Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1 .1 Defenisi Suspensi
Suspensi didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung partikel
obat yang terbagi halus (suspensoid) yang terdistribusi seragam dimana
obat menunjukkan tingkat kekuatan minimum (Ansel, 2014). Suspensi oral
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan tambahan yang sesuai
yang ditujukan untuk penggunaan oral (Syamsuni, 2006).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika
dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali, dapat
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang (Anief, 2000).
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satunya
adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam
sediaan larutan tetapi stabil dalam sediaan suspensi. Untuk banyak
pasien, bentuk cairan lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau
kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan
keluwesan dalam pemberian dosis, aman, mudah diberikan untuk anak-
anak, juga mudah diatur penyesuaiannya untuk anak (Ansel et al., 1995).
Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila
diberikan dalam bentuk larutan akan tidak terasa bila diberikan sebagai
partikel yang tidak larut dalam suspensi. Untuk obat-obat yang tidak enak
rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk
yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan
sediaan cair yang rasanya enak. Pembuatan bentuk-bentuk yang tidak
larut untuk digunakan dalam suspensi mengurangi kesulitan ahli farmasi
untuk menutupi rasa obat yang tidak enak dari suatu obat (Ansel et al.,
1995).
II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Suspensi
II.1.2.1 Keuntungan Suspensi
1. Suspensi merupakan bentuk sediaan yang ideal untuk pasien yang
sulit menelan tablet atau kapsul yang amat penting dalam pembuatan
obat untuk anak-anak.
2. Beberapa obat yang tidak larut dalam media penerima, oleh karena itu
harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan bukan larutan (tablet,
kapsul, dll) atau sebagai suspensi.
3. Cairan yang mengandung bahan tidak larut memberikan keuntungan
baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar untuk aksi
perlindungan dan juga aksi diperpanjang. Kedua efek ini dicapai
secara relative dari obat yang tidak larut. Dalam kasus suspense
diinginkan sebagai cadangan untuk meyakinkan aksi diperpanjang dari
obat (Fatmawaty, 2012).
II.1.2.2 Kerugian Suspensi
1. Sedimentasi atau endapan yang kompak menyebabkan masalah
dimana tak berarti selalu mudah untuk didispersikan
2. Produk yang cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini kurang
menguntungkan bagi farmasis dan pasien.
3. Pemisahan fase dalam suspense harus dicegah jika pasien diberikan
dengan dosis yang seragam dari obat yang terkandung dalamnya
(Fatmawaty, 2012)
Suspensi dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan cara
penggunaannya (Dirjen POM, 1979) ;
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersidalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukanuntuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yangditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata.
Suspensi kering menggambarkan suatu bentuk khusus. Dibawah ini
adalah preparat berbentuk serbuk kering, yang baru dirubah menjadi
suspensi sesaat sebelum penggunaanya setelah penambahan air. Daya
tahan yang tidak mencukupi dari bahan obat dalam air, tetapi juga
pembentukan sedimen yang sulit dikocok melalui jalan ini dapat dihindari
(Anief, 2010). Secara umum sediaan suspensi terdiri dari (Dirjen POM,
1979) :
1. Zat aktif
Zat aktif dibuat dalam bentuk sediaan suspensi secara umum adalah
zat aktif yang pada konsentrasi zat aktif yang diinginkan tidak larut
sempurna dalam air
2. Zat tambahan (excipient)
a. Zat pembasah (Wetting Agent). Berfungsi memperlambat
pengendapan, mencegah penurunan partikel,dan mencegah
penggumpalan resin dan bahan berlemak.
b. Zat pensuspensi, Berfungsi menurunkan tegangan permukaan
bahan dengan air (sudutkontak) dan meningkatkan dispersibahan
yang tidak larut. Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah
surfaktan yang dapat memperkecil sudut kontak antara partikel zat
padat dan larutan pembawa.
c. Flocculating Agent Floculating agent adalah bahan yang dapat
menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama
membentuk suatu agregat atau floc.
d. Acidifier, Berfungsi mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspense, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan
kelarutan. Acidifier yang biasa digunakan pada suspensi adalah
asam sitrat.
e. Pendapar, Berfungsi mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet,meningkatkan kelarutan. Dapar yang dibuat harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan pH.
f. Antioksidan, Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi,
kecuali untuk zataktif yang mudah terurai karena teroksidasi.
g. Pengawet, Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan
tersebutmengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gua
encer karena merupakan tempat tumbuh mikroba
Salah satu komponen utama dalam pembuatan suspensi ialah
suspending agent. Suspending agent digunakan untuk meningkatkan
viskositas dan memperlambat proses pengendapan sehingga dapat
menghasilkan suatu suspensi yang stabil. Pembuat formulasi harus
memilih suspending agent secara tunggal atau kombinasi dan pada
konsentrasi yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pemilihan suspending
agent yaitu: kesesuaian secara kimia dengan bahan yang lain, khususnya
obat, pengaruh pH obat, penampilan, dan harga (Nash, 1996; Lieberman
et al, 1996).
Suspensi memiliki energi bebas permukaan yang membuat sistem
menjadi tidak stabil pengendapan partikel. Energi bebas dari sistem
tergantung pada luas permukaan total dan ketegangan antarmuka antara
medium cair dan partikel padat. Jadi, dalam meminimalkan energi bebas,
sistem cenderung mengurangi luas permukaan, yang dicapai dengan
pembentukan aglomerat. Ini dapat menyebabkan flokulasi atau agregasi,
tergantung pada kekuatan yang menarik dan menjijikkan dalam sistem. Di
sebuah suspensi flokulasi, partikel-partikel secara longgar terhubung satu
sama lain untuk membentuk flokulasi. Partikel-partikel dihubungkan
dengan adsorpsi fisik makromolekul. Suspensi flokulasi menetap cepat,
tetapi dapat dengan mudah disebarkan kembali setelah agitasi lembut.
Properti ini sangat diinginkan dalam suspensi farmasi untuk memastikan
dosis seragam. Suspensi deflokulasi di sisi lain tetap tersebar untuk waktu
yang lebih lama, namun, ketika terjadi sedimentasi; itu mengarah pada
pembentukan pengaturan padat yang dihasilkan dalam caking. Redispersi
berikutnya dari jenis emulsi ini adalah energi yang sulit penghalang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan suspensi flokulasi (Alok, 2010).
Pertimbangan penting dalam perumusan suspensi farmasi
membutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat tersebut dari kedua fase
terdispersi dan media dispersi. Bahan untuk formulasi suspensi harus
dipilih dengan cermat mengingat rute administrasi, aplikasi yang
dimaksudkan, dan kemungkinan efek samping. berikut adalah faktor
terpenting yang harus dipertimbangkan selama formulasi suspense (Alok,
2010):
1. Sifat bahan yang ditangguhkan: Sifat antarmuka dari bahan yang
ditangguhkan adalah pertimbangan penting selama perumusan
suspensi. Partikel yang memiliki tegangan antarmuka rendah mudah
dibasahi oleh air dan karenanya dapat ditangguhkan dengan mudah.
Partikel bahan dengan tegangan antar muka yang tinggi, namun tidak
mudah dibasahi. Penangguhan bahan semacam itu biasanya dicapai
dengan menggunakan surfaktan. Surfaktan meningkatkan
keterbasahan partikel oleh mengurangi tegangan permukaan mereka.
2. Ukuran partikel tersuspensi: Pengurangan ukuran partikel
menyebabkan penurunan tingkat sedimentasi dari partikel yang
ditangguhkan seperti yang dijelaskan oleh hukum Stoke.
Pengurangan dalam ukuran partikel dapat dicapai dengan proses
seperti penggilingan, pengayakan, dan lain-lain. Ukuran partikel juga
mempengaruhi laju dan tingkat penyerapan, pembubaran, dan
biodistribusi obat. Namun, mengurangi ukuran partikel di luar batas
tertentu dapat menyebabkan pembentukan kue kompak setelah
sedimentasi.
3. Viskositas media dispersi: Viskositas media dispersi yang lebih besar
menawarkan keuntungan sedimentasi yang lebih lambat; namun, hal
itu dapat berkompromi dengan yang lain sifat yang diinginkan seperti
syringability untuk suspensi parenteral, spreadability untuk suspensi
topikal, kemudahan administrasi untuk suspensi oral. Itu properti
penipisan geser sangat diinginkan sehingga suspensi sangat kental
selama penyimpanan saat geser minimum hadir sehingga
sedimentasi lambat dan memiliki viskositas rendah setelah
pengadukan (geser tinggi) untuk memudahkan penuangan dari botol.
II.1.3 Hal-hal Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi
Adapun yang mempengaruhi stabilitas dari suspense antara lain (Alok,
2010):
1. Pengendapan / Sedimentasi
Pengendapan atau sedimentasi adalah masalah yang sangat penting
dalam stabilitas suspensi. Ini adalah sebuah tren umum untuk
mengurangi tingkat penyelesaian, meskipun seperti yang disebutkan
sebelumnya, secara tak terkendali lambatnya laju pengendapan dalam
suspensi deflocculated dapat menyebabkan partikel mengendap
sebagai residu kompak di bagian bawah wadah.
2. Sedimentasi dalam Sistem Flokulasi dan Deflokulasi
Seperti dibahas sebelumnya, suspensi flokulasi menunjukkan
sedimentasi yang cepat. sedangkan, suspensi deflokulasi
menunjukkan lambat, tetapi kompak, pada saat pengendapan.
3. Elektrolit
Elektrolit bertindak dengan mengurangi potensi zeta, yang menyatukan
partikel-partikel untuk membentuk struktur yang diatur secara longgar.
Kekuatan flokulasi meningkat dengan valensi dari ion. Karena itu, ion
kalsium lebih kuat daripada natrium atau kalium ion. Namun, ion
trivalen lebih jarang digunakan karena toksisitasnya.
4. Pengaruh Ukuran Partikel pada Stabilitas Suspensi
Seperti yang dibahas sebelumnya, mengendalikan ukuran partikel
sangat penting stabilitas suspensi. Partikel yang terbelah halus
diperlukan untuk mengurangi sedimentasi. Namun, kontrol ukuran
partikel yang tidak tepat dapat menciptakan beberapa konsekuensi
yang tidak diinginkan.
II.1.4 Metode Pembuatan Suspensi
Pembuatan suspensi dilakukan melalui beberapa metode antara lain
sebagai berikut:
1. Metode Dispersi, metode pembuatan suspensi dengan cara
menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang terbentuk
kemudian diencerkan, dalam hal ini serbuk yang terbagi harus
terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah air (Nash, 1996).
2. Metode Presipitasi, Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke
dalam pelarut organik yanghendak dicampur dengaan air. Setelah larut
dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut
adalah etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol (Syamsuni, 2006)

Anda mungkin juga menyukai