Anda di halaman 1dari 72

EFEK IMUNOMODULATOR FORMULA NANOPARTIKEL DAN

EKSTRAK ETANOL 70% BENALU BATU (Begonia medicinalis)


TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA
MENCIT JANTAN (Mus musculus)

SKRIPSI

ARIF RAHMAN
G701 17 194

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

JUNI, 2021

i
EFEK IMUNOMODULATOR FORMULA NANOPARTIKEL DAN
EKSTRAK ETANOL 70% BENALU BATU (Begonia medicinalis)
TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA
MENCIT JANTAN (Mus musculus)

SKRIPSI

Di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Farmasi pada Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

ARIF RAHMAN
G701 17 194

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

JUNI, 2021

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Efek Imunomodulator Formula Nanopartikel dan Ekstrak Etanol 70%


Benalu Batu (Begonia medicinalis) Terhadap Aktivitas Fagositosis
Makrofag Pada Mencit Jantan (Mus musculus)
Nama : Arif Rahman
Stambuk : G70117194

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Palu, Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

apt. M. Sulaiman Zubair S.Si.,M.Si.,Ph.D. apt. Ihwan, S.Si, M.Kes.


NIP.19801106 2006 04 1001 NIDN. 0913047404

Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universita Tadulako

Apt. Syariful Anam, S.Si., M.Si., Ph.D


NIP. 19800226 2005 02 1 001

iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Judul Skripsi : Efek imunomodulator Formula Nanopartikel dan Ekstrak


Etanol 70% Benalu Batu (Begonia medicinalis) Terhadap
Aktivitas Fagositosis Makrofag Pada Mencit Jantan (Mus
musculus).
Nama : Arif Rahman
NIM : G70117194

Susunan Panitia Pembahas :


Ketua : apt. M. Sulaiman Zubair, S.Si.,M.Si.,Ph.D…. . . . .

Sekretaris : apt. Ihwan, S.Si., M.Kes. . . . . . . . . ..

Anggota 1 : apt. Khildah Khaerati, S.Si., M.Si. .......

Anggota 2 : apt. Asriana Sultan, S.Farm.,M.Si. ..........

Anggota 3 : apt. Arya Dibyo Adisaputra,S.Farm.,M.Farm . . . . . . . .

Mengetahui
Dekan FMIPA
Universitas Tadulako

Ir. Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D


NIP.19711124 1997 02 2 001

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang telah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis pada naskah dan
disebutkan pada kutipan serta daftar pustaka. Jika terdapat kesamaan dengan
karya orang lain maka saya akan bertanggung jawab akan hal itu sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Palu, 02 Juni 2021


Penulis,

Arif Rahman
G 701 17 194

v
ABSTRAK

Imunomodulator merupakan senyawa yang dapat meningkatkan sistem imun serta


mempertahankan kekebalan tubuh agar terhindar dari penyakit atau infeksi.
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan potensi ekstrak dan formula
nanopartikel benalu batu (Begonia medicinalis) sebagai imunomodulator terhadap
aktivitas fagositosis makrofag pada mencit jantan (Mus musculus). Pada penelitian
ini proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%,
selanjutnya disiapkan sebanyak 24 ekor mencit jantan (Mus musculus) dibagi
dalam 6 kelompok, Kelompok I Na-CMC 0,5% (kontrol negatif), kelompok II
Stimuno® 6,5 mg/KgBB (kontrol positif), kelompok III formula nanopartikel 15,5
mg/KgBB, kelompok IV ekstrak 60 mg/KgBB, kelompok V ekstrak 120
mg/KgBB dan kelompok VI ekstrak 240 mg/KgBB. Sediaan uji diberikan secara
peroral selama tujuh hari, pada hari kedelapan masing-masing mencit diinjeksikan
bakteri Staphylococcus aureus 0,5 mL secara intra peritoneal dan didiamkan
hingga 1 jam, setelah itu diambil cairan peritoneum mencit dan diamati di
mikroskop dengan perbesaran 1.000 kali. Hasil penelitian aktivitas fagositosis
makrofag pada Na-CMC nilai persen sebesar 65,99 %, stimuno 81,04 %, formula
nanopartikel 84,65%, ekstrak 60 sebesar 85,66%, ekstrak 120 sebesar 87,83% dan
ekstrak 240 sebesar 90,20%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak dan
formula nanopartikel benalu batu (Begonia medicinalis) dengan dosis 60
mg/KgBB memiliki efek imunomodulator dan dosis yang memiliki aktivitas
fagositosis tertinggi terdapat pada ekstrak 240 mg/KgBB.

Kata Kunci : Begonia medicinalis, Nanopartikel, Imunomodulator, Fagositosis


makrofag.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga
selalutercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kepada keluarganya, para
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.

Penulis skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tadulako. Judul penulis ajukan adalah “Efek Imunomodulator
Formula Nanopartikel Dan Ekstrak Etanol 70% Benalu Batu (Begonia
Medicinalis) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Pada Mencit Jantan
(Mus Musculus)”.

Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,
namunberkat bantuan, bimbingan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak
sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan segala hormat penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada segala pihak yang berperan penting
dalam penyelesaian skripsi ini. Teristimewa dengan rasa bangga penulis
persembahkan sebagai tanda terima kasih kepada yang telah membesarkan,
memberikan kehidupan yang baik, serta membimbing dan mendidik penulis,
yakni Ayahanda Bardin Masikon dan Ibunda Mariati Doating. Dan terima kasih
kepada adik saya yang telah memberikan motivasi dan dukungan yakni Adinda
Indra Hadisetya.

Selain itu, penulus menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya


kepada Bapak apt. M.Sulaiman Zubair S.Si.,M.Si.,Ph.D. dan Bapak apt. Ihwan
S.Si.,M.Kes.selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan
meluangkan waktunya untuk mendengar keluhan penulis, dan juga kepada Ibu
apt. Dr. Yuliet, S.Si.,M.Si., yang selalu memberikan masukan dan saran . Selain
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

vii
1. Bapak prof. Dr. Ir. H. Mahfudz MP. Selaku rektor Universitas Tadulako yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Universitas Tadulako.

2. Ibu Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di prodi Farmasi FMIPA UNTAD.

3. Bapak apt. Syariful Anam, S.Si., M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Farmasi.
Serta Ibu apt. Dr. Yuliet, S.Si., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Farmasi
FMIPA UNTAD.

4. Ibu Wa Ode Sitti Musnina, S.Si.,M.Sc. selaku Dosen wali yang telah banyak
membantu dalam perancangan program mata kuliah penulis selama
perkuliahan.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah banyak
membantu dan membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.

6. Seluruh Staf Akademik FMIPA UNTAD yang telah memberikan pelayanan


yang baik kepada penulis selama kuliah.

7. Semua Laboran Laboratorium Farmasi FMIPA UNTAD yang telah


memberikan pelayanan yang baik pada saat praktikum dan penelitian.

8. Kak Muh. Arman Gumarlin S.Farm , terima kasih telah membantu serta
memberikan masukkan dalam penelitian.
9. Teman-teman tim PharmaMeds dan tim Benalu Batu 2017, terima kasih
karena selalu menemani dan membantuserta memberikan masukkan pada saat
penelitian.

viii
10. Teman-teman Kelas D angkatan 2017 telah memberikan bantuan, semangat
dan dukungan selama perkuliahan dan penyususnan skripsi.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisanini masih jauh dari kata kesempurnaan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, Aamiin.

Palu, Juni 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
BABI PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………...…… .. 2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………....... 2
1.5 Hipotesis Penelitian……………………………………………… . 3
1.6 Batasan Masalah…………………………………………….…… . 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..……. ...... 4
2.1 Tanaman Benalu Batu…………………………………………… . 4
2.1.1Klasifikasi…………………………………………….…… ... 4
2.1.2Morfologi…………..……………………………………... .... 4
2.1.3Kandungan………..……………………………………..... .... 5
2.1.4 Khasiat………………………………………………..…… .. 6
2.2 Ekstraksi….……………………………………………..…. ... 6
2.3 Nanopartikel……………………………………….………..….. .... 7
2.4 Imunomodulator……………………………………..….… . 9
2.5 Hewan Uji……………………………………………….......… ..... 10
2.5.1Mencit (Mus Musculus)…..………………………...…… ...... 10
2.5.2 Klasifikasi Mencit………….……………………………...... 11
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...……....... 12

x
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….....12
3.2 Waktu danTempatPenelitian………………………………….........12
3.3 Alat dan Bahan………….…………………………………..… ......12
3.3.1Alat………………………………………………..….… .......12
3.3.2 Bahan…………………………………………….………. ....12
3.4 Hewan Uji ........................................................................................ 13
3.5 Tahapan Penelitian………………………………………..…… .....13
3.5.1 Pengumpulan dan Deteminasi Tanaman .................................13
3.5.2 Pembuatan Simplisia …………………………………… .......13
3.5.3 Ekstraksi………………………………………..………. .......13
3.5.4 Pembuatan Formula Nanopartikel……………….………......14
3.5.5 Pembuatan Na-CMC 0,5 %......................................... ............15
3.5.6 Pembuatan Suspensi Stimuno ……………………..…… ......15
3.5.7 Pembuatan Suspensi Formula Nanopartikel………….… ......15
3.5.8 Pembuatan Suspensi Ekstrak…………………………….......15
3.5.9 Perlakuan Hewan Uji…………………………………… ......15
3.5.10 Menghitung Aktivitas Fagositosis……………….….….......16
3.5.11 Analisis Statistik…………………………………….….......16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..… .......17
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………..…… ......17
4.2 Pembahasan……………………………………..………..…… ......22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….… ........27
5.1 Kesimpulan………………………………………………...… .......27
5.2 Saran……………………………………………………….…........27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… .... 28
LAMPIRAN ………………………………………………….…...……………. ..... 33
RIWAYAT HIDUP……………………………………..……………….………..... 52

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bahan Formula Nanopartikel………………………………………… ..... 14


Tabel 4.1 (%) Rendemen Benalu Batu (Begonia medicinalis)……………….......... 17
Tabel 4.2 Gambar Fagositosis Makrofag…………………………………..…… ..... 17
Tabel 4.3 Jumlah Fagositosis Makrofag………………………………………… ..... 21
Tabel 4.4 Persen Aktivitas Fagositosis Makrofag…………………………..............21

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Benalu Batu (Begonia medicinalis)……………….…………...…….... 4


Gambar 2.2 Struktur Glikosida Steroid Dalam Benalu Batu………….………… .... 6
Gambar 2.3 Mencit (Mus Musculus)………………………….……..…. .................. 10
Gambar 4.1 Fagositosis Makrofag………………………….……..…. ..................... 20
Gambar 4.2 Diagram Persen Aktivitas Fagositosis Makrofag…………………..... 24

xiii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

< : Kurang Dari


> : Lebih Dari
rpm : Rotasi Per Menit
o
C : Derajat Celcius
pH : Power of Hydrogen
m : Meter
cm : Centi Meter
mm : Mili Meter
nm : Nano Meter
L : Liter
mL : Mili Liter
Kg : Kilogram
g : Gram
mg : Milligram
KgBB : Kilogram Berat Badan
b/v : Bobot/Volume
 : Alfa
 : Beta

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Benalu Batu (Begonia


medicinalis)………………………………………………………... .... 33
Lampiran 2 Skema Kerja Pembuatan Formula Nanopartikel Benalu Batu (Begonia
medicinalis)………………………………………………………... .... 34

Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Na-CMC 0,5%........................................... .... 35

Lampiran 4 Skema Kerja Perlakuan Hewan Uji………………………………… .... 36

Lampiran 5 Perhitungan % Rendemen Ekstrak Benalu Batu………………...…. .... 38

Lampiran 6 Perhitungan Dosis Ketamin………………………………………… .... 39

Lampiran 7 Perhitungan Konsentrasi Dosis pada Hewan Uji…………………… .... 40

Lampiran 8 Uji Statistik…………………………….. ............................................... 45

Lampiran 9 Surat Keterangan Kode Etik Penelitian…………………………… ...... 47

Lampiran 10 Surat Keterangan Herbarium Benalu Batu………………………... .... 48

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian……………………………………...……. .... 49

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem imun merupakan lini pertama dalam pertahanan tubuh manusia,
melindungi tubuh dari penyakit dan mengobatinya apabila telah terjadi
penyakit, dalam mempertahankan sistem imun tubuh dapat dilakukan
dengan pemberian imunomodulator. Imunomodulator sendiri dapat
memperbaiki sistem imun sehingga tubuh bisa bekerja lebih baik (Putra, et
al. 2020).

Imunomodulator yang dikenal sebagai biological respons modifier,


imunoaugmentor adalah berbagai macam bahan baik rekombinan, sintetik,
ataupun sistem alamiah yang mengembalikan ketidakseimbangan imun yang
dipakai pada imunoterapi. Imunoterapi merupakan suatu pendekatan
pengobatan dengan cara merestorasi, meningkatkan, atau mensupresi
respons imun. Pemberian rejimen imunomodulator pada infeksi virus
merupakan pendekatan terapi yang atraktif, karena efek samping lebih
ringan dari pada efek samping obat lain, selain itu lebih jarang
menimbulkan resistensi pada pengobatan penyakit akibat infeksi virus (I G
A Kencana Wulan dan Indropo Agusni, 2015).

Tanaman benalu batu sering digunakan masyarakat sulawesi tengah sebagai


tanaman obat tradisional seperti tumor, kanker, asma, batuk kering, sakit
pinggang, ginjal, maag, laksatif, melancarkan haid yang tidak teratur,
kencing batu, TBC, kencing manis, asam urat dan sebagainya (Anam, dkk.
2014). Benalu batu memiliki senyawa saponin, tanin, flavonoid dan
polifenol (Ritna, dkk. 2016). Senyawa yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan aktivitas sistem imun yaitu golongan flavanoid, kurkumin,
limonoid, vitamin C, vitamin E dan katekin (Devagaran & Diantini, 2012).
Ekstrak benalu batu dapat memberikan peningkatan terhadap proliferasi sel

1
limfosit (imunostimulator) dan tidak ada yang bersifat mensupresi sel
limfosit (Khumaidi A et al., 2020).

Penggunaan obat herbal sebagai alternatif pengobatan tradisional memiliki


banyak kendala yaitu sulitnya suatu senyawa yang ada dalam ekstrak untuk
menembus membran lipid tubuh. Diketahui senyawa tersebut memiliki
ukuran molekul yang besar dan kelarutannya dalam air rendah sehingga
bioavaibilitas dan absorbsi senyawa tidak baik (Ajazuddin & Saraf, 2010).
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan diformulasikan
menjadi sediaan nanopartikel. Nanopartikel adalah mengubah ukuran
partikel sehingga ukuran partikel zat tersebut berukuran 1-1.000 nm
(Strambeanu et al., 2015). Keuntungan dari sediaan nanopartikel yaitu
stabilitasnya tinggi, kapasitas penghantaran obat yang tinggi dan dapat
menggabungkan zat hidrofilik dan hidrofobik (Galingging, 2009).

Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian menggunakan


tumbuhan benalu batu (Begonia medicinalis) yang bertujuan untuk
mengetahui efek imunomodulator ekstrak dan formula nanopartikel benalu
batu dalam memberikan terapi.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ekstrak dan formula nanopartikel benalu batu (Begonia medicinalis)
dengan dosis 60 mg/KgBB memiliki efek imunomodulator dan manakah
sediaan uji tertinggi terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit
jantan (Mus musculus).

1.3 Tujuan Penelitian


Menetapkan ekstrak dan formula nanopartikel benalu batu (Begonia
medicinalis) dengan dosis 60 mg/KgBB memiliki efek imunomodulator dan
sediaan uji tertinggi terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit
jantan (Mus musculus).

2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
mengenai manfaat tumbuhan benalu batu (Begonia medicinalis) sebagai
terapi imunomodulator.
2. Bagi Peneliti
Memberikan pemahaman dalam menganalisis kandungan suatu
tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan dalam terapi
imunomodulator.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah Sulawesi Tengah mengenai
manfaat tumbuhan benalu batu (Begonia medicinalis) bagi kesehatan
dalam terapi imunomodulator, sehingga kelestarian dari tumbuhan
tersebut dapat dijaga dan dibudidayakan agar tidak punah.

1.5 Hipotesis Penelitian


Ekstrak dan formula nanopartikel banalu batu (Begonia medicinalis)
memiliki efektivitas sebagai imunomodulator pada mencit jantan (Mus
musculus).

1.6 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel yang digunakan yaitu tanaman benalu batu (Begonia
medicinalis) yang didapatkan di Desa Wawopada, Kecamatan Lembo,
Kabupaten Morowali Utara.
2. Penginduksian menggunakan Staphylococcus aureus pada mencit
jantan (Mus musculus).
3. Efek imunomodulator terhadap mencit jantan (Mus musculus) dengan
melihat aktivitas fagositosis makrofag.
4. Membandingkan ekstrak dan formula nanopartikel kemudian dianalisis
secara statistik menggunakan uji statistik One-Way Anova.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Benalu Batu (Begonia medicinalis)


2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman benalubatu berdasarkan pusat konservasi
tumbuhan Raya Bogor 2016.
Taksonomi Benalu Batu (Begonia medicinalis)
Bangsa : Violales
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Keluarga : Begoniaceae
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Marga : Begonia
Spesies : Begonia medicinalis Ardi & D.C Thomas

Gambar 2.1. : Benalu Batu (Begonia medicinalis)


Sumber : Article Phytotaxa, 2019. 423 (1): 041 – 045

2.1.2 Morfologi
Tanaman benalu batu (Begonia medicinalis) banyak terdapat di
hutan hujan tropis yang merupakan habitat aslinya, tumbuh ini
biasanya hidup ditempat teduh dan lembab pada antara batuan yang
lebih besar, tumbuh pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut.
Benalu batu merupakan tumbuhan endemik Kabupaten Morowali,
Sulawesi tengah dan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi selatan
(Wisnu, et al. 2019). Nama „medicinalis‟ sendiri mengacu pada

4
penggunaan spesies ini dalam penggobatan tradisional di Sulawesi
Tengah (Anam, et al. 2014).

Tanaman benalu batu dapat dilihat seperti perennial, tegak, tinggi


hingga 30 cm, dengan indumentum padat multicelullar, trikoma
sederhana hingga 2 mm panjang dan mikroskopik kelenjar rambut
pada batang dan daun. Batang dengan ruas 2 – 5 cm panjangnya,
warna kecoklatan. Daun berwarna hijau pucat, elips, dengan ukuran
15 – 20 × 7 – 13 mm, pelepah sedikit menonjol, puncak menyempit
ke dalam bulu hingga 5 mm panjangnya. Batang panjangnya 3 – 9
cm, bulat telur untuk elips, padat ditutupi dengan rambut merah atau
kemerahan pada kedua permukaan, Buah: pedunculus panjang 1 – 5
mm. Bagian bantalan biji silinder, berbulu (Wisnu, et al. 2019).

2.1.3 Kandungan
Tanaman benalu batu memiliki senyawa saponin, tanin, flavonoid
dan polifenol (Ritna, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Zubair et al (2019) ditemukan steroid glikosida dari Begonia sp
yaitu9(11)α-dioxirane-20-25-dihidroxy-β-sitosterol-3-O-β-
glucopyranoside serta sterid glikosida yang telah diketahui β-
sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside. Pada penelitian ini juga
diketahui bahwa senyawa pertama lebih potent dan selektif terhadap
kanker payudara (HeLa) dengan nilai IC 50 0,16 μg/mL. Struktur dari
senyawa diatas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.2 Struktur glikosida steroid dalam benalu batu.


1.9 (11) α-dioxirane-20-25-dihidroxy-β-sitosterol-3-O-β-glucopyranoside;

5
2. β-sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside.
Sumber: Artikel Tailor & Francis Group 2019
DOI: 10.1080/14786419.2019.1669026

2.1.4 Khasiat
Tanaman benalu batu (Begonia medicinalis)sering digunakan
sebagai tanaman obat tradisional seperti penyakit tumor, kanker,
asma, batuk kering, sakit pinggang, ginjal, maag, laksatif,
melancarkan haid yang tidak teratur, kencing batu, TBC, kencing
manis, asam urat dan sebagainya (Anam, dkk. 2014).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa dari tanaman (simplisia)
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman(Mukhriani,2014).

Simplisia benalu batu mudah dihaluskan sehingga memungkinkan


perendaman dalam metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan melakukan
perendaman tanaman secara utuh atau yang sudah digiling (kasar) dengan
pelarut dalam bejana tertutup pada suhu kamar selama sekurang-kurangnya
3 hari dengan pengadukan beberapa kali sampai semua bagian tanaman
dapat larut dalam cairan pelarut. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan(Hanni, 2016).

2.3 Nanopartikel
2.3.1 Pengertian Nanopartikel
Nanopartikel adalah mengubah ukuran partikel sehingga ukuran
partikel zat tersebut berukuran 1-1.000 nm (Strambeanu et al., 2015).
Formulasi nano terbukti dapat memodulasi sistem imun dengan
meningkatkan fagositasi makrofag hal ini dilihat dari indeks dan rasio
fagositosi yang lebih tinggi dari pada kontrol positif dan formulasi
tanpa sistem nano, di mana semakin tinggi indeks dan rasio fagositasi

6
menunjukkan aktivitas fagositasi makrofag semakin meningkat
(Darmawan, et al. 2017).

Nanopartikel memiliki kemampuan untuk menembus ruang-ruang


antar sel yang dapat ditembus oleh partikel koloidal. Selain itu,
nanopartikel fleksibel untuk dikombinasikan dengan berbagai
teknologi lain. Kemudian adanya peningkatan afinitas dari sistem
karena peningkatan luas permukaan kontak pada jumlah yang sama
(Abdassah et al., 2017).

2.3.2 Jenis- Jenis Nanopartikel


Menurut Rawat et al (2006) terdapat beberapa jenis nanopartikel
yaitu:
1. Nanokristal
Nanokristal terdiri dari beberapa molekul yang membentuk suatu
kristal, nanokristal tidak membutuhkan banyak surfaktan agar stabil
karena gaya elektrostatik sehingga mengurangi kemungkinan
keracunan oleh bahan tambahan.
2. Nanocarrier
Nanocarrier merupakan suatu sistem pembawa dalam ukuran
nanometer. Nanocarrier meliputi :
a. Nanotube
Nanotube adalah lembaran atom yang diatur menjadi bentuk
tube dalam skala nanometer, memiliki rongga di tengah dan
struktur yang menyerupai sangkar berbahan dasar karbon.
Nanotube berdinding tunggal digunakan sebagai sistem
penghantaran obat dalam gen karena bentuknya menyerupai
asam nukleat. Nanotube berdinding ganda digunakan sebagai
pembawa untuk transformasi sel bakteri dan untuk elektroporasi
sel.

7
b. Nanoliposom
Liposom merupakan konsentrat vesikel lapis ganda yang
terdapat cairan di dalamnya dengan dibungkus membrane lipid
lapis ganda yang terbuat dari fosfolipid alam umumnya.
Liposom terbentuk ketika lapisan lipid tipis terhidrasi dan
sejumlah kristal cair lapis ganda mengembang. Liposom
biasanya digunakan sebagai pembawa obat sediaan kosmetik
untuk mempertahankan kelembaban kulit. Nanoliposom dapat
dimanfaatkan sebagai perlindungan terhadap obat dari degradasi
biologis sebelum sampai pada tempat yang diharapkan.

c. Nanopartikel Lipid Padat


Nanopartikel lipid padat adalah pembawa koloidal berbahan
dasar lipid dengan ukuran 20-1000 nanometer yang terdispersi
dalam air atau larutan surfaktan dalam air, berisi inti hidrofob
padat disalut oleh fosfolipid lapis tunggal. Inti padat ini berisi
senyawa obat yang didispersikan dalam matriks lemak padat
yang mudah mencair.

d. Misel
Misel merupakan agregat molekul ampifatik dalam air dengan
bagian nonpolar di dalam dan polar di luar pada bagian yang
terpapar air. Dengan struktur itu obat yang bersifat hidrofob
terdisposisi di bagian dalam inti misel sehingga cocok sebagai
pembawa obat yang tidak larut air. Misel memiliki kegunaan
pada stabilitas termodinamik dalam larutan fisiologis yang
mengakibatkan disolusi lambat secara in vivo.

e. Dendrimer
Dendrimer merupakan makromolekul yang terdiri atas cabang-
cabang di sekeliling inti pusat yang bentuk dan ukurannya dapat
diubah sesuai yang diinginkan. Molekul obat dapat dimuat baik

8
dalam dendrimer atau diabsorpsi pada permukaannya.
Dendrimer cocok untuk zat penyalut untuk perlindungan dan
penghantaran obat menuju target yang spesifik sehingga dapat
mengurangi tokisitas.

f. Nanopartikel Polimerik
Nanopartikel polimerik terbagi menjadi nanokapsul dan
nanosfer. Nanokapsul terdiri dari polimer yang membentuk
dinding yang melingkupi inti dalam di mana obat dijerat.
Nanosfer terbuat dari matrik polimer padat dan senyawa obat
terdispersi di dalamnya. Polimer yang biasa digunakan antara
lain poli asam laktat (PLA), poli asam glikolat (PGA), poli
alkilsianiakrilat (PACA), dan lainnya. Beberapa polimer alam
antara lain kitosan.

g. Nanopartikel cross link


Nanopartikel cross link merupakan nanopartikel yang terbentuk
dari proses sambung silang antara elektrolit dengan pasangan
ionnya. Ikatan sambung silang ini terjadi secara ionik maupun
kovalen. Pembuatan nanopartikel sambung silang dilakukan
menggunakan metode gelasi ionik.

2.3.3 Metode Pembuatan Nanopartikel


Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat nanopartikel
yaitu seperti pembentukan nanopartikel double layer menggunakan
teknik penguapan pelarut, pencampuran fase air (larutan alginat) ke
fase minyak (kloroform) sehingga akan membentuk emulsi tipe air
dalam minyak (w/o) yang termostabil, dilakukan dengan cara ditetesi
maka droplet yang dihasilkan diharapkan berukuran nano, ketika
terbentuk emulsi maka polimer PLGA akan menyalut bahan inti.
Kemudian emulsi yang terbentuk tadi ditetesi kedalam larutan PVA
maka akan terbentuk emulsi tipe air dalam minyak dalam air (w/o/w).

9
Selanjutnya dalam kondisi pengadukan yang terus menerus maka
pelarut organik akan menguap yang mengakibatkan PLGA yang larut
dalamnya tidak bercampur dengan fase lainnya, hal ini karena PLGA
hanya larut dalam pelarut organik, akibatnya akan terbentuk sistem
suspensi akan tetapi karena awalnya telah terbentuk partikel berukuran
nano maka suspense yang dihasilkan juga masih dalam ukuran nano.
Kemudian agar dapat dipisahkan dari air, campuran tadi disentrifugasi
kemudian dikeringkan sehingga didapatkan nanopartikel (Pin et al,
2013).

2.3.4 Tinjauan Preformulasi

1. Polivinil Alkohol (PVA)


Polivinil alkohol juga digunakan sebagai peningkat viskositas
untuk formulasi yang memiliki viskositas tinggi seperi produk
optamik. Digunakan sebagai air mata buatan dan larutan lubrikan
pada kontak lensa, dalam formulasi sediaan oral sustained-release,
dan pach pada obat transdermal. Polivinil mungkin dapat dibuat
ukuran mikro ketika dicampurkan dengan sebuah larutan
glutaraldehid. Pemerian polivinil alkohol yaitu tidak memiliki rasa,
putih hingga serbuk granula kream. Larut dalam air agak larut
dalam etanol (95%), tidak larut dalam pelarut organik. Pelarutan
polivinil dilakukan pada pemanasan sekitar 90oC selama sekitar 5
menit (Rowe et al., 2009).

2. Poly-Lactic-co-Glicolyc Acid (PLGA)


Bahan ini dikenal sebagai bahan yang aman dan biodegradasinya,
poliester alifatik digunakan untuk penghantara biokompatibel dan
biodegradable (mampu terurai secara biologis) pada banyak
implan dan injeksi. PLGA bersifat biodegrable karena dapat
diuraikan oleh tubuh menjadi senyawa endogen tubuh seperti asam
laktat dan asam glikolat serta mudah untuk dimetabolisme oleh
tubuh melalui siklus Krebs sehingga memiliki toksisitas yang

10
rendah. PLGA telah disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) sebagai bahan terapi untuk manusia (Husni, 2018).

3. Natrium Alginat
Alginal secara luas digunakan sebagai pengental dan suspending
agen dari berbagai sediaan seperti pasta, kream, dan gel. Serta
digunakan sebagai stabiliser untuk emulsi tipe minyak dalam air.
Pemerian untuk alginat yaitu tidak berasa, hampir tidak berwarna,
kuning hingga putih kekuninga, serbuk fibrous. Dalam formulasi
ini alginat digunakan sebagai penstabil emulsi dan untuk dapat
digunakan maka alginat perlu suatu bahan yang disebut
crosslinked, yang mana cross linked yang dapat digunakan pada
alginat yaitu garam kalsium, seperti kalsium sitrat atau kalsium
klorida (Rowe et al., 2009).

4. Kalsium Klorida (CaCl2)


Kalsium Klorida pengunaan utamanya sebagai eksipien dalam
cairan dehidrasi serta dapat digunakan sebagai antimiikroba,
sebagai desiccant dan sebagai astrigen pada salep mata. Dalam
formulasi ini kalsium klorida digunakan sebagai cross linked untuk
alginat. Pemerian Kalsium klorida yaitu berwarna putih atau serbuk
kristal tidak berwarna, granula, atau massa kristal dan higroskopik
(Rowe et al., 2009).

5. Span 60
Span 60 digunakan dengan kombinasi agen pengemusi hidrofilik
untuk pembuatan emulsi tipe minyak dalam air (o/w) pada
konsentrasi 1-10% serta digunakan untuk meningkatkan ikatan air
dan minyak pada salep dengan konsentrasi 1-10%. Biasanya
dijumpai berbentuk krim, cairan atau padatan dengan warna kuning
sawo dengan rasa dan bau yang khas. (Rowe et al., 2009).

11
6. Kloroform
Kloroform sering digunakan sebagai peraksi. Pemerian kloroform
yaitu cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, mempunyai
sifat khas, bau eter, rasa manis dan membakar. Mendidih pada suhu
kurang lebih 61o dipengaruhi cahaya. Kelarutan dari kloroform
yaitu sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan
eter, dengan benzena, dengan heksana, dan dengan lemak dan
minyak menguap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).

7. Etanol
Etanol teridiri dari tidak kurang 99,2% b/b, setara dengan tidak
kurang dari 99,5% v/v C2H5OH, pada suhu 15,56o. Pemerian etanol
yaitu cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap walaupun
pada suhu rundah dan mendidih pada suhu 78o serta mudah
terbakar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

8. Air
Air secara luas digunakan untuk bahan baku, bahan campuran dan
pelarut pada proses formulasi, air yang digunakan pada industri
farmasi yaitu air minum, air murni, air steril, air untuk injeksi, air
steril untuk injeksi, airbakteriostatik untuk injeksi, irigasi steril,
atau air steril untuk inhalasi. Pemerian untuk air yaitu jernih, tidak
berwarna dan cairan yang tidak memiliki rasa (Rowe et al., 2009).

2.4 Imunomodulator
Sistem imun adalah sekumpulan dalam mahluk hidup yang melindunginya
terhadap infeksi dengan membunuh substansi patogen. Sistem imunitas
berfungsi untuk mendeteksi bahan patogen, seperti virus dan parasit serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk

12
memusnahkan bakteri, virus dan patogen lainnya yang masuk ke dalam
tubuh (Sudiano, 2014).

Sistem kekebalan tubuh manusia terbagi atas dua yaitu sistem kekebalan
tubuh spesifik dan nonspesifik yang berfungsi melindungi tubuh dari
paparan zat asing yang dapat menimbulkan suatu penyakit bagi tubuh.
Sistem kekebalan tubuh non-spesifik dapat mendeteksi adanya benda asing
sehingga melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan, tetapi tidak
dapat mengenali benda asing tersebut, seperti kulit, kelenjar keringat, air
mata, rambut pada lubang hidung. Sedangkan sistem kekebalan tubuh
spesifik dapat menghancurkan zat asing yang berhasil melewati sistem
kekebalan tubuh non-spesifik, meliputi imunitas humoral (limfosit B) dan
imunitas seluler (limfosit T) (Sri Harti, 2013).

Golongan obat imunomodulator terbagi atas 3 cara kerja yaitu melalui


imunorestorasi, imunostimulasi dan imunosupresi. Imunorestorasi dan
imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan
imunosupresi disebut juga down regulation. Imunostimulasi adalah cara
memperbaiki fungsi sistim imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistim tersebut.Imunorestorasi adalah suatu cara
mengembalikan fungsi sistim imun yang terganggu dengan memberikan
berbagai komponen sistim imun(Djajakusumah, 2010).

2.5 Hewan Uji


2.5.1 Mencit (Mus Musculus)
Hewan uji pada penelitian ini adalah mencit (Mus musculus). Hewan
ini banyak digunakan peneliti sebagai hewan uji coba dikarenakan
memiliki harga yang relatif murah, mudah ditangani dan mudah
beradaptasi dengangan kondisi lingkiungan sekitar, karakteristik dari
mencit mirip seperti manusia serta memiliki tingkat reproduksi yang
tinggi(Putri, 2018). Mencit memiliki bentuk tubuh yang kecil
berwarna putih dengan memiliki siklus estrus yang pendek dan teratur

13
antara 4-5 hari. Mencit jantan memiliki berat badan sekitar 18-35
gram. Biasanya mencit dapat hidup selama 1-2 tahun dan dewasa pada
umur 35-60 hari. Mus musculus memiliki masa reproduksi 1,5 tahun
dengan waktu kehamilannya 19-21 hari. Mencit dapat melahirkan 6-
15 ekor (Akbar, 2010).

2.5.2 Klasifikasi Mencit

Gambar 2.3 Mencit(Mus musculus)


Sumber: Data primer penelitian

Menurut ITIS(2020) klasifikasi dari mencit yaitu:


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus Musculus

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian eksperimental di laboratorium dengan
menggunakan tanaman benalu batu (Begonia medicinalis) yang telah
diekstraksi, lalu dibuat dalam bentuk formula nanopartikel kemudian
diberikan secara oral terhadap mencit (Mus musculus) sesuai dengan dosis
kelompok hewan uji.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2021 di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia Farmasi dilanjutkan di Laboratorium Terpadu
Farmasi setelah itu di Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakologi-
Biofarmasi Farmasi, Kemudian dilanjutkan di Laboratorium Histologi
Kedokteran, Universitas Tadulako, Palu.

3.3 Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan porselin,
seperangkat alat gelas (IWAKI PYREX®), Blender (Cosmos®),
mikropipet (uawei), pletismometer (panlab), sendok tanduk, bejana,
timbangan analitik (ae ADAM), timbangan hewan (COOKMASTER®),
sentrifugasi (Sorvall®), Homoginizer (Eyela®), Freeze drying (Eleya®),
Spektrofotometer UV-Vis (CECIL®) alat PSA (Particle Size Analyzer),
sonikator (KRISBOW®), hot plate (DENVILLE SCIENTIAC INC),
pisau bedah, pinset steril, papan bedah, mikroskop (OLYMPUS CX23).

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak benalu batu (Begonia
medicinalis), etanol 70%, larutan PBS (Phospat Buffered Saline) pH 7,2,
NaCl 0,9%, Na CMC 0,5%, disposable syringe 1 mL dan 3 mL, hand

15
scoon, masker, natrium alginat, kalsium klorida (CaCl 2), PVA (polivinil
Alkohol), PLGA (Poly-lactic-co-Glicolic Acid), kloroform, aquades,
methanol, pewarna giemsa 10%, stimuno®, immerse oil, ketamine.

3.4 Hewan Uji


Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jantan (Mus
musculus).

3.5 Tahapan Penelitian


3.5.1 Pengumpulan dan Determinasi Tanaman
Tanaman benalu batu (Begonia medicinalis) diperoleh dari Desa
Wawopada, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara,
Provinsi Sulawesi Tengah dan dilakukan identifikasi di UPT.
Herbarium Universitas Tadulako, untuk memastikan bahwa tanaman
yang digunakan merupakan tanaman benalu batu (Begonia
medicinalis).

3.5.2 Pembuatan Simplisia


Tanaman benalu batu dibersihkan dari kotoran yang menempel,
setelah itu diangin-anginkan dan dikeringkan. Simplisia kering
tersebut kemudian dirajang menggunakan gunting atau pisau agar
nantinya sampel dapat dengan mudah dihaluskan. Setelah dirajang
sampel dihaluskan menggunakan blender yang nantinya dipakai
untuk ekstraksi.

3.5.3 Ekstraksi
Ekstraksi sampel dilakukan dengan pelarut etanol 70% dengan
sampel sebanyak 500 gr serbuk benalu batu (Begonia medicinalis)
kemudian dimasukkan dalam bejana dan dimaserasi dengan 1,5 L
etanol 70% selama 3 hari, pada setiap harinya dilakukan
pengadukan. Setelah itu disaring dan dilakukan lagi maserasi dengan
cara menambahkan pelarut etanol 70% kedalam sampel. Hal ini

16
dilakukan sebanyak 3 kali. Dari hasil proses maserasi kemudian
dikumpulkan hasil maserat tersebut dan diuapkan dengan
o
menggunakan Rotary evaporator pada suhu 65 C dengan kecepatan
hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dihitung rendamen
ekstrak kentalnya menggunakan perhitungan sebagai berikut:

3.5.4 Pembuatan Formula Nanopartikel


Tabel 3.1 bahan formula nanopartikel

Formula Konsentrasi Fungsi


Ekstrak (mg) 60 Zat Aktif
Alginat (%) 0,2 Polimer
CaCl2 (%) 0,01 Polimer
PVA (%) 0,1 Polimer
PLGA (mg) 100 Polimer
Etanol (mL) 15 Pelarut
Span 60 (%) 0,1 Emulgator
Kloroform (mL) 5 Larutan
Air (mL) 60 Larutan

Sampel ekstrak kental etanol ditimbang dan dilarutkan dalam etanol


kemudian disonikasi hingga larut semua ekstraknya dan tambahkan
PLGA yang sebelumnya telah dilarutkan dalam kloroform kemudian
sonikasi selama 10 menit serta ditambahkan span 60 (Campuran A).
Setelah itu campuran A ditetesi dengan larutan alginat sambil diaduk
dengan kecepatan tinggi (±600 rpm) menggunakan magnetik stirer
(Campuran B). Kemudian dilarutkan PVA dalam air panas dan
setelah semua PVA larut dinginkan larutan tersebut. Setelah itu
tambahkan larutan CaCl2 ke dalam larutan PVA tadi kemudian
tabahkan campuran B ke larutan PVA setetes demi setetes sambil
diaduk pada kecepatan tinggi (±600 rpm) menggunakan magnetik

17
stirer. Biarkan diaduk hingga semua kloroform menguap (bau dari
kloroform hilang). Setelah itu disentrifugal pada kecepatan 5.000
rpm selama 15 menit. Kemudian dikeringkan dengan metode freeze
drying setelah kering (bentuk serbuk) ditempatkan pada wadah
tertutup baik.

3.5.5 Pembuatan Na-CMC 0,5 % b/v


Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% terlebih dahulu ditimbang Na-
CMC sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam lumpang/mortar.
Kemudian dilarutkan dengan 100 mL aquades dan dihomogenkan
dengan homogenizer.

3.5.6 Pembuatan Suspensi Stimuno®


Stimuno® yang mengandung ekstrak meniran komersial dosis 6,5
mg/KgBB, terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan dosis
pemberian kemudian disuspensikan dengan Na-CMC 0,5% b/v.

3.5.7 Pembuatan Suspensi Formula Nanopartikel


Formula nanopartikel ekstrak etanol 70% benalu batu (Begonia
medicinalis) dengan dosis 15,5 mg/KgBB, terlebih dahulu ditimbang
sesuai dengan dosis pemberian kemudian disuspensikan dengan Na-
CMC 0,5% b/v.
3.5.8 Pembuatan Suspensi Ekstrak
Ekstrak etanol 70% benalu batu (Begonia medicinalis) dengan dosis
60 mg/KgBB, 120 mg/KgBB, 240 mg/KgBB. Kemudian ditimbang
sesuai dosis pemberian dan disuspensikan dengan Na-CMC 0,5%
b/v.

3.5.9 Perlakuan Hewan Uji


Hewan uji sebanyak 24 ekor mencit jantan dibagi dalam 6 kelompok.
Dari masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelompok 1
sebagai kontrol negatif Na-CMC 0,5%, kelompok 2 sebagai kontrol

18
positif (Stimuno®) yang mengandung ekstrak meniran komersial
dosis 6,5 mg/KgBB, kelompok 3 diberikan formula nanopartikel
15,5 mg/KgBB, kelompok 4 diberikan ekstrak benalu batu dengan
dosis 60 mg/KgBB, kelompok 5 diberikan ekstrak benalu batu
dengan dosis 120 mg/KgBB, kelompok 6 diberikan ekstrak benalu
batu dengan dosis 240 mg/KgBB. Perlakuan hewan uji dilakukan
setiap 1 hari sekali selama 7 hari secara peroral sesuai dengan
volume pemberian.

Pada hari ke delapan setiap mencit diinfeksikan dengan 0,5 mL


suspensi bakteri Staphylococcus aureus secara intraperitoneal, lalu
dibiarkan selama 1 jam sebelum dibedah. Mencit dianastesi dengan
ketamin lalu dibedah perutnya menggunakan pisau bedah dan pinset
steril. Jika ditemukan cairan peritoneum pada perut mencit dalam
jumlah sedikit, maka ditambahkan larutan Phosphat Buffered Saline
(PBS) pH 7,8 steril sebanyak 1-2 mL, digoyang-goyangkan secara
perlahan kemudian diambil cairan peritoneum sebanyak 1 mL.
Cairan peritoneum dipulaskan pada kaca preparat dan difiksasikan
dengan metanol selama 5 menit, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan giemsa 10% didiamkan 20 menit dan dibilas dengan air
mengalir. Setelah kaca preparat kering, diteteskan minyak emersi
dan dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

3.5.10 Menghitung Aktivitas Fagositosis


Untuk menghitung aktivitas fagositosis makrofag pada cairan
peritonium mencit. Nilai aktivitas fagositosis adalah persentase sel
makrofag yang aktif dibagi dengan makrofag yang teramati
kemudian dikalikan 100%.

% Aktivitas fagositosis =

19
3.5.11 Analisis Statistik
Data hasil pengujian dianalisis secara statistik menggunakan uji
statistik One-Way Anova. Interpretasi data anova yang diamati yaitu
nilai signifikansi (sig<0,05) dan data terdistribusi normal serta
homogen nilai signifikansi (sig>0,05).

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil % rendemen ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol 70% di suhu 25oC dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 % Rendamen
Suhu Pelarut Berat Berat Rendemen
(oC) Simplisia Ekstrak (%)
(g) (g)
25 Etanol 1.518,63 66,4 4,37
70%

Dibawah ini merupakan gambar hasil pengamatan dari fagositosis makrofag


pada mikroskop dengan perbesaran 1.000 kali serta menggunakan metode
pengambilan gambar secara zig-zag dengan jumlah gambar sebanyak 15
gambar tiap kaca preparat.
Tabel 4.2. Gambar fagositosis makrofag
Kelompok Gambar makrofag
Perlakuan
Na-CMC Tikus 1
0,5%

Tikus 2

Tikus 3

Tikus 4

21
Stimuno Tikus 1

Tikus 2

Tikus 3

Tikus 4

Formula Tikus 1
Nano-
partikel

Tikus 2

Tikus 3

Tikus 4

Ekstrak 60 Tikus 1

22
Tikus 2

Tikus 3

Tikus 4

Ekstrak Tikus 1
120

Tikus 2

Tikus 3

Tikus 4

Ekstrak Tikus 1
240

Tikus 2

23
Tikus 3

Tikus 4

Berikut perbedaan gambar makrofag aktif dan makrofag tidak aktif pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
Keterangan:
A: Makrofag aktif

B A B: Makrofak tidak aktif

Gambar 4.1 Fagositosis makrofag


Sumber: Data primer penelitian

Dari hasil pengamatan diatas dapat dilakukan perhitungan jumlah makrofag


yang aktif dan yang teramati pada gambar, berikut adalah jumlah makrofag
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Jumlah Fagositosis Makrofag
Jumlah Makrofag
Sediaan Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Rata- Rata-
Uji
Ter Ter Ter Ter rata rata ter
Aktif Aktif Aktif Aktif aktif Amati
amati Amati amati Amati
Na-CMC 315 480 93 139 138 214 140 209 171,5 260,5

Stimuno 127 158 328 411 191 231 170 209 204 252,25

Formula 530 620 361 429 284 335 123 146 324,5 382,5

Ekstrak 60 102 119 425 500 546 639 443 512 379 442,5

Ekstrak
313 354 243 277 390 445 605 691 387,75 441,75
120
Ekstrak
379 423 653 727 374 414 184 202 397,5 441,5
240

Berikut merupakan persentase aktivitas fagositosis makrofag berdasarkan


hasil jumlah fagositosis makrofag diatas, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

24
Tabel 4.4 Persen Aktivitas Fagositosis Makrofag
% Aktivitas
Sediaan Uji Rata-Rata SD
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4

Na-CMC 65,62 64,48 66,9 66,98 65,9950 1,19

Stimuno 80,37 79,8 82,68 81,33 81,0450 1,26

Formula 85,48 84,77 84,24 84,14 84,6575 0,61

Ekstrak 60 85,71 85 85,44 86,52 85,6675 0,64

Ekstrak 120 88,41 87,64 87,55 87,72 87,8300 0,39

Ekstrak 240 89,59 89,82 90,33 91,08 90,2050 0,66

25
4.2 Pembahasan
Tanaman benalu batu diperoleh dari Desa Wawopada, Kecamatan Lembo,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan dilakukan
identifikasi di UPT. Herbarium Universitas Tadulako, untuk memastikan
bahwa tanaman yang digunakan merupakan tanaman benalu batu (Begonia
medicinalis). Simplisia benalu batu dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dihaluskan menggunakan blender agar memudahkan dalam proses ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70%, pelarut etanol
bertujuan agar ekstrak yang dihasilkan tidak mudah ditumbuhi jamur,
penyerapannya cukup baik, dapat bercampur dengan air, etanol juga bersifat
semipolar yang artinya dapat menarik senyawa – senyawa yang bersifat
polar dan nonpolar (Puspitasari dan Proyogo, 2017). Setelah proses maserasi
kemudian diuapkan dengan menggunakan Rotary evaporator pada suhu
65oC. Rotary evaporator digunakan untuk memisahkan maserat yang masih
mengandung ekstrak dan pelarut didalamnya sedangkan penggunaan suhu
650C diketahui sangat baik untuk suhu pengeringan (Victory S.A. et al,
2017).

Pembuatan sediaan uji terlebih dahulu dibuat larutan stok Na-CMC 0,5%
dengan disiapkan Na-CMC (serbuk) yang telah ditimbang dan dimasukkan
ke dalam mortar, kemudian dilarutkan dengan aquades dan dihomogenkan
dengan homogenizer. Setelah itu disiapkan stimuno, formula nanopartikel
dan ekstrak yang telah ditimbang sesuai dengan dosis kelompok pemberian
kemudian dimasukkan ke dalam mortar serta disuspensikan dengan Na-
CMC 0,5% dan digerus menggunakan alu sampai homogen.

Pada penelitian ini menggunakan 6 kelompok pengujian yaitu kelompok


Na-CMC 0,5% sebagai kontrol negatif serta pembanding kontrol lainnya,
Na-CMC memiliki pemerian yang tidak berbau, tidak berasa, higroskopis
serta memiliki sifat viskositas yang baik sebagai suspensi pembawa
(Benidictus R.W.2011). Kelompok (Stimuno®) sebagai kontrol positif yang
mengandung ekstrak meniran serta bertujuan untuk membandingkan obat

26
yang sudah beredar diapotek dengan kelompok yang akan diteliti,
pemberian ekstrak meniran secara peroral pada mencit dapat meningkatkan
fagositosis sel makrofag (Diah puspitasari, 2010). Kelompok formula
nanopartikel yang mengandung ekstrak benalu batu 60 mg dan basis
nanopartikel bertujuan sebagai pembanding kelompok uji sediaan ekstrak 60
mg dengan alasan untuk melihat efek ativitas fagositosis dari kedua
kelompok sediaan uji, dan kelompok uji dengan variasi 3 dosis yaitu ekstrak
60 mg, 120 mg, 240 mg, kelompok uji ini bertujuan sebagai perbandingan
untuk melihat efektifitas imunomodulator pada hewan uji.

Pemberian sediaan pada hewan uji dilakukan selama 7 hari berturut-turut


secara peroral untuk memberikan kesempatan bagi sediaan uji dalam
meningkatkan respon imun non spesifik (Aldi dkk., 2013). Pada hari ke
delapan setiap mencit diinfeksi dengan suspensi bakteri Stapylococcus
aureus secara intra peritoneal. Stapylococcus aureus merupakan bakteri
patogen atau benda asing yang dapat menyebabkan kerusakan serta dapat
menyebabkan hemolisis dan pembekuan darah (Sri R., dkk. 2012).
Kemudian seluruh kelompok perlakuan didiamkan selama 1 jam sebelum
dilakukan pembedahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan makrofag dalam mengaktivasi bakteri (Santoso, dkk. 2013).

Setelah itu dilakukan pengambilan cairan peritoneum, alasannya karena


cairan peritoneum memiliki jumlah sel makrofag lebih banyak dibanding
dengan organ limfa (Perthy M.K. 2012). Selanjutnya diberikan metanol dan
difiksasi, metanol dapat menyebabkan jaringan menjadi keras (Zulda M. &
Salmiah A., 2018). Kemudian ditambahkan giemsa sebagai pewarna,
giemsa cukup akurat untuk pemeriksaan morfologi (Arsyad, 2011).
Selanjutnya ditetesi minyak emersi dan dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop pada perbesaran 1000 kali, minyak imersi dapat mencerahankan
sekalipun pada perbesaran mikroskop yang tinggi (Zakarias A.M.,2016).

27
100

% Aktivitas Fagositosis Makrofag 80

60

40

20

0
Na-CMC Stimuno Formula Ekstrak Ekstrak Ekstrak
60 120 240

Gambar 4.2 Diagram Persen Aktivitas Fagositosis Makrofag

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat pada kelompok uji ekstrak 240
mg/KgBB memiliki persen paling tinggi dibandingkan sediaan uji lainnya
dengan nilai persen sebesar 90,20%, kemudian diikuti kelompok uji ekstrak
120 mg/KgBB dengan nilai sebesar 87,83%, selanjutnya diikuti kelompok
uji ekstrak 60 mg/KgBB dengan nilai sebesar 85,66% dan kelompok uji
formula dengan nilai persen sebesar 84,65%. Persen aktivitas fagositosis
makrofag terendah terdapat pada kelompok Na-CMC 0,5% (kontrol negatif)
yaitu sebesar 65,99 % diikuti Stimuno® 6,5 mg/KgBB (kontrol positif)
dengan persen sebesar 81,04 %.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fagositosis makrofag antara


lain yaitu pakan hewan uji, lingungan, kondisi hewan uji dan patogen yang
diujikan. Faktor pakan hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu
konsentrat, konsentrat merupakan sumber energi yang mengandung vitamin
dan mineral (Nurwahidah J. dkk, 2016), dimana mampu mengaktivasi
makrofag yang ada pada mencit. Kemudian ada faktor lingkungan yang
harus diperhatikan meliputi temperatur, kelembaban, ventilasi dan
pencahayaan yang harus sesuai dengan kondisi alamiah hewan yang
bersangkutan agar tidak mengalami stress pada saat selama penelitian.
Faktor kondisi hewan uji dapat dilihat secara langsung apakah ada hewan uji
yang mengalami cedera atau luka yang diakibatkan oleh bakteri atau virus
dari luar. Kemudian yang terakhir faktor patogen yang diujikan, hal ini

28
dapat disebabkan oleh penggunaan bakteri Stapylococcus aureus dimana
bakteri yang digunakan telah beberapa kali mengalami proses kultur
(peremajaan/perkembangbiakan).

Secara normal makrofag ada di dalam tubuh dan tersebar di berbagai


jaringan tubuh seperti jaringan hati (sel Kupffer), paru-paru (makrofag
alveolar), sistem saraf pusat (sel Schwann atau mikroglia), ruang sendi (sel
sinovial tipe A), ruang serosa (makrofag pleural dan peritoneal) dan jaringan
pengikat (histiosit). Selain ada pada jaringan makrofag juga berasal dari
monosit juga berasal dari pembelahan makrofag yang belum dewasa.
Jumlah makrofag meningkat saat peradangan karena meningkatnya migrasi
monositdari peredaran darah ke daerah radang (infeksi) (Besung dkk.,
2016). Infeksi yang terjadi dari bakteri Stapylococcus aureus dapat
merangsang makrofag melakukan aktivasi dan bergerak ke sumber infeksi.
Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan, dapat menangkap, memakan
dan mencerna antigen, seluruh mikroorganisme, partikel tidak larut dan
bahan endogen seperti sel yang cedera atau mati (Wahyuni, dkk. 2019).
Makrofag aktif dapat dilihat dengan fagosit yang muncul dikelilingi oleh
membran plasma serta lisosom menjadi lebih banyak, aparat golgi
membesar dan retikulum endoplasma kasar berkembang, sedangkan
makrofag tidak aktif memiliki ciri-ciri kebalikan dari makrofag aktif serta
memiliki bentuk dan ukuran yang lebih kecil dibanding makrofag aktif
(Bratawijaya dan Rengganis, 2014).

Peningkatan fagositosis makrofag yang terjadi pada hewan uji diakibatkan


karena adanya beberapa kandungan senyawa kimia yang terdapat pada
ekstrak benalu batu yaitu salah satunya senyawa flavonoid dengan
mekanisme menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam
biosintesis prostaglandin. Kemudian flavonoid juga merupakan senyawa
pereduksi yang baik sehingga menghambat reaksi oksidasi karena bakteri.
Interleuki-12 yang diaktifkan oleh senyawa flavonoid mampu meningkatkan
proliferasi sel limfosit dan merangsang aktivasi sel Th1. Sel Th1 yang

29
teraktivasi akan mengekspresikan sitokin IFN-ɣ yang dapat mengaktifkan
makrofag. Makrofag yang teraktivasi kemudian akan memperkuat proses
fagositosis dengan menghasilkan senyawa yang salah satunya adalah nitrit
oksida (NO) yang sangat efektif dalam melawan adanya infeksi bakteri.
Flavonoid sebagai immunostimulan dapat memberikan rangsangan
intraseluler seperti sel makrofag dan sel T agar bekerja lebih baik. aktifasi
makrofag oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya akan
membuat daya fagosit makrofag menjadi lebih baik dan mengeliminasi
infeksi yang masuk (Yogi Khoirul A. dkk, 2018).

Data hasil pengamatan fagositosis makrofag dilakukan analisis uji One way
anova. Uji One way anova merupakan uji parametrik yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok uji.
Hasil analisis uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan data
terdistribusi normal dan homogen dengan nilai sig > 0,05, sehingga
memenuhi syarat untuk dilanjutkan pengujian One way anova (sig < 0,05),
hasil analisis pada uji One way anova diperoleh nilai (sig = 0,20) dimana
hipotesis H0 (tidak terdapat perbedaan) diterima dan hipotesis H1 (terdapat
perbedaan) ditolak, sehingga menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata
yang signifikan pada semua kelompok sediaan uji.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ekstrak dan formula nanopartikel benalu batu (Begonia medicinalis) dengan
dosis 60 mg/KgBB memiliki efek imunomodulator dan dosis yang memiliki
aktivitas fagositosis tertinggi terdapat pada ekstrak 240 mg/KgBB.

5.2 Saran
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain
untuk pengujian imunomodulator terhadap aktivitas fagositosis makrofag.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M. (2017). Nanopartikel Dengan Gelasi Ionik. Farmaka Fakultas


Farmasi Universitas Padjadjaran, 15, 45–52.

Ajazuddin, & Saraf, S. (2010). Applications of novel drug delivery system for
herbal formulations. Fitoterapia, 81(7), 680–689.
https://doi.org/10.1016/j.fitote.2010.05.001

Akbar,B., 2010.Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press

Aldi, Y., Nisya, O., dan Dian, H., 2013. Uji Imunomodulator Beberapa Subfraksi
Ekstrak Etil Asetat Meniran (Phyllanthus niruri L.) pada Mencit Putih
Jantan Dengan Metode Carbon Clearance. Prosiding Seminar Nasional
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 201.

Anam, Syariful dkk, 2014. Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanol Benalu Batu
(Begonia sp.):Ethnomedicine Suku Wana Sulawesi Tengah, Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 12(1): 10-16.

Benidictus Robby Wilson 2011. Pengaruh Penambahan Sodium


Carboxymethylcelluloce (Cmc Na) 10% Sebagai Gelling Agent, Gliserol
Dan Sorbitol Sebagai Humectant Terhadap Sifat Fisis Basis Sediaan Gel
Toothpaste: Aplikasi Desain Faktorial. Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

Besung, N.K., Nyoman, M.A., Ketut, S., dan Ni Ketut, S., 2016, Hubungan
Antara Aktivasi Makrofag dengan Kadar Interleukin-6 dan Antibodi
Terhadap Salmonella Typhi pada Mencit, Jurnal Kedokteran Hewan.

Bratawidjaja, K.G., dan Rengganis., 2014. Imunologi Dasar. Badan Penerbit


Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Chew, K.K., M.Z. Khoo, S.Y. Ng, Y.Y. Thoo,W.M.W. Aida dan C.W. Ho.
2011.Effect of ethanol concentration,extraction time and

32
extractiontemperature on the recovery of phenoliccoumponds and
antioxidant capacity ofCentella asiatica extract. InternationalJournal of
Food Research 18(4):1427-1435.

Darmawan, et al. 2017. Utilization Of Nano Ethanolic Extract Combination


Chamber Bitter (Phyllanthus Niruri L.) And Garlic (Allium Sativum L.) As A
Natural Immunomodulator In Nanoherbal Development, In Silico And In
Vitro Study. JPSCR : Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research. Vol 2(02): 110.

Devagaran, T. & Diantini, A. (2012). Senyawa Imunomodulator Dari Tanaman.


Bandung: Student eJournal.

Diah puspitasari 2010. Efek perseptif meniran (phyllanthus niruri L) sebagai


imunostimulan (studi kasus diwilayah Jakarta). Fakultas matematika dan
ilmu pengetahuan alam universitas Indonesia.

Djajakusumah, T. S. (2010). The Role Of Immunomodulator In The Treatment Of


Sexually Transmitted Infections. Fakultas Kedokteran UNPAD/ RS
Dr.Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran UNISBA Bandung, 144–163.

Galingging, R. Y. (2009). Bawang Dayak (Eluetherine palmifolia) sebagai


tanaman Obat Multifungsi. Warta Penelitian Dan Pengembangan, 15(3), 2–
4. http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/bawang-dayak.pdf

Hanni E. L., 2016. Farmakognisi dan fitokimia, Pusdik SDM Kesehatan


KEMENKES RI, Jakarta.

ITIS (Integrated Taxonomic Information System) (2020). Integrated Taxonomic


Information System. Taxonomic Hierarchy : Mus Musculus.
http://www.itis.gov/servlet/Single.

Kencana Wulan dan Indropo Agusni, 2015. Penggunaan ImunomodulatorUntuk


Berbagai Infeksi Virus Pada Kulit (Immunomodulators for a Variety of
Viral infections of the Skin). BIKKK - Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin - Periodical of Dermatology and Venereology Vol. 27 / No. 1.

33
Khumaidi A, et al (2020). Profi l Proliferasi Sel Limfosit Benalu Batu ( Begonia
medicinalis ) Asal Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah (
Lymphocyte Cell Proliferation Profi le of Begonia medicinalis from North
Morowali Regency Central Sulawesi Province ). 18(1), 61–67.

Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Jurnal Kesehatan. Makassar.

Murniati, U. (2017). Preparasi dan Karakterisasi Nanopartikel PLGA Pembawa


Ethyl Ascorbic Acid. Universitas Islam Indonesia.

Nurwahidah J.,dkk. 2016. Pengaruh pemberian pakan konsentrat dan urea


molases blok (UMB) terhadap pertambahan berat badan sapi potong. JIIP
vol. 2 no. 2. Makassar.

Perthy M.K. 2012. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Terhadap Aktivitas Dan
Kapasitas Fagositosis Makrofag Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur
Wistar. Fakultas Farmasi Universitas Dharma Yogyakarta.

Puspitasari, A.D., dan Proyogo, L.S., 2017. Perbandingan Metode Ekstraksi


Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenoloik Total Ekstrak Etanol Daun
Kersen (Muntingia calabura). Universitas Hasyim Semarang. Jurnal Ilmiah
Candekia Eksakta.

Putra et al., 2020. Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Herba Krokot (Portulaca
oleracea L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan dengan
Parameter Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Jurnal Farmasi Galenika
(Galenica Journal of Pharmacy) (e-Journal); 6(1): 20-25

Putri,F.M. (2018). Urgensi Etika Medis Dalam Penanganan Mencit pada


Penelitian Farmakologi. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(2),51-61

Ratna Devi, Parmin, Nadira. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Arthritis
Reumatoid Untuk Mengurangi Nyeri Kronis Melalui Pemberian Terapi
Kompres Hangat Serei. Program Studi D-III Keperawatan, Fakultas

34
Kedokteran, Universitas Tadulako. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2,
Mei 2019 : 1-71

Ritna. A, dkk. et al,2016. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Fraksi Etil Asetat
Benalu Batu (Begonia Sp.) Asal Kabupaten Morowali Utara. GALENIKA
Journal of Pharmacy Vol. 2 (2) : 83 - 89.

Santoso, T.A., Diniatik, Anjar, M.K., 2013, Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol
Daun Katuk (Sauropus androgynus L Merr)Terhadap Aktivitas Fagositosis
Makrofag,Pharmacy.

Sri. R., dkk. 2012. Bakteri Patogen Dari Perairan Pantai dan Kawasan Tambak
Di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Ekologia, Vol. 12 No. 1.

Strambeanu, N., Demetrovici, L., Dragos, D., & Lungu, M. (2015).


Nanoparticles: Definition, Classification and General Physical Properties. In
Nanoparticles’ Promises and Risks (pp. 3–8). Springer International
Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-11728-7_1

Sudiano J, 2014, Sistem Kekebalan Tubuh, EGC : Jakarta.

Victory S.A. Et Al, 2017. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Ekstrak Pada Buah Kelubi (Eliodoxa Conferta).
Jurnal Rekayasa dan Managemen Agroindustri. ISSN: 2503-488X,Vol.5
No. 3.

Wahyuni, dkk. 2019. Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Spons Xestospongia


Sp. Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Pada Mencit Jantan Galur
Balb/C. Program Studi Farmasi, Universitas Haluoleo Kendari. Jurnal
Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 5.No.1 Juni 2019. Available online at
www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi. p-ISSN : 2442-6032. e-ISSN : 2598-
9979.

Wisnu H., et al 2019.Begonia medicinalis (Begoniaceae), a new species from


Sulawesi, Indonesia. Phytotaxa, 423(1): 041-045.

35
Zakarias A.M., 2016. Screening Minyak Nabati Untuk Minyak Imersi Mikroskop
Optik. Program Magister Bidang Keahlian Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.

Zubair MS., et al, 2019. A new steroid gycoside from Begonia sp.: cytotoxic
activity and docking studies. Natural Product Research, DOI:
10.1080/14786419.2019. 166690026.

Zulda M. & Salmiah A., 2018. Proses Fiksasi Pada Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Kesehatan Andalas. Universitas Andalas Padang.

36
LAMPIRAN 1

Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol


Benalu Batu (Begonia medicinalis)

Tanaman Banalu Batu

- Dikumpulkan
- Disortasi basah
- Dicuci
- Dikeringkan
- Disortasi kering
Simplisia Benalu Batu

- Dirajang
- Diblender

Simplisia Halus

- Dimasukkan dalam wadah


- Ditambahkan etanol 70% 5 L
- Dimaserasi 3 hari
- Diaduk tiap hari simplisia + pelarut
- Disaring

Simplisia

- Dilakukan maserasi bertingkat


sebanyak 2 kali

Maserat

- Dikumpulkan
- Diuapkan

Rotary Evaporator

Ekstrak kental

37
LAMPIRAN 2

Skema Kerja Pembuatan Formula Nanopartikel


Benalu Batu (Begonia medicinalis)

Ekstrak kental
etanolbenalu batu
- Ditimbang
- Dilarutkan dalam etanol

Disonikasi selama 10 menit

- Ditambahkan PLGA
- Dilarutkan dalam kloroform

Disonikasi kembali
selama 3 menit

- Dilarutkan alginat dalam air


- Dicampurkan dengan CaCl2
hingga larut

Dimasukkan PVA dalam air


suhu 900C selama 5 menit

- Dimasukkan hasil campuran


pertama ke dalam PVA setetes
demi setetes sambil diaduk pada
homogenaizer
- Ditambahkan campuran alginat
setes demi setetes sambil
diaduk, biarkan diaduk selama
semalaman

Disentrifus pada kecepatan


3.000 rpm selama 10 menit

- Dikeringkan dalam suhu ruangan

Formula nanopartikel

38
LAMPIRAN 3

Skema Kerja Pembuatan Na-CMC 0,5 %

Na-CMC
- Ditimbang 0,25 gram
- Dimasukkan

Lumpang/mortar

- Dilarutkan dengan aquadest


50 ml yang telah dididihkan
- Dihomogenkan dengan
homogenaizer 150 rpm

Suspensi Na-CMC

39
LAMPIRAN 4

Skema Kerja Perlakuan Hewan Uji

24 ekor mencit jantan

- Dibagi kelompok
- Disetiap kelompok 4 ekor hewan uji

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Kontrol Kontrol Positif Formula Ekstrak benalu
negatif Na- Stimuno® nanopartkel batu dosis
CMC 0,5% 6,5 mg/KgBB 15,5 mg/KgBB 60mg/KgBB

Kelompok 5 Kelompok 6
Ekstrak benalu Ekstrakbenalu
batu dosis batu dosis
120mg/KgBB 180mg/KgBB

- Perlakuan dilakukan setiap 1 hari sekali selama


7 hari sesuai dengan volume pemberian
- Pada hari ke-8 setiap mencit diinfeksi dengan
0,5 mL suspensi bakteri Staphylococcus aureus
- Didiamkan selama 1 jam, setelah itu dianastesi
menggunakan ketamin 0,1 mL
- Dibedah dan diberikan Phosphat Buffered
Saline (PBS) pH 7,8 steril sebanyak 1-2
mL,diambil cairan peritonium dandifiksasi
dengan metanol selama 5 menit, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan giemsa 10%,
didiamkan 20 menit dan dibilas dengan air
mengalir.

40
Diamati dibawah
mikroskop perbesaran
(10x-1000x)

Analisis data (One Way ANOVA)

Kesimpulan

41
LAMPIRAN 5

Perhitungan % Rendemen Ekstrak Benalu Batu


Berat Ekstrak = 66,4 gram
Berat Simplisia = 1.518,63 gram

% Rendemen = x 100%

= x 100 %

= 4,37 %

42
LAMPIRAN 6

Perhitungan Dosis Ketamin

Dosis Ketamin = 500 mg/ 10 mL


= 50 mg/mL
Konversi dosis = Dosis Manusia FK Mencit
= 50 mg/mL 0,0026
= 0,13 mg/mL /20 g

Larutan Stok =

= 0,377 mg/mL

Dibuat dalam 100 mL = 0,377 mg/mL 100 mL


= 37,7 mg/100 mL

Sedian Ketamin = 500 mg @10 mL


Pembuatan larutan stok =

500 mg x = 37,7 10 mL

x =

x = 0,75 mL

43
LAMPIRAN 7

Perhitungan Konsentrasi Dosis Pada Hewan Uji


A. Perhitungan Na-CMC 0,5%
= Jumlah dibuat x 0,5 %
= 100 mL x 0,5 %
= 0,5 g/100 mL

B. Perhitungan Konversi Dosis


Na-CMC 0,5 % (Kontrol Negatif)

Stimuno®(Kontrol Positif)
Konversi dosis = Dosis Manusia FK Mencit
= 50 mg 0,0026
= 0,13 mg/20 g (x50)
= 6,5 mg/KgBB
Formula
Ekstrak 60 mg + Zat Tambahan = 119,4 mg
Konversi dosis = Dosis Manusia FK Mencit
= 119,4 mg 0,0026
= 0,31 mg/20 g (x50)
= 15,5 mg/KgBB

Ekstrak 60 mg/KgBB
Ekstrak 120mg/KgBB
Ekstrak 240mg/KgBB

C. Perhitungan Stok dan Volume Pemberian


1. Na-CMC 0,5 % (Kontrol Negatif)
=

44
Vp1(29 g)= = 0,72 mL

Vp2(23 g)= = 0,57 mL

Vp3(21 g)= = 0,52 mL

Vp4(20 g)= = 0,5 mL

*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan


BB/Hari
2. Stimuno®(Kontrol Positif)

Stok =

= 0,325mg/mL

Vp=

Vp1(24 g)= 6,5 x 0,024Kg= 0,48 mL


0,325 mg/mL

Vp2 (25 g)= 6,5x 0,025Kg= 0,5 mL


0,325 mg/mL

Vp3 (21 g)= 6,5x 0,021Kg= 0,42 mL


0,325 mg/mL

Vp4 (25 g)= 6,5x 0,025Kg= 0,5 mL


0,325 mg/mL

*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan


BB/Hari
3. Formula

Stok =

45
= 0,806 mg/mL

Vp=

Vp1(26 g)= 15,5 x 0,026Kg= 0,5 mL


0,806 mg/mL

Vp2 (24 g)= 15,5 x 0,024Kg= 0,46 mL


0,806 mg/mL

Vp3 (24 g)= 15,5x 0,024Kg= 0,46 mL


0,806 mg/mL

Vp4 (25 g)= 15,5 x 0,025Kg= 0,48 mL


0,806 mg/mL

*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan


BB/Hari
4. Ekstrak 60 mg/KgBB

Stok =

= 3,48 mg/mL

Vp =

Vp1(29 g)= 60 x 0,029Kg= 0,5 mL


3,48 mg/mL

Vp2 (24 g)= 60 x 0,024Kg= 0,41 mL


3,48 mg/mL

Vp3 (19 g)= 60x 0,019Kg= 0,32 mL


3,48 mg/mL

Vp4 (26 g)= 60 x 0,026Kg= 0,44 mL


3,48 mg/mL
*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan
BB/Hari

46
5. Ekstrak 120 mg/KgBB

Stok =

= 6,72 mg/mL

Vp =

Vp1(28 g)= 120 x 0,028Kg= 0,5 mL


6,72 mg/mL

Vp2 (24 g)= 120 x 0,024Kg= 0,42 mL


6,72 mg/mL

Vp3 (23 g)= 120x 0,023Kg= 0,41 mL


6,72 mg/mL

Vp4 (24 g)= 120 x 0,024Kg= 0,42 mL


6,72 mg/mL

*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan


BB/Hari
6. Ekstrak 240 mg/KgBB

Stok =

= 13,92 mg/mL

Vp =

Vp1(28 g)= 240 x 0,028Kg= 0,48 mL


13,92 mg/mL

Vp2 (29 g)= 240 x 0,029Kg= 0,5 mL


13,92 mg/mL

47
Vp3 (28 g)= 240x 0,028Kg= 0,48 mL
13,92 mg/mL

Vp4 (25 g)= 240 x 0,025Kg= 0,43 mL


13,92 mg/mL

*Perhitungan volume pemberian diulangi sampai 7 hari berdasarkan


BB/Hari

48
LAMPIRAN 8
Uji Statistik

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Sediaan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Aktif Na-CMC .376 4 . .810 4 .121
Stimuno .309 4 . .886 4 .367
Formula .165 4 . .997 4 .991
Ekstrak 60 .345 4 . .857 4 .249
Ekstrak 120 .244 4 . .928 4 .583
Ekstrak 240 .288 4 . .934 4 .621
Teramati Na-CMC .371 4 . .816 4 .135
Stimuno .326 4 . .866 4 .281
Formula .157 4 . .998 4 .995
Ekstrak 60 .351 4 . .853 4 .236
Ekstrak 120 .243 4 . .926 4 .571
Ekstrak 240 .284 4 . .938 4 .641
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Aktif Based on Mean .471 5 18 .793
Based on Median .326 5 18 .891
Based on Median and with .326 5 13.716 .889
adjusted df
Based on trimmed mean .450 5 18 .808
Teramati Based on Mean .298 5 18 .908
Based on Median .206 5 18 .956
Based on Median and with .206 5 14.686 .955
adjusted df
Based on trimmed mean .283 5 18 .916

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Aktif Between Groups 196351.208 5 39270.242 1.630 .203
Within Groups 433633.750 18 24090.764
Total 629984.958 23

49
Teramati Between Groups 166111.833 5 33222.367 .982 .456
Within Groups 609269.500 18 33848.306
Total 775381.333 23
Aktif
a
Tukey HSD
Subset for alpha
= 0.05
Sediaan N 1
Na-CMC 4 171.50
Stimuno 4 204.00
Formula 4 324.50
Ekstrak 60 4 379.00
Ekstrak 120 4 387.75
Ekstrak 240 4 397.50
Sig. .350
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

Teramati
a
Tukey HSD
Subset for alpha
= 0.05
Sediaan N 1
Stimuno 4 252.25
Na-CMC 4 260.50
Formula 4 382.50
Ekstrak 240 4 441.50
Ekstrak 120 4 441.75
Ekstrak 60 4 442.50
Sig. .691
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

50
LAMPIRAN 9

Surat Keterangan Kode Etik Penelitian

51
LAMPIRAN 10

Surat Keterangan Identifikasi Herbarium Benalu Batu

52
LAMPIRAN 11

Dokumentasi Penelitian
Pembuatan ekstrak

Proses aklimatisasi

Penimbangan bahan suspense

53
Pembuatan sediaan suspense

Pemberian obat pada hewan uji

Pembuatan suspensi bakteri

54
Pengambilan cairan peritonium

Pengamatan aktivitas fagositosis makrofag

55
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penyusun bernama Arif Rahman beragama ISLAM dan lahir


di Tatakalai pada tanggal 27 Juli 1999 sebagai anak pertama
dari 2 bersaudara dari pasangan Bardin Masikon dan Mariati
Doating, penyusun memiliki saudara bernama Indra
Hadisetya. Penyusun bertempat tinggal di Jl. Doating, Desa
Tatakalai, Kecamatan Tinangkung Utara, Kabupaten Banggai kepulauan,
Sulawesi Tengah. Penyusun menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Negri
Ponding-Ponding pada tahun 2011, setelah itu penyusun melanjutkan studi di
SMP Negri 1 Tinangkung Utara dan tamat pada tahun 2014, kemudian
melanjutkan studi di SMA Negri 1 Tinangkung Utara dan tamat pada tahun 2017,
pada tahun yang sama penyusun melanjutkan studinya di Universitas Tadulako di
Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam jurusan Farmasi. Penyusun
dinyatakan lulus sarjana pada tahun 2021.

56

Anda mungkin juga menyukai