Anda di halaman 1dari 71

SKRINING FITOKIMIA FRAKSI ETANOL EKSTRAK

ETANOL DARI DAUN LEMPIPI (Pergularia


brunonianawigh & Arn) DENGAN METODE KLT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar


AhliMadya Farmasi (A.Md.Farm)

Oleh :

Berry Arman
20131014

YAYASAN AL – FATHAH

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AL-FATAH

BENGKULU 2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Berry Arman

NIM : 20131014

Program Studi : Diploma (DIII) Farmasi

Judul : Skrining fitokimia fraksi etanol dari ekstrak daun lempipi

(Pergularia burniana wigh&arn) dengan metode klt

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan

hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi yang

dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk menyelesaikan studi

di perguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu yang dipakai sebagai

acuan.

Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar sepenuhnya menjadi tanggung

jawab penulis.

Bengkulu, Juni 2023

Berry Arman

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
Jika kamu ada jalan yang benar menuju allah,berlarilah. Jika itu
berat untukmu berlarilah-lari kecil lah. Jika kamu Lelah,berjalan
lah. Dan jika kamu tidak bisa,merangkaklah, tapi
JANGANPERNAH berhenti ataupun berbalik arah
“Imam Syafi’I”

PERSEMBAHAN

• Alhamdulillah, akhirnya aku sampai pada titik ini terima kasih atas

keberhasilan yang engkau hadiahkan padaku ya Robbi, tak henti-

hentinya ku ucapkan syukur padamu ya Robbiku.

• Untuk Ibu (Jirmawati) dan Bapak (Jon harli) tercinta, sebagai tanda

bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya tulis ilmiah ini kepada Ibu dan Bapak yang

telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang

tak mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas ini. Semoga

ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak bahagia.

Untuk Ibu dan Bapak yang telah banyak memberiku nasehat dan

dukungan serta selalu mendoakanku agar menjadi orang yang lebih

baik.

Terima kasih Ibu....Terima kasih Bapak...

• Untuk adek ku yang pertama (Aisyah rahmadani) dan adeku kedua

(Callista) terima kasih atas doanya adeku tersayang. Maaf karena aku

iii
belum bisa menjadi kakak yang baik seutuhnya, tapi aku akan selalu

berusaha menjadi yang terbaik untuk adeku

• Untuk semua keluarga besarku yang telah memberikan motivasi

dengan segala keikhlasan agar aku bisa mewujudkan keinginanku.

• Dan untuk sahabatku dan teman seperjuanganku : Arinda Tri Pramay

Sella, Alek Sandiago ,Muhamad Akma Ganesa , Meza Afri

Dayanta,Tanza Dinda Vovies Wara, Yuni Hartati. (Serta teman-

teman satu kelasku yang tak bisa aku sebut semua) terima kasih atas

bantuan dan nasehat, serta semangat yang kalian berikan selama ini,

aku takkan melupakan semua yang telah kalian berikan selama ini.

Terima kasih atas supportnya. Sukses selalu untuk kita semua...

Aamiin

• Untuk pembimbing l Ibu Nurwani Purnama Aji, M.Farm.,Apt dan

Untuk pembimbing ll Ibu Devi Novia, M.Farm.,Apt dan Untuk Penguji

Ibu Yuska Noviyanty, M,Farm.,Apt.,telah meluangkan waktu dan

tenaga untuk membimbingku dalam menyelesaikkan karya tulis ilmiah

ini.

• Untuk teman-teman almamaterku dan teman – teman seperjuanganku

yang tak bisa ku sebutkan satu persatu mahasiswa Stikes Al-Fathah

Bengkulu angkatan 2020 terkhusus untuk lokal kelas C2 semoga kita

semua menjadi orang yang sukses. Aamiin

• Almamaterku Stikes Al-Fatah Terima kasih untuk 3 tahun

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberi kan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Sekolah Tinggi Kesehatan

Al-Fatah Bengkulu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan

terimakasih atas bantuan dan dukungannya kepada :

1. Nurwani Purnama Aji M.Farm.,Apt elaku Pembimbing 1 yang telah tulus

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

2. Devi Novia, M.Farm.,Apt Selaku Pembimbing 2 yang telah tulus memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Yuska Noviyanti, M.Farm.,Apt pembimbing akademik dan sekaligus penguji

4. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM Selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi

Kesehatan Al-Fatah Bengkulu.

5. Ibu Yuska Noviyanti, M.Farm.,Apt Selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Al-

Fatah Bengkulu.

6. Para dosen dan staf karyawan Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu.

7. Rekan-rekan seangkatan di Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

v
membangun.

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii


MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
INTISARI............................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5.1. Bagi Akademik ......................................................................... 3
1.5.2. Bagi Penelitian Lanjutan ......................................................... 3
1.5.3. Bagi Instansi ( Bagi Masyarakat) ............................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1. Klasifikasi Tanaman ................................................................................. 5
2.1.1. Taksonomi ................................................................................ 5
2.1.2. Morfologi Daun Lempipi .......................................................... 6
2.1.3. Kandungan Daun Lempipi ........................................................ 6
2.2. Simplisia ................................................................................................... 7
2.2.1. Jenis jenis simplisia .................................................................. 7
2.2.2. Proses Pembuatan Simplisia ..................................................... 8
2.3. Ekstrak .................................................................................................... 10
2.3.1. Pengertian Ekstrak Dan Ekstraksi .......................................... 10
2.3.2. Tujuan ekstraksi ..................................................................... 11
2.3.3. Jenis jenis metode ekstrak ...................................................... 11
2.3.4. Ekstraksi Cara Dingin ............................................................ 11
2.3.5. Ekstraksi Cara Panas .............................................................. 13

vii
2.4. Skrining Fitokimia .................................................................................. 17
2.4.1. Kandungan Senyawa Kimia Pada Tumbuhan ........................ 18
2.5. Kromotografi lapis tipis.......................................................................... 21
2.5.1. Prinsip KLT ............................................................................ 23
2.6. Kerangka Konsep ................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 26
3.2. Verifikasi Tanaman ................................................................................ 26
3.3. Alat dan Bahan ....................................................................................... 26
3.3.1. Alat Penelitian ........................................................................ 26
3.3.2. Bahan ...................................................................................... 26
3.4. Sampel .................................................................................................... 27
3.5. Pengelola kerja penelitian....................................................................... 27
3.6. Pembuatan Larutan Peraksi .................................................................... 29
3.7. Uji Penegasan Metabolit Sekunder dengan KLT ................................... 31
3.8. Analisis Data .......................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1. Hasil penelitian ....................................................................................... 34
4.1.1 Hasil Verikasi Tanaman ......................................................... 34
4.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun lempipi ( Pergularia brunoniana
wigh&Ar) ................................................................................ 35
4.1.3 Hasil evaluasi fraksi etanol ekstrak daun lempipi .................. 36
4.1.4 Uji Skrining fitokimia ............................................................ 36
4.1.5 Uji penegasan Klt Fraksi etanol 96% ..................................... 38
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 43
5.2 Saran ....................................................................................................... 43
5.2.1. Bagi Akademik ....................................................................... 43
5.2.2. Bagi Penelitian Lajutan .......................................................... 43
5.2.3. Bagi Instansi/Bagi Masyarakat ............................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Daun Lempipi ........................................................................ 5

Gambar. 2 Kerangka Konsep ................................................................................ 25

Gambar 3.Verifikasi Tanaman .............................................................................. 48

Gambar 4..Proses Pembuatan Ekstrak ................................................................. 53

Gambar 5.Proses Fraksinasi Eksrak ..................................................................... 54

Gambar 6.Alat ....................................................................................................... 55

Gambar 7.Bahan .................................................................................................... 56

Gambar 8.Uji Skrining Fitokimia Fraksi Etanol .................................................. 57

Gambar 9.Hasil Uji Komotografi Lapis Tipis....................................................... 58

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Verifikasi Tanaman .......................................................................... 48

Lampiran 2.Skema Kerja Pembuatan Simplisia ................................................... 49

Lampiran 3.Skema Pembuatan eksrak ................................................................. 50

Lampiran 4.Skema Pengelolahan Sampel ............................................................. 51

Lampiran 5.Proses Pembuatan Ekstrak ................................................................ 52

Lampiran 6.Proses Fraksinasi Eksrak Etanol ....................................................... 54

Lampiran 7.Alat .................................................................................................... 55

Lampiran 8.Bahan ................................................................................................. 56

Lampiran 9.Uji Skrining Fitokimia Fraksi Etanol ................................................ 57

Lampiran 10.Hasil Uji Komotografi Lapis Tipis .................................................. 58

x
INTISARI

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki beraneka ragam


tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.. Salah satu
tanaman yang dikenal masyarakat Indonesia adalah daun lempipi (Pergularia
burniana Wigh&Arn). Tujuan penelitian ini adalah melakukan skrining fitokimia
fraksi etanol dari ekstrak daun lempipi dan uji penegasan dengan kromatografi lapis
tipis (KLT)
Metode ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
etanol 96 % sampai terendam, didapatkan ekstrak kental dan dilakukan fraksinasi
etanol kemudian dilakukan skrining fitokimia dilanjutkan dengan uji penegasan
kromatografi lapis tipis (KLT).
Hasil skrining fitokimia yang didapatkan pada fraksi etanol dari ekstrak
daun lempipi (Pergularia burniana Wigh&Arn) mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid. Berdasarkan hasil uji penegasan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT) didapat hasil positif meliputi flavonoid dengan Rf 0,7 dan alkaloid
0,75.
Kata Kunci : Daun lempipi , KLT, Flavonoid, Alkaloid
Daftar : 24 (2002-2020)

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki beranekaragam tumbuhan yang dapat di manfaat

sebanyak banyak nya untuk kebutuhan hidup manusia. Salah satu tanaman khas

kabupaten kaur adalah daun lempipi (Pergularia brunoniana wigh&Arn). Dan

untuk saat ini masyarakat kaur hanya menjadikan daun lempipi (Pergularia

brunoniana wigh&Arn) sebagai bahan masakan. Masyarakat belum mengetahui

bahwa tanaman yang sering mereka jadikan sebagai sumber pangan dapat di

manfaatkan sebagai fitonutrisi.

Fitonutrisi adalah komponen organik yang ditemukan pada tumbuhan.

merupakan antioksidan kuat yang dapat membantu melawan kerusakan yang

terjadi pada sel-sel tubuh manusia yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Fitonutrisi dapat membantu mengurangi resiko penyakit degeneratif seperti

jantung koroner dan hipertensi. Kandungan fitonutrisi yaitu lycopene, asam

ellagic, guercetin, dan heperidin yang bermanfaat dalam mengurangi resiko

penyakit prostat dan menurunkan tekanan darah. Fitonutrien dapat membantu

mengatur fungsi sistem imun tubuh untuk mencegah beberapa penyakit. Sehingga

fitonutrien dapat berkerja sebagai imunomodulator (Strajhar et al 2016). Skrining

fitokimia merupakan salah satu metode uji senyawa kimia yang meliputi analisis

kualitatif kandungan di dalam tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat.

Selain metode skrining fitokima terdapat metode kromatografi lapis tipis.

1
2

Kromatografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memisahkan

campuran komponen. Pemisahan campuran komponen tersebut didasarkan pada

distribusi komponen pada fase gerak dan fase diamnya. (Kunti Mulangsri & Zulfa,

2020)

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Skrining Fitokimia Fraksi ekstrak Etanol dari daun lempipi (Pergularia

brunoniana wigh&Arn). dengan metode kromotografi lapis tipis”. Sehingga dapat

pula diketahui kandungan metabolit ekstrak etanol yang terdapat pada ekstrak daun

lempipi.

1.2. Batasan Masalah

a. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lempipi (Pergularia

brunoniana Wigh&Arn). Ekstrak etanol daun lempipi dibuat dengan metode

maserasi mengunakan pelarut etanol 96%.

b. Skrining fitokimia senyawa metabolit skunder dari ekstrak daun lempipi

(Pergularia brunoniana Wigh&Arn)

c. uji penegasan metabolit skunder ekstrak dan fraksi etanol daun lempipi

menggunakan KLT

1.3. Rumusan Masalah

a. Apa saja metabolit skunder yang terkandung pada ekstrak etanol fraksi

etanol daun lempipi (Pergularia brunoniana Wigh&Arn)

b. Uji penegasan metabolit skunder pada ekstrak etanol fraksi etanol daun
3

lempipi (Pergularia brunoniana Wigh&Arn) dengan menggunakan

kromotografi lapis tipis

1.4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metabolit sekunder yang trdapat pada fraksi etanol dari

ekstrak daun lempipi (Pergulariabrunoniana wigh&Arn)

b. Untuk mengetahui profil KLT metabolit sekunder pada fraksi etanol dari

esktrak daun lempipi (Pergulariabrunoniana wigh&Arn)

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Akademik

Diaharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukkan yang membangun bagi

perkembangan akademik dan menjadi referensi untuk kelanjutan penelitian bagi

mahasiswa selanjutnya

1.5.2. Bagi Penelitian Lanjutan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat memanfaatkan sebagai acuan referensi

untuk penelitian selanjutnya dan juga untuk menambah wawasan tentang daun

lempipi dengan mengunkan metode kromotografi lapis tipis agar dapat dijadikan

sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya

1.5.3. Bagi Instansi ( Bagi Masyarakat)

Penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) tentang skrining fitokimia ekstrak dan

fraksi etanol dari daun lempipi (Pergulariabrunoniana wigh&Arn) ini diharapkan

dapat memberikan pengetahuan serta memberikan informasi tentang kelebihan dan


4

manfaat ekstrak daun lempipi (Pergularia brunoniana wigh&Arn) kepada

masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman

Gambar 1. Tanaman Daun Lempipi


( Pergularia brunoniana wigh&Arn).

2.1.1. Taksonomi

Klasifikasi Daun berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Familia : Apocynacceae

Genus : Marsedenia

Sinonim : Pergularia brunoniana wigh&Arn

5
6

2.1.2. Morfologi Daun Lempipi

Tanaman lempipi memiliki batang melilit atau merayap tinggi di sekitar

pepohonana berkisar 70-250 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang

batang mudah patah daun helaian tunggal, helaian daun berbentuk seperti

menyirip, pangkal menbulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap

tepian licin dan lurus meruncing yang bersenambung dan didukung tangkai daun

dengan panjang 3-4 cm yang memiliki warna hijau dan ujung meruncing dan tulang

menyirip berupa alur .batang berbulat Panjang dengan 1-2 cm, lebar 3-6 cm

berwarna kehijauan sampai hijau tua bunga berbentuk untaian bunga bersusun

muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih,dan ungu tanaman lempipi

memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit manis sifatnya dingin

(Setiyawan, 2017).

2.1.3. Kandungan Daun Lempipi

Tumbuhan lempipi yang memiliki sifat kimia wiharum, berasa agak pahit

manis, dingin, memiliki kandungan kimia sbegai berikut : daun mengandung

senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan triterpenoloid daun lempipi

(Pergularia brunoniana Wigh&Arn). di gunakan sebagai penambah rempah

masakan (Setiyawan, 2017).

Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang

digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali

dinyatakan lain suhu pengerigan simplisia tidak lebih dari 60 C (Ditjen POM,

2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang
7

masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk(Lady

Yunita Handoyo & Pranoto, 2020).

Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Melinda, 2014).

2.2. Simplisia

2.2.1. Jenis jenis simplisia

1. Simplisia Nabati

Simplisa nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari

selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tanamannya

2. Simplisia Hewani

Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni contohnya

adalah minyak ikan dan madu

3. Simplisia Mineral

Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah

atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia

murni. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga


8

2.2.2. Proses Pembuatan Simplisia

1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel adalah suatu proses pengumpulan sampel dari

populasi yangakan di gunnakan dalam sebuah penelitian.

2. Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih

segar Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahanasing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang

telah rusak serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang

mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh

karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat mengurangi

jumlah mikroba awal.

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor

lainnya yangmelekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan

air bersih, misalnyaair dan mata air, air sumur dan PDAM karena air untuk

mencuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.

Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah

mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang

terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan

mikroba Bahan simplisia yang mengandung zatmudah larut dalam air yang

mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat

mungkin.
9

4. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk

memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin

tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan air,

sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu

tipis juga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang

mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang

diinginkan Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin

perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan

ukuran yang dikehendaki.

5. Pengeringan

Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik

dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dari proses pengeringan adalah suh pengeringan,

lembaban udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang

terbaik padapengeringan adalah tidak melebihi 60, tetapi bahan aktif yang

tidak tahan pemanasa atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu

serendah mungkin, misalnya 30o sampai 45o. Terdapat dua cara pengeringan

yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan

diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan menggunakan

instrumen.

6. Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses


10

pengeringan.Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu

gosong atau bahan yang rusak Sortasi setela pengeringan merupakan tahap

akhir pembutan simplisia. Tujua sortasi untuk memisahkan benda-benda

asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan atau

pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada

simplisia kering (Melinda, 2014).

7. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia

perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur

antara simplisia satu dengan lainnya untuk persyaratan wadah yang akan

digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak

bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan

simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif

serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air.

2.3. Ekstrak

2.3.1. Pengertian Ekstrak Dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan. macam-macam ekstrak dibagi menjadi 3 yaitu: ektrak cair adalah

mengandung simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai bahan pengawet,


11

ekstrak kental adalah sediaan yang tidak dapat dituang dan memiliki kadar air

sampai 30%, sediaan yang berbentuk serbuk, dibuat dari ekstrak tumbuhan yang

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari matriks atau

simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Metode ekstraksiyang digunakan tergantung pada jenis sifat fisik dan sifat

kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi. Ada berbagai cara ekstrasi yang

telah diketahui. Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangannya. Beberapa metode ekstrasi yang umumnya digunakan antara lain

maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa, dekok, destilasi lawan arah, ultra

sonic, gelombang mikro dan ekstrasi gas superkritis. Pelarut yang digunakan

tergantung pada polaritas senyawa yang akan disari, mulai yang bersifat non polar

hingga yang bersifat polar. Kemudian hasil ekstraksi akan diperoleh ekstrak (Sanu,

2018).

2.3.2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada la

pisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Sari, 2017).

2.3.3. Jenis Jenis Metode Ekstrak

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut memiliki beberapa metode

yang terbagi dalam 2 cara, yaitu dengan cara panas serta dengan cara dingin

2.3.4. Ekstraksi Cara Dingin


12

1. Maserasi

Maserasi merupakan metode ekstrasi yang sangat simpel. Bahan

hendak dihaluskan wajib cocok dengan ketentuan farmakope (umumnya

terpotong-potong kecil maupun berbentuk bubuk agresif) yang digabungkan

memakai dengan larutan pengekstraksi. Berikutnya rendaman ditaruh

ditempat yang bebas dari cahaya matahari langsung dan dikocok balik.

Secara teori pada maserasi tidak membolehkan terbentuknya ekstraksi

absolute. Terus menjadi besar perbandingan cairan pengekstraksi terhadap

simplisia hendak terus menjadi banyak hasil yang hendak diperoleh.

Keuntungan metode maserasi yakni perlengkapan yang digunakan

sangat simpel dan dapat digunakan buat zat yang tahan, dan tidak tahan pada

pemanasan. Kekurangan metode maserasi yakni banyak pelarut yang

digunakan pada dikala proses maserasi dan waktu yang dibutuhkan tidak

efektif.

2. Perkolasi

Perkolasi yakni ekstraksi memakai pelarut yang baru hingga dengan

penyaringan sempurna(exhaustive extraction) yang biasanya dicoba pada

temperatur ruang. Proses terdiri dari sesi pengembangan bahan, sesi

perkolasi antara, tahapan perkolasi sesungguhnya (penampung ekstrak),

hingga memperoleh ekstrak perkolat yang jumblahnya 1- 5 kali dari bahan(

DepKes RI, 2000).


13

2.3.5. Ekstraksi Cara Panas

1. Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara bubuk

simplisia ditempatkan pada klonsong yang sudah dilapisi kertas saring

sedekimian rupa, cairan penyari dipanaskan pada labu alas bundar

sehingga menguap.

Dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul – molekul,

cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong menyari zat aktif pada simplisia

serta jika cairan penyari sudah mencapai bagian atas sifon, semua cairan

akan turun balik kelabu alas bulat melalui pipa kapiler sehingga terjadi

sirkulasi. Ekstraksi yang sempurna, tak tampak noda jika pada KLT, atau

sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diapat diperketatkan.

2. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik yang temparatur lebih tinggi dari

tempartur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada tempratur 40-

50°C (Departemen Kesehatan RI, 2000)

3. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut pada

temperatur titik didih, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes RI, 2000).
14

4. Infudasi

Infludasi merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temprature

90°C selama 15 menit. Infusa ialah ekstraksi yang menggunakan pelarut air

pada temprature penangas air dimana bejana infusa tercelup dalam penangas

air mendidih, temprature yang digunakan (96-98°C) selama waktu yang

telah ditetukan (15-20 menit) (DepKes RI, 2000).

5. Dekokta

Dekok merupakan infus yang mempunyai waktu lebih lama (≤ 30°C)

dan temparatur sampai pada titik didih air, yaitu 30 menit dengan suhu 90°C

( Arruda, 2021).

6. Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa

berdasarkan tingkat kepolaran. Fraksinasi ditunjukkan untuk mendapatkan

suatu senyawa yang lebih murni dari ekstrak dengan menghilangkan

senyawa-senyawa lain (Harbone j, 1987).

Metode fraksinasi yang digunakan bergantung pada bahan yang akan

difraksinasi dan tujuan fraksinasi. Fraksinasi dapat dilakukan dengan

metode ekstraksi cair-cair atau Kromatografi Cair Vakum (KCV),

Kromatografi Kolom (KK), Size-Exchution Choromotography (SEC), Solid

Phase Extraction (SPE) (Sarker dkk, 2006).

Prinsip fraksinasi yang digunakan like dissolve like yang

menunjukkan bahwa suatu senyawa akan terlarut dalam pelarut yang

mempunyai kepolaran yang mirip dengannya. Fraksinasi menggunakan


15

metode ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan

dengan menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur,

sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut kesesuaian sifat dengan

cairan pelarut (prinsip solve dissolve like) (Martunus, 2005).

Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang

digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kemampuan Pelarut

a) Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut didalam

campuran.

b) Kemampuanh tinggi untuk diambil kembali.

c) Perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih besar.

d) Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah

campur.

e) Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.

f) Tidak merusak alat secara korosi.

g) Tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relative murah.

b. Golongan Pelarut

Terdapat tiga golongan pelarut yang akan digunakan dalam fraksinasi

yaitu :

a) Pelarut polar

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH

dan menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom

elektronegatif (oksigen).
16

Pelarut dengan tingkat kepolaran tinggi merupakan pelarut yang

cocok untuk semua jenis zat aktif karena disamping menarik senyawa

yang bersifat polar, pelarut ini juga tetap dapat menarik senyawa-

senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut polar

diantaranya : air, methanol, dan asam asetat (Marjoni, 2016).

Tabel I. Pelarut Polar


Pelarut Rumus Kimia Titik Didih Konstanta Bobot Jenis
Dielektik
As.A.Asetat CH₃COOH 118°C 6,2 1,049 g/ml
EtaEtanol CH3 – CH2 – OH 79°C 30 0,789 g/ml
MeMetanol CH₃ - OH 65°C 33 0,791 g/ml
Air air H2O 100°C 80 1,000 g/ml

b) Pelarut Semi Polar

Pelarut semi polar adalah pelarut yang memiliki molekul yang

tidak mengandung ikatan O-H. pelarut semi polar memiliki tngkat

kepolaran yang lebih rendah dbandingkan dengan pelarut polar. Pelarut

ini baik digunakan untuk melarutlkan senyawa-senyawa yang bersifat

semi polar dari tumbuhan contoh : aseton, etil asetat, diklorometon

(Marjoni, 2016).

Tabel II. Pelarut Semi Polar


Pelarut Rumus Kimia Titik Didih Bobot Jenis
Aseton CH3-C (=0) –CH3 56°C 0,786 g/ml
Dis Diklorometon CH2-Cl2 40°C 1,326 g/ml
Etil asetat C4H8O2 77,1°C 0,898 g/ml

c) Pelarut Non Polar

Pelarut non polar merupakan senyawa yang memiliki konstan

dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik

digunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang sama sekali tidak


17

larut dalam pelarut polar seperti minyak. Contoh : heksana, kloroform

dan eter (Marjoni, 2016).

Tabel III. Pelarut Non Polar

Pelarut Rumus Kimia Titik Didih Konstan Bobot Jenis


Dielektrik
N heksanan C6H14 69°C 2,0 0,655 g/ml

Kloroform CHCL3 61°C 4,8 1,326 g/ml

Eter C6H50CH3 111°C 2,4 0,867 g/ml

2.4. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang

belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat

memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu

dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining

fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yangterkandung

dalam tanaman yang sedang diteliti.

Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian

warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting ang berperan

penting dalam skrining fitokimiaadalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi.

(Khotimah, 2016).
18

2.4.1. Kandungan Senyawa Kimia Pada Tumbuhan

Metabolisme pada makhluk hidup dapat dibagi menjadi metabolisme

primer dan metabolisme sekunder. Metabolisme primer pada tumbuhan, seperti

respirasi dan fotosintesis, merupakan proses yang esensial bagi kehidupan

tumbuhan. Tanpa adanya metabolisme primer, metabolisme sekunder merupakan

proses yang tidak esensial bagi kehidupan organisme. Tidak ada atau hilangnya

metabolit sekunder tidak menyebabkan kematian secara langsung bagi tumbuhan,

tapi dapat menyebabkan berkurangnya ketahanan hidup tumbuhan secara tidak

langsunng (misalnya dari serangan herbivordan hama), ketahanan terhadap

penyakit, estetika, atau bahkan tidak memberikan efek sama sekali bagi tumbuhan

tersebut (Khotimah, 2016).

Untuk mengetahui golongan senyawa dapat dilakukan dengan melakukan

uji tabung berupa reaksi warna. Berikut beberapa deteksi uji metabolit sekunder :

1. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat, menimbulkan

busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi yang rendah sering

menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin sebagai antimikroba

dapat digunakan sebagai bahan baku sintesis hormon steroid. Dua jenis

saponin yang dikenal yaitu glikosida terpenoid alkohol dan glikosida

struktur steroid. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis

dalam asam atau menggunakan enzim (Hidayah et al., 2021).


19

2. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa antioksidan yang lebih kuat dibandingkan

dengan vitamin E. Senyawa ini mampu menstimulir (merangsang)

kekebalan tubuh. Flavonoid rutin dan kuersetin dikenal sebagai

antikarsinogen (penghambat kanker). Selain itu, flavonoid kuersetin

terbukti mampu menghambat sintesis histamin yang merupakan mediator

penting penyakit dermatitis alergika (eksim).

Meniran juga terbukti dapat mengurangi kerusakan jaringan pada

penderita alergi kulit. Nirurin dan kuersetin yang terdapat di dalam meniran

berkhasiat sebagai peluruh air seni (diuretik). Pengelompokkan flavonoid

dibedakan berdasarkan cincin heterisiklik- oksigen tambahan dan gugus

hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan pada rantai C3, sesuai

struktur kimianya yang termasukflavonoid yaitu flavonol, flavon, flavanon,

katekin, antosianidin, dan kalkon (Hidayah et al., 2021)

3. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang

memiliki atom nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan

hewan. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-

tumbuhan, terutama angiosperm. Lebih dari 20% spesies angiosperm

mengandung alkaloid. Alkaloid memiliki efekfisiologis yang beragam pada

manusia. Fungsi alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi

berbagai kondisi, seperti malaria hingga bius lokal (Winks, 2008).

Untuk uji skrining fitokimia pada alkaloid dilakukan dengan menguji


20

sampel dengan menggunakan pereaksi berikut:

a. Pereaksi Mayer

Dicampurkan dan diencerkan terlebih dahulu dengan air suling

mencapai 100 ml. Pereaksi ini disimpan didalam botol kaca yang

berwarna coklat, agar tidak rusak akibat cahaya (Sangi, 2008).

1,36g HgCl2 dilarutkan dalam 60 ml menggunakan air suling. Pada

bagianlain dilarutkan 5 gram KI dalam 10 ml air suling. Kedua

larutan kemudian

b. Pereaksi Dragendorf

Sebanyak 8 gram KI dilarutkan dalam 20 ml menggunakan air suling,

sedangkan untuk bagian lain 0,85 gram bismut sub nitrat dilarutkan ke

dalam 10 ml asam asetat glasial dan 40 ml air suling. Kedua larutan

tersebut dicampurkan. Larutan ini disimpan dalam botol kaca berwarna

coklat. Dalam penggunaannya satu larutan ini diencerkan dengan 2/3

bagian dalam larutan 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air suling

(Sangi, 2008)

c. Pereaksi Wagner

Sebanyak 1,27 gram iodium dan 2 gram KI dilarutkan kedalam 5 ml

menggunakan air suling. Kemudian larutan ini diencerkan menjadi 100

ml denganair suling. Endapan yang terbentuk disaring lalu disimpan ke

dalam botol kaca yang berwarna coklat (Sangi, 2008).

d. Pereaksi Liebermann-Burchard

Pereaksi Liebermann-Burchard terdiri dari asam asetat anhidrida dan


21

asamsulfat pekat dengan perbandinganya 3:1 (Sangi, 2008).

4. Tannin

Tannin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri

dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat

kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar

mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan

protein tersebut (Desmiaty et al., 2008).

Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan

tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai

dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat

berfungsi sebagai antioksidan biologi (Soenarjo & Dkk, 2017)

5. Steroid/Triterpenoid

Pengujian steroid/triterpenoid dalam CH3COOH glasial

menggunakan H2SO4 pekat didasarkan pada kemampuan campuran steroid

dan triterpenoid dalam membentuk warna biru atau hijau untuk steroid, dan

merah atau ungu untuk triterpenoid. Steroid dan triterpenoid merupakan

senyawa yang dapat terekstraksi dengan pelarut non polar atau semi polar

(Gita, 2020).

2.5. Kromotografi lapis tipis

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan interaksi antara komponen dengan fase diam dan fase gerak sebagai
22

senyawa pembawa media pendukung yang cocok (Marjoni, 2016)

KLT digunakan secara luas untuk analisis pelarut- pelarut oergani terutama

dalam bidang biokimia, farmasi, klinis dan forensic baik untuk analisis kualitatif.

Dalam kromatografi lapis tipis, sebagai fase diam digunakan zat padat yang

disebut adsorben (penyerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan

larutan pengembang. Komponen kimia akan naik mengikuti fase gerak akibat daya

adsorsi dari fase diam (adsorben). Kemampuan menyerap dari fase diam daya

terhadap masing-masing komponen kimia berbeda-beda tergantung tingkat

kepolaran, sehingga dengan adanya perbedaan daya serap ini, akan terjadi

pemisahan dari masing-masing komponen

Fase diam yang umum digunakan adalah siliki gel, selulosa dan poliamida.

Fase gerak dapat menggunakan monokomponen atau multikomponen., tetapi

sebaiknya tidak lebih dari empat jenis. Pemilihan fase gerak berdasarkan pada jenis

dan polaritas senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat-zat warna dapat terlihat

langsung, tetapi dapat juga digunakan pereaksi penyemprot untuk melihat warna

bercak yang timbul dari awal titik penotolan sampai pusat bercak (Hanani, 2014).

Sebagai Fase diam Silika gel GF 254 adalah yang paling sering digunakan

sebagai untuk pengujian KLT. Silika gel GF 254 merupakan plat yang dapat

menghasilkan fluoresensi pada panjang gelombang 254 nm karena adanya gugus

kromofor pada noda. Gugus kromofor adalah gugus yang dapat menghasilkan

warna.

Keuntungan kromatografi lapis tipis adalah:

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan identifikasi karena cara
23

ini sederhana dan mudah.

2. Memberikan pemilihan fase gerak yang lebih beragam.

3. Metode KLT ini lebih sederhana cepat dalam pemisahan dan sensitive.

4. simplisia tanaman dan hewan, pemeriksaan komposisi dan komponen aktif

sediaan obat.

5. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereksi warna,

flouresensi, atau dengan radiasi menggunakan radiasi sinar ultraviolet

2.5.1. Prinsip KLT

Prinsip KLT adalah pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip

absorbs dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (absorben) dan fase gerak

(eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap

absorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen

kimia dapat bergerak dengan kecepatan berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya

1. Fase Diam (Lapisan Penyerap)

Lapisan dibuat dari salah satu penyerap yang khusus digunakan untuk

KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Penyerap yang umum

digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, selulosa, dan turunanya,

poliamida. Dapat dipastikan silika gel yang paling banyak digunakan.

Penjerap seperti alumunium oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang

berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.

2. Fase Gerak (Pelarut Pengembang)

Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa

pelarut. Ia bergerak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena
24

ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik

dan bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu

campuran sederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen

angka banding.
25

2.6. Kerangka Konsep

Fraksi Etanol Ekstrak


Daun
lempipi((Pergularia
brunoniana
wigh&Arn).)

Skrining Fitokimia fraksi


Skrining Fitokimia fraksi
Etanol Daun lempipi
ekstrak Etanol Daun
(Marsdenia brunanian)
lempipi (Marsdenia
1. Alkaloid (+)
brunanian)
2. Flavonoid (+) 1. Alkaloid (-)

3. Steroid (-) 2.Flavonoid (-)

4. Saponin (-) 3. Steroid (-)

5. Terpenoid (-) 4. Saponin (-)

5. Terpenoid (-)

Uji Penegasan Menggunakan


kromatografi Lapis Tipis
(KLT)

Alkaloid, Flavonoid, saponin,


Tanin dan steroid

Gambar. 2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia Sekolah Tinggi

Kesehatan Al-Fatah Bengkulu, pada Bulan Februari 2023.

3.2. Verifikasi Tanaman

Verifikasi tanaman daun Lempipi (pergularia brunoniana wigh&arn.)

dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Bengkulu.

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Krmotografi

lapis tipis, Rotary Evaporator, timbangan analitik, botol gelap untuk maserasi,

beaker glass, gelas ukur, erlrmenyer, rak tabung reaksi, tabung reaksi, corong,

penjepit kayu, pipet tetes, timbangan analitik, kertas saring, plat silica gel.

3.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Lempipi, etanol

96%, aquadest, asam asetat anhidrat, etil asetat, kloroform, methanol, n-butano

n-heksan, NaOH 1 %, HCl 1%, FeCl3 1%, H2SO4 (p), HCl 2N, kuarsetin, mayer,

bouchardat, dragendorf.

26
27

3.4. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil adalah sampel daun lempipi

(Pergularia brunoniana wigh&arn.) yang diambil pada pagi hari dengan kriteria

daun yang masih segar diambil sebanyak 1kg

3.5. Pengelola Kerja Penelitian

3.5.1. Pengelolaan Sampel

1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel adalah suatu proses pengumpulan sampel dari

populasi yang akan di gunnakan dalam sebuah penelitian

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan dengan cara daun lempipi yang sudah

dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan atau pemilihan tanaman daun

lempipi yang masih segar dan sisa-sisa kotoran zat asing, ranting, tanah dan

tanaman lain yang menempel pada tanaman.

3. Pencucian

Setelah dilakukan sortasi basah lalu dilanjutkan dengan mencuci

sampel dengan menggunakan air bersih atau air yang mengalir agar sampel

pada saat kotoran yang melekat

4. Perajangan

Perajangan ini dilakukan dengan cara menggunakan pisau yang tajam

dan tidak berkarat agar tidak menempel pada sampel. Perajangan dilakukan

dengan memotong kecil-kecil tanaman agar memudahkan proses

pengeringan.
28

5. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven dalam suhu

kurang dari 60°C sesuai dengan proses pengeringan simplisia yang

dianjurkan.

6. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan dengan cara memisahkan benda asing yang

masih tertinggal pada simplisia setelah proses pengeringan. Kemudian

simplisiadihaluskan agar mempermudah dalam penyimpanan.

7. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan dengan cara menyimpan simplisia yang

sudah kering dan dihaluskan ke dalam wadah yang tertutup agar mutu

simplisia tetap baik.

3.5.2. Proses Eksraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu maserasi dengan merendam

serbuk daun lempipi (pergularia brunoniana wigh&arn.) 500 g sampel kering ke

dalam etanol 96 % sampai terendam. Maserasi dilakukan dalam botol gelap yang

tertutup selama 2-5 hari dengan sekali dilakukan pengocokan kemudian ekstrak di

saring untuk mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak yang didapat diluapkan dengan

rotary evevorator dengan pelarut didih panas 65-75°C. dengan kecepatan 50 rpm

sehingga didapatkan ekstrak kental. (Depkes RI,2000).

3.5.3. Pemeriksaan ekstrak

1. Parameter spesifik

a.Organoleptis
29

Pada prinsipnya parameter organoleptik pengujian menggunakan

pancaindera yang mendeskripsikan bentuk (padat, kering, serbuk, kental, cair),

warna (merah, cokelat, dll), bau (tidak khas, dll), dan rasa (pahit, asin, dll)

pengenalan ini sangat sederhana dan dilakukan seobyektif mungkin (Depkes,2000).

b.Rendemen

Tujuan rendemen untuk mengetahui perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh dengan simplisia .

berat fraksi yang diperoleh


% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100 %
berat ekstrak sampel yang digunakan

3.6. Pembuatan Larutan Peraksi

3.6.1. Larutan Pereaksi Mayer

Peraksi Mayer pereaksi dapat dibuat dengan cara menambahkan 5 gr kalium

6iodide dalam 10 ml aquadest, kemuadian ditambahkan larutan 1,36 gr merkuri (II)

klorida dalam 60 ml air suling. Larutan kemudian dikocok dan ditambahkan

aquadest sampai 100 ml.

3.6.2. Larutan Pereaksi Dragendorf

sebanyak 8 gr bismuth nitrat dilarutkan dalam 20 ml HNO, kemudian

dicampurkan dengan larutan kalium iodide sebanyak 27,2 gr dalam 50 ml air suling.

Campuran dibiarkan sampai memisah secara sempurna. Ambil larutanjernih dan

diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml.

3.6.3. Larutan Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 gr KI dilarutkan dengan 20 ml aquadest kemudian ditambah 2

gr iodium sambil diaduk sampai larut. Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml.

3.6.4. Larutan Pereaksi Besi (III) Klorida 1 %


30

Sebanyak 1 gr besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling himgga 100 ml

kemudian disaring.

3.6.5. Larutan Pereaksi HCL 2N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan aquadest himgga

disaling.

3.6.6. Skrining fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya golongan senyawa

aktif ekstrak tumbuhan. Uji fitokimia yang dilakukan yaitu uji alkaloid, flavonoid,

tannin, saponin, steroid dan terponoid.

1. Uji Alkaloid

Sampel 0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Ditambah 1 mLHCl 2 N dan 9 mL aquadest, kemudian dipanaskan di atas

waterbath dalam waktu 2-3 menit. Dinginkan larutan sampel kemudian

saring filtrate. Hasil filtrate ditampung pada tiga tabung rekasi berbeda.

Filtrat ditambahkan larutan mayer, larutan Bouchardat dan larutan

Dragendrof. Positif alkaloid setelah penambahan larutan Mayer,

Bouchardat, dan Dragendrof secara berturut-turut adalah terbentukendapan

putih, jingga, cokelat sampai hitam (Fajriaty et al., 2018).

2. Uji Flavonoid

Sampel 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dimasukkan 2

mL methanol P. tambahkan 0,5 gram serbuk Zn dan 2 mL HCl 2 N. Tabung

dikocok secara vertical kemudian diamkan selama 1 menit. Sampel positif

flavonoid apabila terjadi perubahan warna merah bata, jingga, atau kuning
31

(Fajriaty et al., 2018).

3. Uji Tanin

Ekstrak sebanyak 1 gram ditambahkan 10 mL aquades kemudian

dididihkan. Setelah dingin filtrat ditambahkan 5 mL FeCl3 1 % (b/v).

Apabila terjadi perubahan warna menjadi biru tua, hijau dan hijau-hitam,

berarti sampel mengandung tanin(Fajriaty et al., 2018).

4. Uji Saponin

Pada uji saponin, parameter yang dilihat adalah terjadinya

pembentukan busa pada sampel setelah penambahan aquadest panas dan

busa tetap dalam keadaan stabil setelah penambahan 1 tetes HCl 2 N

(Fajriaty et al., 2018) Uji Steroid

Sampel 50 mg ekstrak dilarutkan dalam kloroform. Ditambahkan 0,5

mL larutan asam asetat anhidrida dan 2 mL H2SO4. Hasil positif terpenoid

dan steroid adalah warna merah dan warna hijau kebiruan (Fajriaty et al.,

2018).

3.7. Uji Penegasan Metabolit Sekunder dengan KLT

Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silica gel GF254 sedangkan

fase gerak dan penampang noda sebagai berikut:

1. Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid (Nirwana et al., 2016)

Fase gerak : Etil asetat : Metanol : Air (6:4:2)

Penampak noda : pereaksi Dragendorf

Pembanding : Piperin
32

Jika timbul warna coklat jingga setelah penyemprotan pereaksi

draggendorf menunjukan adanya alkaloid, Bila tanpa pereaksi kimia,

dibawah lampu UV 254 nm, alkaloid akan berfluoresensi biru, biru-hijau

atau ungu.

2. Identifikasi Senyawa golongan Flavanoid

Fase gerak : n-Butanol: asam asetat : air (4:1:5)

Penampak noda : Pereaksi semprot alumunium (III) klorida 5 %

dalam etanol(Andriani, 2011) Baku Pembanding :

Kuarsetin

Jika tampak bercak noda warna kuning kehijauan pada penyemprotan

pereaksi alumunium (III) Klorida 5%. Bila tanpa pereaksi kimia, dibawah

lampu UV 254 nm, flavonoid akan berflouresensi biru kuning atau hijau,

tergantung dari strukturnya.

3. Indentifikasi senyawa Tanin

Fase gerak (4:1:5) : n-Butanol : asam asetat : air Penampak noda

: pereaksi FeCl3

Baku pembanding : Asam galat

Jika tampak noda pada saat disinari dengan lampu UV 254 nm

berwarna ungu dan diperkuat oleh (Hayati, 2010). yang menyatakan bahwa

noda hasil KLT yang diduga senyawa tannin berwarna.

4. Identifikasi Senyawa Saponin

Fase gerak(13:7:2) : Kloroformz: Metanol: Air

Penampak noda : Liberman Bouchsrdat


33

Baku pembanding : Saponin murni

Jika tampak warna hijau penyemprotan Liberman Bourchardat

menunjukkan adanya senyawa saponin jenis steroid dalam ekstrak (Pratama

et.,al 2012).

5. Identifikasi Senyawa Steroid (Arundina, et al., 2015)

Fase gerak (5:1:4) : Toluen : Etil asetat : kloroform

Penampak noda : Penampang bercak Libermanm Bauchardat

Baku pembanding : B-Sitosterol

3.8. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengamati hasil skrining fitokimia

senyawa metabolit sekunder fraksi ekstrak etanol daun lempipi (pergularia

brunoniana wigh&arn.) kemudian disajikan dalam bentuk tablet dan gambar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Telah dilakukan penelitian tentang “Skrining fitokimia dan Profil KLT

metabolit sekunder dari fraksi etanol daun lempipi (Pergularia brunonianawigh

& Arn) diperoleh data sebagai berikut :

4.1.1 Hasil Verikasi Tanaman

Telah dilakukan verifikasi tanaman dilaboratorium Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Bengkulu, dapat dilihat pada

lampiran 1. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar-benar daun lempipi (Pergularia brunoniana wigh &

Arn) dengan nomor surat : 489/UN3012.LAB.BIOLOGI/PM/2022

Klasifikasi tanaman sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Familia : Apocynacceae

Genus : Marsedenia

Sinonim : Pergularia brunoniana wigh&Ar

34
35

4.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun Lempipi ( Pergularia brunoniana wigh&Ar)

Proses ekstraksi pada penelitian ini menggunakan metode maserasi.

Maserasi merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan dengan merendam

serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan

larut. Diperoleh dari daun lempipi dengan metode maserasi sebanyak 70gr,

sedangkan hasil rendemen dari metode maserasi sebanyak 14%. Pelarut yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut etanol 96%. Etanol digunakan

sebagai pelarut karena bersifat polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar

merupakan senyawa yang larut di dalam air.

Senyawa metabolit sekunder yang akan diambil pada daun lempipi bersifat

polar sehingga proses ekstraksi menggunakan pelarut polar. Hasil rendemen dari

suatu sampel sangat diperlukan karena untuk mengetahui banyaknya ekstrak yang

diperoleh selama proses ekstraksi. Selain itu, data hasil rendemen tersebut ada

hubungannya dengan senyawa aktif yang terkandung dalam sampel juga semakin

banyak. Sebagaimana yang telah dilaporkan (Harbone, 1987) bahwa tingginya

senyawa aktif yang terdapat pada suatu sampel ditunjukkan dengan tingginya

jumlah rendemen yang dihasilkan.

Table IV.Perhitungan Rendemen


Sampel yang di Berat simplisia Pelarut etanol Berat fraksi Rendemen
gunakan kering (gr) 96%(ml) kental(gr)
Daun lempipi 20 gram 8000ml 4gr 14%

𝟒𝐠𝐫
Rumus rendemen = 𝟐𝟎𝒈𝒓 x 100% = 14%
36

4.1.3 Hasil evaluasi fraksi etanol ekstrak daun lempipi

Evaluasi fraksi etanol ekstrak daun lempipi (Pergularia brunoniana

wigh&arn) meliputi uji organoleptis yang di maksud untuk melihat tampilan fisik

suatu sedia melputi warna, bau, kosentrasi secara kasat mata

1. Hasil Uji Organoleptis

Parameter organoleptik bertujuan memberikan pengenalan awal simplisia

dan ekstrak berupa bentuk, warna, dan bau. Data ini dapat digunakan sebagai

dasar untuk menguji simplisia dan ekstrak selama penyimpanan, dan hal tersebut

tentu saja dapat mempengaruhi khasiatnya (Kartikasari dkk, 2014).

Pada uji organoleptis ekstrak diperoleh hasil konsistensi berupa cairan

kental karena hasil maserat dilakukan evaporasi sehingga mengalami penguapan.

Warna ekstrak yang dihasilkan adalah warna hijau kehitaman dan bau yang

khas.Hasil dari uji organoleptis dapat di lihat dari tabel berikut:

Table V. Uji organoleptis


Organoleptis
Sediaan Bau Warna Konsentrasi
Fraksi etanol ekstrak
Khas bau lempipi Hijau pekat Cairan hijau
daun lempipi

4.1.4 Uji Skrining fitokimia

Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia dari fraksi

etanol ekstrak daun lempipi Pada identifikasi senyawa alkaloid dengan cara

meneteskan sampel dengan HCl, tujuan penambahan HCl adalah untuk membuat

suasana menjadi asam, sedangkan alkaloid bersifat basa. Alkaloid diuji dengan

menggunakan pereaksi dragendrof nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan


37

kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam (Harbone, 1987).

Identifikasi steroid dalam tumbuhan diuji dengan menggunakan kloroform dan

H2SO4 akan berikatan dengan senyawa sehingga menghasilkan reaksi perubahan

cincin warna merah. Identifikasi tanin menggunkan FeCl3

Dengan sampel membuat pembentukan warna hijau hitam. Identifikasi

saponin bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut air dan saponin juga

bersifat non polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon (Sapogenin). Busa

yang dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya glikosida yang dapat

membentuk busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.

Identifikasi selanjutnya adalah flavonoid menggunakan NaOH dengan sampel

membuat pembentukan warna endapan kuning.

Pada uji skirining fitokimia diperoleh hasil fraksi etanol ekstrak daun

lempipi (pergularia bruniana wigh &arn) ditambahkan dengan bubuk Logam Mg

dan HCl yang ditambahkan akan mereduksi inti benzopiron yang yang terdapat

didalam struktur flavonoid sehingga terjadi perubahan warna (Robinson, 1995).

Hasil dari uji skrining fitokimia dari fraksi etanol dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel VI. Hasil Skrining fitokimia


senyawa Reagen Persyarat MMI pengamatan ket
Alkoloid 1 mg ekstrak + 1 Endapan Endapan
ml Hcl 2N + 9 ml putih/putih putih/putih
aquadest panaska kekuningan kekuningan
dalam waktu 2-3 +
menit dinginkan
saring filtrat.
-3 tetes filtrat + 2
tetes pereaksi
mayer
Flavonoid 0,5ml fraksi Merah bata Merah batah
etanol+ 1 ml +
larutan asam
asetat anhidrida
+2 ml H2s04
38

Tanin 0,5ml sampel + Hijau -


FeCl3 kekuningan
Saponin 0,5ml+aquadest Terbentuk busa Berbusa tapi -
kocok sedikit dan tidak
lama
Steroid 0,5ml +asan asetat Cicin merah Hijau
anhidrat+asam -
sulfat pekat

4.1.5 Uji penegasan Klt Fraksi etanol 96%

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan interaksi antara komponen dengan fase diam dan fase gerak sebagai

senyawa pembawa media pendukung yang cocok (Marjoni, 2016). Hasil dari uji

kromotografi lapis tipis dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel VII. Hasil uji kromotografi lapis tipis


Replikasi I
N senyawa Fase Bp Jarak Jarak Jarak Rf Rf Hasi
o gerak yang yang yang Sp Bp l
ditempu ditempu ditempu
h pelarut h noda h noda
(sp) (Bp)
Alkaloid Etil Piperin
asetat, 8 7,5 7 0,9 0,8 +
methanol 3 7
, air
Flavonoi n- Kuerseti
d butanol: n 8 7 6,7 0,8 0,8 +
methanol 7 3
-air

Replikasi II

N senyawa Fase Bp Jarak Jarak Jarak Rf Rf Hasi


o gerak yang yang yang Sp Bp l
ditempu ditempu ditempu
h pelarut h noda h noda
(sp) (Bp)
Alkaloid Etil Piperin
asetat, 8 7,5 7 0,9 0,8 +
methanol 3 7
, air
Flavonoi n- Kuerseti
d butanol: n 8 7 6,7 0,8 0,8 +
methanol 7 3
-air
39

Replikasi II
N senyawa Fase Bp Jarak Jarak Jarak Rf Rf Hasi
o gerak yang yang yang Sp Bp l
ditempu ditempu ditempu
h pelarut h noda h noda
(sp) (Bp)
Alkaloid Etil Piperin
asetat, 8 7,5 7 0,9 0,8 +
methanol 3 7
, air
Flavonoi n- Kuerseti
d butanol: n 8 7 6,7 0,8 0,8 +
methanol 7 3
-air

4.2. Pembahasan

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa

metabolit sekunder suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam

metabolit sekunder yang berperan dalam aktifitas biologisnya (Harbone, 1987).

Simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lempipi (pergularia

bruniana wigh &arn) yang di ambil di daerah kabupaten kaur, Kemudian sampel

uji yang digunakan pada penelitian ini dilakukan verifikasi di Laboratorium

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Bengkulu

dengan No: 49/UN30.12.LAB.BIOLOGI/PM/2022.

Tujuan verifikasi ini agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan bahan

baku, hasil verifikasi menyatakan sampel uji yang digunakan adalah benar tanaman

daun lempipi (pergularia bruniana wigh &arn)

Tahap pengolahan simplisia daun lempipi (pergularia bruniana wigh &arn)

yang sudah di ambil dibersihkan dari kotoran-kotoran yang masih menempel

dengan menggunakan air yang mengalir. Kemuadian dilakukan proses peranjangan

untuk mempermudah proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan


40

cara diangin-anginkan pada ruangan terbuka dan tanpa menggunakan sinar

matahari langsung.

Simplisia yang sudah kering kemuadian di haluskan, penghalusan berguna

untuk meningkatkan luas permukaan pertikel yang kontak dengan pelarut sehingga

pelarut sapat masuk kedalam serbuk dan akan mengeluarkan zat kimia yang akan

bercampur dengan zat penyari sehingga proses penyarian dapat berlangsung lebih

efektif (Andriyani dkk, 2010). Kemudian diambil serbuk sebnyak 500 gram lalu

dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 8000 ml selama 5

hari sambil dikocok dan dilakukan penyaringan.

Kemudian dilakukan maserasi sebanyak 2 kali hingga didapatkan hasil

maserat sebanyak 8000 ml, terjadi penurunan jumlah maserat di karenakan

simplisia tertarik cairan penyari. Hasil yang dipeloreh dikumpulkan dan diuapkan

menggunakan rotary evaporstor hingga mandapatkan ekstrak kental sebanyak

(75gr) dan dengan rendemen (14%), tujuan rendemen untuk mengetahui

perbandingan antara ekstrak dengan simplisia awal. Organoleptis dari fraksi etanol

ekstrak daun lempipi (pergularia bruniana wigh &arn) diperoleh ekstrak berwarna

hijau kehitaman, berbau khas dan konsistensi berbentuk ekstrak cairan

Pada prosedur Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan penjenuhan eluen

terlebih dahulu dengan memasukan kertas saring kedalam chamber sampai kertas

saring terbasahi seluruhnya dengan eluen, tujuan nya agar eluen memenuhi

chamber dan berfungsi supaya fase gerak dalam kromatografi berjalan dengan baik.

Proses penotolan terlebih dahulu plat silica di aktifkan dengan cara

dipanaskan dalam oven 50oC-60oC selama 30 menit dengan tujuan agar pada elusi
41

plat silica dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Setelah plat sudah terelusi

sampai batas atas dan sudah dalam keadaan kering, plat dapat diamati dibawah sinar

UV untuk mengetahui bercak noda dan menentukan nilai Rf dengan tujuan untuk

memastikan sampel memiliki karakteristik yang sama dengan baku pembanding

atau dapat dikatakan sampel positif.

Kemudian plat silica ditotolin sampel dan baku pembanding untuk masing-

masing senyawa, masukan plat silica kedalam chamber lalu amati eluen yang

bergerak dan keringkan dengan cara di angin-anginkan. Setelah kering, lalu plat

silica diamati di bawah sinar UV dengan Panjang gelombang 254 nm yang

bertujuan untuk mengetahui bercak noda dan menentukan nilai Rf pada masing-

masing senyawa.

Pada uji alkaloid Sampel 0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Ditambah 1 mL HCl 2 N dan 9 mL aquadest, kemudian dipanaskan di atas

waterbath dalam waktu 2-3 menit. Dinginkan larutan sampel kemudian saring

filtrate. Hasil filtrate ditampung pada tiga tabung rekasi berbeda. Filtrat

ditambahkan larutan Mayer, larutan Bouchardat , dan larutan Dragendrof. Positif

alkaloid setelah penambahan larutan Mayer, Bouchardat, dan Dragendrof secara

berturut-turut adalah terbentuk endapan putih, jingga, cokelat sampai hitam

(Marliana, 2005). Kemudian ekstrak dilanjutkan dengan uji penegasan

kromotografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase gerak Etil asetat :

Metanol: Air serta dilihat menggunakan sinar UV dengan Panjang gelombang 254

nm dan didapatkan hasil fraksi etanol dari ekstak daun lempipi. Roxb memiliki nilai

Rf sebesar 0,89 sedangkan hasil Rf baku pembanding piperin sebesar 0,75 sehingga
42

dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut positif mengandung alkaloid.

Kemudian fraksi ekstrak dilanjutkan dengan uji penegasan kromotografi

lapis tipis (KLT) menggunakan fase gerak N-Butanol : asam asetat : Air serta dilihat

menggunakan sinar UV dengan Panjang gelombang 254 nm dan didapatkan hasil

fraksi etanol ekstrak daun lempipi (Pergularia brunoniana wigh&Ar) memiliki

nilai Rf sebesar 0,87 sedangkan hasil Rf baku pembanding Kuarsetin sebesar 0,84.

Menurut (husna2020) mengatakan bahwa nilai Rf sampel yang masih dapat di

terima dengan selisi sebesar <0,05 menandakan bahwa fraksi etanol ekstrak daun

lempipi positif mengandung senyawa flavonoid, hal ini sejalan dengan penelitian

(Kurniawan, 2022). Data hasil nilai Rf 0,67 menandakan bahwa senyawa tersebut

positif mengandung alkaloid sejalan penelitian (Hammado, 2020)


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai

berikut:

1. Metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi etanol ekstrak daun lempipi (

Pergularia brunoniana wigh&Ar) positif mengandung Alkaloid dan

Flavonoid

2. Uji penegasan metabolit sekunder fraksi etanol ekstrak etanol lempipi

dengan menggunakan kromografi lapis tipis didapat untuk senyawa

flafonoid dengan Senyawa Flavonoid nilai Rf 0,67sedangkan nilai Rf baku

pembanding 07, Senyawa Alkaloid Rf 0,75 sedangkan nilai Rf baku

pembanding 0,7

5.2 Saran

5.2.1. Bagi Akademik

Dalam penelitian ini disarankan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan

dan pedoman bagi mahasiswa serta dapat dijadikan acuan dalam bahasan dalam

perkuliahan serta sebagai dokumentasi tertulis.

5.2.2. Bagi Penelitian Lajutan

Sebagai bahan acuan (referensi) bagi mahasiswa dan mahasiswi peneliti

selanjutnya untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh suhu

pengeringan terhadap kadar flavonoid dan alkaloid dan steroid ekstrak etanol

43
44

Daun lempipi dengan metode spektrofotometri uv-vis agar dapat dijadikan sebagai

informasi untuk penelitian ilmiah selanjutnya.

5.2.3. Bagi Instansi/Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tentang manfaat

dari tanaman daun lempipi yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

pengobatan dan penyembuhan penyakit. Sebagai salah satu tanaman yang telah

dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat dengan pengetahuan secara

turun-temurun.
DAFTAR PUSTAKA

Danilo Gomes de Arruda. (2021). skrining fitokimia biji pepaya (carica papaya).
6.
Departemen Kesehatan RI. (2000). , Parameter standar umum ekstrak tumbuhan
obat (cetakan pertama),. Direktorat pengawasan obat dan makanan
Direktrorat pengawasan obat tradisional.

Fajriaty, I., Ih, H., & Setyaningrum, R. (2018). Skrining fitokimia dan analisis
kromatografi lapis tipis dari ekstrak etanol daun bintangur (Calophyllum
soulattri Burm. F.). Jurnal Pendidikan Informatika Dan Sains, 7(1), 54–67.

Gita, B. B. (2020). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Rumput Laut Gracila Ria
Sp.Asal Desa Neusu KAB. Aceh Besar.

Hammado, N. I. I. (2020). Identifikasi Senyawa Bahan Aktif Alkaloid Pada


Tanaman Lahuna (Eupatorium odoratum). Jurnal Dinamika, 04(2), 1–18.

Hanani, E. (2014). Analisis Fitokima. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harbone j. (1987). Metode Fitokimia penuntun cara modren menganalisis


Tumbuhan. ITB Bandung.

Hidayah, A. N., Amananti, W., & Febriyanti, R. (2021). SKRINING FITOKIMIA


DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) DI KAWASAN BREBES, TEGAL, DAN
PEMALANG. 1–104.

Khotimah, K. (2016). Skrining Fitokimia dan Identifikasi Metabolit Sekunder


Senyawa Karpain Pada Ekstrak Metanol Daun Carica pubescens Lenne dan
K. Koch Dengan LC/MS. Uin Maulana Malik Ibrohim Malang, januari, 1–
69.

Kunti Mulangsri, D. A., & Zulfa, E. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Terpurifikasi Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) dan Identifikasi
Flavonoid dengan KLT. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy) (e-Journal), 6(1), 55–62.
Kurniawan, A. (2022). Uji Kandungan Flavonoid Pada Ekstrak Kulit Dan Daging
Kentang Secara Kualitatif Dan Kuantitatif. BENZENA Pharmaceutical

45
Scientific Journal, 1(01), 29–38.

Marjoni. (2016). Dasar-dasar fitokimia. CV.Trans Info Media.

Martunus, Z. (2005). Ekstraksi Senyawa Aromatis Dari Heavy Gas oil (HGO)
dengan pelarut trieetilen glikol (TEG) j. si. Tek. 34–37.

Nirwana, A. ., Astirin, O. ., & Widiyani, T. (2016). Skrining fitokimia ekstrak etanol


daun benalu kersen (Dendrophtoe pentandra L. Miq.). Digilib UNS, 3(2), 4.

Sanu, M. A. L. (2018). Penapisan Fitokimia Daun Kepapang.

Sari, A. (2017). Ekstraksi Cair-cair menggunakan pengkelat EDTA untuk


Meningkatkan Kadar Zingibern dalam Minyak Atsiri Jahe (Liquid-Liquid
Extraction using EDTA Placer to Increase Zingibern Level in Ginger
Essential Oil). Universitas Diponegoro, 4–29.

Sarker dkk. (2006). Natural products isolation totowa. Humana Press.

Setiyawan, Y. (2017). KARAKTERISASI SUMBER DAYA PANGAN LOKAL DI


KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU. III(2), 1–14.

Soenarjo, & Dkk. (2017). Analisi kadar Tanin Dalam Buah Mangrove Avicenia
Marina Dengan Perebusan Dan lama Perendaman Air Yang Berbeda ,Jurnal
kelautan Tropis ,.

Winks. (2008). No TitleEcological Roles of Alkoloid winks (Eds)Modren


Akoloids,Structur ,.

46
L
A
M
P
I
R
A
N

47
48

Lampiran 1. Verifikasi Tanaman Daun Lempipi (Pergularia burniana


wigh&arn)

Gambar 3. Verifikasi Tanaman Daun Lempipi (Pergularia burniana


wigh&arn)
49

Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Simplisia Daun Lempipi(Pergularia


burniana wigh&arn)

Pengambilan Sampel

Sortasi Basah

Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Sortasi Kering

Penyimpanan Simplisia
50

Lampiran 3. Skema Pembuatan eksrak Daun Lempipi (Pergularia burniana


Wigh&arn)

Simplisia Daun
Lempipi

Maserasi Dengan
Etabol 96%

Maserat

Penguapan menggunakan
Rotary evaporator

Ekstrak Kental
51

Lampiran 4. Skema Pengelolahan Sampel

Ekstrak Cair

Ekstrak kental

Fraksi

1.Uji organileptis Uji skrining fitokimia


v

Tanin, Saponin, , Flavonoid, alkaloid.


steroid

Uji KLT
52

Lampiran 5. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Lempipi(Pergularia burniana


wigh&arn)

Pengumpulan bahan Sortasi basah Pencucian


baku

Perajangan Pengeringan Sortasi


kering
53

Simplisia kering Masukan simplisia


Penambahan etanol 96%
kedalam botol gelap

Ekstrak kental
Penguapan
Penyaringan menggunakan
rotary evaporator

Gambar 4. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Lempipi (Pergularia burniana


wigh&arn)
54

Lampiran 6. Proses Fraksinasi Eksrak Etanol Daun lempipi (Pergularia


burniana wigh&arn)

sampel
Etil Asetat
N-heksana

Etanol
Proses frasinas n-heksana dan etik Proses fraksinasi etil
asetat asetat dan etanol

Gambar 5. Proses Fraksinasi Eksrak Etanol Daun lempipi (Pergularia


burniana wigh&arn)
55

Lampiran 7. Alat

Timbangan Analitik Pisau/Carter Botol Cokelat

Beaker glass Erlemeyer Rotary Evarator

Tabung reaksi
Gelas ukur Cawan Penguap

Plat silica gel Pipet tetes


Rak tabung reaksi

Kertas saring Sinar Uv

Gambar 6. Alat yang di gunakan pada saat penelitian


56

Lampiran 8.Bahan

Simplisia Kering Etanol 96% n-heksana

Aquadest Kloroform
Etil Asetat

Serbuk Magnesium
Mayer Wagner

Dragendroff Kuarsetin Piperin

HCL

Gambar 7. Bahan yang di pakai pada saat penelitian


57

Lampiran 9. Uji Skrining Fitokimia Fraksi Etanol Daun Lempipi (Pergularia


burniana Wigh&Arn)

Uji Alkaloid (+) Uji Saponin (-) Uji Tanin (-)

Uji Steroid (-) Uji Flavanoid(+)

Gambar 8. Uji Skrining Fitokimia Fraksi Etanol Daun Lempipi (Pergularia


burniana Wigh&Arn)
58

Lampiran 10. Hasil Uji Komotografi Lapis Tipis

Uji Flavonoid + Uji Alkaloid +


Kuarsetin Piperin

Gambar 9. Hasil Uji Komotografi Lapis Tipis


59

Perhitungan RF:

a. Alkaloid

Sampel

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟕,𝟓


Rf = = = 0,93
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = 𝟖 = 0.87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟕,𝟓


Rf = = 0,93
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = 𝟖 = 0.87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟕,𝟓


Rf = = = 0,93
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = 𝟖 = = 0.87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
60

b. Flavonoid

Sampel

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟔,𝟕


Rf = = = 0,83
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = =0,87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟔,𝟕


Rf = = = 0,83
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = =0,87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒔𝒑) 𝟔,𝟕


Rf = = = 0,83
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝟖

Baku Pembanding

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑵𝒐𝒅𝒂 (𝒃𝒑) 𝟕


Rf = = 𝟏𝟎 =0,87
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝑷𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

Anda mungkin juga menyukai