Oleh :
Berry Arman
20131014
YAYASAN AL – FATHAH
BENGKULU 2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 20131014
hasil karya sendiri dan sepengetahuan penulis tidak berisikan materi yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain atau dipergunakan untuk menyelesaikan studi
di perguruan tinggi lain kecuali untuk bagian-bagian tertentu yang dipakai sebagai
acuan.
jawab penulis.
Berry Arman
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Jika kamu ada jalan yang benar menuju allah,berlarilah. Jika itu
berat untukmu berlarilah-lari kecil lah. Jika kamu Lelah,berjalan
lah. Dan jika kamu tidak bisa,merangkaklah, tapi
JANGANPERNAH berhenti ataupun berbalik arah
“Imam Syafi’I”
PERSEMBAHAN
• Alhamdulillah, akhirnya aku sampai pada titik ini terima kasih atas
• Untuk Ibu (Jirmawati) dan Bapak (Jon harli) tercinta, sebagai tanda
kupersembahkan karya tulis ilmiah ini kepada Ibu dan Bapak yang
telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang
tak mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas ini. Semoga
ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak bahagia.
Untuk Ibu dan Bapak yang telah banyak memberiku nasehat dan
baik.
(Callista) terima kasih atas doanya adeku tersayang. Maaf karena aku
iii
belum bisa menjadi kakak yang baik seutuhnya, tapi aku akan selalu
teman satu kelasku yang tak bisa aku sebut semua) terima kasih atas
bantuan dan nasehat, serta semangat yang kalian berikan selama ini,
aku takkan melupakan semua yang telah kalian berikan selama ini.
Aamiin
ini.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Sekolah Tinggi Kesehatan
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Drs. Djoko Triyono, Apt., MM Selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi
5. Ibu Yuska Noviyanti, M.Farm.,Apt Selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Al-
Fatah Bengkulu.
6. Para dosen dan staf karyawan Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
v
membangun.
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4. Skrining Fitokimia .................................................................................. 17
2.4.1. Kandungan Senyawa Kimia Pada Tumbuhan ........................ 18
2.5. Kromotografi lapis tipis.......................................................................... 21
2.5.1. Prinsip KLT ............................................................................ 23
2.6. Kerangka Konsep ................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 26
3.2. Verifikasi Tanaman ................................................................................ 26
3.3. Alat dan Bahan ....................................................................................... 26
3.3.1. Alat Penelitian ........................................................................ 26
3.3.2. Bahan ...................................................................................... 26
3.4. Sampel .................................................................................................... 27
3.5. Pengelola kerja penelitian....................................................................... 27
3.6. Pembuatan Larutan Peraksi .................................................................... 29
3.7. Uji Penegasan Metabolit Sekunder dengan KLT ................................... 31
3.8. Analisis Data .......................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1. Hasil penelitian ....................................................................................... 34
4.1.1 Hasil Verikasi Tanaman ......................................................... 34
4.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun lempipi ( Pergularia brunoniana
wigh&Ar) ................................................................................ 35
4.1.3 Hasil evaluasi fraksi etanol ekstrak daun lempipi .................. 36
4.1.4 Uji Skrining fitokimia ............................................................ 36
4.1.5 Uji penegasan Klt Fraksi etanol 96% ..................................... 38
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 43
5.2 Saran ....................................................................................................... 43
5.2.1. Bagi Akademik ....................................................................... 43
5.2.2. Bagi Penelitian Lajutan .......................................................... 43
5.2.3. Bagi Instansi/Bagi Masyarakat ............................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
INTISARI
xi
BAB I
PENDAHULUAN
sebanyak banyak nya untuk kebutuhan hidup manusia. Salah satu tanaman khas
untuk saat ini masyarakat kaur hanya menjadikan daun lempipi (Pergularia
bahwa tanaman yang sering mereka jadikan sebagai sumber pangan dapat di
terjadi pada sel-sel tubuh manusia yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
mengatur fungsi sistem imun tubuh untuk mencegah beberapa penyakit. Sehingga
fitokimia merupakan salah satu metode uji senyawa kimia yang meliputi analisis
1
2
distribusi komponen pada fase gerak dan fase diamnya. (Kunti Mulangsri & Zulfa,
2020)
berjudul “Skrining Fitokimia Fraksi ekstrak Etanol dari daun lempipi (Pergularia
pula diketahui kandungan metabolit ekstrak etanol yang terdapat pada ekstrak daun
lempipi.
a. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lempipi (Pergularia
c. uji penegasan metabolit skunder ekstrak dan fraksi etanol daun lempipi
menggunakan KLT
a. Apa saja metabolit skunder yang terkandung pada ekstrak etanol fraksi
b. Uji penegasan metabolit skunder pada ekstrak etanol fraksi etanol daun
3
a. Untuk mengetahui metabolit sekunder yang trdapat pada fraksi etanol dari
b. Untuk mengetahui profil KLT metabolit sekunder pada fraksi etanol dari
mahasiswa selanjutnya
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat memanfaatkan sebagai acuan referensi
untuk penelitian selanjutnya dan juga untuk menambah wawasan tentang daun
lempipi dengan mengunkan metode kromotografi lapis tipis agar dapat dijadikan
Penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) tentang skrining fitokimia ekstrak dan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Familia : Apocynacceae
Genus : Marsedenia
5
6
pepohonana berkisar 70-250 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang
batang mudah patah daun helaian tunggal, helaian daun berbentuk seperti
menyirip, pangkal menbulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap
tepian licin dan lurus meruncing yang bersenambung dan didukung tangkai daun
dengan panjang 3-4 cm yang memiliki warna hijau dan ujung meruncing dan tulang
menyirip berupa alur .batang berbulat Panjang dengan 1-2 cm, lebar 3-6 cm
berwarna kehijauan sampai hijau tua bunga berbentuk untaian bunga bersusun
muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih,dan ungu tanaman lempipi
memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit manis sifatnya dingin
(Setiyawan, 2017).
Tumbuhan lempipi yang memiliki sifat kimia wiharum, berasa agak pahit
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
dinyatakan lain suhu pengerigan simplisia tidak lebih dari 60 C (Ditjen POM,
2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang
7
masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk(Lady
Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu
2.2. Simplisia
1. Simplisia Nabati
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya
2. Simplisia Hewani
Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni contohnya
3. Simplisia Mineral
Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
1. Pengambilan sampel
2. Sortasi basah
karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat mengurangi
3. Pencucian
air bersih, misalnyaair dan mata air, air sumur dan PDAM karena air untuk
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
mikroba Bahan simplisia yang mengandung zatmudah larut dalam air yang
mungkin.
9
4. Perajangan
tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan air,
5. Pengeringan
dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang
lembaban udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang
terbaik padapengeringan adalah tidak melebihi 60, tetapi bahan aktif yang
tidak tahan pemanasa atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu
serendah mungkin, misalnya 30o sampai 45o. Terdapat dua cara pengeringan
instrumen.
6. Sortasi kering
gosong atau bahan yang rusak Sortasi setela pengeringan merupakan tahap
7. Penyimpanan
perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengan lainnya untuk persyaratan wadah yang akan
2.3. Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ekstrak kental adalah sediaan yang tidak dapat dituang dan memiliki kadar air
sampai 30%, sediaan yang berbentuk serbuk, dibuat dari ekstrak tumbuhan yang
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari matriks atau
Metode ekstraksiyang digunakan tergantung pada jenis sifat fisik dan sifat
kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi. Ada berbagai cara ekstrasi yang
maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa, dekok, destilasi lawan arah, ultra
sonic, gelombang mikro dan ekstrasi gas superkritis. Pelarut yang digunakan
tergantung pada polaritas senyawa yang akan disari, mulai yang bersifat non polar
hingga yang bersifat polar. Kemudian hasil ekstraksi akan diperoleh ekstrak (Sanu,
2018).
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada la
pisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Sari, 2017).
yang terbagi dalam 2 cara, yaitu dengan cara panas serta dengan cara dingin
1. Maserasi
ditempat yang bebas dari cahaya matahari langsung dan dikocok balik.
sangat simpel dan dapat digunakan buat zat yang tahan, dan tidak tahan pada
digunakan pada dikala proses maserasi dan waktu yang dibutuhkan tidak
efektif.
2. Perkolasi
1. Soxhletasi
sehingga menguap.
cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong menyari zat aktif pada simplisia
serta jika cairan penyari sudah mencapai bagian atas sifon, semua cairan
akan turun balik kelabu alas bulat melalui pipa kapiler sehingga terjadi
sirkulasi. Ekstraksi yang sempurna, tak tampak noda jika pada KLT, atau
2. Digesti
tempartur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada tempratur 40-
3. Refluks
temperatur titik didih, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes RI, 2000).
14
4. Infudasi
90°C selama 15 menit. Infusa ialah ekstraksi yang menggunakan pelarut air
pada temprature penangas air dimana bejana infusa tercelup dalam penangas
5. Dekokta
dan temparatur sampai pada titik didih air, yaitu 30 menit dengan suhu 90°C
( Arruda, 2021).
6. Fraksinasi
a. Kemampuan Pelarut
campuran.
campur.
b. Golongan Pelarut
yaitu :
a) Pelarut polar
elektronegatif (oksigen).
16
cocok untuk semua jenis zat aktif karena disamping menarik senyawa
yang bersifat polar, pelarut ini juga tetap dapat menarik senyawa-
(Marjoni, 2016).
dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting ang berperan
(Khotimah, 2016).
18
proses yang tidak esensial bagi kehidupan organisme. Tidak ada atau hilangnya
penyakit, estetika, atau bahkan tidak memberikan efek sama sekali bagi tumbuhan
uji tabung berupa reaksi warna. Berikut beberapa deteksi uji metabolit sekunder :
1. Saponin
busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi yang rendah sering
dapat digunakan sebagai bahan baku sintesis hormon steroid. Dua jenis
2. Flavonoid
penderita alergi kulit. Nirurin dan kuersetin yang terdapat di dalam meniran
hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan pada rantai C3, sesuai
3. Alkaloid
a. Pereaksi Mayer
mencapai 100 ml. Pereaksi ini disimpan didalam botol kaca yang
larutan kemudian
b. Pereaksi Dragendorf
sedangkan untuk bagian lain 0,85 gram bismut sub nitrat dilarutkan ke
bagian dalam larutan 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air suling
(Sangi, 2008)
c. Pereaksi Wagner
d. Pereaksi Liebermann-Burchard
4. Tannin
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri
kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
5. Steroid/Triterpenoid
dan triterpenoid dalam membentuk warna biru atau hijau untuk steroid, dan
senyawa yang dapat terekstraksi dengan pelarut non polar atau semi polar
(Gita, 2020).
perbedaan interaksi antara komponen dengan fase diam dan fase gerak sebagai
22
KLT digunakan secara luas untuk analisis pelarut- pelarut oergani terutama
dalam bidang biokimia, farmasi, klinis dan forensic baik untuk analisis kualitatif.
Dalam kromatografi lapis tipis, sebagai fase diam digunakan zat padat yang
disebut adsorben (penyerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan
larutan pengembang. Komponen kimia akan naik mengikuti fase gerak akibat daya
adsorsi dari fase diam (adsorben). Kemampuan menyerap dari fase diam daya
kepolaran, sehingga dengan adanya perbedaan daya serap ini, akan terjadi
Fase diam yang umum digunakan adalah siliki gel, selulosa dan poliamida.
sebaiknya tidak lebih dari empat jenis. Pemilihan fase gerak berdasarkan pada jenis
dan polaritas senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat-zat warna dapat terlihat
langsung, tetapi dapat juga digunakan pereaksi penyemprot untuk melihat warna
bercak yang timbul dari awal titik penotolan sampai pusat bercak (Hanani, 2014).
Sebagai Fase diam Silika gel GF 254 adalah yang paling sering digunakan
sebagai untuk pengujian KLT. Silika gel GF 254 merupakan plat yang dapat
kromofor pada noda. Gugus kromofor adalah gugus yang dapat menghasilkan
warna.
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan identifikasi karena cara
23
3. Metode KLT ini lebih sederhana cepat dalam pemisahan dan sensitive.
sediaan obat.
absorbs dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (absorben) dan fase gerak
(eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap
Lapisan dibuat dari salah satu penyerap yang khusus digunakan untuk
Penjerap seperti alumunium oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang
Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Ia bergerak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena
24
ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik
dan bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu
angka banding.
25
5. Terpenoid (-)
METODE PENELITIAN
lapis tipis, Rotary Evaporator, timbangan analitik, botol gelap untuk maserasi,
beaker glass, gelas ukur, erlrmenyer, rak tabung reaksi, tabung reaksi, corong,
penjepit kayu, pipet tetes, timbangan analitik, kertas saring, plat silica gel.
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Lempipi, etanol
96%, aquadest, asam asetat anhidrat, etil asetat, kloroform, methanol, n-butano
n-heksan, NaOH 1 %, HCl 1%, FeCl3 1%, H2SO4 (p), HCl 2N, kuarsetin, mayer,
bouchardat, dragendorf.
26
27
3.4. Sampel
(Pergularia brunoniana wigh&arn.) yang diambil pada pagi hari dengan kriteria
1. Pengambilan sampel
2. Sortasi basah
lempipi yang masih segar dan sisa-sisa kotoran zat asing, ranting, tanah dan
3. Pencucian
sampel dengan menggunakan air bersih atau air yang mengalir agar sampel
4. Perajangan
dan tidak berkarat agar tidak menempel pada sampel. Perajangan dilakukan
pengeringan.
28
5. Pengeringan
dianjurkan.
6. Sortasi kering
7. Penyimpanan
sudah kering dan dihaluskan ke dalam wadah yang tertutup agar mutu
dalam etanol 96 % sampai terendam. Maserasi dilakukan dalam botol gelap yang
tertutup selama 2-5 hari dengan sekali dilakukan pengocokan kemudian ekstrak di
saring untuk mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak yang didapat diluapkan dengan
rotary evevorator dengan pelarut didih panas 65-75°C. dengan kecepatan 50 rpm
1. Parameter spesifik
a.Organoleptis
29
warna (merah, cokelat, dll), bau (tidak khas, dll), dan rasa (pahit, asin, dll)
b.Rendemen
dicampurkan dengan larutan kalium iodide sebanyak 27,2 gr dalam 50 ml air suling.
gr iodium sambil diaduk sampai larut. Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml.
Sebanyak 1 gr besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling himgga 100 ml
kemudian disaring.
disaling.
aktif ekstrak tumbuhan. Uji fitokimia yang dilakukan yaitu uji alkaloid, flavonoid,
1. Uji Alkaloid
saring filtrate. Hasil filtrate ditampung pada tiga tabung rekasi berbeda.
2. Uji Flavonoid
flavonoid apabila terjadi perubahan warna merah bata, jingga, atau kuning
31
3. Uji Tanin
Apabila terjadi perubahan warna menjadi biru tua, hijau dan hijau-hitam,
4. Uji Saponin
dan steroid adalah warna merah dan warna hijau kebiruan (Fajriaty et al.,
2018).
Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silica gel GF254 sedangkan
Pembanding : Piperin
32
atau ungu.
Kuarsetin
pereaksi alumunium (III) Klorida 5%. Bila tanpa pereaksi kimia, dibawah
lampu UV 254 nm, flavonoid akan berflouresensi biru kuning atau hijau,
: pereaksi FeCl3
berwarna ungu dan diperkuat oleh (Hayati, 2010). yang menyatakan bahwa
et.,al 2012).
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Bengkulu, dapat dilihat pada
penelitian ini adalah benar-benar daun lempipi (Pergularia brunoniana wigh &
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Familia : Apocynacceae
Genus : Marsedenia
34
35
serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan
larut. Diperoleh dari daun lempipi dengan metode maserasi sebanyak 70gr,
sedangkan hasil rendemen dari metode maserasi sebanyak 14%. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut etanol 96%. Etanol digunakan
sebagai pelarut karena bersifat polar, universal, dan mudah didapat. Senyawa polar
Senyawa metabolit sekunder yang akan diambil pada daun lempipi bersifat
polar sehingga proses ekstraksi menggunakan pelarut polar. Hasil rendemen dari
suatu sampel sangat diperlukan karena untuk mengetahui banyaknya ekstrak yang
diperoleh selama proses ekstraksi. Selain itu, data hasil rendemen tersebut ada
hubungannya dengan senyawa aktif yang terkandung dalam sampel juga semakin
senyawa aktif yang terdapat pada suatu sampel ditunjukkan dengan tingginya
𝟒𝐠𝐫
Rumus rendemen = 𝟐𝟎𝒈𝒓 x 100% = 14%
36
wigh&arn) meliputi uji organoleptis yang di maksud untuk melihat tampilan fisik
dan ekstrak berupa bentuk, warna, dan bau. Data ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk menguji simplisia dan ekstrak selama penyimpanan, dan hal tersebut
Warna ekstrak yang dihasilkan adalah warna hijau kehitaman dan bau yang
etanol ekstrak daun lempipi Pada identifikasi senyawa alkaloid dengan cara
meneteskan sampel dengan HCl, tujuan penambahan HCl adalah untuk membuat
suasana menjadi asam, sedangkan alkaloid bersifat basa. Alkaloid diuji dengan
saponin bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut air dan saponin juga
bersifat non polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon (Sapogenin). Busa
yang dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya glikosida yang dapat
membentuk busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.
Pada uji skirining fitokimia diperoleh hasil fraksi etanol ekstrak daun
dan HCl yang ditambahkan akan mereduksi inti benzopiron yang yang terdapat
Hasil dari uji skrining fitokimia dari fraksi etanol dapat dilihat pada tabel berikut
perbedaan interaksi antara komponen dengan fase diam dan fase gerak sebagai
senyawa pembawa media pendukung yang cocok (Marjoni, 2016). Hasil dari uji
Replikasi II
Replikasi II
N senyawa Fase Bp Jarak Jarak Jarak Rf Rf Hasi
o gerak yang yang yang Sp Bp l
ditempu ditempu ditempu
h pelarut h noda h noda
(sp) (Bp)
Alkaloid Etil Piperin
asetat, 8 7,5 7 0,9 0,8 +
methanol 3 7
, air
Flavonoi n- Kuerseti
d butanol: n 8 7 6,7 0,8 0,8 +
methanol 7 3
-air
4.2. Pembahasan
metabolit sekunder suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam
Simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lempipi (pergularia
bruniana wigh &arn) yang di ambil di daerah kabupaten kaur, Kemudian sampel
Tujuan verifikasi ini agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan bahan
baku, hasil verifikasi menyatakan sampel uji yang digunakan adalah benar tanaman
matahari langsung.
untuk meningkatkan luas permukaan pertikel yang kontak dengan pelarut sehingga
pelarut sapat masuk kedalam serbuk dan akan mengeluarkan zat kimia yang akan
bercampur dengan zat penyari sehingga proses penyarian dapat berlangsung lebih
efektif (Andriyani dkk, 2010). Kemudian diambil serbuk sebnyak 500 gram lalu
simplisia tertarik cairan penyari. Hasil yang dipeloreh dikumpulkan dan diuapkan
perbandingan antara ekstrak dengan simplisia awal. Organoleptis dari fraksi etanol
ekstrak daun lempipi (pergularia bruniana wigh &arn) diperoleh ekstrak berwarna
terlebih dahulu dengan memasukan kertas saring kedalam chamber sampai kertas
saring terbasahi seluruhnya dengan eluen, tujuan nya agar eluen memenuhi
chamber dan berfungsi supaya fase gerak dalam kromatografi berjalan dengan baik.
dipanaskan dalam oven 50oC-60oC selama 30 menit dengan tujuan agar pada elusi
41
plat silica dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Setelah plat sudah terelusi
sampai batas atas dan sudah dalam keadaan kering, plat dapat diamati dibawah sinar
UV untuk mengetahui bercak noda dan menentukan nilai Rf dengan tujuan untuk
Kemudian plat silica ditotolin sampel dan baku pembanding untuk masing-
masing senyawa, masukan plat silica kedalam chamber lalu amati eluen yang
bergerak dan keringkan dengan cara di angin-anginkan. Setelah kering, lalu plat
bertujuan untuk mengetahui bercak noda dan menentukan nilai Rf pada masing-
masing senyawa.
Pada uji alkaloid Sampel 0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung
waterbath dalam waktu 2-3 menit. Dinginkan larutan sampel kemudian saring
filtrate. Hasil filtrate ditampung pada tiga tabung rekasi berbeda. Filtrat
Metanol: Air serta dilihat menggunakan sinar UV dengan Panjang gelombang 254
nm dan didapatkan hasil fraksi etanol dari ekstak daun lempipi. Roxb memiliki nilai
Rf sebesar 0,89 sedangkan hasil Rf baku pembanding piperin sebesar 0,75 sehingga
42
lapis tipis (KLT) menggunakan fase gerak N-Butanol : asam asetat : Air serta dilihat
nilai Rf sebesar 0,87 sedangkan hasil Rf baku pembanding Kuarsetin sebesar 0,84.
terima dengan selisi sebesar <0,05 menandakan bahwa fraksi etanol ekstrak daun
lempipi positif mengandung senyawa flavonoid, hal ini sejalan dengan penelitian
(Kurniawan, 2022). Data hasil nilai Rf 0,67 menandakan bahwa senyawa tersebut
5.1 Kesimpulan
berikut:
1. Metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi etanol ekstrak daun lempipi (
Flavonoid
pembanding 0,7
5.2 Saran
dan pedoman bagi mahasiswa serta dapat dijadikan acuan dalam bahasan dalam
pengeringan terhadap kadar flavonoid dan alkaloid dan steroid ekstrak etanol
43
44
Daun lempipi dengan metode spektrofotometri uv-vis agar dapat dijadikan sebagai
dari tanaman daun lempipi yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
pengobatan dan penyembuhan penyakit. Sebagai salah satu tanaman yang telah
dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat dengan pengetahuan secara
turun-temurun.
DAFTAR PUSTAKA
Danilo Gomes de Arruda. (2021). skrining fitokimia biji pepaya (carica papaya).
6.
Departemen Kesehatan RI. (2000). , Parameter standar umum ekstrak tumbuhan
obat (cetakan pertama),. Direktorat pengawasan obat dan makanan
Direktrorat pengawasan obat tradisional.
Fajriaty, I., Ih, H., & Setyaningrum, R. (2018). Skrining fitokimia dan analisis
kromatografi lapis tipis dari ekstrak etanol daun bintangur (Calophyllum
soulattri Burm. F.). Jurnal Pendidikan Informatika Dan Sains, 7(1), 54–67.
Gita, B. B. (2020). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Rumput Laut Gracila Ria
Sp.Asal Desa Neusu KAB. Aceh Besar.
Kunti Mulangsri, D. A., & Zulfa, E. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Terpurifikasi Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) dan Identifikasi
Flavonoid dengan KLT. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy) (e-Journal), 6(1), 55–62.
Kurniawan, A. (2022). Uji Kandungan Flavonoid Pada Ekstrak Kulit Dan Daging
Kentang Secara Kualitatif Dan Kuantitatif. BENZENA Pharmaceutical
45
Scientific Journal, 1(01), 29–38.
Martunus, Z. (2005). Ekstraksi Senyawa Aromatis Dari Heavy Gas oil (HGO)
dengan pelarut trieetilen glikol (TEG) j. si. Tek. 34–37.
Soenarjo, & Dkk. (2017). Analisi kadar Tanin Dalam Buah Mangrove Avicenia
Marina Dengan Perebusan Dan lama Perendaman Air Yang Berbeda ,Jurnal
kelautan Tropis ,.
46
L
A
M
P
I
R
A
N
47
48
Pengambilan Sampel
Sortasi Basah
Pencucian
Perajangan
Pengeringan
Sortasi Kering
Penyimpanan Simplisia
50
Simplisia Daun
Lempipi
Maserasi Dengan
Etabol 96%
Maserat
Penguapan menggunakan
Rotary evaporator
Ekstrak Kental
51
Ekstrak Cair
Ekstrak kental
Fraksi
Uji KLT
52
Ekstrak kental
Penguapan
Penyaringan menggunakan
rotary evaporator
sampel
Etil Asetat
N-heksana
Etanol
Proses frasinas n-heksana dan etik Proses fraksinasi etil
asetat asetat dan etanol
Lampiran 7. Alat
Tabung reaksi
Gelas ukur Cawan Penguap
Lampiran 8.Bahan
Aquadest Kloroform
Etil Asetat
Serbuk Magnesium
Mayer Wagner
HCL
Perhitungan RF:
a. Alkaloid
Sampel
Baku Pembanding
Baku Pembanding
Baku Pembanding
b. Flavonoid
Sampel
Baku Pembanding
Baku Pembanding
Baku Pembanding