Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL FITOKIMIA

Isolasi Senyawa Polifenol Pada Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana L.)
Proposal ini disusun sebagai tugas akhir praktikum Fitokimia

Disusun oleh:
DIANI ANNISA AGUSTINA 31117009
IRNA KUSHERNAWATI 31117023
MAULANA YUSUF ASSYIDIQ 31117025
NEIZA NABILA SUNARDI 31117029
NIDA NUR FADHILAH 31117030
PIRANTI 31117034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI FARMASI
2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rakhmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “Isolasi Senyawa Polifenol Pada Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.)”.
Proposal ini disusun sebagai tugas akhir pada praktikum fitokimia. Kami
menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, baik materi maupun cara
penyajiannya. Namun demikian, semoga proposal ini data memberikan
sumbanagan pikiran serta manfaat khususnya untuk kami, umumnya bagi semua
pembaca.
Selesainya proposal ini tidak terlepas dari berbagai bantuan baik moril
maupun materi, karena itu pada kesempatan ini dengan rasa tulus dan kerendahan
hati kami menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada
ibu Vera Nurviana,M.Farm , dan ibu Ira Rahmiyani,M.Si.,Apt selaku dosen mata
kuliah Fitokimia, serta kepada ibu Anna Shinta,S.Farm , dan ibu Pepit
Wahyuni,S.Farm.,Apt selaku asisten dosen mata kuliah Fitokimia, dan kepada
orang tua kami yang telah mendukung kami dalam pembuatan proposal ini.

Tasikmalaya, 25 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................. i
DAFTAR ISI………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 2
C. Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
BAB II STUDI PUSTAKA
A. Kandungan Kimia……………………………………………………... 3
B. Manfaat………………………………………………………………………. 4
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan………………………………………………………… 9
1. Alat………………………………………………………………….. 9
2. Bahan……………………………………………………………….. 9
B. Prosedur………………………………………………………………... 9
1. Skrining Fitokimia………………………………………………….9
2. Ekstraksi Cair Padat (Maserasi)………………………………….. 11
3. Pemekatan Ekstrak………………………………………………... 11
4. Evaluasi Fitokimia Ekstrak Kental Dengan Skrining Fitokimia.. 12
5. Ekstrak Cair-Cair (Fraksinasi)…………………………………… 14
6. Pemantauan Ekstrak ( KLT )……………………………………... 14
7. Kromatografi Kolom………………………………………………. 15
8. Spektrofotometri Uv-Vis…………………………………………... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kualitatif……………………………………………………… 16
B. Pembuatan Ekstraksi………………………………………………….. 16
C. Isolasi Senyawa Polifenol dengan Menggunakan Kromatografi
LapisTipis (KLT)……………………………………………………… 17
D. Analisis skrining fitokimia pada ekstrak kental Kulit Manggis……. 18
E. Pemantauan Ekstrak…………………………………………………... 19

ii
F. Spektrofotometri Uv-Vis………………………………………………. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 23
B. Saran……………………………………………………………………. 23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 24
LAMPIRAN………………………………………………………... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi
oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat
reaktif. Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas,
senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam
faktor (Winarsi, 2007). Sadikin (2001) berpendapat bahwa serangan
radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan
terjadinya reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan senyawa radikal
baru. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas mulai dari kerusakan sel
atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif, hingga kanker.
Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi penting, yakni antioksidan
yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas
dengan meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi,
1997).
Antioksidan dalam pangan berperan penting untuk
mempertahankan mutu produk, mencegah ketengikan, perubahan nilai
gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain yang
diakibatkan oleh reaksi oksidasi (Widjaya, 2003). Antioksidan yang
dihasilkan tubuh manusia tidak cukup untuk melawan radikal bebas, untuk
itu tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar (Dalimartha dan
Soedibyo, 1999).
Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan
antioksidan sintetik (Cahyadi, 2006). Antioksidan alami banyak terdapat
pada tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan (Winarsi, 2007),
sedangkan yang termasuk dalam antioksidan sintetik yaitu butil
hidroksilanisol (BHA), butil hidroksittoluen (BHT), propilgallat, dan
etoksiquin (Cahyadi, 2006).
Antioksidan alam telah lama diketahui menguntungkan untuk
digunakan dalam bahan pangan karena umumnya derajat toksisitasnya
rendah (Cahyadi, 2006). Selain itu adanya kekhawatiran akan

1
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan
(Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005). Antioksidan alami memiliki aktivitas
penangkapan radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) ekstrak gambir
lebih tinggi dibandingkan antioksidan sintetik Rutin dan BHT (Rauf dkk,
2010).
Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal
bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000). Salah satu senyawa
golongan polifenol dari gugus flavonoid yaitu katekin. Katekin merupakan
senyawa flavonoid yang dapat ditemukan pada teh hijau, teh hitam,
gambir, anggur dan tanaman pangan lainnya seperti buah-buahan dan
kakao (Natsume dkk, 2000).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasikulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) untuk mendapatkan senyawa antioksidan
polifenol.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa polifenol pada kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.)?.
2. Apa kandungan kimia yang terdapat pada kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.)?.
3. Apa manfaat dari senyawa polifenol?

2
BAB II
STUDI PUSTAKA
Buah manggis berbentuk bulat atau agak pipih dengan diameter
3,5– 8cm. Berat buah bervariasi sekitar 75-150 gram, tergantung pada
umur pohon dan daerah geografisnya. Tebal kulit buah berkisar antara 0,8-
1 cm, berwarna keunguan keunguan dan biasanya mengandung cairan
kuning yang rasanya pahit. (Shabella, 2011).
Bentuk buah bulat dengan diameter 4-7 cm dan panjang 4-8 cm.
Buah yang telah matang kulitnya akan berwarna ungu. Bila dibelah kulit
sebelah dalam akan berwarna merah lembayung. Daging buah manggis
diperkirakan 1/3 dari total bobot buah. Tiap buah terdiri dari 4-8
segmenaril dengan 1-2 segmen yang lebih besar karena mengandung
bijiapomiksis. (Nakasone dan Paul., 1999).
Buah berbentuk agak gepeng bulat, garis tengah 3,5-7 cm,
berwarna ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap), serta kelopak tetap,
dinding buah tebal, berdaging, dan warna ungu dengan getah kuning. Biji
1-3 yang diselimuti oleh selaput biji yang tebal dan berair, berwarna putih,
sertadapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempuran).
(Steenis,1947)
A. Kandungan Kimia
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Pradipta dkk.
(2007), diketahui bahwa kulit buah manggis ternyata memiliki kandungan
senyawa aktif yang termasuk golongan xanthone. Kandungan kimia kulit
manggis adalah xanton, mangostin, garsinon, flavonoid, epikatekin, dan
tannin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998). Xanthone ialah suatu bahan kimia
aktif dengan strukturnya yang terdiri dari 3 cincin dan ini menjadikannya
sangat stabil ketika berada dalam tubuh manusia (Anonim, 2009a).
Senyawa xanthone yang telah teridentifikasi diantaranya adalah 1,3,6-
trihidroksi-7-metoksi-2.8-bis(3-metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on dan
1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on. Keduanya
lebih dikenal dengan nama alfa-mangostin dan gamma-mangostin.
(Jinsart,1992).

3
1. Xanthone
Menurut Obolskiy et al. (2009), xanthone merupakan kelas
utama fenol dalam tanaman. Xanthone memiliki kandungan senyawa
yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A,
mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alphamangostin,
β-mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan
gartanin.
Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Dari
seluruh senyawa yang ada, turunan xanthone berupa alpha-mangostin
merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada kulit manggis.
Selain jumlahnya yang lebih banyak, alpha-mangostin juga
memiliki aktivitas biologi yang paling baik.
2. Alpha-mangostin
Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada
kulit buah manggis yang memiliki kerangka struktur senyawa
golongan xanthon. Kandungan alpha-mangostin pada kulit buah
manggis bersifat sebagai antibakteri. Penjelasan selanjutnya tentang
antibakteri dibahas dalam bagian manfaat.
Selain itu, alpha-mangostin memiliki tingkat toksisitas yang
sangat rendah. Studi sebelumnya juga telah menemukan bahwa alpha-
mangostin memiliki sifat insektisida terhadap dipteran, coleopteran,
dan hama hemipteran (Larson et al., 2010).
Alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal
radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin
mampumenghambat proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL)
yang sangat berperan dalam aterosklerosis (Nugroho.,2011).
B. Manfaat
Studi fitokimia menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam
Kulit Buah Manggis, terutama xanthone, antosianin dan kelompok
senyawa fenolik lainnya memiliki sifat fungsional dan manfaat untuk
kesehatan seperti antidiabetes, antikanker, antiinflamasi, meningkatkan

4
kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan sebagainya
(Permana.,2012).
Khasiat dan manfaat manggis yaitu berkhasiat mengobati diare,
radang amandel, keputihan, disentri, nyeri urat, sembelit, dan mengatasi
haid yang tidak teratur. Di samping itu dapat juga digunakan sebagai
peluruh dahak dan obat sakit gigi (Anonim, 2008). Xanton dilaporkan
memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, antifungi,
antiinflamasi, antileukimia, antiagregasi platelet, selain itu xanton dapat
menstimulasi system saraf pusat dan memiliki antituberkolosis secara in
vitro pada bakteri Mycobacterium tuberculosis
(Bruneton,1999;Sluis,1985).
1. Antioksidan
Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah
manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan
et al. (2006) menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan
melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit
buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95% , serta etil asetat.
Metode yang digunakan adalah penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-
1-pikrilhidrazil (DPPH). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan
etanol mempunyai potensi lebih besar.
Berkaitan dengan aktivitas antioksidan, kedua ekstrak tersebut juga
mampu menunjukan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-
15.Seiring dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan
penelitian aktivitas antioksidan dari semua senyawa kandungan kulit
buah manggis. Dari hasil skrining aktivitas antioksidan dari senyawa -
senyawa tersebut, yang menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-
hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin
dan smeathxanton. (Nugroho.,2011).
2. Antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil
peran penting adalah sel mast, beserta mediator - mediator yang

5
dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Alergi disebabkan oleh
respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen yang
berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi
imunoglobulin E (IgE).
Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada
reseptor FceRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya
interaksi kembali antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast
untuk melepaskan histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993).
Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin
tersebut, Chairungsrilerd et al. (1996a, 1996b, 1998) melakukan
pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta
dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun
serotonin. Dari analisa komponen-komponen aktif dari fraksi lanjutan
hasil dari kromatografi gel silika, mengindikasikan bahwa senyawa
aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin.
Alfamangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas
penghambatan kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak
kelinci terisolasi, yang diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin
H. Namun, senyawa tersebut tidak menunjukkan aktivitas pada
kontraksi yang diinduksi karbakol, penilefrindan KCl. Alfa mangostin
juga mampu menghambat ikatan [3H] mepiramin terhadap sel otot
polos aorta tikus. Senyawa terakhir tersebut merupakan antagonis
spesifik bagi reseptor histamin H. Dari analisa kinetika ikatan [3H]
mepiramin mengindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat
secara kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa
mangostin tersebut dikategorikan sebagai pengeblok reseptor
histaminergik khususnya H, sedangkan gamma mangostin sebagai
pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5-hidroksitriptamin 2A
atau 5HT. Lebih lanjut, Nakatani et al. (2002a) melakukan
penelitian ke arah mekanisme ekstrak kulit buah manggis tersebut.
Pada penelitian tersebut ekstrak kulit manggis yaitu : Etanol 100%,

6
70%, 40% dan air, diuji terhadap sintesa
prostaglandin E dan pelepasan histamin.
Ekstrak etanol 40%menunjukkan efek paling poten dalam
menghambat pelepasan histamindari sel 2H3RBL yang diperantarai
IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat sintesa
PGE2 dari sel glioma tikus yang diinduksi ionophore A23187. Pada
reaksi anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit manggis juga
menunjukkan aktivitas penghambatan reaksi tersebut. Dari penelitian
ini, ekstrak etanol 40 % buah manggis adalah paling potendalam
menghambat sintesa PGE dan pelepasan histamin. (Nugroho.,2011).
3. Antibakteri
Suksamranm et all (2003) bersama kelompoknya
melakukan penelitian tentang alfa mangostin, gamma mangostin dan g
arsinon B darikulit manggis yang dapat menghambat kuat terhadap bak
teri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya dalam mengobati
penyakitinfeksi, masyarakat sering menggunakan obat antibiotik
seperti Tetracycline, Ampicillin, Amoxicillin atau antibiotik lainnya
yang mudah diperoleh. Namun pemakaian antibiotik secara berlebihan
dan kurang terarah dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada
beberapa antibiotik tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam pengobatan penyakit itu. Oleh karena itu untuk mengatasinya
diperlukan bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Pada jurnal ini
juga dilakukan skrining fitokimia untuk memastikan komponen kimia
yang terkandung dalam kulit manggis dan aktivitasnya
dalam menghambat xantin oksidase serta kemampuan antibakterinya
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri
terhadap E. coli dan S. Aureus. Daya hambat terhadap E. coli ini setara
dengan 24,41 ppm Tetracycline; 59,29 ppm Ampicillin dan 85,57 ppm
Amoxicillin; daya hambat terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm
Tetracycline; 85,69 ppm Ampicillin dan 11,11 ppm Amoxicillin.

7
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit manggis
menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung saponin, tanin,
polifenol, flavonoid dan alkaloid. Saponin merupakan zat aktif yang
dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis
sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri, maka bakteri
tersebut akan rusak atau lisis. (Rahmah.,2012).

8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabung Reaksi, Cawan Uap, Mortir dan Stemper, Gelas Ukur,
Beker Gelas, Pipet Tetes, Kaki Tiga dan Spiritus, Batang Pengaduk,
Erlenmeyer, Neraca Digital, Kertas Perkamen, Spatel, Rotary
Evaporator, Labu Alas Bulat, waterbath , plat klt 1x8, Pipa Kapiler,
Chamber, Corong pisah, Statif dan Klem, Corong Kaca.
2. Bahan
Simplisia Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),
Aquadest, Eter, Kloroform, NaOH, Amil Alcohol, Pereaksi Mayer,
pereaksi FeCl3, Pereaksi Dragendorf, Ammonia encer, HCl 2N, Gelatin
1%, Pereaksi Liebermen Bouchard, Etanol 3 liter, filtrat simplisia kulit
manggis, n-butanol, Asam Asetat, Ekstrak kental Etanol Kulit Buah
Manggis.
B. Prosedur
1. Skrining Fitokimia
Pembuatan Infusa
1. Masukan 5 gram simplisis kedalam air di dlam beaker glass.
2. Panaskan diatas penangas air sampai suhu 90oC.
3. Saring filtrate dan pisahkan dari residu.
a. Polifenol
1. Siapan tabung reaksi isi dengan 1-2 mL infusa dan FeCl3.
2. Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi biru kehitaman.
b. Tannin
1. Siapkan tabung reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa dan
gelatin.
2. Hasil positif akan ditunjukan dengan adanya endapan putih.

9
c. Kuinon
1. Siapkan tabung reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa dan
NaOH.
2. Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi kuning jingga.
d. Flavonoid
1. Siapkan tabung reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa.
2. Masukan HCl kedalam tabung reaksi.
3. Masukkan serbuk Mg atau Zn ke dalam tabung reaksi
4. Kocok tabung reaksi.
5. Masukkan amil alcohol kedalam tabung reaksi.
6. Kocok, kemudian diamkan beberapa saat hingga terbentuk
dua lapisan.
7. Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi kuning-merah.
e. Alkaloid
1. Masukan simplisis kedalam cawan uap.
2. Kemudian dibasahi dengan NH4OH.
3. Gerus di mortar, kemudian massukan ke dalam cawan uap.
4. Masukan kloroform berlebih kedalam cawan uap.
5. Masukkan ke dalam tabung reaksi.
6. Kocok, kemudian tambahkan HCl secukupnya, kemudian
kocok kembali.
7. Biarkan hingga terbentuk 2 lapisan, kemudian ambil bagian
bawah dan bagi kedalam 3 tabung.
8. Tabung 1 sebagai blanko, tabung 2 ditambahkan pereaksi
mayer, tabung 3 ditambahkan pereaksi dragendrof.
9. Hasil positif akan ditunjukan dengan adanya endapan putih
pada tabung dua, dan adanya endapan merrah bata, jingga,
kuning pada tabung 3.
f. Monoterpenoid dan Triterpenoid.
1. Simpilia ditambahkan dengan eter pada cawan.

10
2. Kemudian, residu dibagi menjadi 2 pada cawan uap.
3. Cawan pertama ditambahkan vanillin sulfat, dan cawan
kedua ditambahkan 1-2 tetes liebermen bouchard.
4. Hasil positif monoseskuiterpen akan ditunjukan dengan
adanya perubahan warna selain warna asli simpilia pada
cawan pertama.
5. Hasil positif triterpenoid akan ditunjukan dengan perubahan
warna menjadi ungu-merah atau berubah menjadi warna
hijau menunjukan positif steroid pada cawan kedua.
g. Saponin
1. Masukkan simplisia dan air di beaker glass, kemudian
panaskan.
2. Saring antara filtrate dan residu.
3. Masukan filtrak ke dalam tabung reaksi.
4. Kocok kuat selama 30 detik.
5. Hasil positif saponin akan ditunjukan dengan adanya busa
yang dihasilkan dari pengocokan.

2. Ekstraksi Cair Padat (Maserasi)


1. Timbang 200 gram simplisia kulit manggis.
2. Masukkan kedalam erlenmayer 1 liter.
3. Tambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 1 liter.
4. Diamkan selama 3 x 24 jam. Setiap 24 jam pelarut etanol 96%
akan diganti dengan elarut yang baru.
5. Lakuukan pengadukan setiap 6 jam.
6. Saring dan pisahkan filtrate dengan rsidu.
7. Hasil filtrate akan dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator.

3. Pemekatan Ekstrak
a. Ekstrak etanol kulit manggis diukur 500 mL dengan gelas ukur.
b. Masukan 500 mL ekstrak etanol kulit manggis ke labu alas bulat.

11
c. Set alat rotary evaporator, atur waktu sesuai suhu/titik didih
pelarut.
d. Hasil pemekatan dituang ke wadah. Lakukan prosedur sampai hasil
ekstraksi habis.
e. Kemudian hasil dari evaporasi dipekatkan kembali dengan
pengentalan di waterbath dengan menggunakan cawan uap.
f. Hasil ekstrak ketak tutup dengan plastic wrap.

4. Evaluasi Fitokimia Ekstrak Kental Dengan Skrining Fitokimia


Pembuatan Infusa
a. Masukan 5 gram simplisia kedalam air di dalam beaker glass.
b. Panaskan diatas penangas air sampai suhu 90oC.
c. Saring filtrat dan pisahkan dari residu.
a) Polifenol
1) Siapan tabung reaksi isi dengan 1-2 mL infusa dan FeCl3.
2) Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi biru kehitaman.
b) Tannin
1) Siapkan tabung reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa dan
gelatin.
2) Hasil positif akan ditunjukan dngan danya endapan putih.
c) Kuinon
1) Siapkan tabug reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa dan
NaOH.
2) Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi kuning jingga.
d) Flavonoid
1) Siapkan tabung reaksi dengan diisi 1-2 mL infusa.
2) Masukan HCl kedalam tabung reaksi.
3) Masukkan serbuk Mg atau Zn ke dalam tabung reaksi
4) Kocok tabung reaksi.
5) Masukkan amil alcohol kedalam tabung reaksi.

12
6) Kocok, kemudian diamkan beberapa saat hingga terbentuk
dua lapisan.
7) Hasil positif akan ditunjukan dengan perubahan warna
menjadi kuning-merah.
e) Alkaloid
1) Masukan simplisis kedalam cawan uap.
2) Kemudian dibasahi dengan NH4OH.
3) Gerus di mortar, kemudian massukan ke dalam cawan uap.
4) Masukan kloroform berlebih kedalam cawan uap.
5) Masukkan ke dalam tabung reaksi.
6) Kocok, kemudian tambahkan HCl secukupnya, kemudian
kocok kembali.
7) Biarkan hingga terbentuk 2 lapisan, kemudian ambil bagian
bawah dan bagi kedalam 3 tabung.
8) Tabung 1 sebagai blanko, tabung 2 ditambahkan pereaksi
mayer, tabung 3 ditambahkan pereaksi dragendrof.
9) Hasil positif akan ditunjukan dengan adanya endapan putih
pada tabung dua, dan adanya endapan merrah bata, jingga,
kuning pada tabung 3.
f) Monoterpenoid dan Triterpenoid.
1) Simpilia ditambahkan dengan eter pada cawan.
2) Kemudian, residu dibagi menjadi 2 pada cawan uap.
3) Cawan pertama ditambahkan vanillin sulfat, dan cawan
kedua ditambahkan 1-2 tetes liebermen bouchard.
4) Hasil positif monoseskuiterpen akan ditunjukan dengan
adanya perubahan warna selain warna asli simpilia pada
cawan pertama.
5) Hasil positif triterpenoid akan ditunjukan dengan perubahan
warna menjadi ungu-merah atau berubah menjadi warna
hijau menunjukan positif steroid pada cawan kedua.

13
g) Saponin
1) Masukkan simplisia dan air di beaker glass, kemudian
panaskan.
2) Saring antara filtrate dan residu.
3) Masukan filtrak ke dalam tabung reaksi.
4) Kocok kuat selama 30 detik.
5) Hasil positif saponin akan ditunjukan dengan adanya busa
yang dihasilkan dari pengocokan.

5. Ekstrak Cair-Cair (Fraksinasi)


a. Masukkan 12 gram ekstrak kental, dengan ditambahkan 70 mL air
kedalam corong pisah.
b. Kemudian tambahkan 20 mL n-heksan kedalam corong pisah.
c. Kocok corong pisah, sesekali di buka kran corong untuk
mengeluarkan gas. Diamkan sampai terjadi 2 lapisan.
d. Keluarkan fraksi n-heksan.
e. Lakukan pengulangan prosedur sampai fraksi n-heksan bening.
f. Kemudian tambahkan 20 mL etil asetat pada fraksi air.
g. Kocok corong pisah, sesekali di buka kran corong untuk
mengeluarkan gas. Diamkan sampai terjadi 2 lapisan.
h. Keluarkan fraksi etil asetat.
i. Lakukan pengulangan prosedur sampai fraksi etil asetat bening.
j. Pisahkan ketiga fraksi pada 3 wadah yang berbeda.
k. Hitung randemen.

6. Pemantauan Ekstrak ( KLT )


a. Aktivasi plat klt (8 x 1 cm) sebelum digunakan dengan oven pada
suhu 105oC selama 30 menit.
b. Siapkan chamber dengan eluent kloroform : etil asetat (9:1)
c. Jenuhkan chamber dengan menggunakan eluent.
d. Beri tanda batas bawah dan atas 0,5 cm dari tepi kertas.

14
e. Totolkan fraksi polar pada plat KLT dengan menggunakan pipa
kapiler.
f. Masukkan plat pada chamber yang telah jenuh.
g. Tunggu sampai eluent naik pada plat KLT hingga batas atas.
h. Amati bercak yang dihasilkan.
i. Ulangi prosedur pada hasil fraksi non polar dan semi polar.

7. Kromatografi Kolom
a. Digunakan metode basah dengan mencampurkan silica gel dan
kloroform.
b. Masukkan ke dalam kromatograffi kolom berdiameter 2 cm.
c. Fraksi etil asetat dicampur dengan silica gel yang sudah di aktivasi,
kemudian gerus hingga merata.
d. Digunakan eluen campuran dari kloroform : etil asetat (9:1)
e. Selama eluen dialirkan kedalam kolom, keran dibuka dengan
kecepatan 2 tetes per detik.
f. Tunggu proses elusi berlangsung.
g. Kemudian akan didapatkan fraaksi.
h. Lakukan identifikasi menggunakan FT-IR dan GC/MS atau
Spektrofotometri UV-Vis.

8. Spektrofotometri Uv-Vis
a. Siapkan hasil isolate yang didapat.
b. Siapkan perbandingan pelarut sebagai blanko.
c. Kemudaian masukkan isolate dan pelarut kedalam alat
Spektofotometri UV-Vis.
d. Set perlakuan dengan computer.
e. Lihat hasil spectrum yang didapatkan.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kualitatif
Berdasarkan penelitian uji skrining fitokimia pada simplisia kulit
buah manggis menunjukkan adanya polifenol, tannin, kuinon flavonoid,
alkaloid, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid.
Dilakukannya skrining fitokimia adalah untuk memastikan adanya
senyawa aktif yang akan dibutuhkan (Kristianti dkk, 2008). Senyawa yang
akan diambil dari kulit buah manggis yaitu polifenol, hasil dari skrining
fitokimia menunjukkan adanya polifenol ditandai dengan warna biru
kehitaman setelah dibandingkan dengan blanko. Berikut hasil dari skrining
fitokimia pada simplisia kulit buah manggis:
B. Pembuatan Ekstraksi
Hasil dari maserasi simplisia kulit buah manggis dengan Etanol
96% yaitu sebanyak 3 L. Maserasi dipilih sebagai metode ekstraksi karena
menggunakan suhu ruangan, sehingga tidak merusak senyawa termolabil
dalam simplisia (Adrian, 2000). Pada proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian pelarut bertujuan agar larutan tidak jenuh
sehingga memaksimalkan senyawa aktif yang akan ditarik, karena sel yang
pecah membuat pelarut mudah masuk dan mudah menarik senyawa yang
akan diambil.
Larutan hasil maserasi diuapkan menggunakan alat evaporator
pada suhu 60ºC selama 30 menit, setelah pekat penguapan pelarut
dihentikan. Menghasilkan 31,93 g ekstrak kental, berwarna coklat
kehitaman. Selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan menggunakan metode
ekstraksi cair-cair (ECC), untuk memisahkan senyawa berdasarkan
polaritasnya. Proses fraksinasi ini dilakukan dengan cara fraksinasi
bertingkat, menggunakan pelarut n-heksan; etil asetat; dan air. Fraksinasi
bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut
dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut (Lestari dan Pari,
1990).

16
C. Isolasi Senyawa Polifenol dengan Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)
Isolasi senyawa polifenol ekstrak Kulit Manggis dilakukan dengan
metode KLT. KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 1
x 8 cm GF254. Dilakukannya Kromatografi Lapis Tipis bertujuan untuk
memastikan tertarik atau tidak nya suatu senyawa aktif yang akan diambil
pada ekstrak kental. Setelah dielusi plat diamati di bawah sinar UV dengan
panjang gelombang 265 nm dan 366 nm.
Ekstrak kental juga dihitung nilai %randemen nya, setelah itu
dilakukan fraksinasi menghasilkan 3 fraksi yaitu fraksi air; fraksi etil
asetat; dan fraksi n-heksan. Begitu pula pada hasil fraksi harus dihitung
nilai %randemen nya. Kemudian dilakukan lagi KLT (Kromatografi Lapis
Tipis) pada fraksi yang bersifat polar (air) dan semi polar (etil asetat),
karena senyawa polifenol merupakan metabolit sekunder yang bersifat
polar. Sehingga bisa diketahui pada fraksi mana senyawa polifenol
terambil.
Hasil dari fraksi dapat dihitung nilai randemen nya. Randemen
merupakan persentase bagian bahan baku yang dapat digunakan atau
dimanfaatkan dengan total bahan baku. Semakin tinggi nilai randemen
menandakan bahwa bahan bau tersebut memiliki peluang untuk
dimanfaatkan lebih besar (Kusumawati, dkk.2008 dengan Sudirman,
dkk.2011).
Dengan bobot ekstrak sebesar 31,93 g dan bobot simplisia 200 g,
mengahasilkan randemen 15, 965%. Setelah difraksinasi dengan pelarut
yang berbeda tingkat kepolarannya. Dihitung %randemen dari masing-
masing fraksi. Perhitungan %randemen pada Gambar 2. Hasil fraksinasi
yang diperoleh, fraksi air lebih besar yaitu 10 g dibandingkan dengan
fraksi etil asetat 2 g dan fraksi n-heksan yaitu 1 g. Sehingga diperoleh
randemen fraksi air sebesar 31,318%; etil asetat 6,264%; dan n-heksan
sebesar 3,138%.
Fraksi air menghasilkan randemen yang paling besar, karena
sifatnya yang polar menyebabkan senyawa yang sifatnya polar lebih

17
terkonsentrasi pada fraksi tersebut. Tingginya randemen ekstrak pada
pelarut polar dikarenakan makromolekul gula sederhana seperti
monosakarida dan oligosakarida ikut terlarut dalam pelarut polar namun
tidak dalam pelarut non polar (Nur dan Astawan, 2011).
D. Analisis skrining fitokimia pada ekstrak kental Kulit Manggis
Pemeriksaan Senyawa
Hasil Keterangan
Golongan

Polifenol + Biru kehitaman

Tanin + Endapan putih

Kuinon + Kuning-jingga

Flavonoid + Kuning-merah

Alkaloid:
+ Endapan putih
a. Mayer
b. Dragendorf + Orange

Mono dan Sekuiterpen + Berubah warna

Steroid - Merah-coklat

Triterpenoid - Merah-coklat

Saponin + Terbentuk busa

Tabel 1. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol


Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia


yang terdapat didalam sampel tumbuhan tersebut. Uji Fitokimia meliputi
uji flavonoid, uji alkaloid, uji tanin dan polifenol, uji steroid, uji kuinon
dan saponin. Ekstrak kental etanol dan hasil fraksinasi diuji fitokimia.
Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak kental etanol positif mengandung

18
polifenol yang ditandai dengan adanya warna biru kehitaman yang
terbentuk.
Hasil uji yang menunjukkan hasil positif terhadap uji polifenol, uji
tanin, uji kuinon, uji flavonoid, uji monoterpenoid dan uji saponin. Dengan
hasil uji polifenol berwarna biru kehitaman, uji tannin berwarna endapan
putih, uji kuinon berwarna coklat orange, uji flavonoid berwarna kuning-
jingga, uji monoterpenoid berwarna orange merah, dan uji saponin dengan
terdapatnya munculnya busa. Untuk hasil uji negative ditunjukkan dengan
uji alkaloid dengan pereaksi mayer berwarna orange, dan pereaksi
dragendorff berwarna coklat., dan uji steroid triterpenoid berwarna merah
bata.
Hasil positif pada uji polifenol dengan menggunakan pereaksi
FeCl3 ditandai dengan terbentuknya warna biru kehitaman. Warna biru
kehitaman diperkirakan karena gugus aromatis yang dimilikinya, fenol
dapat melakukan resonansi yaitu perputaran awan elektron disekitar cincin
fenol. Kemampuan resonansi ini menyebabkan fenol cukup reaktif dalam
mengidentifikasinya dan dapat memancarkan warna tertentu yang berbeda.
Pada saat fenol direaksikan dengan FeCl3 pada pelat tetes terjadi
perubahan warna yang cukup signifikan. Terbentuk larutan yang tidak
bercampur, terdapat lapisan bening dengan emulsi berwarna hitam pekat.
Larutan FeCl3 dapat bereaksi dengan berbagai macam senyawa dan
menghasilkan warna yang berbeda-beda dikarenakan perbedaan
penggantian jumlah gugus atom yang terjadi di dalam senyawa dan adanya
perbedaan kalorimetri. (Harborne, 1987).
E. Pemantauan Ekstrak
Pemantauan dilakukan dengan metode KLT (Kromatografi Lapis
Tipis). Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-
komponen yang dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya
merupakan fase diam dan yang lainnya fase gerak. Prinsip dasar
pemisahan KLT terjadi karena perbedaan daya serap senyawa terhadap
adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi. Mekanisme pemisahan
sering disebut juga sebagai mekanisme adsorbsi. Secara umum KLT

19
dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah komponen
pada jarak 0,5 sampai 1 cm dari tepi kertas. Setelah penetesan pada kertas,
maka bagian bawah kertas dicelupkan dalam larutan fase gerak. Analisis
kualitatif pada KLT dilakukan dengan cara menghitung nilai Retention
Factor (RF).
Bercak-bercak yang diperoleh dari hasil elusi dapat
divisualisasikan dengan pengamatan pada lampu UV254 dan UV366. Prinsip
penampakan pada UV254, lempeng akan berfluorosensi lalu sampel akan
tampak berwarna gelap. Penampakan dapat terjadi karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan indikator berfluorosensi, seperti timah
cadmium sulfide, yang terdapat pada lempeng. Fluorosensi yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh indikator tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang
lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula melepaskan energi.
Sedangkan prinsip penampakan pada UV366, noda akan berfluorosensi dan
lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda yang terjadi karena
adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat
oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluorosensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi.
Ekstrak kental etanol dilarutkan dalam pelarut, kemudian
ditotolkan pada plat KLT dan dielusi dengan kloroform : etil asetat (9 : 1).
Yang berdasarkan sifat kepolarannya, kloroform merupakan non polar dan
etil asetat merupakan semi polar. Plat KLT yang digunakan berukuran 4 x
8 cm. Lalu dilakukan lah proses KLT. Dimulai dengan mengoven kertas
saring dan Plat KLT dengan oven dalam waktu 30 menit. Dengan tujuan
untuk menstabilkan dan mensterilkan bahan yang akan digunakan. Lalu
setelah proses pengovenan selesai, dilakukan lah pengukuran pada plat
KLT untuk diberi batas tanda garis atas dan batas garis bawah dengan
ukuran 0,5. Lalu dilakukan proses penjenuhan chamber dengan

20
memasukan elusi pelarut berupa kloroform : etil asetat (9 : 1) dan kertas
saring yang sudah di oven, untuk membuktikan tanda bahwa pelarut yang
digunakan sudah jenuh. Setelah pelarut chamber jenuh, maka dimulailah
proses penotolan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada
garis batas tanda bawah.
Hasil yang didapat ditemukan bercak pada lampu UV254 dan UV366.
Lalu setelah didapatkan bercak yang terlihat, dilakukan penghitungan
Retention Faktor. Sesuai dengan literatur, jarak Rf yang baik, berkisar 0,2
-0,8. Jarak Rf yang dihasilkan berada pada angka 0,70. Berarti hasil Rf
yang dihasilkan termasuk ke dalam rentang baik.
Pengaruh penotolan ekstrak kental terhadap plat KLT,
menghasilkan totolan fraksi pada plat. Fraksi yang muncul diperjelas
melalui sinar lampu UV254 dan UV366, menunjukkan adanya fraksi totol
berwarna bercak kuning pada plat. Fraksi mengandung polifenol karena
terdapat dalam kulit buah manggis. (Harborne, 1987).
F. Spektrofotometri Uv-Vis
Pada metode menentuan serapan gelombang suatu hasil Ekstraksi
ini atau suatu hasil isolat ini kelompok kami mengambil dari hasil Fraksi
yaitu dari Fraksinasi metode Ekstraksi cair-Cair (ECC). Alasan diambilnya
hasil fraksi karena pada pengujian Kromatografi kolom, elusi tidak
berjalan dengan baik akan tetapi,pengujian dilakukan dengan Eluen yang
sama pada saat pengujian KLT, dan faktor ukuran kolom serta sedikitnya
fraksi yang dihasilkan pada proses fraksinasi membuat tahapan
Kromatografi Kolom terhambat. Pada pengujian KLT sebelumnya pada
Fraksi Etil Asetat, didapatnya satu spot Kuning yang menandakan ciri
khas dari Senyawa yang akan kelompok kami isolasi yaitu Polifenol
khususnya Xanthon. Akan tetapi Kami lebih menekankan pada
pengisolasian senyawa Polifenol Umum.
Didapatkan Hasil Spectrum isolat yang kelompok kami ambil yaitu
dengan hasil Fraksi Etil Asetat yang terlihat pada panjang gelombang
480nm dengan absorbansi 0,052, 525nm dengan absorbansi 0,043,530nm
dengan absorbansi 0,041, dan 620nm dengan absorbansi 0,028 terdapatnya

21
hasil fluorosensi. Dimana hasil fraksi yang kelompok kami jadikan isolat
yaitu berwarna kekuningan. Sehingga warna yang diserap nya yaitu Biru
dengan panjang gelombang (λ) 435-480nm. Akan tetapi absorbansi yang
dihasilkan nilainya sedikit dimana itu terpengaruhi oleh hasil isolat yang
sedikit yang dapat dilihat dari randemennya. Isolat yang kami ambil yaitu
hasil Fraksi Etil Asetat karena Pada percobaan Kromatografi Kolom tidak
menimbulkan Elusi yang bagus sehingga tidak didapatkan hasil elusi yang
baik. Akan tetapi, dengan hasil pemantauan hasil Fraksi Etil Asetat
didapatkan satu spot kuning yang menandakan adanya Senyawa Polifenol
khususnyanXanthon dengan identifikasinya warna kuning dan adanya
Fluorosensi pada panjang gelombang (λ) 254nm dan 366nm dalam
Pengujian Sinar UV hasil KLT.
Secara literatur, senyawa Polifenol berada pada panjang
gelombang (λ) rentang 200-800nm, akan tetapi senyawa Polifenol tersebut
juga dapat berfluoresensi pada panjang gelombang (λ) 500-600nm dengan
keterangan hasil isolasinya berwarna kuning pekat. Akan tetapi, dalam
rentang panjang gelombang tersebut, biasanya lebih kepada senyawa
golongan Polifenol Antosianin yang termasuk kedalam golongan Polifenol
lain dengan ciri identik warna merah. Hasil literatur memperlihatkan
bahwa serapan dari Senyawa Polifenol dengan panjang gelombang (λ)
maksimumnya pada 517nm (Ee et al., 2008).
Hasil pengujian Spektrofotometri Uv-Vis yang telah didapatkan,
alangkah baiknya dilanjutkan Pengujian dengan IR maupun MS (Mass
Spectrometry) yang nantinya dapat menghasilkan suatu hasil dimana
struktur dari senyawa yang kita isolasi akan terdeteksi dengan penggunaan
IR, yaitu dengan adanya 4 bagian atau wilayah spektrum Infrared.
Wilayahnya yaitu Single Bond Stretch dari 4000-2500 cm-1, Triple Bonds
dari 2500-2000 cm-1, Double Bond dari 2000-1500 cm-1, dan Fingerprint
Region Skeletal Vibrtions dari 1000-500 cm-1.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan, indonesia kaya akan potensi untuk
memproduksi tanaman Manggis khususnya dibidang kesehatan. Dengan
kandungan senyawa Antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas,
isolasi senyawa Golongan Polifenol pada Kulit Buah Manggis dapat
digunakan sebagai antioksidan.
B. Saran
Untuk Dosen maupun asisten dosen sudah baik dalam proses
perkuliahan Khususnya praktikum Fitokimia, akan tetapi alat penunjang
untuk praktikum mohon ditambahkan dalam memudahkan kembali proses
perkuliahan, terimakasih.

23
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., 1997,Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan,
Penerbit Andi,Yogyakarta.
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java(Spermatophyt
es Only), Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen
Bruneton, J., 1999,Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants,
Translated by Caroline K Hatton, 2nd edition, Lavoiser, France, pp303-304.
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y. 1996,
Pharmacological properties ofalpha-mangostin, a novel histamineH1 receptor
antagonist, Eur J Pharmacol., 314(3):351-356.
Chen S, Wan M and Loh B. 1996. Active constituents against HIV-1
proteasefrom Garcinia mangostana. Planta Med 62(4): 381–382.
Chomnawang MT, Surassmo S, Nukoolkarn VS and Gritsanapan W. 2007.
Effect of Garcinia mangostanaon inflammation caused byPropionibacterium
acnes.Fitoterapia 78(6): 401–408.
Chin Y, Jung H, Chai H, Keller W and Kinghorn A. 2008. Xanthones
withquinine reductase-inducing activity from the fruits of Garcinia mangostana
(Mangosteen).Phytochemistry 69(3): 754–758.
Chitra,S., Khritika MV and Pavitra S. 2010. Introduction Of Apoptosis
ByXanthones From GarciniaMangostana In Human Breast andLaryngeal
Carcinoma Cell Lines. Journal of Natural Product 1997.
Direktorat Jenderal Hortikultura 2013.2013. Laporan Akuntabilitas
KinerjaInstansi Pemerintah DirektoratJenderal Hortikultura tahun 2012. Jakarta.
Ee, GCL, Daud S, Izzaddin SA andRahmare M. 2008.
Garciniamangostana: a source of potentialanti-cancer lead compounds
againstCEM-SS cell line. J Asian Nat Prod Res 10(5): 475–479.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun cara modern
menganalisa tumbuhan, Bandung ITB.
Hutapea, J.R., 1994,Inventaris Tanaman Obat IndonesiaJilid III,
Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Larson, Ryan T., Jeffrey M. Lorch., Julia W. Pridgeon., dkk. 2010.The
Biological Activity of alpha-Mangostin, a Larvicidal Botanic Mosquito Sterol

24
Carrier Protein-2 Inhibitor.J. Med. Entomol. 47(2): 249Ð257 (2010);
DOI:10.1603/ME09160.
Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999.Tropical Fruits. GAB Inc. New
York. p:359-369.
Ni’maa, Dahlia Khairu., Subakir dan Suhardjono. 2011.Perbandingan Ekst
rak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn) denga
Ketokonazole2% dalam Menghambat Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada
ketombe. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugroho, Agung Endro. 2011.Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari K
ulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat.
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Sastrohamidjojo, 2001,Kimia Organik, Liberty, Yogyakarta.
Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti., Prabawati Sulusi., dan Dondy
A S.2012.Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis
(GarciniaMangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Be
rkarbonasi.Bogor: J. Pascapanen 9(2) 2012: 88–95.
Rahmah, Sylvia Aulia., Suharti dan Subandi. 2012.Uji Aantibakteri dan
Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap
Aktivitas Xantin Oksidase Yang Diisolasi dari Air Susu Sapi Segar.Malang:
Universitas Negeri Malang.
Shabella, R., 2011,Terapi Kulit Manggis, Galmas Publisher, Yogyakarta.
Steenis, C.G.G.J. van, 1947.Flora voor de scholen in Indonesia.
Noordhoff–Kolff N.V. , Batavia.
Verheij, E.W.M. 1992.Garcinia mangostanaL. p. 177-181. In. E.W.M.
Verheijand R.E. Coronel (Eds). Edible Fruit and Nuts. Plant Resources of
SouthEast Asia 2. Bogor. Indonesia.

25
LAMPIRAN
Pemeriksaan Senyawa
Hasil Keterangan
Golongan

Polifenol + Biru kehitaman

Tanin + Endapan putih

Kuinon + Kuning-jingga

Flavonoid + Kuning-merah

Alkaloid:
+ Endapan putih
a. Mayer
b. Dragendorf + Orange

Mono dan Sekuiterpen + Berubah warna

Steroid - Merah-coklat

Triterpenoid - Merah-coklat

Saponin + Terbentuk busa

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
%𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

31,93 𝑔
%𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 15,965%
200 𝑔

Hasil Randemen

26
%Randemen Hasil Fraksi
35

30

25

20

15

10

0
Fraksi Air Fraksi Etil Asetat Fraksi n-heksan

Diagram Randemen Hasil Fraksi

Senyawa Perubahan (+/-)


Polifenol Biru Kehitaman (+)
Tanin Endapan Putih (+)
Kuinon Coklat Orange (+)
Flavonoid Kuning – Jingga (+)
Alkaloid
- Mayer Orange (-)
- Dragendorff Coklat (-)
Saponin Munculnya Busa (+)
Monoterpenoid Orange Merah (+)
Steroid dan Triterpenoid Merah Bata (-)

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia ECC

27
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
Keterangan :
• Jarak rambat bercak = 3,9 cm
• Jarak rambat fase gerak = 5,5 cm
3,9 𝑐𝑚
Rf =
5,5 𝑐𝑚
= 0,70 cm
Nilai Rf

HASIL KLT KETERANGAN

KLT Ekstrak 366

KLT Ekstrak (2) 366

KLT Ekstrak 254

KLT Ekstrak (2) 254

KLT Fraksi 254

28
KLT Fraksi (2) 254

KLT Fraksi 366

Hasil Skrining Fitokimia

Kuinon

Saponin

29
Steroid & Triterpenoid

Alkaloid (Dragendrof)

Flavonoid

Polifenol

Tanin

30
Mono-Seskuiterpen

Gambar 1. Spektrum Hasil Fraksi Etil Asetat

31

Anda mungkin juga menyukai