
Besung, N.K., Nyoman, M.A., Ketut, S., dan Ni Ketut, S., 2016, Hubungan
Antara Aktivasi Makrofag dengan Kadar Interleukin-6 dan Antibodi
Terhadap Salmonella Typhi pada Mencit, Jurnal Kedokteran Hewan.
Chew, K.K., M.Z. Khoo, S.Y. Ng, Y.Y. Thoo,W.M.W. Aida dan C.W. Ho.
2011.Effect of ethanol concentration,extraction time and
32
extractiontemperature on the recovery of phenoliccoumponds and
antioxidant capacity ofCentella asiatica extract. InternationalJournal of
Food Research 18(4):1427-1435.
33
Khumaidi A, et al (2020). Profi l Proliferasi Sel Limfosit Benalu Batu ( Begonia
medicinalis ) Asal Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah (
Lymphocyte Cell Proliferation Profi le of Begonia medicinalis from North
Morowali Regency Central Sulawesi Province ). 18(1), 61–67.
Perthy M.K. 2012. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Terhadap Aktivitas Dan
Kapasitas Fagositosis Makrofag Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur
Wistar. Fakultas Farmasi Universitas Dharma Yogyakarta.
Putra et al., 2020. Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Herba Krokot (Portulaca
oleracea L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan dengan
Parameter Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Jurnal Farmasi Galenika
(Galenica Journal of Pharmacy) (e-Journal); 6(1): 20-25
Ratna Devi, Parmin, Nadira. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Arthritis
Reumatoid Untuk Mengurangi Nyeri Kronis Melalui Pemberian Terapi
Kompres Hangat Serei. Program Studi D-III Keperawatan, Fakultas
34
Kedokteran, Universitas Tadulako. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2,
Mei 2019 : 1-71
Ritna. A, dkk. et al,2016. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Fraksi Etil Asetat
Benalu Batu (Begonia Sp.) Asal Kabupaten Morowali Utara. GALENIKA
Journal of Pharmacy Vol. 2 (2) : 83 - 89.
Santoso, T.A., Diniatik, Anjar, M.K., 2013, Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol
Daun Katuk (Sauropus androgynus L Merr)Terhadap Aktivitas Fagositosis
Makrofag,Pharmacy.
Sri. R., dkk. 2012. Bakteri Patogen Dari Perairan Pantai dan Kawasan Tambak
Di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Ekologia, Vol. 12 No. 1.
Victory S.A. Et Al, 2017. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Ekstrak Pada Buah Kelubi (Eliodoxa Conferta).
Jurnal Rekayasa dan Managemen Agroindustri. ISSN: 2503-488X,Vol.5
No. 3.
35
Zakarias A.M., 2016. Screening Minyak Nabati Untuk Minyak Imersi Mikroskop
Optik. Program Magister Bidang Keahlian Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Zubair MS., et al, 2019. A new steroid gycoside from Begonia sp.: cytotoxic
activity and docking studies. Natural Product Research, DOI:
10.1080/14786419.2019. 166690026.
Zulda M. & Salmiah A., 2018. Proses Fiksasi Pada Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Kesehatan Andalas. Universitas Andalas Padang.
36
LAMPIRAN 1
- Dikumpulkan
- Disortasi basah
- Dicuci
- Dikeringkan
- Disortasi kering
Simplisia Benalu Batu
- Dirajang
- Diblender
Simplisia Halus
Simplisia
Maserat
- Dikumpulkan
- Diuapkan
Rotary Evaporator
Ekstrak kental
37
LAMPIRAN 2
Ekstrak kental
etanolbenalu batu
- Ditimbang
- Dilarutkan dalam etanol
- Ditambahkan PLGA
- Dilarutkan dalam kloroform
Disonikasi kembali
selama 3 menit
Formula nanopartikel
38
LAMPIRAN 3
Na-CMC
- Ditimbang 0,25 gram
- Dimasukkan
Lumpang/mortar
Suspensi Na-CMC
39
LAMPIRAN 4
- Dibagi kelompok
- Disetiap kelompok 4 ekor hewan uji
Kelompok 5 Kelompok 6
Ekstrak benalu Ekstrakbenalu
batu dosis batu dosis
120mg/KgBB 180mg/KgBB
40
Diamati dibawah
mikroskop perbesaran
(10x-1000x)
Kesimpulan
41
LAMPIRAN 5
% Rendemen = x 100%
= x 100 %
= 4,37 %
42
LAMPIRAN 6
Larutan Stok =
= 0,377 mg/mL
500 mg x = 37,7 10 mL
x =
x = 0,75 mL
43
LAMPIRAN 7
Stimuno®(Kontrol Positif)
Konversi dosis = Dosis Manusia FK Mencit
= 50 mg 0,0026
= 0,13 mg/20 g (x50)
= 6,5 mg/KgBB
Formula
Ekstrak 60 mg + Zat Tambahan = 119,4 mg
Konversi dosis = Dosis Manusia FK Mencit
= 119,4 mg 0,0026
= 0,31 mg/20 g (x50)
= 15,5 mg/KgBB
Ekstrak 60 mg/KgBB
Ekstrak 120mg/KgBB
Ekstrak 240mg/KgBB
44
Vp1(29 g)= = 0,72 mL
Stok =
= 0,325mg/mL
Vp=
Stok =
45
= 0,806 mg/mL
Vp=
Stok =
= 3,48 mg/mL
Vp =
46
5. Ekstrak 120 mg/KgBB
Stok =
= 6,72 mg/mL
Vp =
Stok =
= 13,92 mg/mL
Vp =
47
Vp3 (28 g)= 240x 0,028Kg= 0,48 mL
13,92 mg/mL
48
LAMPIRAN 8
Uji Statistik
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Sediaan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Aktif Na-CMC .376 4 . .810 4 .121
Stimuno .309 4 . .886 4 .367
Formula .165 4 . .997 4 .991
Ekstrak 60 .345 4 . .857 4 .249
Ekstrak 120 .244 4 . .928 4 .583
Ekstrak 240 .288 4 . .934 4 .621
Teramati Na-CMC .371 4 . .816 4 .135
Stimuno .326 4 . .866 4 .281
Formula .157 4 . .998 4 .995
Ekstrak 60 .351 4 . .853 4 .236
Ekstrak 120 .243 4 . .926 4 .571
Ekstrak 240 .284 4 . .938 4 .641
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Aktif Between Groups 196351.208 5 39270.242 1.630 .203
Within Groups 433633.750 18 24090.764
Total 629984.958 23
49
Teramati Between Groups 166111.833 5 33222.367 .982 .456
Within Groups 609269.500 18 33848.306
Total 775381.333 23
Aktif
a
Tukey HSD
Subset for alpha
= 0.05
Sediaan N 1
Na-CMC 4 171.50
Stimuno 4 204.00
Formula 4 324.50
Ekstrak 60 4 379.00
Ekstrak 120 4 387.75
Ekstrak 240 4 397.50
Sig. .350
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
Teramati
a
Tukey HSD
Subset for alpha
= 0.05
Sediaan N 1
Stimuno 4 252.25
Na-CMC 4 260.50
Formula 4 382.50
Ekstrak 240 4 441.50
Ekstrak 120 4 441.75
Ekstrak 60 4 442.50
Sig. .691
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
50
LAMPIRAN 9
51
LAMPIRAN 10
52
LAMPIRAN 11
Dokumentasi Penelitian
Pembuatan ekstrak
Proses aklimatisasi
53
Pembuatan sediaan suspense
54
Pengambilan cairan peritonium
55
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
56