Anda di halaman 1dari 13

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol, dan Air Dari

Daun Salam (Syzygium polyanthum (WIGHT) Walp.)

Harrizul Rivai1), Susi Yulianti2), Boy Chandra2)


1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: harrizul@phar.unand.ac.id; susiyulianti151@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang analisis kualitatif dan kuantitatif daun salam (Syzygium polyanthum (WIGHT) Walp.) telah
dilakukan dari ekstrak heksan, aseton, etanol dan air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis senyawa kimia
yang terkandung dalam masing-masing ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air dari daun salam, serta
menentukan kadar metabolik sekunder yang terkandung dalam masing-masing ekstrak daun salam tersebut.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi untuk pelarut heksan, aseton dan etanol, infusa untuk pelarut
air. Hasil yang diperoleh dari skiring fitokimia dan penetapan kadar menunjukkan ekstrak aseton daun salam
mengandung fenol 0,1202 % dan tanin 0,1452 %. Ekstrak etanol daun salam mengandung alkaloid 0,34 %,
flavonoid 0,512 %, fenol 0,1258 %, dan tannin 0,1688 %. Ekstrak air daun salam mengandung flavonoid 0,486
%, fenol 0,2248 % dan tannin 0,1622 %. Sedangkan ekstrak heksan daun salam tidak mengandung senyawa
metabolit sekunder.

Kata Kunci : Daun Salam, Syzygium polyanthum (WIGHT) Walp., Maserasi, Spektrofotometri Uv-Vis.

ABSTRACT

Research on qualitative and quantitative analysis of bay leaf (Syzygium polyanthum (WIGHT) Walp.) has been
carried out from hexane, acetone, ethanol and water extracts. This study aims to analyze the chemical
compounds contained in each hexane, acetone, ethanol, and water extract from bay leaves, and determine the
secondary metabolic content contained in each bay leaf extract. Extraction method used is maceration for
hexane, acetone and ethanol solvents, infusion for water solvents. The results obtained from phytochemical
scaling and determination of the levels showed that acetone extract of bay leaves contained phenol 0.1202% and
tannin 0.1452%. Ethanol extract of bay leaves contained 0.34% alkaloid, flavonoid 0.512%, phenol 0.1258%,
and tannin 0.1688%. The water extract of bay leaves contained flavonoid 0.486%, phenol 0.2248% and tannin
0.1622%. While hexane extract of bay leaves does not contain secondary metabolites.

Keywords: Bay leaf, Syzygium polyanthum (WIGHT) Walp Maceration, Uv-Vis Spectrophoyometry.

PENDAHULUAN metanol daun salam efektif dalam


Pemanfaatan tanaman untuk menurunkan kadar glukosa darahyang
pengobatan secara tradisional sudah diberikan kepada pasien diabetes
dilakukan oleh masyarakat Indonesia. (Widyawati, et al., 2015).
Salah satu tanaman yang digunakan adalah Pada penelitian skrining fitokimia
daun salam (Syzygium polyanthum tanaman obat daun salam mengandung
(WIGHT) Walp.) yakni sebagai obat flavonoid, alkaloid, steroid, dan tanin
diabetes melitus (Peraturan Menteri (Agustina, et al., 2016). Penelitian pada
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). kegiatan biologis dan analisis fitokimia
Ekstrak etanol daun salam dapat tiga tanaman obat Indonesia menggunakan
menurunkan kadar glukosa darah pada pelarut etanol 95% menunjukkan bahwa
tikus dengan metode aloksan karena daun daun salam mengandung tannin, alkaloid,
salam mengandung flavonoid yang dapat steroid, triterpenoid, dan flavonoid
menangkap radikal hidroksil, sehingga (Kusuma, et al., 2011). Pada penelitian
menghambat aksi diabetik dari aloksan obat herbal dan tradisional didapat bahwa
(Studiawan & Santosa, 2005). Ekstrak daun salam mengandung tanin, minyak
atsiri, seskuiterpen, triterpenoid, steroid,

1
sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, Bahan yang digunakan dalam
2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa penelitian ini adalah simplisia daun salam
ekstrak daun salam dengan pelarut metanol (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.),
mengandung senyawa aktif berupa kuersetin (Sigma), katekin (Sigma), asam
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan galat (Sigma) dan seluruh pelarut serta
steroid (Evendi, 2017). pereaksi dibeli dari Merck yaitu, heksan,
Penetapan kadar tanin dalam infusa aseton, etanol, air suling, metanol, kalium
daun salam muda dan daun salam tua iodida, raksa klorida, α-naftol, asam sulfat,
secara spektrofotometri sinar tampak telah pottasium iodide, bismut nitrat, asam
diukur pada panjang gelombang sitrat, timbal asetat, fehling A dan B,
maksimum 745 nm dengan pereaksi Folin natrium klorida, natrium hidroksida, Folin-
Denis dan natrium karbonat jenuh, Ciocalteu, Benedictus, alumunium klorida,
diperoleh kadar daun salam muda dan natrium asetat, kalium permanganat, asam
daun salam tua berturut-turut sebesar asetat, besi (III) klorida, natrium
2,38± 0,036% dan 2,45 ± 0,007% borohidrat, dan kloroform, amoniak,
(Kharismawati, et al., 2009). Ekstrak kertas pH, etil asetat, asam format, dan
flavonoid daun salam dengan bioaktivitas asam asetat.
paling baik sesuai rancangan kombinasi
dihasilkan pada ekstraksi sonikasi dengan Prosedur
pelarut metanol 96% dalam waktu Penyiapan Simplisia (Departemen
ekstraksi selama 15 menit. Kadar Kesehatan Republik Indonesia, 1985)
flavonoid pada kondisi tersebut diperoleh Standarisasi Simplisia Daun Salam
sebesar 0,0116 mg (Oktavia, 2011). 1) Parameter Non Spesifik
Berdasarkan uraian diatas, belum 2) Parameter Spesifik
pernah dilakukan penelitian tentang
analisis kualitatif dan kuantitatif dari Pemeriksaan Kandungan Kimia
ekstrak heksan, aseton, etanol dan air daun Simplisia
salam. Oleh karena itu peneliti tertarik a. Pola Kromatografi
untuk melakukan penelitian analisis b. Kadar Total Kandungan Kimia
kualitatif dan kuantitatif dari ekstrak Simplisia Daun Salam
heksan, etanol, aseton dan air pada daun Pembuatan Ekstrak
salam. Sejumlah 50,0065 gram serbuk
METODE PENELITIAN simplisia kemudian ditambahkan 500 mL
Alat dan Bahan pelarut di maserasi selama 24 jam. Maserat
Alat yang digunakan antara lain: dipisahkan dengan cara filtrasi
Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV- (penyaringan), proses penyaringan ini
1800), penguap putar (IKA®), timbangan diulangi 2 kali, dengan menggunakan jenis
analitik (Precisa),lampu UV (Camag), dan jumlah pelarut yang sama. Semua
sonikator (Branson 1800), corong pisah maserat dikumpulkan, kemudian diuapkan
(Iwaki),erlenmeyer (Iwaki), labu ukur dengan alat penguap putar (rotary
(Iwaki), gelas ukur (Iwaki),beaker glass evaporator) pada suhu dibawah ± 50ºC
(Iwaki), pipet ukur (Iwaki),batang sehingga diperoleh ekstrak kenta. Lakukan
pengaduk (Iwaki), silica gel 60 F254, hal yang sama terhadap seluruh pelarut
kertas perkamen, spatel, bola hisap, yaitu heksan, aseton dan etanol hingga
corong(Iwaki), alumunium foil, wadah diperoleh ekstrak cair.
maserasi (botol gelap), pipet tetes, pisau, Selanjutnya pembuatan infusa daun
blender (Philips), tabung reaksi (Iwaki), salam, Sebanyak 50 gram simplisia daun
kertas saring whatman No. 42, krus salam dimasukkan kedalam panci infus
porselen, cawan penguap. ditambahkan pelarut air sebanyak 500 mL,
lalu dimasukkan kedalam penangas air

2
selama 15-20 menit pada suhu 98ºC, hingga merah lembayung
saring menggunakan kain flanel sehingga menunjukkan adanya senyawa
diperoleh ekstrak air daun salam. flavonol, flavonone, flavonolol dan
dihidroflavonol (Hanani, 2017).

Analisis Kualitatif Daun Salam b. Uji Timbal Asetat


1. Uji karbohidrat Satu mL ekstrak tanaman
a. Tes Molish ditambahkan dengan 5 tetes larutan
Kedalam 2 mL ekstrak tanaman, timbal asetat. Pembentukan endapan
ditambahkan dua tetes larutan alkohol warna kuning menunjukkan adanya
α- naftol, lalu campuran dikocok flavonoid (Tiwari et al., 2011).
dengan baik dan beberapa tetes asam 4. Uji tanin
sulfat pekat di tambahkan perlahan Satu mL ekstrak tanaman ditambahkan
sepanjang sisi tabung reaksi. Cincin dengan 5 tetes larutan ferri klorida
ungu menunjukkan adanya karbohidrat menunjukkan warna hijau hingga biru
(Hanani, 2017). kehitaman (Hanani, 2017).
b. Tes Benedict 5. Uji terpenoid
Untuk 0,5 mL ekstrak tanaman, di Satu mL estrak tanaman ditambahkan
tambahkan 0,5 mL reagen Benedict. 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes
Campuran dipanaskan sampai asam sulfat pekat perubahan warna
mendidih selama 2 menit timbulnya ungu atau merah kemudianmenjadi
endapan merah bata menunjukkan biru hijau menunjukan adanya
adanya gula (Banu & Cathrine, 2015). terpenoid (Hanani, 2017).
c. Tes Fehling 6. Uji minyak atsiri
Penambahan pereaksi fehling A dan B a) Sebanyak 5 tetes larutan kalium
dalam jumlah yang sama banyak permanganat ditambahkan pada 2 mL
kedalam esktrak tanaman, akan ekstrak tanaman, maka perubahan
menghasilkan endapan kupro oksida warna kalium permanganat akan
berwarna merah bata (Hanani, 2017) menjadi pucat atau hilang(Hanani,
2. Uji alkaloid 2017).
a. Tes Mayer b) Kedalam 2 mL ekstrak tanaman
Satu mL ekstrak tanaman, ditambahkan 1 mL asam asetat
ditambahkan dua tetes reagen Mayer anhidrat, kemudian ditambahkan 1 mL
disepanjang sisi tabung reaksi. asam sulfat pekat sehingga timbul
Endapan krem putih menunjukkan warna hijau biru (Hanani, 2017).
adanya alkaloid (Evans, 2002). 7. Uji saponin
b. Tes Wagner Uji Busa:1 mL ekstrak tanaman
Satu mL reagen Wagner ditambahkan dikocok dengan 2 mL air. Jika timbul
ke beberapa satu mL ekstrak tanaman busa selama sepuluh menit dan tidak
di sepanjang sisi tabung reaksi. hilang, setinggi 1-10 cm, pada
Endapan coklat kemerahan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N
mengkonfirmasikan tes tersebut menunjukkan adanya saponin (Hanani,
sebagai positif (Evans, 2002). 2017).
3. Uji flavonoid 8. Uji fenol
a. Uji Shinoda Kedalam 1 mL ekstrak tanaman
Sebanyak 1 mL ekstrak tanaman di ditambahkan 5 tetes besi (III) klorida,
uapkan hingga kering, di tambahkan 1- senyawa fenol memberikan warna
2 mL etanol, kemudian sedikit serbuk hijau hingga biru hitam dalam air atau
magnesium di tambahkan dan 2 mL etanol (Hanani, 2017).
asam klorida 5 M. Warna merah

3
9. Uji asam lemak Sebanyak 0,5 mL larutan induk
Lima tetes asam sulfat 25% di kuersetin konsentrasi 1 μg/mL di pipet
tambahkan kedalam 1 mL ekstrak kemudian cukupkan dengan etanol 80 %
tanaman, lalu panaskan, dan terbentuk dalam labu 10 mL, kemudian pipet
warna cokelat muda menunjukkan sebanyak 0,5 mL larutan kuersetin 50
adanya asam lemak (Hanani, 2017). μg/mL, 1,5 mL etanol P, 0,1 mL
10. Uji Steroid alumunium klorida P 10%, 0,1 mL natrium
Kedalam 2 ml ekstrak tanaman asetat 1 M dan 2,8 mL air suling di
ditambahkan 2 mL kloroform dan lihat tambahkan secara berturut-turut. Kocok
lapisan yang terbentuk, kemudian dan diamkan selama 30 menit pada suhu
lapisan kloroform dikeringkan. Lalu ruang, lalu ukur serapan maksimum.
tambahkan 3 tetes H2SO4 P. Maka d. Pengukuran
akan terbentuk warna biru. (Hanani, Secara terpisah di pipet 0,1 mL larutan
2017). uji dan 0,5 mL larutan pembanding, di
tambahkan pada masing-masing 1,5 mL
Analisis Kuantitatif Daun Salam
etanol P, 0,1 mL alumunium klorida P
1. Alkaloid
10%, 0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8
Sebanyak 20 mL ekstrak tanaman di
mL air suling. Kocok dan diamkan selama
pipet, dan disari menggunakan 100 mL
30 menit pada suhu ruang. Ukur serapan
metanol P dan 10 mL amoniak P, selama
pada panjang gelombang erapan
30 menit di panaskan diatas tangas air, lalu
maksimum. Pengukuran blanko di lakuka
saring. Ulangi 2 kali penyarian
dengan cara yang sama, tanpa penambahan
menggunakan jenis dan jumlah pelarut
alumunium klorida, buat koreksi
yang sama. Pada kumpulan filtrat di
seperlunya (Departemen Kesehatan
tambahkan 50 mL asam klorida 1 N LP,
Republik Indonesia, 2010).
uapkan hingga volume lebih kurang 25
2. Uji Fenol
mL, saring kedalam corong pisah. Basakan
Kadar senyawa fenol total dilakukan
filtrat dengan amoniak P sampai pH ± 10,
menggunakan metode Folin Ciocalteau.
sari 3 kali dengan 25 mL kloroform P.
Larutan standar atau larutan uji dibuat
Kumpulkan dan uapkan fase kloroform
dalam berbagai konsentrasi yang diperoleh
pada suhu 50 ºC, kemudian di keringkan
dengan cara pengenceran larutan induk
pada suhu 100 ºC hingga bobot tetap.
asam galat.
Hitung sisa pengeringan sebagai alkaloid
1. Pembuatan larutan uji
total (kadar alkaloid total dinyatakan
Sejumlah simplisia yang telah
dalam % b/b) (Departemen Kesehatan
dihaluskan di timbang, di masukkan
Republik Indonesia, 2008).
kedalam labu terukur, encerkan secara
1. Flavonoid
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
Penetapan kadar flavonoid total
metanol P hingga kadar seperti yang
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis.
tertera pada masing-masing monografi.
a. Larutan uji untuk ekstrak cair
2. Pembuatan larutan pembanding
Sejumlah volume ekstrak cair di ukur
Asam galat di timbang 10,0021 gram,
dengan seksama, diencerkan dengan
dimasukkan kedalam labu terukur,
etanol 80 % sampai kadar yang sesuai
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
untuk kolorimetri.
bertahap dengan metanol P hingga kadar
b. Larutan pembanding
lebih kurang 1 mg/mL. Buat pengenceran
Kurang lebih 10,0054 mg pembanding,
larutan pembanding dengan kadar berturut-
di larutkan dalam etanol 80 %, encerkan
turut lebih kurang 15, 30, 45, 60, 75 dan
secara kuantitatif dengan etanol 80%
90 bpj.
hingga kadar 30, 40, 50, 60 dan 70 μg/mL.
3. Penentuan panjang gelombang
c. Penentuan panjang gelombang
maksimum
maksimum

4
Sebanyak 0,15 mL larutan induk asam Serapan larutan pembanding, larutan
galat konsentrasi 1 mg/ mL di pipet ke uji dan larutan balngko di ukur secara
dalam labu ukur 10 mL lalu cukupkan spektrofotometri pada panjang gelombang
dengan methanol P hingga menjadi 279 dan 300 nm. Serapan larutan uji pada
konsentrasi 15 bpj, lalu di pipet sebanyak 300 nm tidak lebih dari 0,03. Gunakan etil
1 mL larutan asam galat konsentrasi 15 bpj asetat P sebagai blanko. Hitung persentase
tambahkan 5 mL enceran Folin-Ciocalteu katekin dalam ekstrak pada panjang
Fenol LP (7,5% dalam air). Diamkan gelombang 279 nm (Departemen
selama 8 menit, di tambahkan 4 mL NaOH Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
1 %, diamkan selama 1 jam dan ukur
serapan maksimumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Pengukuran Hasil
Masing-masing 1 mL larutan uji dan
enceran larutan pembanding di pipet Standarisasi Simplisia Daun Salam
ddalam tabung reaksi, di tambahkan 5 mL 1. Pemeriksaan Pemerian.
enceran Folin-Ciocalteu Fenol LP (7,5% 2. Pemeriksaan Mikroskopis.
dalam air). Diamkan selama 8 menit, 3. Pola Kromatografi Lapis Tipis.
kedalam campuran di tambahkan 4 mL 4. Susut Pengeringan 8,1909% ± 0,2377
NaOH 1%, diamkan selama 1 jam. Ukur %.
serapan pada panjang gelombang 5. Kadar Abu Total 5,0905% ± 0,0134% .
maksimum lebih kurang 730 nm, buat 6. Kadar Abu Tidak Larut Asam 0,7394
kurva kalibrasi dan hitung kadar fenol total % ± 0,0842 %.
(Departemen Kesehatan Republik 7. Kadar Sari Larut Dalam Air 8,5886 %
Indonesia, 2011). ± 1,0044 %.
3. Tanin 8. Kadar Sari Larut Dalam Etanol
Penetapan kadar tanin dilakukan 11,2617 % ± 0,5816 %.
dengan metode spektrofotometri UV-Vis. 9. Kadar flavonoid total simplisia daun
a. Larutan pembanding salam 3,2321 %.
Pembanding katekin di keringkan
dalam oven pada suhu 105 ºC sampai Hasil Analisis Kualitatif Ekstrak
bobot tetap. Lalu di timbang lebih kurang Heksan, Aseton, Etanol dan Air Daun
50 mg, masukkan kedalam labu terukur 50 Salam
mL, larutkan dalam etil asetat P, sonikasi Daun salam yang telah di ekstraksi
selama 5 menit. 2 mL larutan di pipet menggunakan 4 pelarut yang bebeda yaitu
masukkan kedalam labu erlenmeyer heksan, aseton, etanol dan air kemudian
bersumbat kaca 100 mL, 50 mL etil asetat dilakukan uji kualitatif kandungan kimia di
P di tambahkan, sonikasi kembali selama 5 tunjukkan pada (Tabel I).
menit. Hasil Penetapan Kadar Ekstrak
b. Larutan uji Heksan, Aseton, Etanol dan Air Daun
Kurang lebih 50 mL ekstrak di pipet Salam
kemudian di keringkan dalam oven pada 1. Kadar alkaloid total dari ekstrak etanol
suhu 105 ºC sampai bobot tetap. Ekstrak daun salam 0,34 % (Tabel II).
yang sudah d keringkan dimdasukkan 2. Kadar flavonoid total dari ekstrak
kedalam labu ukur 50 mL, di larutkan etanol dan air daun salam 0,512 % dan
dalam etil asetat P, sonikasi selama 5 0,486 % di hitung sebagai kuersetin
menit. 2 mL larutan di pipet di dmasukkan (Tabel II).
kedalam labu erlenmeyer bersumbat kaca 3. Kadar fenol total dari ekstrak aseton,
100 mL, di tambahkan 50 mL etil asetat P, etanol dan air daun salam 0,1202 %,
sonikasi kembali selama 5 menit. 0,1258 % dan 0,2248 % di hitung
c. Pengukuran sebagai asam galat (Tabel II).

5
4. Kadar tanin total dari ekstrak aseton, 0,1688 % dan 0,1622 % di hitung
etanol dan air daun salam 0,1457 %, sebagai katekin (Tabel II).

Tabel I. Data Hasil Uji Kualitatif Dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air Daun Salam
Ekstrak
No. Pengujian
Heksan Aseton Etanol Air

1. Karbohidrat

- Molish - - - -

- Benedict - - - -

- Fehling - - - -

2. Asam lemak - - - -
- Asam sulfat
3. Fenol

- FeCl3 - + + +

- Timbal asetat - - - -

4. Tanin

- FeCl3 - + + +

5. Flavonoid

- Timbal asetat - + + -

- Shinoda - - - -

6. Alkaloid

- Mayer - - - -

- Wagner - - + -

7 Terpenoid
-As. Asetat anhidrat + as.
Sulfat - - - -

8 Minyak atsiri - - - -
- KMnO4
9 Saponin - - - -
- Tes busa
10 Steroid - - - -
- As. Asetat anhidrat + as.
Sulfat

Keterangan : + = Mengandung senyawa metabolit sekunder


_
= Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder

6
Gambar 1. Profil spektra panjang gelombang maksimum kuersetin konsentrasi 50
ppm pada 430, 5 nm

Hubungan Konsentrasi dengan Absorban


0.7
0.6
y = 0,0101x - 0,0579
0.5 R = 0,9996
Absorban

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva kalibrasi Flavonoid

Gambar 3. Profil spektra panjang gelombang maksimum asam galat konsentrasi 15


ppm pada 764 nm

7
Hubungan Konsentrasi dengan Absorban
0.9
0.8 y = 0,0066x + 0,1979
0.7 R = 0,9997
0.6
Absorban

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Kurva kalibrasi Fenol


Tabel II. Data Hasil Uji Kualitatif Dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air Daun Salam

Ekstrak biji Alkaloid Flavonoid Fenol total (%) Tanin total (%)
alpukat total (%) total (%)

Ekstrak Heksan - - - -

Ekstrak Aseton - - 0,1202 0,1452

Ekstrak Etanol 0,34 0,512 0,1258 0,1688

Ekstrak Air - 0,486 0,2248 0,622

Pembahasan rumput, batang, akar serta tanah.


Pembahasan Simplisia Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
Sampel yang digunakan adalah tanah dan pengotor lainnya yang melekat
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. yang pada daun salam, pencucian dilakukan
diambil di Jalan Bakti II, Kelurahan Parak dengan air bersih dan mengalir.
Kopi Alai, Kecamatan Padang Timur, Perajangan dilakukan untuk
Kota Padang, Sumatera Barat. Daun salam mempermudah proses pengeringan,
yang diambil adalah semua jenis daun pengepakan dan penggilingan.
karena sesuai dengan parameter Pengeringan bertujuan untuk memperoleh
standarisasi untuk simplisia daun salam simplisia yang tidak mudah rusak,
dan pengambilan dilakukan pada pagi hari sehingga dapat disimpan dalam waktu
dengan dasar bahwa kandungan bahan yang lebih lama. Selanjutnya sortasi kering
kimia berkhasiat yang ada dalam yang merupakan tahap akhir pembuatan
tumbuhan/tanaman dalam keadaan simplisia, dengan tujuan yaitu memisahkan
maksimal. benda-benda asing dan pengotor-pengotor
Setelah itu dilakukan sortasi basah lain yang masih ada dan tertinggal pada
dengan tujuan memisahkan kotoran- simplisia kering, lalu selanjutnya
kotoran atau bahan-bahan asing lainnya pengepakan dan penyimpanan
dari daun salam seperti tanah, kerikil,

8
(Departemen Kesehatan Republik Dari Tabel I menunjukkan hasil
Indonesia, 1985). pengujian yang negatif pada uji steroid,
Sampel yang digunakan untuk uji saponin, uji minyak atsiri, uji terpenoid,
pengujian ini adalah daun salam (Syzygium uji asam lemak dan uji karbohidrat. Dan
polyanthum (Wight) Walp.) yang telah menunjukkan hasil yang positif pada
dilakukan uji identifikasi di Herbarium pengujian alkaloid, uji flavonoid,uji tanin,
Universitas Andalas (ANDA), jurusan dan uji fenol. Pada ekstrak heksan tidak
biologi FMIPA Universitas Andalas diperoleh kandungan kimia hal ini
Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera dikarenakan heksan mempunyai
Barat, Indonesia dengan hasil specimen karakteristik tidak polar, volatile,
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. mempunyai bau khas dan umumnya
(famili: Myrtaceae). heksan digunakan untuk mengekstraksi
minyak nabati (saifudin, 2014). Selain itu
Pembuatan Ekstrak umur tumbuhan, jenis dan lingkungan
Setelah itu dilanjutkan dengan tempat tumbuh juga dapat mempengaruhi
pembuatan ekstrak cair, sampel yang hasil analisis kandungan kimia dari
sudah kering, diblender dan diayak tumbuhan yang mengakibatkan perbedaan
kemudian ditimbang sebanyak 50 gram kandungan senyawa kimia dan kadar
dengan menggunakan timbangan analitik kandungan senyawa kimia (Departemen
untuk dijadikan ekstrak. Ekstrak dapat Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
dibuat dengan cara maserasi yaitu dengan Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu
merendam simplisia dalam pelarut pada sifat senyawa kimia, pelarut yang
suhu kamar sehingga kerusakan atau digunakan serta alat yang tersedia (Hanani,
degradasi metabolit dapat diminimalisasi. 2017).
Pada maserasi terjadi proses
Pembahasan Kadar Senyawa Kimia
kesetimbangan konsentrasi antara larutan 1) Kadar Alkaloid Total Pada Ekstrak
luar dan didalam sel sehingga diperlukan Etanol
pergantian pelarut secara berulang dan Penetapan kadar alkaloid total
dengan pengadukan (Hanani, 2017). dilakukan dengan metode gravimetri,
Simplisia yang telah ditimbang di metode gravimetri adalah salah satu
maserasi. Kemudian maserat dikumpulkan metode penentuan secara kuantitatif
lalu diuapkan dengan penguap putar dengan cara mengukur berat komponen
(rotary evaporator) pada suhu ± 50 0C, dalam keadaan murni setelah melalui
penguapan ini bertujuan menguapkan proses pemisahan (Hanani, 2017).
pelarut sehingga diperoleh ekstrak cair. Penambahan amoniak P bertujuan agar
Lakukan hal yang sama terhadap seluruh Amoniak P bereaksi dengan asam klorida
pelarut yaitu aseton dan etanol hingga yang membentuk garam yang larut dalam
diperoleh ekstrak cair. air sedangkan alkaloid kembali dalam
Selanjutnya pembuatan infusa daun bentuk basa dan tidak terlarut dalam air
salam dengan cara menimbang sebanyak tetapi mudah larut dalam kloroform.
50 gram simplisia daun salam dan Alkaloid dalam keadaan bebas dapat
dimasukkan kedalam panci infus dan diekstraksi dengan pelarut kloroform,
ditambahkan dengan pelarut air sebanyak sehingga dihasilkan ekstrak kloroform
500 mL, lalu dimasukkan kedalam yang merupakan alkaloid total.
penangas air selama 15-20 menit pada Berdasarkan hasil perhitungan kadar
suhu 98 ºC, lalu saring menggunakan kain alkaloid total elstrak etanol diperoleh
flanel sehingga diperoleh ekstrak air daun kadar sebesar 0,34 % (Tabel II). Hasil
salam. yang diperoleh sesuai menurut standar
Analisis Kandungan Kimia yang ada pada Farmakope Herbal

9
Indonesia Edisi I (2008) yaitu tidak kurang 3) Kadar Fenol Total Pada Ekstrak Air,
dari 0,30 %. Ekstrak Etanol dan Ekstrak Aseton
Pada penelitian ini penentuan kadar
2) Kadar Flavonoid Total pada Ekstrak fenol total menggunakan metode Folin
Etanol dan Ekstrak Air Ciocalteu. Reagen Folin-Ciocalteu
Penetapan kadar flavonoid total dari digunakan karena senyawa fenolik dapat
ekstrak etanol dan ekstrak air daun salam beraksi dengan Folin membentuk larutan
dilakukan dengan menggunakan metode berwarna yang dapat diukur
kolorimetri alumunuim klorida secara absorbansinya. Prinsip dari metode Folin-
Spektroskopi UV-Vis yang dihitung Ciocalteu adalah terbentuknya senyawa
sebagai kuersetin. kompleks berwarna biru yang dapat diukur
Penambahan etanol P berfungsi pada panjang gelombang 765 nm.
sebagai peningkat kelarutan, alumunium Pereaksi ini mengoksidasi fenolat
klorida P yang berfungsi untuk (garam alkali) atau gugus fenolik-hidroksi
memberikan efek batokromik dengan mereduksi asam heteropoli (molibdenum-
melakukan pergeseran kearah panjang tungsten) yang terdapat dalam pereaksi
gelombang yang lebih panjang, sehingga Folin- Ciocalteu menjadi senyawa
merubah panjang gelombang standar kompleks molibdenum-tungsten. Senyawa
kuersetin untuk masuk kedalam range fenolik bereaksi dengan reagen Folin
panjang gelombang UV-Vis, sehingga Ciocalteu hanya dalam suasana basa agar
menghasilkan juga efek hiperkromik atau terjadi disosiasi proton pada senyawa
peningkatan intensitas larutan standar fenolik menjadi ion fenolat. Untuk
kuersetin menghasilkan warna yang lebih membuat kondisi basa maka digunakan
kuning (Chang et, al., 2002). Natrium natrium hidroksida. Gugus hidroksi pada
asetat yang sebagai penstabil. Kocok dan senyawa fenolik bereaksi dengan reagen
diamkan selama 30 menit pada suhu ruang. Folin Ciocalteu membentuk kompleks
Hal tersebut dimaksudkan agar reaksi molibdenum-tungsten berwarna biru yang
antara larutan standar kuersetin dengan dapat terdeteksi dengan spektrofotometer.
pereaksi-pereaksi yang ditambahkan dapat Semakin besar konsentrasi senyawa
berlangsung dengan sempurna. fenolik maka semakin banyak ionfenolat
Penentuan panjang gelombang maksimum yang akan mereduksi asam heteropili
dari larutan standar kuersetin adalah 403,5 (fosfomolibdat-fosfotungsten) menjadi
nm pada konsentrasi 50 µg/mL (Gambar kompleks molibdenum-tungsten sehingga
1). warna biru yang dihasilkan semakin pekat
Berdasarkan kurva kalibrasi pada (Tahir, 2017).
Gambar 2 diperoleh persamaan regresi y= Pada penentuan kadar fenolat total, di
0,0101x - 0,0579. Koefisien korelasi r = peroleh serapan maksimum asam galat
0,9996, angka ini mendekati 1 yang berarti pada 674 nm pada konsentrasi 15 µg/mL.
terdapat korelasi yang sangat tinggi antara Berdasarkan kurva kalibrasi pada
absorban dan kadar senyawa serta Gambar 4 diperoleh persamaan regresi y=
menunjukkan hubungan antara keduanya. 0,0066x + 0,1979. Koefisien korelasi r =
Berdasarkan (Tabel II) diperoleh kadar 0,9997, angka ini mendekati 1 yang berarti
flavonoid total masing-masing pada terdapat korelasi yang sangat tinggi antara
ekstrak air dan ekstrak etanol sebesar absorban dan kadar senyawa serta
0,486% dan 0,512%. Hasil ini memenuhi menunjukkan hubungan antara keduanya.
persyaratan yang terdapat dalam Berdasarkan diperoleh kadar fenolat total
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I masing-masing pada ekstrak air, ekstrak
(2008), yaitu tidak kurang dari 0,40 %. etanol dan ekstrak aseton sebesar 0,2248
% , 0,12586 % dan 0,1202 %.

10
4) Kadar Tanin Total Pada Ekstrak Banu, K. Sahira & Cathrine, DR. L.
Aseton, Etanol dan Air (2015). General Techniques
Penetapan kadar tanin dilakukan denga Involved in Phytochemical Analysis.
metode spektrofotometri UV-Vis dengan International Journal of Advanced
mengunakan senyawa standar katekin. Research in Chemical Sience
Untuk menentukan kadar tanin total (IJARCS), 2(4): 25-32.
dengan metode Spektrofotometri UV-Vis Chang, C., Yang, M., Wen Hand Chern J.
(Shimadzu UV- 1800). (2002). Estimation of Total
Hasil pengukuran serapan larutan Flavonoid Content in Propolis by
pembanding pada panjang gelombang 279 Two Compementary Colometric
yaitu 0,262 nm dan larutan uji ekstrak Methods.J Food Drug Anal.
aseton 0,244 nm kadar yang diperoleh Departemen Kesehatan Republik
0,1457 %, ekstrak etanol 0,249 nm dengan Indonesia.(1979). Farmakope
kadar 0,1688 %, dan ekstrak air 0,265 nm Indonesia (Edisi ketiga).Jakarta:
dan kadar yang diperoleh sebesar 0,1622 Departemen Kesehatan Republik
%. Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik
KESIMPULAN
Indonesia.(1985). Cara Pembuatan
Dari data yang diperoleh dalam penelitian Simplisia. Jakarta: Direktorat
ini, dapat disimpulkan bahwa: Jendral Pengawasan Obat dan
Kandungan senyawa kimia dari ekstrak Makanan.
aseton yaitu fenol dan tanin. Kandungan Departemen Kesehatan Republik
senyawa kimia dari ekstrak etanol yaitu Indonesia. (2000). Parameter
alkaloid, flavonoid, fenol dan tanin. Satandar Umum Ekstrak Tumbuhan
Kandungan senyawa kimia dari ekstrak air Obat. (Edisi 1). Jakarta: Direktorat
yaitu flavonoid, fenol dan tanin. Namun, Jendral Pengawasan Obat dan
pada ekstrak heksan tidak adanya Makanan, Direktorat Pengawasan
kandungan senyawa kimia yang Obat Tradisional.
ditemukan. Departemen Kesehatan Republik
Kadar alkaloid total pada ekstrak Indonesia. (2008). Farmakope
etanol 0,34 %.Kadar flavonoid total Herbal Indoensia. (Edisi 1). Jakarta:
berturut-turut pada ekstrak etanol dan air Departemen Kesehatan Republik
sebesar 0,512 % dan 0,486 %. Kadar fenol Indonesia.
total berturut-turut pada ekstrak aseton, Departemen Kesehatan Republik
etanol dan air sebesar 0,1202 %, 0,12586 Indonesia. (2010). Farmakope
% dan 0,2248 %. Serta kadar tanin total Herbal Indoensi Suplemen I. Jakarta:
berturut-turut dari ekstrak aseton, etanol Departemen Kesehatan Republik
dan air sebesar 0,1452 %, 0,1688 % dan Indonesia.
0,1622 %. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2011). Farmakope
DAFTAR PUSTAKA Herbal IndoensiaSuplemen II.
Agustina, S., Ruslan., Wiraningtyas, A,. Jakarta: Departemen Kesehatan
(2016). Skrining Fitokimia Tanaman Republik Indonesia.
Obat di Kabupaten Bima. Cakra Evans. W. C, (2002). Treasend Evans
Kimia, 4 (1): 71-76. Pharmacognosy. Harcourt Brace and
Badan POM RI. (2008). Taksonomi Company. London.
Koleksi Tanaman Obat Kebun Evendi, A. (2017). Uji Fitokimia dan Anti
Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Bakteri Ekstrak Daun Salam
Badan Pengawasan Obat dan (syzygiumpolyanthum) Terhadap
Makanan Republik Indonesia. Bakteri Salmonella typhi dan

11
Escherichia coli Secara In Vitro. Antidiare pada Tikus Putih. Media
Mahakam Medical Laboratory Litbangkes, 8 (3 & 4): 14-17.
Technology Journal. 2 (1): 1-9. Oktavia, J.D. (2011). Pengoptimuman
Gandjar, I.G. & Rohman, A. (2013). Kimia Ekstraksi Flavonoid Daun Salam
farmasi analisis. (Cetakan IX). (Syzygium Polyanthum) Dan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Analisis Sidik Jari Dengan
Hanani, E. (2017). Analisisn Fitokimia. Kromatografi Lapis Tipis. (Skripsi).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia: Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Penuntun Cara Modern Indonesia. (2016). FormulariumObat
Menganalisa Tumbuhan . Bandung: Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Penerbit ITB. Menteri Kesehatan Republik
Harismah, K dan Chusniatun. (2016). Indonesia.
Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Prahastuti, S., Tjhajani, S., Hartini, E.
polyantha) Sebagai Obat Herbal dan (2011). Efek Infusa Daun Salam
Rempah Penyedap Makanan. Warta (Syzygium polyanthum (WIGHT)
LPM, 19 (2): 110-118. Walp.) Terhadap Penurunan Kadar
Kementrian Kesehatan Republik Kolesterol Total Darah Tikus Model
Indonesia. (2011). Formularium Dislipidemia Galur Wistar. Jurnal
Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Medika Planta, 1 (4): 28-32.
Menteri Kesehatan Republik Rivai, H., Heriadi, A., Fadhila,H., (2015).
Indonesia. Pembuatan dan Karakterisasi
Kharismawati, M., Utami, P.I., Ekstrak Kering Daun Salam
Wahyuningrum, R., (2009). (Syzygium polyanthum (WIGHT)
Penetapan Kadar Tanin dalam Infusa WALP.). Jurnal Farmasi Higea, 7
Daun Salam (Syzygium polyanthum (1): 54-62.
(Wight.) Walp)) Secara Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
Spektrofotometri Sinar Tampak. Tumbuhan Tinggi. Terjemahan
Pharmacy, 6 (1): 22-27. Kosasih Padmawinata. Bandung:
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia ITB.
Analitik. Jakarta: UI Press. Saifudin, A. (2014). Senyawa Alam
Kusuma, I.W., Kuspradini, H., Arung, Metabolit Sekunder Teori Konsep
E.T., Aryani, E., Min,Y.H., Kim, Dan Teknik Pemurnian. Yogyakarta:
J.S., Kim, Y.U., (2011). Biological Deepublish.
Activity and Phytochemical Analysis Studiawan, H & Santosa, M.H. (2005). Uji
of Three Indonesian Medicinal Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa
Plants, Murraya koenigii, Syzygium Darah Ekstrak Daun Eugenia
polyanthum and Zingiber purpurea.J polyantha pada Mencit yang di
Acupunct Meridian Stud: Korean Induksi Aloksan. Media Kedokteran
Pharmacopuncture Institute, 4 (1): Hewan, 21 (2): 62-65.
75-79. Tahir, M., Muflihunna, A., Syafrianti.
Moeloek, F. A. (2006). Herbal and (2017). Penentuan Kadar Fenolik
Traditional Medicine: National Total Ekstrak Etanol Daun Nilam
Perspective and Policies In (Pogostemon cablin Benth) dengan
Indonesia. Jurnal Bahan Alam Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Indonesia, 5 (1): 293-297. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4 (1):
Nuratmi, B., Winarno, W.M., Sundari, S,. 215-218.
(1999). Khasiat Daun Salam
(Eugenia polyantha Wight)sebagai

12
Tiwari, P., Kumar,B., Kaur,M., Kaur,M., Wahyuni, S. & Wita, W. (2017).
Kaur,G., Kaur,H., (2011). Hypoglycemic and Antioxidant
Phytochemical Screening and Effects of Syzygium polyanthum
Extraction: A Review. International Leaves Extract on Alloxan Induced
Pharmaceutica Sciencia, 1 (1): 98- Hyperglycemic Wistar Rat. Bali
106. Medical Journal, 3 (3): 113-115.
Verawati, Nofiandi, D., Petmawati, Widyawati, T., Purnawan, W.W.,
(2017). Pengaruh Metode Ekstraksi Atanghwo, I.J., Yusoff, N.A.,
Terhadap Kadar Fenolat Total dan Ahmad, M., Asmawi, M.Z., (2015).
Aktivitas Antioksidan Daun Salam Anti-diabetic Activity of Syzygium
(Syzygium polyanthum (WIGHT) polyanthum (WIGHT) Left Extract
WALP.). Jurnal Katalisator The Most Commonly Used Herb
Kopertis Wilayah X, 2(2): 53-60. Among Diabetic Patient in Medan
North Sumatera Indonesia.
International Journal of
Pharmaceutical Sciences Research,
6 (4): 1698-1704.

13

Anda mungkin juga menyukai