Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang.


Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme obat
terjadi terutama di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik)
adalah pada dinding usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen
kolon (oleh flora usus). (Gunawan,2007).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar
(larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal
atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi
inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi
toksik. (Gunawan,2007).
Metabolisme obat memiliki dua efek penting (Neal, 2002) :
1. Obat dibuat menjadi lebih hidrofilik sehingga mempercepat laju
ekskresinya melalui ginjal. Maksudnya adalah metabolit yang hidrofil
atau kurang lipofil akan susah direabsorbsi oleh tubulus ginjal sehingga
akan cenderung dieliminasi dari tubuh.
2. Metabolit umumya menjadi kurang aktif dari keadaan semula. Akan
tetapi, ada pula obat yang dirancang sama aktifnya atau justru menjadi
lebih aktif dari obat awalnya. Sebagai contoh, diazepam dimetabolisme
menjadi nordiazepam dan oxazepam yang juga aktif. Contoh lain adalah
golongan prodrugs yang diberikan dalam keadaan inaktif dan baru aktif
bila sudah dimetabolisme di dalam tubuh, misalnya levodopa, obat
antiparkinson. Levodopa ini dimetabolisme menjadi dopamine.
Obat lebih banyak dirusak di hati meskipun setiap jaringan
mempunyai sejumlah kesanggupan memetabolisme obat. Kebanyakan
biotransformasi metabolik obat terjadi pada titik tertentu antara absorpsi
obat ke dalam sirkulasi sistemik dan pembuangannya melalui ginjal.
Sejumlah kecil transformasi terjadi di dalam usus atau dinding usus.
Umumnya semua reaksi ini dapat dimasukkan ke dalam dua katagori
utama, yaitu reaksi fase 1 dan fase 2 (Katzung, 1989).
1. Reaksi Fase I (Fase Non Sintetik)
Reaksi ini meliputi biotransformasi suatu obat menjadi metabolit
yang lebih polar melalui pemasukan atau pembukaan (unmasking)
suatu gugus fungsional (misalnya –OH, -NH2, -SH) (Neal,2005).
Reaksi-reaksi yang termasuk dalam fase I antara lain:
a. Reaksi Oksidasi
Merupakan reaksi yang paling umum terjadi. Reaksi ini terjadi
pada berbagai molekul menurut proses khusus tergantung pada
masing-masing struktur kimianya, yaitu reaksi hidroksilasi pada
golongan alkil, aril, dan heterosiklik; reaksi oksidasi alkohol dan
aldehid; reaksi pembentukan N-oksida dan sulfoksida; reaksi
deaminasi oksidatif; pembukaan inti dan sebagainya (Anonim,1999).
Reaksi oksidasi meliputi:
 Hidroksilasi aromatic
 Hidroksilasi alifatik
 Dealkilasi
 Desulfurasi
 Dehalogenasi
 Deaminasi oksidatif
b. Reaksi Reduksi (reduksi aldehid, azo dan nitro)
Reaksi ini kurang penting dibanding reaksi oksidasi. Reduksi
terutama berperan pada nitrogen dan turunannya (azoik dan nitrat),
kadang-kadang pada karbon. (Anonim, 1999).
c. Reaksi Hidrolisis (deesterifikasi)
Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar
adalah hidrolisis dari ester dan amida oleh enzim. Esterase yang
terletak baik mikrosomal dan nonmikrosomal akan menghidrolisis
obat yang mengandung gugus ester. Di hepar,lebih banyak terjadi
reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi, seperti hidrolisis peptidin oleh
suatu enzim. Esterase non mikrosomal terdapat dalam darah dan
beberapa jaringan (Anief,1995).
2. Reaksi Fase II (Fase sintetik)
Reaksi ini terjadi dalam hati dan melibatkan konjugasi suatu obat
atau metabolit fase I nya dengan zat endogen. Konjugat yang dihasilkan
hampir selalu kurang aktif dan merupakan molekul polar yang mudah
diekskresi oleh ginjal (Neal, 2005).
Metabolit dari reaksi fase satu memang lebih polar dari keadaan
semula, tetapi masih belum cukup polar untuk dapat diekskresi oleh ginjal.
Oleh karena itu, dibuat lebih polar lagi melalui reaksi fase II, konjugasi
dengan senyawa endogen di dalam hati. Hasil akhir dari reaksi fase II
biasanya sangat polar dan dapat segera diekskresikan.
Reaksi fase II meliputi:
a. Konjugasi dengan glukoronat (glukoronidasi)
b. Konjugasi dengan sulfat (sulfatasi)
c. Konjugasi dengan glutation (pembentukan asam merkapturat)
d. Asilasi dan asetilasi
Reaksi terpenting dari fase ini adalah glukoronidasi, tidak terjadi
secara spontan tetapi membutuhkan bentuk teraktivasi dari asam
glukoronat yaitu asam glukoronat-uridin difosfat. Bentuk aktif ini
dihubungkan dengan molekul aseptor oleh mikrosomal glukoronil
transferase. (Lullman et al, 2000).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk melihat pengaruh
pemberian makanan terhadap laju metabolism obat.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari
pengaruh pemberian makanan terhadap laju metabolisme obat.

Anda mungkin juga menyukai