Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GIGANTISME

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme terjadi kalau
produksi hormone berlebihan. GH terjadi sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan
akromegali terjadi kalau proses tersebut terjadi setelah penutupan epifisis. Sehingga tampak
terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang yang berlebihan. Efek anabolic GH
dimungkinkan karena adanya mediator Insulin Like Growth Faktor 1 (IFG1) yaitu suatu
peptisida yang dihasilkan oleh jaringan hati sebagai respon terhadap rangsangan GH.
Kemajuan dalam endokrinologi memungkinkan kita dapat menilai hasil pengobatan
operatif secara lebih baik dengan melakukan analisis klinis dan laboratorium. Saat ini respon
yang paling baik untuk menilai hasil pengobatan adalah memperhatikan gejala klinis dan
mengukur kadar hormone terbaik dengan segala akibatnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gigantisme
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
- Menjelaskan pengertian dari gigantisme
- Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari gigantisme
- Menyebutkan manifestasi klinis dari gigantisme
- Menjelaskan patofisiologi dari gigantisme
- Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari gigantisme
- Menyebutkan komplikasi dari gigantisme
- Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita
gigantisme

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH sebelum epifisis
bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan hipofisis cenderung terjadi dan oleh
karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif, atau jantan. (David, dkk. Lecture Notes
Kedokteran Klinis).
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
1, edisi 3).
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak
jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa
darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan
besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon
pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi
dewasa.
Gigantisme adalah pertumbuhan tidak normal besar karena kelebihan hormon
pertumbuhan selama masa kanak-kanak, sebelum piring pertumbuhan tulang telah ditutup.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar : kelenjar hipofisis

2
Gambar : Growth Hormone
Growth hormone adalah suatu hormone yang diproduksi oleh hipofisis anterior yang
berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan metabolism pada sel target. Target sel hormone ini
berada di hampir seluruh bagian tubuh. Growth hormone juga berperan dalam mensintesis
somatomedin pada liver untuk menstimulasi pertumbuhan lempeng epifiseal. Dampak
metabolic dari GH yaitu mobilisasi asam lemak bebas pada jaringan adiposa dan hambatan
metabolisme glukosa di otot dan di jaringan adiposa
Growth hormone merupakan polipeptida dengan 191-asam amino (BM 21.500) yang
disintesis dan disekresi oleh somatotrof hipofisis anterior. Seperti namanya hormone
pertumbuhan berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan linier yang diperantarai oleh
insulin liked growth factor-1 (IGF-1) yang juga dikenal somatomedin. (Greenspan & Baxter,
2000)
Hormone pertumbuhan meningkatkan sintesis protein dengan peningkatan masukan asam
amino dan langsung mempercepat transkripsi dan translasi mRNA. Selain itu, dapat
menurunkan katabolisme protein dengan mobilisassi lemak sebagai sumber bahan bakar yang
berguna. Secara langsung GH membebaskan asam lemak dari jaringan lemak dan
mempercepat perubahan menjadi asetil-KO yang merupakan asal energi. Pengaruh
penghematan terhadap protein adalah mekanisne yang paling penting dimana GH
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
GH juga mempengaruhi metabolism karbohidrat. Pada keadaan berlebihan, akan
meningkatkan penggunaan karbohidrat dan mengganggu ambilan glukosa kedalam sel.
Resistensi terhadap insulin karena GH tampak berhubungan dengan kegagalan postreseptor
pada kerja insulin. Kejadian ini nebtakibatkan intoleransi glukosa dan hiperinsulinisme
sekunder.

3
GH beredar terutama tidak terikat dalam plasma dan mempunyai waktu paruh 20-50
menit. Pada orang dewasa, normal sekresinya kurang lebih 400 g/hari (18,6 nmol/hari),
sebaliknya orang dewasa mudah mengsekresikan 700 g/d (32,5 nmol/hari).
Pada orang dewasa konsetrasi GH pada pagi hari dalam keadaan puasa kurang dari 2
ng/ml (93 pmol/L). tidak terdapat perbedaan nyata antara kedua jenis kelamin.
Kadar IGF-1 ditentukan dengan cara radio receptor assay maupun dengan cara radio
immunoassay. Penentuan kadar mediator kerja GH ini menghasilkan penilaian aktifitas
biologis GH lebih akurat. (Greenspan & Baxter, 2000)
Sekresi GH diperantarai oleh 2 hormon hipotalamus : growt hormone releasing
hormone (GHRH) dan somatostatin (Growt hormone-inhibiting hormone). Pengaruh
hipotalamus ini diatur dengan ketat melalui integrasi sistem saraf, metabolism dan factor
hormonal. Karena baik GRH maupun somatostatin tidak dapat diperiksa secara langsung, hasil
akhir setiap factor terhadap sekresi GH harus dianggap merupakan jumlah efeknya pada
hormone hipotalamus ini.

C. ETIOLOGI
Terdapat sekresi GH berlebihan akibat adenoma hipofiis. GH menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari jaringan lunak, termasuk kulit, lidah, dan visera serta tulang. Hormon ini
memiliki sifat antiinsulin. (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Penyebab ginggatisme dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Ginggatisme primer atau hipofisi, imana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
2. Ginggatisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH
dari hipothalamus
3. Ginggatisme primer yang disebabkan oleh tumor ektropik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH atau GHRH
Melihat besarnya tumor, adeoma hipofisis dapat dibedakan menjadi 2 :
1) Mikroadenoma : tumor dengan diameter lebih kecil dari 10 mm
2) Makroadenima : tumor dengan diameter lebih besar dari 10 mm

D. PATOFISIOLOGI
Pada orang muda denga epifisis terbuka. Produksi GH yang berlebihan mengakibatkan
gigantisme.Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena sekresi yang berlebih
dari GH, bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa.
Setelah pertumbuhan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme,

4
tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak. kelebihan hormone
pertumbuhan ini terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal
ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama pada tulang akral.

E. WOC

F. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
1) Keabnormalan skeletal dan tanda-tanda intoleransi glukosa seperti yang terlihat pada
penderita akromegali

5
2) Pembesaran tumor pituitari (yang menyebabkan hilangnya hormon trofik lain, misal
hormon yang menstimulasi tiroid, hormon yang menstimulasi folikel dan
kortikotropin).
3) Manusia dikatakan berperawakan raksasa (gigantisme) apabila tinggi badan mencapai
dua meter atau lebih. Ciri utama gigantisme adalah perawakan yang tinggi hingga
mencapai 2 meter atau lebih dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini terjdi
karena jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh.
4) Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga
menekan khiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya hanya meningkat pada
penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes toleransi glukosa standar.
2) Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%)
3) Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur
supraorbtal, dan rahang bawah. lantai fosa hpofisis biasanya tampak mengalami erosi
menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
4) CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
5) Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal dan peningkatan
jarak rongga antara sendi karena hipertrofi kartilago. Bantalan tumit biasanya
menebal. Tes ini lebih memiliki unsur menarik daripada diagnostik
6) Kadar glukosa serum bila meningkat
7) Kadar fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak memiliki manfaat
diagnostik
8) Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
9) Kadar serum hGh yang diukur dengan radioimmunoassay biasanya naik
10) Uji supresi glukosa tidak bisa menekan kadar hormon sampai dibawah jumlah normal
yang dapat diterima, yaitu 2 ng/ml
11) Sinar X tengkorak, computed tromography (CT) Scan, arteriografi, dan magnetic
resonance imaging menentukan keberadaan dan perluasan lesi pituitari
12) Sinar X tulang menunjukkan penebalan kranium (terutama tulang frontal, oksipital
dan parietal) dan penebalan tulang panjang, serta osteoartritis ditulang belakang.

6
H. KOMPLIKASI
Bedah dan radiasi dapat menyebabkan keduanya rendahnya tingkat hormon hipofisis
lainnya, yang dapat menyebabkan:
1) Adrenal insufisiensi
2) Diabetes insipidus (jarang)
3) Hipogonadisme
4) Hypothyroidisme
(A.D.A.M. Encyclopedia medis)

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Kraniatomi
Hipofisektomi kranial atau transfenoidal atau terapi radiasi pituitari dilakukan untuk
membuang tumor yang mendasar (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
2) Penggantian hormon tiroid dan gonadal dan kortison dilakukan sesudah pembedahan
3) Bromocriptine (parlodel) dan octreotide (sandostatin) digunakan untuk menghambat
hGh.
4) Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial
5) Radiasi konvensional / sinar proton energi tinggi apabila papil edema dan
penyempitan lapang pandang
6) Pengobatan medis dengan menggunakan ocreotide, suatu analog somatostatin, juga
tersedia. Ocreotide dapat menurunkan supresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan
ukuran tumor, dan memperbaiki gambaran klinis.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

KASUS
Seorang ibu membawa anaknya ke klinik karena merasa anaknya mengalami
ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun. Sang anak memiliki tinggi badan 170 cm dengan
berat badan 70 kg

A. FORMAT PENGKAJIAN
1. BIODATA PASIEN
1) Nama : An.A
2) Umur : 10 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) No. Register : 1234 56 78
5) Alamat : Jl. Senggol Cc
6) Status Perkawinan : Belum Kawin
7) Keluarga terdekat : Ibu
8) Diagnosa Medis : Gigantisme

2. ANAMNESE
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama : Tinggi badannya terus tumbuh dan Berat badannya
terus naik
b) Kronologis keluhan : Ibu klien mengeluhkan anaknya yan berUsia 10 tahun
mengalami ketidak normalan, tinggi badan terus bertambah 170 cm, Berat
badannya terus naik hingga 70 kg , lalu dibawa keklinik.
c) Faktor pencetus : Kelebihan hormon GH
d) Timbulnya keluhan :( ) mendadak ( v ) bertahap
e) Lamanya :-
2. Upaya mengatasi :-
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai alergi obat, makanan, binatang
maupun lingkungan

8
b) Riwayat kecelakaan
Tidak ada
c) Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah dirawat di Rs sebelumnya
d) Riwayat pemakaian obat
Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik Umum


1) Berat badan : 70 Kg
2) Tinggi badan : 170 cm
3) Tekanan darah : 130/90 mmhg
4) Nadi : 68x/menit
5) Frekuensi nafas : 24x/menit
6) Suhu tubuh : 36,5 oc

c. Pemeriksaan Fisik sistem Pernafasan


1. Inspeksi
a. Bentuk torak : ( v ) Normal chest ( ) Pigeon chest
( ) Funnel chest ( ) Barrel chest
b. Susunan ruas tulang belakang : ( - ) Kyposis ( - ) Scoliosis ( - ) Lordosis
c. Bentuk dada : ( ) simetris ( v ) asimetris
d. Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - )
e. Retraksi suprastrenal : ( - ), Sternomastoid (- ), Pernafasan cuping hidung ( - )
f. Irama Nafas : ( v ) teratur ( ) tidak teratur
g. Jenis pernafasan : ( ) Eupnea ( ) Takipneu ( ) Bradipnea
( ) Apnea ( ) Chene Stokes ( ) Biots/ Kusmaul
h. Kedalaman nafas : ( ) dalam ( ) dangkal
i. Batuk : ( - ) Ya ( - ) Tidak
j. Sputum : ( - ) putih ( - ) kuning ( - ) hijau ( - ) darah
k. Konsistensi : ( - ) kental ( - ) encer
2. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama/tidak
sama).

9
3. Perkusi
( - ) sonor ( - ) hipersonor ( - ) dullness
4. Auskultasi
a. Suara nafas
- Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar)
- Area Bronchial : ( bersih / halus / kasar)
- Area Bronkovesikuler : ( bersih / halus / kasar)
b. Suara Ucapan
Terdengar : ( - ) Bronkophoni ( - ) Egophoni ( - ) Pectoriloqy
c. Suara tambahan
Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural friction rub ( - )

d. Pemeriksaan Fisik sIstem Kardiovaskuler


1. Inspeksi
a. Ictus cordis : (-) Pelebaran - cm
b. Warna kulit : ( ) pucat ( - ) cyanosis
c. Pengisian Kapiler : >3 detik
d. Distensi Vena Jugularis : ( ) Ya ( v ) Tidak
2. Palpasi
a. Pulsasi / ictus cordis pada dinding torak teraba :
( v ) lemah ( - ) kuat ( - ) tidak teraba
b. Temperatur kulit : ( - ) hangat ( v ) dingin
c. Edema : ( - ) Ya ( - ) tidak
( - ) tungkai atas ( - ) tungkai bawah ( - ) skrotalis
( - ) periorbital ( - ) wajah ( - ) anasarka
3. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
- Batas atas : normal ( N = ICS II )
- Batas bawah : normal ( N = ICS V )
- Batas kiri : normal ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra )
- Batas kanan : normal ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
- Nyeri dada : ( - ) Ya
- Timbul saat : ( - ) Aktifitas
- Karakteristik : ( - ) seperti ditusuk-tusuk

10
( - ) seperti terbakar
( - ) seperti tertimpa benda berat
- Hilang nyeri saat: ( - ) istirahat ( - ) dengan obat
- Durasi nyeri : ( - ) <30 menit ( - ) >30 menit
- Lokasi nyeri : ( - ) Epigastrum
( - ) Thorax (menjalar dari dada, punggung, lengan kiri)

e. Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi


1. Gangguan Hematologi
( v ) Pucat ( ) Echimosis ( ) Spider Navy
( ) Petechie ( ) Epistaksis ( ) Pruritus
( ) Purpura ( ) Perdarahan Gusi ( ) Stomatis
( ) Candidiasis
2. Bibir (MukosaMulut)
( ) Ulserasi (Pecah-Pecah) ( ) Merah Pucat
( ) Sianosis ( ) Gingivitis
( ) Stomatitis (Sariawan)

f. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurobehavior


1. Inspeksi : Amati Adanya
( - ) Kejang ( - ) Paraplegia
( - ) Parase ( - ) Tetraplegia/Parase
( - ) Paralisis ( - ) Hemiparese/Plegi
( - ) Diplegia ( - ) Twizing
2. Penilaian Tingkat Kesadaran
1. PenilaianKualitatif
( v ) Compos Mentis ( ) Sopor
( ) Apatis ( ) Koma
( ) Somnolen ( ) Soporcoma
2. Penilaian Kuantitatif (GCS/Glasgow Coma Scale)
Membuka Mata (E)
Spontan :4
Dengan di AjakBicara :3
Dengan Rangsangan Nyeri: 2
TidakMembuka :1

11
Respon Verbal (V)
TerdapatKesadarandan Orientasi : 5
BerbicaraTanpaKacau :4
BerkataTanpaArti :3
HanyaMengerang :2
Tidak Ada Suara :1
ResponMotorik (M)
SesuaiPerintah :6
TerhadapRangsanganNyeri :
1. TimbulGerakan Normal :5
2. FleksiCepatdanAbduksiBahu :4
3. FleksiLenganDenganAbduksiBahu: 3
4. EkstensiLengan, Adduksi, Endorotasi Bahu, PronasiLenganBawah :2
5. Tidak Ada Gerakan :1
Setelah Dilakukan Scoring MakaDapat di Ambil Kesimpulan :
( Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo Coma / Coma)
3. MemeriksaTanda-Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) :
( - ) Nyeri Kepala Hebat
( - ) Muntah Proyektil
( - ) Edema Pupil
4. Pemeriksaan 12 Saraf Cranialis ( Fungsi Motorik & Fungsi Sensorik)
a. Nervus I : Olfaktorius (Pembau) (-)
b. Nervus II : Opticus ( Penglihatan) (-)
c. Nervus III : Ocumulatoris (-)
d. Nervus IV : Throclearis (-)
e. Nervus V : Thrigeminus (-)
Cabang Optalmicus : (-)
Cabang Maxilaris : (-)
Cabang Mandibularis: (-)
f. Nervus VI : Abdusen (-)
g. Nervus VII : Facialis (- )
h. Nervus VIII : Akustikus/ Vestibula Choclearis (-)
i. Nervus IX : Glosopharingeal (-)
j. Nervus X : Vagus (-)
k. Nervus XI : Accessorius (-)

12
l. Nervus XII : Hypoglosal (-)
5. Pemeriksaan Tanda Meningeal
a. Reflek Brudzinski I (-)
b. Reflek Brudzinski II (- )
c. Kaku Kuduk (-)
d. Tes L aseque (- )
e. Tes Kernig (- )
6. Pemeriksaan Kekuatandan Tonus Otot: Skala MRC (0-5)
5 (100%) : Kekuatan Normal
4 (75%) : Dapat Menggerakan Sendi Dengan Aktif dan Melawan Tahanan
3 (50%) : Dapat Menggerakan Anggota Gerak Untuk Menahan Berat (Gravitasi)
2 (25%) : DapatMenggerakanAnggotaGerakTanpaGravitasi (Tangan Bergeser)
1 (10%) : Terlihat Atau Teraba Getaran Kontraksi Otot Tapi Tidak Ada Gerakan
Sama sekali
0 (0%) : Paralisis, Tidak Ada Kontraksi Otot Sama Sekali
Ext. Kanan Atas Ext. kiri atas
5555 5555
Ext. Kanan Bawah Ext. KiriAtas
5555 5555
7. Pemeriksaan Status Mental Emosional
a. Penampilan
( ) TidakRapi (v ) Penggunaan Pakaian Tidak Sesuai
( ) Cara Berpakaian Tidak Seperti Biasanya
b. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkoheren
( v ) Apatis ( ) Lambat ( v ) Membisu
( ) Tidak Mampu Memulai Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik
( v ) Lesu ( ) Tegang ( v ) Gelisah ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasen ( v ) Tremor ( ) Kompulsif
d. Alam Perasaan
( v ) Sedih ( ) Ketakutan ( v ) Putus Asa
( ) Khawatir ( ) Gembira Berlebihan
e. Afek
( v ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak Sesuai

13
f. Iteraksi Selama Wawancara
( ) Bermusuhan ( v ) Tidak Kooperatif ( ) Mudah Tersinggung
( ) Kontak Mata Kurang ( ) Defensif ( ) Curiga
g. Tingkat Kesadaran
( - ) Bingung ( - ) Sedasi ( - ) Stupor
Disorientasi :
( v ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
h. Memori
( ) Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang
( ) Gangguan Daya Ingat Jangka Pendek
( ) Gangguan Daya Ingat Saat Ini
i. Pola Pertahanan Diri : Bagaimana Mekanisme Koping Klien Dalam Mengatasi
Masalahnya :
Adaftif Maladaftif
( v ) Bicara Dengan Orang lain ( - ) Menolak Minum Obat
( - ) Mampu Menyelesaikan Masalah ( v) ReaksiLambat / Berlebih
( - ) Teknik Relaksasi ( - ) Kerja Berlebihan
( - ) Aktivitas Konstruktif ( - ) Menghindar
( - ) Olahraga ( - ) Mencederai Diri
( - ) Lainnya.

8. Konsep Diri Klien :


a. Gambaran Diri : Merasa Berbeda Dengan Teman Sebayanya
b. Identitas : Anak
c. Peran : Anak Sekolah
d. Ideal Diri : Ingin Normal Sesuai Dengan Tingkat Usianya.
e. Harga Diri : Menarik Diri

3. DATA FOKUS
Nama = An.A
Usia = 10 tahun

Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)

Ibu klien mengatakan anaknya Kaji TTV:


mengalami ketidaknormalan di - TD: 130/90 mmhg

14
usianya yang 10 tahun - RR: 24x/menit
Ibu klien mengatakan anaknya - S: 36,50C
tidak pede dan menarik diri - Nadi : 68x/menit
Klien mengatakan tinggi dan berat Kesadaran umum : compos mentis
badanya berbeda dengan teman - GCS (E4) (M5) (V6)
sebaya nya Akral dingin
Klien mengeluh nyeri kepala Klien tampak pucat
Klien mengatakan penglihatanya Capillary refil >3 detik
buram Tinggi badan 170 cm
Klien mengatakan pusing Berat badan 70 kg
Klien mengatakan skala nyeri (6) Fitur Wajah tampak kasar

Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan glukosa darah:
- Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
- Fasting: 150 mg/dL (70-110 mg/dL 3.8-6.1
mmol / L) 2-h postprandial: 130 mg/dL
(< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
o Pemeriksaan Growth Hormone darah
atau SM-C (IGF 1):
- Gigantisme (+) : peningkatan GH darah
atau SM-C (IGF 1)
- Growth hormone - arginine stimulation
- Fasting: 8 ng/mL ( < 5 ng/mL < 5 g/L)
o Pemeriksaan Somatostatin:
- Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml ( 0,31-1,4 U/ml)
o Hasil CT Scan : tumor hipofisis
o Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan
sinus paranasalis (Menampakan Tumor)

15
4. ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS = Nyeri Adenoma kelenjar


- Ibu klien mengatakan anaknya hipofisis
mengalami ketidaknormalan di usianya
yang 10 tahun
- Klien mengeluh nyeri kepala
- Klien mengatakan penglihatanya buram
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan skala nyeri (6)
DO=
Kaji TTV:
- TD: 130/90 mmhg
- RR: 24x/menit
- S: 36,50C
- Nadi : 68x/menit
Kesadaran umum : compos mentis
GCS (E4) (M5) (V6)
Akral dingin
Klien tampak pucat
Capillary refil >3 detik
Tinggi badan 170 cm
Berat badan 70 kg
Fitur Wajah tampak kasar
Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan glukosa darah:
- Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
- Fasting: 150 mg/dL (70-110 mg/dL 3.8-6.1
mmol / L)
- 2-h postprandial: 130 mg/dL (< 120
mg/dL < 6.6 mmol/L)
Pemeriksaan Growth Hormone darah
atau SM-C (IGF 1):

16
- Gigantisme (+) : peningkatan GH darah
atau SM-C (IGF 1)
- Growth hormone - arginine stimulation
- Fasting: < 5 ng/mL < 5 g/L
Pemeriksaan Somatostatin:
- Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml normal ( 0,31-1,4 U/ml)
Hasil CT Scan : tumor hipofisis
Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan
sinus paranasalis (Menampakan Tumor)
2 DS = Gangguan Perubahan
Ibu klien mengatakan anaknya citra tubuh perkembangan
mengalami ketidaknormalan di usianya
yang 10 tahun
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pede
dan menarik diri
Klien mengatakan tinggi dan berat
badanya berbeda dengan teman sebaya
nya

3 DS= Risiko Depresi


Ibu klien mengatakan anaknya kesepian
mengalami ketidaknormalan di usianya
yang 10 tahun
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pede
dan menarik diri
Klien mengatakan tinggi dan berat
badanya berbeda dengan teman sebaya
nya
Klien mengeluh nyeri kepala
Klien mengatakan penglihatanya buram

17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d Adenoma kelenjar hipofisis
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan perkembangan
c. Resiko kesepian b.d depresi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Kep NOC NIC
1. Nyeri b.d - Manajemen nyeri - Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
Adenoma Kriteria hasil: verbal maupun nonverbal, catat
kelenjar Nyeri dapat hilang / lokasi, intensitas (skala 0-10), dan
hipofisis terkontrol lamanya
(ditandai dengan skala - Letakkan pasien dalam posisi semi
nyeri 1-3) fowler dansokong kepala/leher
dengan bantal pasir atau bantal
pasir
- Pertahankan belpemanggil dan
barang yang sering digunakan
dalam jangkauan yang mudah
- Berikan minuman yang sejuk atau
makanan yang lunak

2. Gangguan - Gangguan citra tubuh - Bimbingan antisipasi


citra tubuh dapat teratasi (mempersiapkan pasien terhadap
b.d kriteria hasil: krisis perkembangan atau krisis
perubahan Gangguan citra tubuh situasional
perkemban berkurang yang - Peningkatan citra tubuh
gan dibuktikan oleh selalu (meningkatkan persepsi sadar dan
menunjukan adaptasi, tak sadar pasien serta sikap terhadap
penyeuaian psikososial: tubuh pasien
citra tubuh positif, arga - Peningkatan perkembangan : anak
diri positif (memfasilitasi dan memberi
Menunjukan citra tubuh penyuluhan orang tua-pengasuh
Kesesuaian antara untuk memfasilitasi pertumbuhan
realitas tubuh, ideal motorik kasar, motorik halus,
tubuh perwujudan bahasa, kognitif,sosial dan

18
tubuh emosional anak usia pra sekolah dan
Kepuasan penampilan anak usia sekolah
dan fungsi tubuh - Peningkatan hrarga diri (membantu
pasien untuk meningkatkan
penilaian personal terhadap harga
diri)
3. Resiko - Resiko kesepian dapat - promosi integritas keluarga
kesepian teratasi - peningkatan sosialisi
b.d depresi Kriteria hasil : - dukungan spiritual
Memperlihatkan - fasilitasi kunjungan
pencegahan kesepian,
yang dibuktikan oleh
keparahan kesepin, dan
keterlibatan sosial
Memperlihatkan
keterlibatan sosial
dibuktikan oleh
indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5:
tidak pernah, jarang,
kadang, sering atau
selalu):
a. Berinteraksi dengan
teman dekat,
tetangga, anggota
keluarga
b. Berpartisipasi dalam
anggota kelompok
keagamaaan
c. Berpartisipasi dalam
aktivitas waktu luang
dengan orang lain
d. Berpartispasi dalam
aktivitas organisasi

19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH sebelum epifisis
bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan hipofisis cenderung terjadi dan oleh
karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif, atau jantan. (David, dkk. Lecture Notes
Kedokteran Klinis).
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
1, edisi 3).
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak
jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa
darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan
besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon
pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi
dewasa.

B. DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001

20

Anda mungkin juga menyukai