SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Cecilia Rina Khristanti
NIM : 998114115
NIRM : 990051122004120112
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
JOGJAKARTA
2004
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI .......................................................................................................... vi
BAB I. PENGANTAR.................................................................................... 1
B. Permasalahan................................................................................. 3
5. Kegunaan ................................................................................ 8
H. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol biji jinten
hitam ............................................................................................. 49
A. Kesimpulan ................................................................................. 55
B. Saran ............................................................................................. 55
LAMPIRAN ...................................................................................................... 58
Halaman
Tabel VII. Hasil penetapan kadar abu biji jinten hitam .............................. 48
Tabel VIII. Hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air ........................ 50
Tabel IX. Hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol .................. 51
Tabel XI. Hasil penetapan rendemen minyak atsiri biji jinten hitam ......... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo ...... 32
Gambar 5. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo ...... 32
Gambar 6. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo ...... 33
Gambar 7. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo ...... 33
Gambar 8. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan ......... 34
Gambar 9. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan ......... 34
Gambar 10. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan ......... 35
Gambar 11. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan ......... 35
Gambar 12. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem ............ 36
Gambar 13. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem ............ 36
Gambar 14. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem ............ 37
Gambar 15. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem ............ 37
Gambar 16. Pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem ............ 38
Gambar 17. Kromatogram mikrodestilasi biji jinten hitam
Halaman
Lampiran 2. Biji jinten hitam dan serbuk biji jinten hitam ............................. 59
Biji jinten hitam atau Nigellae sativae Semen sering digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan baku untuk mengobati perut kembung dan memperlancar
menstruasi. Masyarakat lebih cenderung untuk membelinya dari pasar tradisional
sehingga perlu dilakukan uji standardisasi biji jinten tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kualitas biji jinten hitam
yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta, dan untuk mengetahui berapa
banyak rendemen minyak atsiri yang terkandung dalam biji jinten hitam.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Biji jinten hitam yang
digunakan sudah dalam bentuk kering kemudian diserbuk. Tahap-tahap penelitian
meliputi perencanaan, pengambilan data dan analisis deskriptif komparatif untuk
pemeriksaan organoleptis, makroskopis, mikroskopis, identifikasi biji jinten hitam
secara kimiawi dan mikrodestilasi, serta uji kemurnian simplisia, sedangkan
penetapan rendemen minyak atsiri biji jinten hitam menggunakan analisa deskriptif.
Pada pemeriksaan organoleptis, makroskopis, mikroskopis, identifikasi biji
jinten hitam secara kimiawi dan mikrodestilasi, serta uji kemurnian simplisia didapat
kesesuaian hasil antara sampel dengan Materia Medika Indonesia jilid III. Untuk
rendemen minyak atsiri diperoleh hasil untuk Pasar Beringharjo sebesar 0,065 % v/b,
Pasar Kranggan sebesar 0,055 % v/b, dan Pasar Ngasem sebesar 0,045 % v/b.
ABSTRACT
PENGANTAR
dalam bentuk jamu untuk mengatasi penyakit semakin nampak, baik dengan meracik
sendiri maupun membeli dalam bentuk jamu siap minum. Masyarakat biasanya lebih
memilih membeli bahan baku jamu di pasar tradisional karena harganya yang relatif
Jogjakarta yang menyediakan, antara lain Pasar Beringharjo, Pasar Ngasem, dan
Pasar Kranggan.
Biji jinten hitam (Nigellae sativae Semen) merupakan salah satu simplisia
yang sering digunakan oleh masyarakat. Khasiat biji jinten hitam adalah sebagai obat
mengobati astma, disentri, anti radang, mengurangi sakit kepala dan sakit gigi,
sebagai anti tumor, anti stress, dan juga sebagai anti mikroba. Biji jinten hitam yang
Bahan baku jamu agar dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan maka
harus dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan baku obat, yaitu aman, bermanfaat
dan sudah terstandardisasi. Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah
tentang khasiat, keamanan, dan standar kualitasnya. Penegasan keamanan dan khasiat
melalui uji toksisitas dan khasiat kerja, sedangkan untuk mengetahui standar
standar kualitas dapat dipengaruhi oleh cara pemanenan, cara pembuatan simplisia,
cara dan lama penyimpanan simplisia oleh para pedagang, dan juga oleh lingkungan
Untuk mengetahui standar kualitas biji jinten hitam yang beredar di pasar
tradisional di daerah Kodya Jogjakarta maka perlu dilakukan uji standardisasi dengan
atsiri yang terdapat dalam biji jinten hitam. Tujuan dilakukannya penetapan rendemen
minyak atsiri adalah untuk mengetahui berapa banyak rendemen minyak atsiri yang
rendemen minyak atsiri biji jinten hitam dan untuk mengetahui apakah biji jinten
hitam yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta telah memenuhi standar
kualitas yang dipersyaratkan dalam Materia Medika Indonesia jilid III sehingga
1. Apakah simplisia biji jinten hitam yang beredar di pasar tradisional daerah Kodya
2. Berapa rendemen minyak atsiri yang terkandung dalam biji jinten hitam ?
C. Keaslian Penelitian
sativae Semen) yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta” belum pernah
dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan yaitu tentang “Toksisitas akut ekstrak
etanol biji jinten hitam (Nigellae sativae Semen) terhadap Artemia salina Leach
(Hurint, 2004) dan “Pengaruh eksrak etanol biji jinten hitam (Nigellae sativae Semen)
secara in vitro (Paun, 2003). Dengan demikian penelitian yang dilakukan benar-benar
asli.
D. Manfaat Penelitian
b. Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan
informasi tentang kualitas simplisia biji jinten hitam yang beredar di pasar
1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kualitas biji jinten hitam
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui apakah biji jinten hitam yang beredar di pasar tradisional Kodya
b. Mengetahui berapa banyak rendemen minyak atsiri yang terdapat dalam biji
jinten hitam.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Standardisasi Simplisia
juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Anonim,
1979). Simplisia sebagai bahan baku dan produk siap dikonsumsi langsung harus
mutu umum suatu bahan, yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk yang dikonsumsi manusia sebagai obat
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab
komposisi kandungan senyawa yang meliputi jenis dan kadar senyawa kimia
(Anonim, 2000a).
memenuhi persyaratan agar dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan, yaitu
bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan
secara keseluruhan, karena obat tradisional yang bermutu hanya dapat diperoleh jika
simplisia yang merupakan bahan bakunya juga bermutu. Untuk mendapatkan obat
tradisional yang baik, aman dan bermanfaat maka diperlukan pengujian mutu
1. Nama daerah
2. Sistematika Tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Ranunculales
Familia : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Biji agak keras, bentuk limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas
yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm
sampai 2 mm, lebar lebih kurang 1 mm, permukaan luar berwarna hitam
melintang biji terlihat kulit biji berwarna coklat kehitaman sampai hitam,
4. Pemeriksaan mikroskopik
Kulit biji: Epidermis luar terdiri dari selapis sel yang termampat, bentuk
kehijauan, pada tiap rusuk diduga terdapat berkas pembuluh, floem dan xilem
sukar dibedakan karena selnya termampat, pada daerah ini sel parenkim di bawah
berturut-turut terdapat selapis sel berbentuk persegi empat, berdinding tipis, tidak
berwarna atau berwarna kehijauan, di dalam sel terdapat hablur berbentuk prisma
klorida P hablur tidak larut, selapis sel berbentuk palisade, tinggi lebih kurang
65 µm, tersusun sangat teratur, dinding tangensial dalam dan dinding radial sangat
tebal, warna agak kekuningan, dan tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat di
ujung bagian luar berbentuk trapesium atau bundar telur, warna coklat kekuningan,
selapis sel parenkimatik, bentuk persegi empat tidak teratur, dinding tipis, dan sel
epidermis luar yang termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat
tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam, fragmen sel berhablur
5. Kegunaan
Disamping itu berkhasiat untuk mengobati astma dan disentri (Anonim, 2004a)
sebagai anti radang, mengurangi sakit kepala dan sakit gigi (Anonim, 2004b),
sebagai anti tumor, anti stress, dan juga anti mikroba (Anonim, 2004c).
6. Kandungan kimia
Biji jinten hitam mengandung minyak atsiri, glukosida saponin, zat pahit,
minyak lemak. (Anonim, 1979). Selain itu biji jinten hitam juga mengandung zat
(lembaga).
Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Biasanya kulit biji
dari tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) terdiri atas dua lapisan yaitu :
1. Lapisan kulit luar (testa). Bagian ini merupakan pelindung utama bagi bagian yang
ada di dalam.
2. Lapisan kulit dalam (tegmen). Biasanya tipis seperti selaput, sering dinamakan juga
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni. Jadi
merupakan tangkai biji. Jika biji masak biasanya biji terlepas dari tali pusarnya
(tangkai biji), dan pada biji hanya tampak bekasnya yang dikenal sebagai pusar biji
(Tjitrosoepomo,1994).
Inti Biji (Nucleus seminis)
Inti biji ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab itu
inti biji dinamakan juga isi biji. Inti biji terdiri atas :
1. Lembaga (embryo). Lembaga adalah calon tumbuhan baru, yang nantiya akan
diperlukan. Lembaga di dalam biji telah memperlihatkan ketiga bagian utama tubuh
tumbuhan yaitu :
2. Putih lembaga (albumen). Putih lembaga adalah bagian biji, yang terdiri atas suatu
jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan. Putih lembaga
a. Putih lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbun makanan itu terdiri
atas sel-sel yang berasal dari inti kandung lembaga sekunder yang kemudian
setelah dibuahi oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan
penimbun makanan.
b. Putih lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal dari bagian biji diluar
Pada biji jinten hitam jika diamati penampang melintangnya akan terlihat
bagian-bagian yaitu : epidermis luar, lapisan sel parenkim termampat, lapisan sel
berisi hablur berbentuk prisma, lapisan sel palisade, lapisan sel parenkimatik,
endodermis, endosperm, dan embrio. Sedangkan jika diamati serbuk biji jinten hitam
tangensial, framen kulit biji, fragmen palisade terlihat tangensial, fragmen lapisan sel
D. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat yang berbau aromatik, berasal dari bagian-bagian
tanaman dan jika berada di tempat terbuka akan menguap pada temperatur kamar.
Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna
pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam
pelarut organik non polar dan sukar larut dalam air (Anonim, 1985).
Ciri spesifik metabolit sekunder antara lain struktur kimia yang beragam,
Ditinjau dari sumber alami, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan
sebagai ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan
minyak atsiri dengan aroma berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan
menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Beberapa jenis minyak atsiri
memiliki aroma yang mirip, tetapi tidak sama persis dan sangat bergantung pada
kualitas minyak atsiri secara kualitatif, ialah dengan cara identifikasi terhadap minyak
atsiri tersebut. Hal ini dapat diuji dengan mikrodestilasi dengan menggunakan alat
tanur TAS (Thermal extraction). Alat tanur tas terbuat dari balok alumunium yang
cuplikan, wol kuarsa, dan lapisan kromatografi lapis tipis. Langkah-langkah metode
TAS yaitu sampel dimasukkan ke dalam pipa kaca yang merujung, pada ujung bagian
belakang ditutup silikon, kemudian masukkan ke dalam tanur TAS pada suhu tertentu
(biasanya pada suhu 220°C yang merupakan suhu sublimasi), maka komponen atsiri
keluar melalui pipa sebagai semburan uap, di depan lubang dipasang lempeng
kromatografi lapis tipis maka campuran atsiri akan mengembun pada lempeng
sebagai titik awal penotolan. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi dengan cara
asam sulfat LP dan diamati menggunakan sinar biasa dan sinar ultraviolet 365 nm.
Jika tanpa pereaksi dan diamati dengan sinar ultraviolet 365 nm bercak tampak
berwarna biru kehijauan, kemudian setelah disemprot dengan pereaksi dan diamati
dengan sinar biasa bercak tampak berwarna hijau dan dengan sinar ulraviolet 365 nm
bercak tampak berwarna coklat kekuningan. Prinsip kerja mikrodestilasi yaitu uap air
yang membawa senyawa-senyawa yang atsiri. Uap air tersebut biasanya sudah dapat
diperoleh dari air yang terkandung dalam simplisia yang bersangkutan, tetapi jika
simplisianya demikian kering sehingga kadar airnya sangat rendah, maka perlu
juga pemeriksaan kuantitas minyak atsiri dengan menghitung rendemen minyak atsiri
dari hasil destilasi. Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan suatu
komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran zat atau lebih
berdasarkan titik didihnya. Untuk memisahkan minyak atsiri dari tanaman, bahan
dimasukkan dalam ketel berisi air dan dididihkan atau uap panas dipompakan dalam
alat destilasi. Adanya pemanasan oleh air atau uap, minyak atsiri akan dibebaskan
dari kelenjar minyak dalam tanaman kemudian secra perlahan-lahan akan diuapkan
air dan minyaknya melewati pendingin sehingga mengembun menjadi cairan yang
berisi air dan minyak atsiri yang tidak saling melarut atau hanya sebagian kecil yang
larut. Jika seluruh minyak atsiri telah terdestilasi berarti proses destilasi telah selesai
penyangga berupa pelat gas, logam atau lapisan yang cocok. Lapisan yang akan
dipisah berupa larutan yang ditotolkan sehingga berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengembang yang cocok (fase gerak) pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan
(dideteksi). Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisahan (sifat penjerap)
dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerja
sama untuk mencapai pemisahan (Stahl, 1985). Penjerap yang umum ialah silika gel,
sedangkan fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Ia bergerak dari dalam fase diam karena adanya gaya kapiler, yang digunakan
hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut multi
komponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas
Angka Rf berjangka antara 0,01 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai
100. Harga Rf sering berbeda dengan yang dimuat dalam literatur karena harga ini
dipengaruhi oleh kondisi percobaan seperti temperatur, ukuran spot, kualitas bahan,
kejenuhan chamber, waktu perambatan, dsb ( Stahl, 1985 ). Pada literatur sering
minyak atsiri yang terdapat dalam biji jinten hitam dan juga untuk mengetahui apakah
biji jinten hitam yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta telah memenuhi
persyaratan dalam Materia Medika Indonesia jilid III dilihat dari pemeriksaan
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dharma, Jogjakarta.
2. Rancangan Penelitian
a. Pengumpulan bahan
c. Identifikasi biji
Kecuali dinyatakan lain, semua bahan kimia mempunyai kualitas pro analisa
1. Bahan utama adalah simplisia biji jinten hitam yang diperoleh dari pasar
3. Bahan untuk pemeriksaan secara kualitatif secara KLT yaitu : silika gel GF
254 sebagai fase diam ; dikloroetana P dan benzen P sebagai fase gerak;
Alat- alat yang digunakan untuk proses penelitian adalah sebagai berikut :
Toledo), krus porselen, moisture balance, oven, kompor listrik, alat-alat gelas
penyemprot deteksi bercak, lampu UV 254 nm dan UV 365 nm, serta alat
dokumentasi.
1. Pengumpulan bahan
Biji jinten hitam pahit diperoleh dari beberapa pasar tradisional di Kodya
Pengambilan sampel dari masing-masing pasar, yaitu secara acak dengan kriteria
sampel, yaitu biji kering (tidak lembab), warna hitam dan sedikit bahan cemaran.
dan mikroskopis. Identifikasi ini dilakukan karena bahan yang digunakan adalah
3. Pembuatan serbuk
Bahan yang diperoleh dari pasar sudah dalam bentuk kering kemudian
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kekhususan bau, rasa, dan warna
simplisia.
pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari
Bagian yang diamati meliputi : epidermis, jaringan pengangkut, sel berhablur, sel
parenkimatik, endosperm.
Bagian biji yang digunakan untuk pemeriksaan melintang adalah biji jinten
b. Serbuk biji
Pemeriksaan serbuk menggunakan serbuk biji jinten hitam yang telah ditetesi
a. Dua milligram serbuk biji ditambah lima tetes asam sulfat P, kemudian amati
b. Dua milligram serbuk biji ditambah lima tetes asam sulfat 10 N, kemudian
c. Dua milligram serbuk biji ditambah lima tetes larutan natrium hidroksida P
e. Dua milligram serbuk biji ditambah lima tetes larutan besi (III) klorida P 5%
f. Dua milligram serbuk daun ditambah lima tetes asam klorida pekat P,
melihat komponen penyusun minyak atsiri. Alat yang digunakan adalah tanur
TAS.
dari lempeng KLT silika gel GF254 P. Timbang 300 mg serbuk biji campur
dengan 5 ml metanol P dan panaskan dalam tangas air selama 2 menit, dinginkan,
filtrat. Pada titik kedua dari lempeng KLT tutulkan 20 µl filtrat. Eluasi
udara selama 10 menit, eluasi lagi dengan benzen P dengan arah eluasi dan
jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar
panaskan pada suhu 110° selama 10 menit, amati dengan sinar biasa dan
8. Uji Kemurnian
seksama, masukkan dalam krus platina atau krus silika yang telah dipijarkan dan
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring
melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus,
uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan
asam klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut asam,
saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml air
selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, saring melalui krus kaca
masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15
menit pada suhu tidak lebih dari 450° C, hingga bobot tetap timbang. Perbedaan
bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut dalam air. Hitung kadar abu yang
dengan 100 ml etanol (95 %), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring
hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa
pada suhu 105º C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut
dalam etanol (95 %), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara
(Anonim,1978).
e. Penetapan bahan organik asing
Bahan organik asing adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman asal
simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian monografi yang
bersangkutan.
Cara penetapan :
bahan organik, timbang dan tetapkan jumlahnya dalam persen terhadap simplisia
yang digunakan, Makin besar simplisia yang diperiksa, makin banyak jumlah
atsiri yang terkandung dalam biji jinten hitam. Alat yang digunakan adalah
destilasi Stahl.
kemudian dimasukkan ke dalam labu alat Stahl, dipanaskan dengan tangas udara
selesai dibiarkan selama tidak kurang dari 15 menit dan dicatat volume minyak
atsiri yang tertampung dalam buret. Rendemen minyak atsiri dihitung dalam %
serbuk biji jinten hitam secara kimiawi dan mikrodestilasi, dan uji kemurnian
deskriptif.
BAB IV
Kriteria pemilihan biji jinten hitam yaitu biji kering (tidak lembab), warna
hitam pekat dan sedikit bahan cemaran. Kriteria pemilihan biji tersebut dengan
kimianya belum banyak berkurang, warna hitam berarti biji dipanen pada saat cukup
umur, dan sedikit bahan cemaran akan mengurangi tingkat cemarannya. Alasan
dipilihnya ketiga pasar yaitu Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Ngasem
karena sirkulasi penjualan barang dagangan termasuk jamu di ketiga pasar tersebut
kebanyakan memilih untuk berbelanja di pasar ini karena harganya yang relatif
murah. Pasar Kranggan juga merupakan pasar yang sering dikunjungi oleh pembeli
karena terkenal akan jajanan pasar, sehingga pembeli yang datang untuk membeli
jajanan sering juga menyempatkan untuk membeli jamu. Sedangkan Pasar Ngasem
juga salah satu pasar yang ramai akan pembeli, di pasar ini banyak penjual-penjual
Penyarian akan makin baik jika serbuk simplisia makin halus karena luas permukaan
serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari makin luas. Dalam MMI jilid III
disebutkan bahwa jika tidak dinyatakan lain maka seluruh simplisia harus
B. Identifikasi Biji
dan organoleptis biji jinten hitam kemudian dibandingkan dengan Materia Medika
Identifikasi dilakukan karena biji jnten hitam yang digunakan diperoleh dari
pasar sudah dalam bentuk kering. Sehingga tidak dapat dilakukan determinasi karena
tidak terdapat bagian lain seperti bunga, buah, daun batang dan akar.
hitam bertujuan untuk mengetahui bau, rasa, dan warna simplisia yang diperiksa.
Uraian
Pengamatan
P.Beringharjo P. Kranggan P. Ngasem MMI
Bau Khas Khas Khas Khas
Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit
Warna Hitam Hitam Hitam Hitam
kecoklatan,
hitam kelabu
sampai hitam
Pemeriksaan organoleptik biji jinten hitam yang berasal dari Pasar
Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Ngasem untuk bau dan rasa sesuai dengan
yang disebutkan dalam Materia Medika Indonesia. Bau yang khas karena jinten hitam
mengandung minyak atsiri yang menyebabkan bau yang spesifik. Rasa pahit
dikarenakan biji jinten hitam mengandung zat pahit (nigelin). Sedangkan untuk warna
dalam Materia Medika Indonesia disebutkan biji jinten hitam dapat berwarna hitam
kecoklatan, hitam kelabu sampai hitam. Namun biji jinten hitam yang berasal dari
Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Ngasem hanya berwarna hitam saja.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh waktu pemanenan, yaitu semakin
Uraian
Pengamatan
P.Beringharjo P. Kranggan P. Ngasem MMI
Bentuk Limas, kedua Limas, kedua Limas, kedua Limas, kedua
ujung runcing, ujung runcing, ujung runcing, ujung
keras. keras. keras. runcing,
keras.
Panjang 1,5-2 mm 1,5-2 mm 1,5-2 mm 1,5-2 mm
Lebar < 1 mm < 1 mm < 1 mm < 1 mm
Permukaan Kasar, Kasar, Kasar, Berbintik-
berbintik-bintik, berbintik-bintik, berbintik-bintik, bintik, kasar,
berkerut berkerut berkerut berkerut,
Warna Kelabu Kelabu Kelabu Kelabu
serbuk kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
Pada pemeriksaan makroskopik biji jinten hitam yang berasal dari Pasar
Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem untuk bentuk, panjang, lebar,
permukaan dan warna serbuk mempunyai kesesuaian hasil dengan yang disebutkan
terdapat dalam biji jinten hitam. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penampang
melintang biji dan fragmen-fragmen serbuk biji. Berikut ini diperlihatkan hasil
pemeriksaan mikroskopik biji jinten hitam yang dapat dilihat pada gambar.
Gambar 4. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen Epidermis dalam
B. Fragmen Kulit biji
Gambar 5. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen Palisade
Gambar 6. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen lapisan sel berisi hablur berbentuk prisma
B. Fragmen Parenkim dibawah palisade
Gambar 7. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen endosperm
Gambar 8. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen epidermis dalam
Gambar 9. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen kulit biji
Gambar 10. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen lapisan sel berisi hablur berbentuk prisma
B. Fragmen endosperm
C. Fragmen parenkim dibawah palisade
Gambar 11. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Kranggan dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen kulit biji
Gambar 12. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen epidermis dalam
+
Gambar 13. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen palisade
Gambar 14. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen lapisan sel berisi hablur berbentuk prisma
Gambar 15. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen endosperm
Gambar 16. Hasil pemeriksaan serbuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem dengan
perbesaran 10 x 16,5
Keterangan : A. Fragmen kulit biji
B. Fragmen parenkim dibawah palisade
Tabel III. Hasil Pengamatan mikroskopik biji jinten hitam
Uraian
Pengamatan
P. Beringharjo P. Kranggan P. Ngasem MMI
Epidermis Selapis sel Selapis sel Selapis sel Selapis sel
luar termampat, termampat, termampat, termampat,
memanjang, memanjang, memanjang, memanjang,
dinding tipis, dinding tipis, dinding tipis, dinding tipis,
coklat muda coklat muda coklat muda. warna coklat
muda.
Sel Memanjang, Memanjang, Memanjang, Bentuk
Parenkimatik termampat, termampat, termampat, memanjang,
kehijauan kehijauan kehijauan termampat,
berwarna
kehijauan.
Selapis sel Hablur, Hablur, Hablur, Hablur,
Persegi berbentuk berbentuk berbentuk berbentuk prisma
empat prisma besar prisma besar prisma besar besar.
Endodermis Sel berbentuk Sel berbentuk Sel berbentuk Selapis sel
persegi empat persegi empat persegi empat berbentuk
agak besar, agak besar, agak besar, persegi empat
lumen jernih, lumen jernih, lumen jernih, tidak teratur, sel
dinding coklat dinding coklat dinding coklat agak besar,
lumen jernih,
dinding coklat.
Endosperm Bentuk Bentuk Bentuk Sel berbentuk
poligonal, poligonal, poligonal, poligonal,
dinding tipis dinding tipis dinding tipis dinding tipis
tidak berwarna tidak tidak berwarna, tidak berwarna
berisi aleuron berwarna, berisi aleuron penuh berisi
berisi aleuron aleuron
Pada penampang melintang biji jinten hitam dapat diamati epidermis luar, sel
Berdasarkan pengamatan biji jinten hitam yang berasal dari Pasar Beringharjo, Pasar
Kranggan, dan Pasar Ngasem diperoleh hasil yang sesuai dengan Materia Medika
Indonesia jilid III. Untuk pemeriksaan serbuk biji jinten hitam yang berasal dari Pasar
pengenal, yaitu fragmen epidermis luar yang termampat, fragmen sel palisade terlihat
tangensial, fragmen kulit biji, fragmen epidermis dalam, fragmen sel berhablur
parenkimatik di bawah palisade. Fragmen yang khas dari biji jinten hitam adalah
fragmen kulit biji dan fragmen sel berhablur berbentuk prisma Fragmen-fragmen
yang ditemukan dalam serbuk biji jinten hitam tersebut juga sesuai dengan yang
serbuk biji jinten hitam yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta diperoleh
hasil yang sesuai dengan Materia Medika Indonesia jilid III, sehingga dapat
terkandung dalam biji dengan mengamati warna yang terbentuk dari reaksi antara
zat kimia yang ada dalam biji jinten hitam dengan pereaksi yang digunakan.
tertentu. Data yang diperoleh pada identifikasi tanaman pada biji jinten hitam baik
untuk sampel dari Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem adalah
sebagai berikut :
Pengamatan / Warna
Berat
Pereaksi Pasar Pasar Pasar
Serbuk MMI
Beringharjo Kranggan Ngasem
2 mg 5 tetes asam Coklat tua Coklat tua Coklat tua Coklat
sulfat
2 mg 5 tetes Natrium Kuning Kuning Kuning Kuning
hidroksida P 5 kehijauan kehijauan kehijauan kehijauan
% b/v dalam
metanol
2 mg 5 tetes amoniak Kuning Kuning Kuning Kuning
25 % P kehijauan kehijauan kehijauan kehijauan
2 mg 5 tetes lar. KOH Kuning Kuning Kuning Kuning
P 5 % b/v kehijauan kehijauan kehijauan kehijauan
2 mg 5 tetes lar. Besi Hijau Hijau Hijau Hijau
(III) klorida 5 % kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan
b/v
Penambahan asam sulfat P pada serbuk biji jinten hitam pahit bertujuan
untuk mengoksidasi zat-zat yang terkandung dalam tanaman. Pada pengamatan untuk
Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, maupun Pasar Ngasem berwarna coklat tua.
Warna coklat yang dihasilkan disebabkan karena asam sulfat bersifat destruktif
jika larutan berwarna merah untuk antrakinon, kuning untuk derivat antrakinon, dan
biru untuk kumarin. Dari uji yang dilakukan untuk Pasar Beringharjo, Pasar
Kranggan, dan Pasar Ngasem didapatkan warna kuning kehijauan, yang berarti
serbuk biji jinten hitam pahit mengandung senyawa antrakinon dan derivatnya.
memberikan warna kuning. Pada uji yang dilakukan untuk Pasar Beringharjo, Pasar
Kranggan,dan Pasar Ngasem dihasilkan warna kuning kehijauan, yang berarti biji
akan memberikan warna hijau, ungu, biru sampai hitam untuk senyawa fenolik, dan
tanin akan memberikan warna atau biru tua kehitaman. Pada uji untuk Pasar
Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Ngasem diperoleh hasil hijau kekuningan
yang berarti dalam biji jinten hitam kemungkinan tidak mengandung senyawa
fenolik.
positif jika warna yang dihasilkan merah untuk antrakinon dan kuning untuk
derivatnya. Berdasarkan uji terhadap biji jinten hitam yang diperoleh dari Pasar
Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem dihasilkan warna kuning kehijauan
derivatnya.
Dari hasil reaksi warna pada identifikasi kimiawi biji jinten hitam didapatkan
hasil warna yang sama dengan yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia jilid
III. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
Gambar 17. Kromatogram hasil mikrodestilasi diamati di bawah sinar tampak dengan
Keterangan gambar :
Keterangan gambar :
Warna bercak
Setelah disemprot anisaldehid-asam
Sebelum disemprot
Bahan sulfat
Visibel UV 365 nm Visibel UV 365 nm
hRf Warna hRf Warna hRf Warna hRf Warna
Sampel
A - - 60 Biru 60 Hijau 60 Kuning
Keterangan :
Sampel A : Pasar Beringharjo
Sampel B : Pasar Kranggan
Sampel C : Pasar Ngasem
Tabel VI. Kromatogram hasil mikrodestilasi biji jinten hitam menurut Materia
Medika Indonesia jilid III
365 nm dan dengan sinar tampak. Dari uji yang dilakukan sebelum disemprot pada
sinar tampak sampel yang berasal dari Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar
nm sampel yang berasal dari Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem
berwarna biru dan mempunyai harga hRf 60. Setelah disemprot menggunakan
anisaldehid-asam sulfat setelah diamati pada pada sinar tampak bercak sampel dari
Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem berwarna hijau dan pada sinar
jilid III. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa warna bercak yang dihasilkan sesuai
dengan yang tercantum dalam tabel yaitu pada pengamatan menggunakan sinar
berwarna biru jika tanpa pereaksi dan dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat
bercak berwarna coklat kekuningan. Namun harga hRf dari sampel tidak dapat
dibandingkan dengan harga hRx pada tabel karena harga hRx diperoleh jika ada
harga hRf dari standar baku. Berdasarkan hasil tersebut terdapat kesesuaian hasil
antara sampel yang berasal Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem
cemaran bahan organik serta tingkat pengotoran logam-logam dan silikat. Metode
yang digunakan dalam penetapan kadar abu adalah metode gravimeri, yaitu bahan
diabukan pada suhu tinggi (300-500°C) dan ditimbang sampai bobot konstan. Hasil
penetapan kadar abu serbuk biji jinten hitam yang berasal dari Pasar Beringharjo,
Kadar abu
Serbuk
Hasil penelitian MMI
Pasar Beringharjo 5,96 % ± 0,005 < 8,0 %
Pasar Kranggan 6,28 % ± 0,005 < 8,0 %
Pasar Ngasem 6,31 % ± 0,02 < 8,0 %
Menurut persyaratan d ari Materia Medika Indonesia jilid III kadar abu untuk
biji jinten hitam adalah tidak lebih dari 8,0 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
ketiga pasar telah memenuhi persyaratan dalam Materia Medika Indonesia jilid III,
yaitu untuk kadar abu rata-rata (Mean ± Standard error) untuk biji jinten hitam dari
Pasar Beringharjo adalah sebesar 5,96 % ± 0,005. Untuk biji jinten hitam dari Pasar
Kranggan kadar abu rata-ratanya sebesar 6,28 % ± 0,005, dan kadar abu rata-rata
umtuk biji jinten hitam dari Pasar Ngasem sebesar 6,34 % ± 0,02. Semakin besar
kadar abu dari suatu simplisia maka semakin tinggi tingkat cemaran simplisia oleh
bahan-bahan organik dan logam-logam silikat. Kemudian jika dilihat dari ketiga pasar
tesebut terdapat selisih nilai kadar abu yaitu antara Pasar Beringharjo dengan Pasar
Kranggan sebanyak 0,32 %, Pasar Beringharjo dengan Pasar Ngasem sebanyak 0,35
%, dan Pasar Kranggan dengan Pasar Ngasem sebesar 0,03 %. Semakin kecil kadar
abu maka semakin baik karena demikian tingkat cemaran logam-logam dan silikat
semakin kecil. Hasil yang paling baik yaitu dari Pasar Beringharjo dengan kadar
paling kecil yaitu 5,96 %, diikuti kadar abu dari Pasar Kranggan sebesar 6,28 % dan
kadar abu dari Pasar Ngasem sebesar 6,31 %. Besar kecilnya kadar abu tersebut dapat
dipengaruhi oleh cara dan lama penyimpanan simplisia oleh pedagang di pasar.
Penyimpanan yang kurang baik misalnya dalam wadah terbuka dan tidak tertutup
besar.
Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan dengan maksud untuk
mendapatkan gambaran seberapa banyak sari atau ekstrak yang terkandung dalam
simplisia yang larut dalam air. Untuk sari yang larut dalam air digunakan air-
kloroform, yaitu air yang dijenuhi dengan kloroform. Hal ini dilakukan untuk
Tabel VIII. Hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air
Persyaratan dalam Materia Medika Indonesia jilid III disebutkan kadar sari
yang larut dalam air untuk biji jinten hitam adalah tidak kurang dari 22 %. Hasil yang
diperoleh untuk ketiga pasar telah memenuhi persyaratan dalam Materia Medika
Indonesia, yaitu kadar sari yang larut dalam air rata-rata (Mean ± Standard error)
untuk biji jinten hitam dari Pasar Beringharjo sebesar 23,47 % ± 0,008, kemudian
kadar sari biji jinten hitam dari Pasar Kranggan sebesar 22,94 % ± 0,01, dan kadar
sari biji jinten hitam yang berasal dari Pasar Ngasem sebesar 22,82 % ± 0,008.
Semakin besar kadar sari yang larut dalam air maka semakin baik karena dalam MMI
dipersyaratkan lebih dari 22 %. Berdasarkan hasil dari ketiga pasar dapat dilihat
bahwa hasil yang paling baik ditunjukkan oleh Pasar Beringharjo, diikuti Pasar
Kranggan dan Pasar Ngasem. Kemudian jika dilihat dari ketiga pasar tersebut
terdapat selisih nilai kadar sari yang larut dalam air yaitu antara Pasar Beringharjo
dengan Pasar Kranggan sebanyak 0,53 %, Pasar Beringharjo dengan Pasar Ngasem
sebanyak 0,65 %, dan Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem sebanyak 0,12 %. Besar
kecilnya kadar sari yang larut dalam air dari ketiga pasar tersebut dapat dipengaruhi
oleh cara dan lama penyimpanan simplisia oleh pedagang di pasar. Cara
penyimpanan yang kurang baik misalnya dalam wadah yang tidak kedap dapat
Selain itu lama penyimpanan juga berpengaruh yaitu semakin lama simplisia
disimpan maka kemungkinan kadar senyawa-senyawa yang larut dalam air akan
semakin berkurang. Maka kedua hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kadar sari
Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran seberapa banyak sari atau ekstrak yang terkandung dalam
simplisia yang larut dalam etanol 95 %. Dalam penelitian ini digunakan etanol pro
analisis dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses penyarian. Senyawa kimia yang
larut dalam etanol adalah senyawa yang bersifat semipolar, seperti glikosida dan
aglikonnya, minyak atsiri, alkaloid, sedikit minyak lemak, lemak, pigmen klorofil dan
karoten, asam fenolat dan resin. Penyarian dilakukan dengan maserasi selama 24 jam.
Tabel IX. Hasil Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
larut dalam etanol biji jinten hitam adalah tidak kurang dari 18 %. Hasil yang
diperoleh untuk ketiga pasar telah memenuhi persyaratan, yaitu lebih dari 18 %.
Kadar sari yang larut dalam etanol rata-rata (Mean ± Standard error) untuk biji jinten
hitam dari Pasar Beringharjo sebesar 20,57 % ± 0,01, kemudian kadar sari biji jinten
hitam rata-rata dari Pasar Ngasem sebesar 19,56 ± 0,008, dan kadar sari buji jinten
hitam rata-rata dari Pasar Kranggan sebesar 19,22 % ± 0,01. Semakin besar kadar sari
yang larut dalam etanol dari suatu simplisia maka semakin baik karena dalam MMI
dipersyaratkan lebih dari 18 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hasil yang
paling baik adalah dari Pasar Beringharjo, diikuti Pasar Ngasem dan Pasar Kranggan.
Kemudian jika dilihat dari ketiga pasar tersebut terdapat selisih kadar sari yang larut
dalam etanol yaitu antara Pasar Beringharjo dengan Pasar Kranggan sebanyak 1,45
%, Pasar Beringharjo dengan Pasar Ngasem sebanyak 1,01 %, dan Pasar Kranggan
dengan Pasar Ngasem sebanyak 0,34 %. Besar kecilnya kadar sari yang larut dalam
etanol dipengaruhi oleh cara dan lama penyimpanan simplisia oleh pedagang di pasar.
Cara penyimpanan simplisia yang kurang baik misalnya dalam wadah terbuka dan
tidak kedap dapat menyebabkan senyawa-senyawa yang larut dalam etanol yaitu
Bahan organik asing adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman asal
simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian monografi yang
simplisia. Kadar bahan organik asing akan tinggi prosentasenya bila terjadi
pemalsuan simplisia.
Persyaratan dalam Materia Medika Indonesia jilid III disebutkan bahwa kadar bahan
organik asing tidak lebih dari 2 %. Hasil yang diperoleh untuk ketiga pasar tersebut
telah memenuhi persyaratan dalam Materia Medika Indonesia jilid III, yaitu kadar
bahan organik asing rata-rata (Mean ± Standard error) untuk biji jinten hitam dari
Pasar Beringharjo sebesar 1,61 % ± 0,006, kadar bahan organik asing rata-rata biji
jinten hitam yang berasal dari Pasar Kranggan sebesar 1,70 % ± 0,002 dan kadar
bahan organik asing rata-rata biji jinten hitam dari Pasar Ngasem sebesar 1,73 % ±
0,008. Semakin kecil kadar bahan organik asing maka semakin sedikit kotoran yang
terdapat dalam simplisia tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hasil yang
paling baik adalah dari Pasar Beringharjo, diikuti Pasar Kranggan dan Pasar Ngasem.
Kemudian jika dilihat dari ketiga pasar tersebut terdapat selisih kadar bahan organik
asing yaitu antara Pasar Beringharjo dengan Pasar Kranggan sebanyak 0,09%, Pasar
Beringharjo dengan Pasar Ngasem sebanyak 0,12 %, dan Pasar Kranggan dan Pasar
Ngasem 0,03 %. Besar kecilnya kadar bahan organik asing dapat dipengaruhi oleh
cara dan lama penyimpanan simplisia oleh pedagang di pasar. Cara penyimpanan
simplisia yang kurang baik misalnya dalam wadah yang terbuka dan semakin lama
banyak.
banyak minyak atsiri yang terkandung dalam biji jinten hitam. Alat yang digunakan
adalah destilasi Stahl. Digunakan alat destilasi Stahl karena bahan yang akan
digunakan dalam bentuk serbuk dan jumlahnya sedikit. Cara pengerjaannya yaitu
dengan mencampur 50 gram bahan kering dengan 1000 ml air, di dalam labu destilasi
minyak atsiri selama 4 jam. Setelah penyulingan selesai, volume minyak atsiri yang
Sampel Rendemen
Pasar Beringharjo 0,065 % v/b ± 0,02
Pasar Kranggan 0,055 % v/b ± 0,02
Pasar Ngasem 0,045 % v/b ± 0,02
Minyak atsiri dari biji jinten hitam berwarna putih, jernih dan berbau
aromatik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa dari ketiga pasar
tersebut terdapat selisih hasil rendemen minyak atsiri. Hasil yang paling baik adalah
dari Pasar Beringharjo, diikuti Pasar Kranggan, dan Pasar Ngasem. Hal ini
dikarenakan sifat minyak atsiri yang mudah menguap sehingga besar kecilnya
rendemen dapat dipengaruhi oleh cara dan lama penyimpanan simplisia oleh
pedagang di pasar. Penyimpanan dalam wadah yang tidak kedap udara dapat
mengurangi kadar minyak atsiri karena minyak atsiri bersifat mudah menguap,
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan dari hasil yang diperoleh dapat
biji jinten hitam yang beredar di Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan
jilid III.
% v/b untuk Pasar Beringharjo; 0,055 % v/b untuk Pasar Kranggan; dan
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai khasiat dan keamanan biji jinten hitam
yang beredar di pasar tradisional Kodya Jogjakarta melalui uji toksisitas dan
khasiat kerja.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis minyak atsiri yang
Agusta, A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Penerbit ITB,
Bandung.
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, 51-54, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim , 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, 112-117, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Hurint, F. M. N., 2004, Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigellae
sativae Semen) tehadap Artemia salina Leach, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta.
Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
Mursyidi, A., 1989, Analisis Metabolit Sekunder, 63-68, Universitas Gajah Mada
Press, Jogjakarta.
Paun, H.V., 2003, Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigellae sativae
Semen) terhadap Pertumbuhan Escheria coli, Staphylococcus aureus dan
Candida albicans secara In vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Jogjakarta.
Hitam
Gambar 20. Foto Serbuk Biji Jinten Hitam
Destilasi Stahl
Stahl
Keterangan :
Deteksi : anisaldehid-asam sulfat LP
Fase diam : silika gel GF
Fase gerak : dikloroetana P, benzena P
a : sampel dari Pasar Beringharjo
b : sampel dari Pasar Kranggan
c : sampel dari Pasar Ngasem
Keterangan :
Deteksi : anisaldehid-asam sulfat LP
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : dikloroetana P, benzena P
a : sampel dari Pasar Beringharjo
b : sampel dari Pasar Kranggan
c : sampel dari Pasar Ngasem
a. Pasar Beringharjo
Replikasi
Uraian
I II III
Berat krus 32,8235 33,4540 32,4541
Krus + zat 34,8285 35,4597 34,4611
Krus + abu 32,9432 33,5756 32,5780
Sampai bobot konstan 32,9430 33,5738 32,5734
Berat abu rata-rata 0,1195 0,1198 0,1193
Berat abu
Kadar abu : x 100 %
Berat serbuk
0,1195
I. Kadar Abu : x 100 % = 5,9600 %
2,005
0,1198
II. Kadar Abu : x 100 % = 5,9750 %
2,005
0,1193
III. Kadar Abu : x 100 % = 5,9501 %
2,005
b. Pasar Kranggan
Replikasi
Uraian
I II III
Berat Krus 33,5360 32,7580 32,4541
Krus + zat 35,5330 34,7630 34,4611
Krus + abu 33,6521 32,8809 32,5742
Sampai bobot konstan 33,6518 32,8841 32,5804
Berat abu rata-rata 0,1258 0,1261 0,1263
Berat abu
Kadar Abu : x 100 %
Berat serbuk
0,1258
I. Kadar Abu : x 100 % = 6,2743 %
2,005
0,1261
II. Kadar Abu : x 100 % = 6,289 %
2,005
0,1263
III. Kadar Abu : x 100 % = 6,299 %
2,005
c. Pasar Ngasem
Replikasi
Uraian
I II III
Berat krus 32,7580 32,8235 33,4540
Krus + zat 34,7630 34,8295 33,4600
Krus + abu 32,8848 32,9514 33,5821
Sampai bobot konstan 32,8845 32,9510 33,5818
Berat abu rata-rata 0,1265 0,1275 0,1278
Berat Abu
Kadar Abu : x 100%
Berat Serbuk
0,1265
I. Kadar Abu : x 100 % = 6,3092 %
2,005
0,1275
II. Kadar Abu : x 100 % = 6,3591 %
2,005
0,1278
III. Kadar Abu : x 100 % = 6,3740 %
2,005
a. Pasar Beringharjo
Penimbangan Serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5260 0,5345 0,5273
Berat kertas + serbuk 5,5262 5,5347 5,5275
Berat kertas + sisa 0,5261 0,5346 0,5274
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 33,9123 32,7088 34,6250
Berat petri + sari 34,1472 32,9443 34,8603
Bobot konstan 34,1469 32,9435 34,8599
Bobot rata-rata 0,2346 0,2337 0,2349
0,2346 100
I. Kadar : x x 100 % = 23,4595 %
5,0001 20
0,2347 100
II. Kadar : x x 100 % = 23,4695 %
5,0001 20
0,2349 100
III. Kadar : x x 100 % = 23,4895 %
5,0001 20
b. Pasar Kranggan
Penimbangan Serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5327 0,5281 0,5318
Berat kertas + serbuk 5,5329 5,5283 5,5320
Berat kertas + sisa 5,5328 5,5282 5,5319
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 35,4551 33,3160 36,3531
Berat petri + sari 35,6850 33,5447 36,5827
Bobot konstan 35,6850 33,5454 36,5824
Bobot rata-rata 0,2299 0,2294 0,2293
0,2399 100
I. Kadar : x x 100 % = 22,9895 %
5,0001 20
0,2294 100
II. Kadar : x x 100 % = 22,9395 %
5,0001 20
0,2293 100
III. Kadar : x x 100 % = 22,9254 %
5,0001 20
c. Pasar Ngasem
Penimbangan serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5185 0,5226 0,5218
Berat kertas + serbuk 5,5187 5,5228 5,5221
Berat kertas + sisa 5,5186 5,5227 5,5219
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 32,7088 35,4551 34,6250
Berat petri + sari 32,9372 35,6832 34,8538
Bobot konstan 32,9371 35,6833 34,8535
Bobot rata-rata 0,2283 0,2282 0,2285
0,2283 100
I. Kadar : x x 100 % = 22,8295 %
5,0001 20
0,2282 100
II. Kadar : x x 100 % = 22,8195 %
5,0001 20
0,2285 100
III. Kadar : x x 100 % = 22,8495 %
5,0001 20
3. Penetapan Kadar Sari yang larut dalam etanol
a. Pasar Beringharjo
Penimbangan serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5320 0,5262 0,5317
Berat kertas + serbuk 5,5323 5,5264 5,5319
Berat kertas + sisa 5,5321 5,5263 5,5318
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 33,9123 32,7088 34,6250
Berat petri + sari 34,1181 32,9150 34,8310
Bobot konstan 34,1179 32,9145 34,8307
Bobot rata-rata 0,2056 0,2059 0,2057
0,2056 100
I. Kadar : x x 100 % = 20,5595 %
5,0001 20
0,2059 100
II. Kadar : x x 100 % = 20,5895 %
5,0001 20
0,2057 100
III. Kadar: x x 100 % = 20,5695 %
5,0001 20
b. Pasar Kranggan
Penimbangan serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5265 0,5225 0,5318
Berat kertas + serbuk 5,5267 5,5238 5,5320
Berat kertas + sisa 5,5266 5,5236 5,5319
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 35,4551 33,3160 36,3531
Berat petri + sari 35,6475 33,5068 36,5459
Bobot konstan 35,6472 33,5082 36,5456
Bobot rata-rata 0,1921 0,1922 0,1921
0,1921 100
I. Kadar : x x 100 % = 19,2096 %
5,0001 20
0,1922 100
II. Kadar : x x 100 % = 19,2196 %
5,0001 20
0,1925 100
III. Kadar: x x 100 % = 19,2496 %
5,0001 20
c. Pasar Ngasem
Penimbangan serbuk
Replikasi
Uraian
I II III
Berat kertas 0,5420 0,5325 0,5332
Berat kertas + serbuk 5,5423 5,5327 5,5334
Berat kertas + sisa 5,5421 5,5326 5,5333
Berat serbuk 5,0001 5,0001 5,0001
Replikasi
Uraian
I II III
Berat petri 32,7088 35,4551 34,6250
Berat petri + sari 32,9047 35,6498 34,8214
Bobot konstan 32,9044 35,6508 34,8209
Bobot rata-rata 0,1956 0,1957 0,1959
0,1956 100
I. Kadar : x x 100 % = 19,5596 %
5,0001 20
0,1957 100
II. Kadar : x x 100 % = 19,5696 %
5,0001 20
0,1959 100
III. Kadar: x x 100 % = 19,5896 %
5,0001 20
4. Penetapan bahan organik asing
a. Pasar Beringharjo
Replikasi
Uraian
I II III
Berat simplisia 25,00 25,00 25,00
Berat bahan organik asing 0,401 0,403 0,406
0,401
I. Kadar : x 100 % = 1,604 %
25,00
0,403
II. Kadar : x 100 % = 1,612 %
25,00
0,406
III. Kadar : x 100 % = 1,624 %
25,00
b. Pasar Kranggan
Replikasi
Uraian
I II III
Berat simplisia 25,00 25,00 25,00
Berat bahan organik asing 0,425 0,427 0,426
0,425
I. Kadar : x 100 % = 1,604 %
25,00
0,427
II. Kadar : x 100 % = 1,708 %
25,00
0,426
III. Kadar : x 100 % = 1,704 %
25,00
c. Pasar Ngasem
Replikasi
Uraian
I II III
Berat simplia 25,00 25,00 25,00
Berat bahan organik asing 0,432 0,427 0,437
0,432
I. Kadar : x 100 % = 1,728 %
25,00
0,427
II. Kadar : x 100 % = 1,708 %
25,00
0,434
III. Kadar : x 100 % = 1,736 %
25,00
Lampiran 7. Data Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri Rendemen Minyak
Atsiri
a. Pasar Beringharjo
Replikasi
Uraian
I II III
Berat serbuk 50 gram 50 gram 50 gram
Volume minyak atsiri 3 ml 3,25 ml 3,5 ml
3,00
I. Rendemen : x 100 % = 0,06 % v/b
50
3,25
II. Rendemen : x 100 % = 0,065 % v/b
50
3,5
III. Rendemen : x 100 % = 0,070 % v/b
50
b. Pasar Kranggan
Replikasi
Uraian
I II III
Berat serbuk 50 gram 50 gram 50 gram
Volume minyak atsiri 2,5 ml 3,00 ml 2,75 ml
2,5
I. Rendemen : x 100 % = 0,05 % v/b
50
3,00
II. Rendemen : x 100 % = 0,060 % v/b
50
2,75
III. Rendemen : x 100 % = 0,055 % v/b
50
c. Pasar Ngasem
Replikasi
Uraian
I II III
Berat serbuk 50 gram 50 gram 50 gram
Volume minyak atsiri 2,0 ml 2,5 ml 2,45 ml
2,0
I. Rendemen : x 100 % = 0,04 % v/b
50
2,5
II. Rendemen : x 100 % = 0,050 % v/b
50
2,25
III. Rendemen : x 100 % = 0,045 % v/b
50
Lampiran 8. Hasil Penetapan Kadar Uji Kemurnian Simplisia
a. Pasar Beringharjo
Replikasi Hasil
I 5,96 %
II 5,97 %
III 5,95 %
Mean 5,96 %
Standart Error 0,005
b. Pasar Kranggan
Replikasi Hasil
I 6,27 %
II 6,28 %
III 6,29 %
Mean 6,28 %
Standart Error 0,005
c. Pasar Ngasem
Replikasi Hasil
I 6,30 %
II 6,32 %
III 6,31 %
Mean 6,31 %
Standart Error 0,02
2. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air
a. Pasar Beringharjo
Replikasi Hasil
I 23,45 %
II 23,46 %
III 23,48 %
Mean 23,47 %
Standart Error 0,008
b. Pasar Kranggan
Replikasi Hasil
I 22,98 %
II 22,93 %
III 22,92 %
Mean 22,94 %
Standar error 0,01
c. Pasar Ngasem
Replikasi Hasil
I 22,82 %
II 22,81 %
III 22,84 %
Mean 22,82 %
Standart error 0,008
3. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
a. Pasar Beringharjo
Replikasi Hasil
I 20,55 %
II 20,58 %
III 20,56 %
Mean 20,57 %
Standart error 0,01
b. Pasar Kranggan
Replikasi Hasil
I 19.20 %
II 19,21 %
III 19,24 %
Mean 19,22 %
Standart error 0,01
c. Pasar Ngasem
Replikasi Hasil
I 19,55 %
II 19,56 %
III 19,58 %
Mean 19,56 %
Standart error 0,008
4. Penetapan Kadar Bahan Organik Asing
a. Pasar Beringharjo
Replikasi Hasil
I 1,604 %
II 1,612 %
III 1,624 %
Mean 1,613 %
Standart error 0,006
b. Pasar Kranggan
Replikasi Hasil
I 1,700 %
II 1,708 %
III 1,704 %
Mean 1,704 %
Standart error 0,002
c. Pasar Ngasem
Replikasi Hasil
I 1,728 %
II 1,708 %
III 1,736 %
Mean 1,724 %
Standart error 0,008
Lampiran 9. Hasil Penetapan Rendemen Minyak Atsiri
a. Pasar Beringharjo
Replikasi Hasil
I 0,060 % v/b
II 0,065 % v/b
III 0,070 % v/b
Mean 0,065 % v/b
Standart error 0,02
b. Pasar Kranggan
Replikasi Hasil
I 0,050 % v/b
II 0,060 % v/b
III 0,055 % v/b
Mean 0,055 % v/b
Standart error 0,02
c. Pasar Ngasem
Replikasi Hasil
I 0,040 % v/b
II 0,050 % v/b
III 0,045 % v/b
Mean 0,045 % v/b
Standart error 0,02
DAFTAR RIWAYAT HIDUP