TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral): (Depkes,
1983)
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni).
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang merupakan hewan utuh,
sebagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara yang sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk
menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut: (Depkes,2000)
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya
mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material),
yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari
kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah,
penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia
sebagai obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti
produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-
aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggungjawab terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan.
II.2 Uji Tumbuhan Obat
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk
simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian
makroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia
(Depkes,1987).
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
khususnya bau dan rasa simplisia yang diuji.
2. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar
atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari
khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji.
3. Uji mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang
derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal
maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari
unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang
spesifik bagi masing-masing simplisia.
4. Uji Histokimia
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat
kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan
pereaksi spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan
warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi.
II.3 Morfologi Tanaman
Deskripsi tanaman ini menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah batang
pokok berkayu, beruas-ruas dan tumbuh merambat dengan menggunakan
akar pelekat pada tiang panjat atau menjalar di atas permukaan tanah.
Akar tanaman lada merupakan akar tunggang.
Daun tanaman lada merupakan daun tunggal, berseling dan tersebar
(Tjitrosoepomo, 2004). Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang
dengan ujung meruncing (Rismunandar, 2007). Buah merupakan produksi
pokok daripada hasil tanaman lada.
Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang
lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua
berwarna kuning. Buah yang sudah masak berwarna merah, berlendir
dengan rasa manis. Buah lada merupakan buah duduk, yang melekat
pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm. Sedangkan besarnya biji 3-4
mm. Berat 100 biji kurang lebih 38 gram atau rata-rata 4,5 gram. Kulit
buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar),
mesocarp (kulit tengah), endocarp (kulit dalam) (Ditjenbun, 2013).
Kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-biji ini
juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Sutarno dan Agus Andoko,
2005). Buah lada umumnya dikenal dalam dua jenis, yaitu lada hitam dan
lada putih yang membedakan kedua jenis ini adalah proses
pembuatannya. Proses pembuatan lada hitam (Gambar 2) adalah dengan
mengambil buah yang masih hijau, diperam, kemudian dijemur sampai
kering. Proses penjemuran diperoleh buah lada yang keriput dan
berwarna 7 kehitam-hitaman (Gambar 2). Sedangkan lada putih diambil
dari buah yang hampir masak, direndam, dan dikupas kulitnya yang
kemudian dijemur hingga berwarna putih (Rismunandar, 2007).
II.3.1 Klasifikasi Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (2007), klasifikasi tanaman lada adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Genus : Piper
Family : Piperaceae
Species : Piper nigrum Linn.
Meiliza, E.R., dan Hariyatmi, 2013. Pengaruh jus buah Kersen terhadap
kadar asam urat.
Kosasih, E., Supriatna, N., Ana, E., (2013), Informasi Singkat Benih
Kersen/Talok (Muntingia calabura L.), Balai Perbenihan Tanaman
Hutan Jawa dan Madura.
Rismunandar. 200. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Teyler.V.E.et.al.1988. Pharmacognosy.9th Edition. 187-188. Phiadelphia:
Lea & Febiger.
Tjitrosoepomo G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta. UGM University Press.
Tjitrosoepomo G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta. UGM University Press.