Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKULAR

”GIGANTISME”

DISUSUN OLEH :

CINDY DELFIANA TANOD (31117007)

DITA RIZKI AMELIA (31117011)

EVA SAEFATUZZAHRO (3117014)

FITRI ANDINI (31117016)

HILDA GITHA AGNESA (31117019)

JIHAAN FAUZIYYAH (31117024)

MAULANA YUSUF ASSYIDIQ (31117025)

M IKHLAS PERMANA D (31117027)

PIRANTI (31117034)

RIKA LISMAWATI (31117038)

SOPHIA DENA (31117046)

FARMASI 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunianya salah satu mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler yaitu
tentang Review Jurnal mengenai Gigantisme ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Adapun isi dari makalah ini membahas tentang terjadinya penyakit


Gigantisme . Makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
, oleh karena itu kami mohon segala kritik dan saran yang membangun tentang
makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya dan dapat berguna bagi pembaca
nantinya.

Tasikmalaya, November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gigantisme


2.2. Ciri-ciri Penderita Gigantisme
2.3. Gen yang Berperan dalam Gigantisme
2.4. Mekanisme Terjadinya Gigantisme
2.5. Penyebab Terjadinya Gigantisme
2.6. Solusi Penyembuhan Gigantisme
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dari sejarah kuno sepanjang zaman modern,individu memiliki proporsi


fisik yang luar biasa sangat menonjol dalam mitos dan dongeng tentang sihir.
Konsep ukuran manusia super, baik dalam bentuk Goliat, Hercules atau
Bigfoot, telah secara konsisten mengilhami rasa takjub dan enthrallment.
Tidak kurang menarik adalah yang terdokumentasi dengan baik kasus
gigantisme sejati, termasuk Robert Wadlow (The Alton Giant) yang pada 8
kaki 11 inci (272 cm) pada kematiannya, tetap orang tertinggi yang pernah
tercatat , dan bahwa dari SA, wanita hidup tertinggi saat ini pada 7 kaki 5,5
inci (227 cm). Dalam beberapa tahun terakhir, terobosan ilmiah mengenai
genetik molekuler, histologis, dan hormonal dasar kelebihan GH telah
meningkatkan pemahaman kita tentang ini penyakit inheren menarik dan telah
memberikan yang penting wawasan tentang patogenesis, prognosis, dan
potensinya untuk intervensi terapeutik.
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan
(melebihi 2,14 m), akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum fusi
epififis. (Brooker, 2009). Frekuensi gigantisme di Amerika Serikat sangat
jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga saat ini. Tidak ada
predileksi ras pada gigantisme. Insiden kejadian gigantisme tidak jelas.
(Eugster & Pescovitz, 2002). Gigantisme biasa terjadi di Negara barat karena
di Negara barat gigantisme bisa terdiagnosis secara dini, sedangkan di Afrika,
amerika selatan dan asia jarang terdiagnosis secara dini. (Herder, 2008).
Hubungan antara gigantisme dan GH telah diketahui pertama kali sejak tahun
1886 oleh seorang neurolist perancis, Pierre Marie yang mengatakan sebagai
penyakit kronis endokrin. (Eugster & Pescuvitz, 1998)
Gigantisme mengacu pada kelebihan GH yang terjadi selama masa
kanak-kanak ketika terbuka piring pertumbuhan epifisis memungkinkan untuk
berlebihan pertumbuhan linear, sedangkan acromegaly menunjukkan hal yang
sama fenomena yang terjadi di masa dewasa. Meskipun ulasan ini berfokus
terutama pada gigantisme, dua gangguan mungkin dianggap sebagai ada
bersama spektrum GH berlebih, dengan manifestasi utama yang ditentukan
oleh perkembangan tahap di mana kelebihan tersebut berasal. Mendukung ini
model telah pengamatan tumpang tindih klinis antara dua entitas, dengan
sekitar 10% dari acromegalics menunjukkan perawakan tinggi dan mayoritas
raksasa akhirnya menunjukkan fitur acromegaly. Usia rata-rata untuk
permulaan akromegali adalah dalam dekade ke-3 kehidupan,sedangkan
gigantisme dapat dimulai pada usia berapa pun sebelum epiphysealfusi.
Bahkan onset GH yang berlebihan telah disarankan oleh percepatan
pertumbuhan linear yang terjadi dalam beberapa bulan pertama kehidupan
pada anak-anak muda dengan didokumentasikan gigantisme (4 ± 6). Insiden
akromegali dihitung untuk menjadi tiga hingga empat kasus per juta per tahun,
sedangkan gigantisme sangat jarang, dengan sekitar 100 dilaporkan kasus
sampai saat ini, meskipun ini mungkin meremehkan dari bilangan sebenarnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan gigantisme?
2. Bagaimana ciri-ciri penderita gigantisme?
3. Gen apa yang berperan dalam gigantisme?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya gigantisme?
5. Apa penyebab terjadinya gigantisme?
6. Bagaimana solusi penyembuhan gigantisme?
1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang dan
juga rumusan masalah di atas, maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai gigantisme.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari penderita gigantisme.
3. Untuk mengetahui gen apa yang berperan dalam terjadinya
gigantisme.
4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya gigantisme.
5. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya gigantisme.
6. Untuk mengetahui solusi penyembuhan dari gigantisme.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gigantisme

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan,


dengan tinggi dan besar diatas normal yang disebabkan oleh sekresi Growth
Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses
penutupan epifisis.
a. Etiopatologi
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini
dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme
dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum
lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.
Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah
tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan
Neoplasma penghasil GH ,termasuk tumor yang menghasilkan campuran GH
dan hormone lain (missalnya prolaktin), merupakan tipe adenoma hipofisis
fungsional kedua tersering. Secara mikroskopis, adenoma penghasil GH terdiri
atas sel bergranula padat atau jarang, dan pewarnaan imunohistokimia
memperlihatkan GH didalam sitoplasma sel neoplastik.
Sekitar 40% adenoma sel somatotrof memperlihatkan mutasi mutasi
pengaktifan pada gen GNAS1 di kromosom 20q13, yang mengkode sebuah
subunit α protein G heterodimerik stimulatorik yang dikenal sebagai G. Protein
G berperan penting dalam transduksi sinyal, dan pengaktifan protein
Gs dikaitkan dengan peningkatan enzim intrasel adenil-siklase dan produknya,
adenosine monofosfat siklik (cAMP). AMP siklik bekerja sebagai stimulant
mitogenik kuat bagi somatotrof hipofisis.
Jika adenoma penghasil GH terjadi sebelum epifisis menutup, seperti pada
anak pra-pubertas menutup, seperti pada anak pra-pubertas, kadar GH yang
berkelibahan menyebabkan gigantisme. Hal ini ditandai dengan peningkatan
umum ukuran tubuh serta lengan dan tungkai yang memanjang berlebihan. Jika
peningkatan kadar GH, atau terdapat setelah penutupan epifisis, pasien
mengalami akromegali, yang pertumbuhannya terutama terjadi pada jaringan
lunak, kulit, dan visera, serta, serta pada tulang wajah, tangan ,dan kaki.
b. Epidemiologi
Gigantisme sangat langka, dengan sekitar 100 melaporkan kasus sampai
saat ini. Acromegaly lebih umum daripada giantisme, dengan insiden 3-4 kasus
per juta orang per tahun dan prevalensi 40-70 kasus per juta penduduk.

1. Seks
Peningkatan IGF-I sama pada pria dan wanita.Dalam serangkaian 12
anak-anak, adenoma sekresi GH terjadi dengan rasio perempuan ke laki-laki
dari 1:2. Mengingat ukuran kecil dari seri ini, gangguan ini tidak akan
menampilkan bias seks selama masa kanak-kanak.
2. Umur
Gigantisme dapat mulai setiap usia sebelum penutupan epifisis yaitu
sebelum masa pubertas.
c. Patofisiologi
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. keadaan ini
diakibatkan oleh tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis
anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis
tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat
tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali,
termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu
sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi
terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak
menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa
di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah.
Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira
10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme
biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh
terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka
pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat , dan pasien akan menjadi
seorang raksasa. Setelah pertumbuhan somatic selesai , hipersekresi GH tidak
akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang
dan jaringan lunak yang disebut akromegali. Penebalan tulang terutama pada
wajah dan anggota gerak. Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk
wajah menjadi kasar secara perlahan dan tampak seperti monyet. Tangan dan
kaki membesar dan jari-jari tangan kaki dan tangan sangat menebal. Tangan
tidak saja menjadi lebih besar, tetapi bentuknya akan makin menyerupai
persegi empat (seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul.
Penderita mungkin membutuhkan ukuran sarung tangan yang lebih besar. Kaki
juga menjadi lebih besar dan lebih lebar, dan penderita menceritakan mereka
harus mengubah ukuran sepatunya. Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh
pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan
lunak. Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat penekanan saraf oleh
jaringan yang menebal. Dan karena hormone pertumbuhan mempengaruhi
metabolisme beberapa zat penting tubuh, penderita sering mengalami problem
metabolisme termasuk diabetes mellitus.
Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada
inspeksi. Raut wajah menajdi makin kasar, sinus paranasalis dan sinus frontalis
membesar. Bagian frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin
nyata, dan terjadi deformitas mandibula disertai timbulnya prognatisme
(rahang yang menjorok ke depan) dan gigi-geligi tidak dapat menggigit.
Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang. Lidah juga
membesar, sehingga penderita sulit berbicara. Suara menjadi lebih dalam
akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan,
mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung dan perubahan fisologik lengkung
tulang belakang. Pemeriksaan radiografik tengkorak pasien akromegali
mnunjukkan perubahan khas disertai pembesaran sinus paranasalis, penebalan
kalvarium, deformitas mandibula (yang menyerupai bumerang), dan yang
paling penting ialah penebalan dan destruksi sela tursika yang menimbulkan
dugaan adanya tumor hipofisis.Bila akromegali berkaitan dengan tumor
hipofisis, maka pasien mungkin mengalami nyeri kepala bitemporal dan
gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal akibat penyebaran
supraseral tumor tersebut, dan penekanan kiasma optikum.
Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan IGF-1 yang tinggi
dan juga dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal,
induksi hiperglikemia dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya,
pada pasien, akromegali atau gigantisme kadar GH gagal ditekan. CT scan dan
MRI pada sela tursika memperlihatkan mikroadonema hipofisis, serta
makroadonema yang meluas ke luar sel mencakup juga sisterna di atas sela,
dan daerah sekitar sela, atau sinus sphenoid

2.2. Ciri-ciri Penderita Gigantisme


Gigantisme memiliki gejala-gejala fisik yang bisa dikenali pada anak secara
langsung, yaitu:

1. Tangan dan kaki yang berukuran sangat besar.


2. Wajah yang terasa kasar.
3. Jari kaki dan tangan terasa tebal.
4. Dahi dan dagu yang berukuran lebar.
5. Perkembangan masa puber yang terlambat.
6. Terdapat celah di antara gigi.
7. Gangguan pola tidur.
8. Mengeluarkan air susu ibu (ASI).
9. Sering berkeringat.
Gejala yang dialami tergantung dari seberapa besar ukuran tumor pada
kelenjar hipofisis, karena tumor yang berukuran besar dapat menyebabkan gejala
tambahan akibat penekanan pada saraf otak. Penderita gigantisme dapat men
galami sakit kepala, kelelahan, mual, gangguan penglihatan, kehilangan
pendengaran, serta siklus menstruasi yang tidak normal.

2.3. Gen Yang Berperan Dalam Terjadinya Gigantisme

Genctic Abnormitics Scem untuk membentuk dasar dari hipersekresi GH


dalam banyak kasus. Sebaliknya, bukti juga ada untuk menunjukkan peran
penting untuk GHRH dalam perkembangan penyakit karena jumlah GHRH
messen ger RNA transkrip dalam adenoma hipofisis berkorelasi kuat dengan
perilaku klinis mereka. Konsekuensi fungsional yang tepat dari GHRH yang
diproduksi secara lokal masih tetap jelas, meskipun peran autokrin atau parakrin
telah disedot oleh penemuan konsentrasi plasma GHRH yang bersih dalam
hubungan dengan adenosoma somatotrof hipofisis.

Gen Supresor Tumor mengkodekan protein yang biasanya berfungsi sebagai


rem pada pertumbuhan sel. Ketika gen tersebut bermutasi, rem dapat diangkat,
sehingga pertumbuhan sel pelarian dikenal sebagai kanker. Sebaliknya, onkogen
adalah gen yang menyandi protein yang terlibat dalam pertumbuhan sel normal.
Ketika gen tersebut bermutasi, mereka juga dapat menyebabkan kanker, tetapi
mereka melakukannya dengan mengaktifkan pertumbuhan mempromosikan
sinyal. Kanker terapi yang onkogen target yang biasanya mencari untuk
memblokir atau mengurangi aksi mereka, sedangkan mereka bertujuan gen
supresor tumor berusaha untuk mengembalikan atau meningkatkan aksi mereka.

Gen MEN-1 Sindrom Neoplasma Endokrin Multipel (MEN) adalah kelainan


bawaan langka. Kelainan ini ditandai dengan pertumbuhan abnormal di dalam
kelenjar-kelenjar endokrin, yaitu kelenjar paratiroid, tiroid, dan adrenal, serta
pankreas. Sindrom MEN dapat membuat kelenjar bengkak dan overaktif, atau
menghasilkan hormon dengan kadar melebihi kebutuhan tubuh.

2.4. Penyebab dan Mekanisme Terjadinya Gigantisme


Hipofisis primer GH berlebih. Banyak kasus kelainan yang terjadi setelah
sekresi GH oleh tumor hipofisis yang terdiri dari somatotrof (sel-sel yang
mensekresi GH) atau mammosomatotrof (sel GH dan PRL-mensekresi), baik
dalam bentuk mikroadenoma hipofisis atau, jarang, macroadenoma. Kontribusi
relatif defek hipofisis inheren vs faktor hipotalamus dalam patogenesis tumor
hipofisis masih jauh dari teratasi, namun. Sifat monoklonal sebagian besar
adenoma hipofisis dikonfirmasi oleh X-inaktivasi studi, menyiratkan bahwa
mereka berasal dari sel diubah tunggal. Konsep defek hipofisis intrinsik didukung
lebih lanjut oleh penemuan bahwa kelainan genetik molekuler spesifik tampaknya
membentuk dasar hipersekresi GH dalam banyak kasus. Sebaliknya, bukti juga
ada untuk menunjukkan peran penting untuk GHRH dalam perkembangan
penyakit karena jumlah GHRH messenger RNA transkrip dalam adenoma
hipofisis berkorelasi kuat dengan perilaku sirkuler. Konsekuensi eksaktivasi dari
GHRH yang diproduksi secara lokal tetap harus diklarifikasi, meskipun peran
autokrin atau parakrin telah disarankan oleh temuan peningkatan konsentrasi
GHRH plasma dalam kaitannya dengan hipofisisoma neurofoma, yang
dinormalisasi setelah operasi pengangkatan kelenjar adenoma. Mengetahui bahwa
subjek yang berbeda dari penyakit hipoksia telah mengalami pemijaran, dalam
tubuh yang sering mengalami perubahan dalam proses. Dalam model ini,
peristiwa awal terdiri dari transformasi genetik sel, dengan pertumbuhan abnormal
yang kemudian dipromosikan oleh hormon hipofisiotrofik dan faktor
pertumbuhan lainny. Identifikasimolekulofenetikal kelainan yang dilembutkan
dalam patogenesis kelebihan GH hipofisis primer dibahas di bawah.

Gs sebuah mutasi. The heterotrimeric G-protein memainkan peran integral


dalam transduksi sinyal postligand di banyak sel endokrin, di mana mereka
bertindak dengan merangsang adenylyl cyclase, menghasilkan akumulasi cAMP
dan transkripsi berikutnya. Titik pengaktifan dari G-protein stimulatorubasi Gs a
dikenal untuk membentuk dasar untuk McCune-Albright syndrome (MAS),
gangguan langka yang ditandai dengan triad klasik pubertas dewasa sebelum
waktunya, bintik-bintik cafe au lait, dan displasia tulang yang berserat. "Aktivasi
konstitutif" mengacu pada aktivasi otonom dan tidak terkontrol dari pembentukan
cAMP yang berperantara protein-G yang terjadi pada MAS, yang mengakibatkan
hiperfungsi jaringan endokrin dan nonendokrin. Di beberapa pasien dengan MAS,
kelainan endokrin termasuk Gigan-tism disebabkan oleh perkembangan hipofisis
adenoma mammosoma-totroph atau hiperplasia. Titik dilaporkan mu-tations yang
diamati dalam beberapa jaringan yang terkena pasien dengan MAS, termasuk
orang-orang dengan gigantisme, melibatkan substitusi asam amino tunggal dalam
kodon 201 (exon 8) atau kodon 227 (exon 9) dari GsSebuahgen. Menariknya,
mutasi yang sama juga telah diidentifikasi di somatotrophs hingga 40% dari
adenoma hipofisis GH-mensekresi sporadic. Yang dihasilkan onkogen, gsp,
diduga menginduksi tumorigenesis berdasarkan aktivasi terus-menerus dari
adenilat siklase dengan berikutnya GH hipersekresi. Berbeda dengan tumor tanpa
mutasi tersebut, adenoma hipofisis gsp mengandung cenderung lebih kecil,
dengan karakteristik morfologi Sugges-tive pertumbuhan yang lambat, meskipun
tidak adanya terdeteksi berbeda-ences dalam perkembangan penyakit antara kedua
kelompok

Penghapusan Alel dari Lokus 11q13. Hilangnya heterozigositas (LOH) di


lokasi gen supresor tumor yang diduga terletak pada kromosom 11q13 merupakan
kelainan genetik molekuler lain, yang hubungannya dengan kelenjar hipofisis
GHexcess telah benar-benar terbentuk. Pertama diidentifikasi dalam tumor dari
pasien dengan MEN-1, mutasi genetik awalnya diyakini terkait dengan gen MEN-
1 dan dianggap sebagai penyebab kelebihan GH dalam penyakit ini. Kloning
baru-baru ini gen MEN-1, bagaimanapun, telah menyebabkan wahyu bahwa kode
lokus yang terkena dampak untuk produk yang berbeda dari gen MEN-1. Hal ini
telah ditunjukkan oleh temuan dari suatu peristiwa yang terjadi pada orang-orang
dari dua keluarga yang berhubungan dengan akromegali keluarga / gigantisme dan
11q13 LOH. Selain familial non-MEN acromegaly / gigantism, LOH pada 11q13
juga telah diamati pada semua jenis yang secara klinis mengalami hipotermia.
Sifat yang tepat dari produk yang dikodekan dan perannya dalam pembentukan
tumor telah diketahui. Osteoporosis pada OHH 11q13 dan lokus lain di hipofisis.
adenoma telah berkorelasi dengan peningkatan kecenderungan untuk invasi tumor
dan aktivitas biologis cacat hipofisis tambahan teoritis intrinsik yang
menyebabkan proliferasi sel yang tidak normal dan sekresi GH yang berlebihan
mungkin timbul dari aktivasi abnormal dari reseptor GHRH, reseptor
somatostatin, faktor hipofisis transkripsi, atau peptida sinyal terkait pertumbuhan
lainnya. Sebagai informasi mengenai kaskade perkembangan kompleks
ontogenesis hipofisis terus menumpuk, cahaya baru pasti akan ditumpahkan pada
mekanisme yang mendasari kedua pertumbuhan sel hipofisis normal dan
abnormal.

Sekunder GH berlebih. Penyebab GH berlebih sekunder termasuk orang-orang


yang ada peningkatan sekresi GHRH hipotalamus, baik dari sumber intrakranial
atau ektopik, dan orang-orang di mana regulasi abnormal sumbu GH hipotalamus-
hipofisis telah terjadi. Sekunder GH berlebih merupakan penting, jika dipahami
buruk, penyebab gigantisme. Kemajuan dalam tes deteksi biokimia dan molekul
genetik karakterisasi harus memungkinkan peningkatan lokalisasi kelainan
hormonal yang mendasari dalam kasus ini.

GHRH kelebihan. Hipotalamus GHRH kelebihan atau disregulasi telah


didalilkan menjadi penyebab paling umum dari GH hypersecretion pada populasi
pediatrik. Meskipun tidak secara definitif terbukti, kasus klinis yang mendukung
hipotesis ini termasuk gigantisme bawaan dengan besar hiperplasia difus hipofisis,
di mana penelitian biokimia menyarankan pusat hipersekresi GHRH, serta kasus
mammosomatotroph hiperplasia yang sistemik GHRH concentrations ditemukan
menjadi normal. Keterlibatan mam-mosomatotrophs, sering fitur GH berlebih
yang berasal di masa kecil, selanjutnya sugestif dari onset awal peningkatan
paparan GHRH karena jenis sel ini pre-mendominasi dalam kehidupan janin,
tetapi jarang pada orang dewasa. Meskipun bukti ini, mekanisme yang mendasari
diduga abnormality dalam aksi GHRH dalam kasus ini masih belum diketahui.
kemungkinan teoritis mencakup mutasi mengaktifkan di neuron GHRH
hipotalamus atau penurunan nada somatostatin (lihat di bawah). Bentuk lain dari
intrakranial GHRH kelebihan terjadi pada pengaturan dari tumor saraf, seperti
gangliocytoma atau neurocytoma, yang timbul di dalam atau di dekat sella. sekresi
tumor berkepanjangan GHRH menyebabkan hiperplasia pituitari dengan atau
tanpa transformasi adenomatous, mengakibatkan peningkatan kadar GH dan
peptida adenohypophyseal lainnya. mikroskop elektron dalam kasus tersebut telah
mengungkapkan hubungan intim antara neuron dari sel-sel GH-mensekresi tumor
dan hipofisis. GHRH berlebih juga dapat berasal dari neoplastic sumber
ekstrakranial dan ektopik, yang merupakan penyebab yang diakui dari ac-
romegaly tetapi telah jarang terlibat dalam kasus GH berlebih pada anak-anak.
Ectopi cGHRH-secretingtumors sudah termasuk carcinoid, sel pulau pankreas,
dan bronkial neoplasma. Baru-baru ini, kasus pertama yang dilaporkan dari GH
ektopik sebagai penyebab Akromegali diidentifikasi, di mana sel-sel tumor dari
limfoma ganas yang ditemukan untuk mengeluarkan tingkat tinggi GH hipofisis.

Nada Somatostatin Abnormal. Sekunder GH berlebih juga dapat terjadi dari


gangguan nada somatostatin. Tumor infiltrasi ke jalur somatostatinergic telah
dihipotesiskan untuk membentuk dasar untuk GH kelebihan dalam kasus yang
jarang dari gigantisme terkait dengan neurofi-bromatosis dan glioma optik atau
astrocytomas. Studi Immunocytochemical dalam pengaturan ini telah
menunjukkan gangguan neuron somatostatinergic, sedangkan neuro-imaging telah
mengungkapkan intensitas sinyal resonansi magnetik berkurang di daerah yang
kaya somatostatin otak.

Dalam gigantisme, kelenjar pituitari terus melepaskan GH dan mengabaikan


sinyal dari hipotalamus. Di hati GH menyebabkan produksi hormon yang disebut
faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1) yang bertanggung jawab untuk
pertumbuhan di seluru tubuh. Ketika hipofisis menolak untuk berhenti
memproduksi GH, tingkat IGF-1 juga mencapai puncak abnormal. Tulang,
jaringan lunak, dan organ diseluruh tubuh mulai membesar dan tubuh mengubah
kemampuannya untuk memproses dan menggunakan nutrisi seperti gula dan
lemak.

Penyebab paling umum dalam gigantisme adalah perkembangan tumor


nonkanker di dalam hifofisis yang disebut adenoma hipofisis. Dalam kasus
adenoma hipofisis, tumor itu sneidiri adalah sumber peepasan GH yang abnormal.
Ketika tumor initumbuh, dapat menekan struktur terdekatnya di dalam otak
sehingga menyebabkan sakit kepala dan perubahan penglihatan.

Ketika adenoma tumbuh, itu dapat mengganggu jaringan pituitari lainnya,


mengganggu pelepasan hormon lain. Gangguan ini mungkin bertanggung jawab
untuk perubahan dalam siklus menstruasi dan produksi ASI yang abnormal pada
wanita atau keterlambatan perkembangan organ reproduksi. Dalam kasus yang
jarang terjadi, gigantisme disebabkan oleh produksi GHRH yang abnormal, yang
mengarah pada peningkatan produksi GH. Tumor tertentu di pankreas, paru-paru,
kelenjar adrenal, tiroid, dan usus dapat menghasilkan GHRH, yang pada
gilirannya memicu produksi kuantitas GH yang abnormal.

2.5. Solusi dan Penyembuhan Gigantisme

Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme dapat ditangani


dengan cara mengendalikan produksinya. Bagaimanapun juga, belum ada terapi
pengobatan yang sukses mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil.
Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan bagi penderita gigantisme,
antara lain adalah:

Pembedahan. Pembedahan dilakukan jika gigantisme disebabkan oleh tumor


kelenjar hipofisis. Tumor akan diangkat dari kelenjar hipofisis atau pituitari
dengan menggunakan alat khusus yang dimasukkan lewat hidung. Alat tersebut
dilengkapi dengan kamera kecil yang membantu dokter melihat kondisi
tumor.Terapi sinar gamma.

Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah metode alternatif
yang dilakukan untuk mengobati tumor di otak. Terapi ini akan memaparkan
ratusan sinar radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta dapat
mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal, terapi ini dapat
berisiko memicu terjadinya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas, dan
ketidakmampuan belajar. Terapi sinar gamma umumnya diambil sebagai pilihan
terakhir jika metode operasi standar mengalami kegagalan.

Penderita gigantisme akibat tumor seringkali direkomendasikan untuk


menjalani pembedahan pengangkatan tumor. Tingkat keberhasilan pembedahan
pengangkatan tumor adalah sekitar 80 persen. Jika pembedahan tidak
memungkinkan untuk dilakukan, pasien dapat menjalani penanganan gigantisme
dengan pemberian obat-obatan seperti:
Analog somatostatin. Obat ini berfungsi seperti somatostatin yang dihasilkan
oleh tubuh, yaitu menghambat sekresi GH, insulin, dan glukagon. Contoh obat
golongan somatostatin adalah octreotide, lanreotide, dan pasireotide.

Agonis dopamin. Obat ini bekerja menurunkan GH dan biasanya


dikombinasikan dengan analog somatostatin agar dapat bekerja lebih efektif.
Contoh obat golongan agonis dopamin dan agen antiparkinson adalah
bromocriptine dan cabergoline.

Antagonis reseptor GH. Obat ini bekerja dengan menghambat kinerja GH dan
menurunkan konsentrasi hormon IGF-1.

2.6. Contoh Kasus Penderita Gigantisme

Gigantisme yang Bikin Bablu Dipanggil Anak Setan. Bablu yang selalu
dipanggil "anak setan" terpaksa lari dari kampung halaman untuk memulai
kehidupan baru di Mumbai. Julukan "anak setan" diberikan lantaran lengan
sebelah kirinya berukuran lebih besar dibanding sebelah kanan. Orang-orang yang
memberikan julukan itu mungkin tidak mengerti kondisi yang sedang dialami
Bablu. Dunia kedokteran biasa menyebut kondisi itu dengan gigantisme. Ia
mengaku kepada wartawan di sana yang mengikuti kesehariannya bahwa baik ibu
maupun sang ayah tak lagi mengakuinya sebagai anak, sehingga para tetangga
berpikir kalau dia adalah anak setan. Stigma itu yang memaksa Bablu bermigrasi
ke Mumbai. "Dia pikir akan menghilang dalam kerumunan jutaan orang dan mulai
mencari nafkah. Tapi ternyata ia mengalami nasib yang sama, karena orang takut
dengan tangannya," kata sang wartawan dikutip dari Daily Mail, Jumat
(27/5/2016). Gigantisme juga dikenal dengan acromegaly, hasil dari hormon
pertumbuhan yang berlebihan. Gigantisme menyebabkan bagian tertentu dari
tubuh untuk tumbuh secara berlebihan juga. Paling sering jari tangan dan kaki,
tapi bisa juga seperti Bablu, anggota tubuhnya yang lain ikut membesar. Kelenjar
pituitari, yang berada hanya di bawah otak, bertanggung jawab memproduksi
hormon pertumbuhan dan melepasnya ke dalam darah. Ketika ini terjadi, hati akan
merangsang agar dapat menghasilkan hormon yang lain. Yang nantinya
menyebabkan otot dan tulang untuk tumbuh. Gigantisme terjadi ketika tubuh
memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan, sehingga jaringan tubuh
tumbuh secara berlebihan. Hal ini biasanya terjadi sebagai akibat dari tumor otak
jinak di kelenjar hipofisi.

Sultan Kosen resmi dinobatkan sebagai manusia tertinggi di dunia sejak


tahun 2009. Tinggi badannya terus bertambah sejak usia 10 tahun, hingga kini
mencapai 251 sentimeter. Dokter mendiagnosisnya gigantisme. Kita lebih
mengenal istilah gigantisme untuk seseorang yang berpostur besar melebihi
ukuran manusia normal. Dalam dunia medis orang dewasa yang berpostur fisik
seperti raksasa ini disebut dengan akromegali. Dilansir dari situs Mayoclinic,
akromegali adalah gangguan hormonal yang terjadi ketika kelenjar pituitari
seseorang menghasilkan hormon pertumbuhan terlalu banyak selama memasuki
masa dewasa. Ketika itu terjadi, tulang seseorang akan bertambah besar, termasuk
tangan, kaki, dan wajah. Kelainan ini biasanya terjadi pada orang dewasa setengah
baya. Pada anak-anak yang sedang tumbuh, hormon pertumbuhan terlalu banyak
dapat menyebabkan kondisi yang disebut gigantisme. Anak-anak tersebut
memiliki pertumbuhan tulang yang berlebihan dan peningkatan tinggi tubuh yang
abnormal. Jarangnya kelainan akromegali ditemui, serta perubahan fisik terjadi
secara bertahap, membuat kondisi ini seringkali tidak cepat dikenali. Jika tidak
segera diobati, akromegali dapat menyebabkan penyakit serius, bahkan
mengancam jiwa. Meski demikian, dengan perawatan intensif, risiko komplikasi
akromegali dapat dikurangi, termasuk mengurangi gejala membesarnya bagian
tubuh. Tanda-tanda penyakit gigantisme bisa dilihat dari perubahan fisik. Salah
satunya adalah tinggi dan berat badan anak tidak proporsional. Tangan dan kaki
semakin besar. Jari- jarinya menebal dan hidung datar. ’’Biasanya tinggi badan
anak tidak normal. Cepat bertambah tinggi.Pada masa kehamilan pun, penyakit itu
tidak bisa dicegah.

Namun, umumnya gigantisme dipicu adanya tumor pada kelenjar hipofisis


yang terletak di bagian bawah otak. Tumor pada kelenjar hipofisis itu bisa
mengeluarkan hormon pertumbuhan secara berlebihan. ’’Pada kasus yang banyak
ditemui, pemicunya tumor hipofisis. Gejala yang muncul pun sangat bergantung
pada tumor kelenjar hipofisis. Sebab, tumor yang semakin besar akan menekan
saraf otak. Hal itu membuat penderita gigantisme sering merasakan pusing, mata
kabur atau gangguan pada mata, dan beberapa gangguan lain.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, pemahaman kita saat ini tentang GH (Growth


Hormone) mewakili hasil akhir dari sebuah perpaduan unik dari penelidikan
multidisipliner. Pencerahan lebih lanjut sehubungan dengan aspek-aspek yang
tidak dapat dijelaskan ini, penyakit yang menarik ini pasti akan terjadi sebagai
upaya kolaboratif untuk memasuki abad baru. Dengan adanya penelitian
penelitian lebih lanjut tentang GH kedepanya kita akan mengetahui jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang belum di dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alo Dokter Gigantisme https://www.alodokter.com/gigantisme (13


November 2018)

Akin F, Yerlikaya E. Acromegaly and Gigantism. Pamukkale University


Faculty Of Medicine Division of Endocrinology and Metabolism, Turkey. 2011.
p53-74 2. Cahyanurr R, Soewondo P. Akromegali.

Majalah Kedokteran Indonesia Volume: 60, Nomor: 6. Jakarta. 2010.p279-


83 3. Melmed S. Acromegaly pathogenesis and treatment. J Clin Invest.2009.
p3189 -202.

Lamesson JL. Harrison’s Endocrinology third Edition. McGraw Hill. 2013. p


34-44

Holt RI, Hanley NA. Essential Endocrinology and Diabetes. Sixth edition A
John Wiley & Sons, Ltd., Publication. 2013. p73-82

Thomas AD et al. Gigantism and acromegaly. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/925446-overview

Katznelson L, Atkinson J, Cook D, Ezzat S ,Hamrahian A, Miller K. AACE


guidelines for clinical practice for diagnosis and treatment for acromegaly. 2011.

Mesfro .A, Webb SM, Astorga R, Benito P, Calala M, Gaztambide S, et al.


Epidemiology, clinical characteristics, outcome, morbidity and modality in
acromegaly based on the Spanish acromegaly registry. Eur J Endocrinol.
2004;151 :p439 -46.

Biermasz N, Pereira AP, Smit JW, Romijn JA, Roelfsema F. Morbidity after
LongTerm Remission for Acromegaly: Persisting Joint-Related Complaints Cause
Reduced Quality of Life. 2009.

Colao A, Auriemma RS, Galdiero M, Lombardi Q, Pivonello R. Effects of


initial therapy for five years with somatostatin analogs for acromegaly on growth
hormone and insulin-like growth factor-I levels, tumor shrinkage, and
cardiovascular disease: a prospective study. J Clin Endocrinol Metab.
2009;94(10):p3746-56.

Neggers SJ, de Herder WW, Feelders RA, van der Lely AJ. Conversion of
daily pegvisomant to weekly pegvisomant combined with long-acting
somatostatin analogs, in controlled acromegaly patients. Pituitary. 2011;14:2:p53–
258.

Anda mungkin juga menyukai